Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

Pancasila Sebagai Etika Politik

Disusun Oleh Kelompok 5

1. Kartini Nur Kahana / 2105020049

2. Revanza Salsa Bilita / 21050200

3. Muhammad Akbar Wana / 21050200

Dosen pembimbing

Dr.Fitri Kurnianingsih,S.Sos.,M.Si

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU
TA 2021-2022
KATA PENGANTAR

AssalamualaikumWr.Wb
Pujidan Syukur Pemakalah panjatkan keHadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Pemakalah dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini Pemakalah membahas Bagaimana Agama
Menjamin Kebahagiaan.
Pemakalah menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, Pemakalah berharap
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh Pembaca.
Makalah ini kami curahkan sebagai penelitian tentang Bagaimana Agama Menjamin
Kebahagiaan sebagai penyelesaian tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam Dosen
Pegampu yakni Dr.Fitri Kurnianingsih,S.Sos.,M.Si.
Akhir kata, Pemakalah mohon maaf jika dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, Oleh karena itu, Pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaanmakalahPemakalahselanjutnya.

Batam, 07 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR-----------------------------------------------------------------------i
DAFTAR ISI----------------------------------------------------------------------------------ii
BAB I PENDAHULUAN-------------------------------------------------------------------1
A. LatarBelakang------------------------------------------------------------------------------1
B. RumusanMasalah--------------------------------------------------------------------------2
C. TujuanMasalah-----------------------------------------------------------------------------2
BAB II PEMBAHASAAN-----------------------------------------------------------------3
A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma-------------------------------------------------------

1. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma..............................................................

2. Pengertian Moral........................................................................................

3. Hakikat Etika Pancasila Rumusan...............................................................

B. Pancasila Sebagai Moral.........................................................................

1. Arti Formal Moral Pancasila.....................................................................

2. Moral Politik Pancasila............................................................................

3. Hakikat Etika Pancasila Rumusan.............................................................

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis ----------------------------------------

D. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara-------------------------------

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...................................................................................................................
B. Saran.............................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara, pedoman dan tolak ukur kehidupan berbangsa dan bernegara di
Republik Indonesia.Tidak lain dengan kehidupan berpolitik, etika politik Indonesia tertanam dalam
jiwa Pancasila. Kesadaran etik yang merupakan kesadaran rasional akan tumbuh subur bagi warga
masyarakat Indonesia ketika nilai-nilai pancasila itu diyakini kebenarannya, kesadaran etik juga akan
lebih berkembang ketika nilai dan moral pancasila itu dapat di breakdown kedalam norma-norma
yang di berlakukan di Indonesia .

Pancasila juga sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung di dalamnya suatu pemikiran-
pemikiran yang bersifatkritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif (menyeluruh) dan
sistem pemikiran ini merupakan suatu nilai. Oleh karena itu suatu pemikiran filsafat tidak secara
langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu tindakan atau aspek prasis
melainkan suatu nilai yang bersifat mendasar.

Nilai-nilai pancasila dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan suatu pedoman.
Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat
diukur dari sudut baik maupun buruk. Kemudian yang kedua adalah norma hukum yaitu suatu sistem
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala hukum di Indonesia, pancasila merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang terwujud
dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal dari bangsa
indonesia sendiri sebagai asalmula (kausamaterialis).

Pancasila merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik meliputi
norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabar kan lebih lanjut dalam norma-
norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun ke bangsaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian etika?

2. Apa pengertian Nilai, Norma Dan Moral?

3. Nilai-nilai Apa Saja Yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai Etika Politik?

C. Tujuan Masalah

tujuan dalam makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila sebagai etika
politik.
2. Dapat mengerti hubungan antara nilai, norma dan moral dalam konteks pancasila sebagai
etika politik.
3. Dapat memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber etika politik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Nilai, Moral, dan Norma

1. Pengertian Nilai

Nilai adalah sesuatu yang berharga, berguna, indah, memperkaya batin dan menyadarkan manusia
akan harkat, martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem (sistem nilai) merupakan salah satu wujud
kebudayaan, disamping sistem sosial dan karya. Cita-cita, gagasan, konsep dan ide tentang sesuatu
adalah wujud kebudayaan sebagai sistem nilai. Oleh karena itu, nilai dapat dihayati atau dipersepsikan
dalam konteks kebudayaan, atau sebagai wujud kebudayaan yang abstrak. Manusia dalam memilih
nilai-nilai menempuh berbagai cara yang dapat dibedakan menurut tujuannya, pertimbangannya,
penalarannya, dan kenyataannya. Nilai sosial berorientasi kepada hubungan antarmanusia dan
menekankan pada segi-segi kemanusiaan yang luhur, sedangkan nilai politik berpusat pada kekuasaan
serta pengaruh yang terdapat dalam kehidupan masyarakat maupun politik. Disamping teori nilai
diatas, Prof. Notonogoro membagi nilai dalam tiga kategori, yaitu sebagai berikut: 1) Nilai material,
yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia. 2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitas. 3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang
berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dirinci sebagai berikut: a. Nilai kebenaran, yaitu
bersumber pada unsur rasio manusia, budi dan cipta. b. Nilai keindahan, yaitu bersumber pada unsur
rasa atau intuisi. c. Nilai moral, yaitu bersumber pada unsur kehendak manusia atau kemauan (karsa,
etika) d. Nilai religi, yaitu bersumber pada nilai ketuhanan, merupakan nilai kerohanian yang tertinggi
dan mutlak. Nilai ini bersumber kepada keyakinan dan keimanan manusia kepada Tuhan

2. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) yang artinya kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah ajaran
tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan manusia. Seorang
yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya ,dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika sebaliknya terjadi, pribadi itu
dianggap tidak bermoral. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang
benar, baik, terpuji dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepatuhan terhadap nilai dan norma,
moral pun dapat dibedakan seperti moral ketuhanan atau agama, moral, filsafat, moral etika, moral
hukum, moral ilmu, dan sebagainya. Nilai, norma dan moral secara bersama mengatur kehidupan
masyarakat dalam berbagai aspeknya.

3. Pengertian Norma

Kesadaran akan hubungan yang ideal akan menumbuhkan kepatuhan terhadap peraturan atau
norma. Norma adalah petunjuk tingkah laku yang harus dijalankan dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan motivasi tertentu. Norma sesungguhnya perwujudkan martabat manusia sebagai makhluk
budaya, sosial, moral dan religi. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki
oleh tata nilai untuk dipatuhi. Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma
agama, norma filsafat, norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan
untuk dapat dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:

1. Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan.


2. Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri.
3. Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat.
4. Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang dipaksakan
oleh alat Negara.

B. Pancasila sebagai Moral

1. Formal Moral Pancasila

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah disahkan sebagai dasar Negara
adalah merupakan kesatuan utuh nilai-nilai budi pekerti atau moral. Oleh karena itu Pancasila dapat
disebut sebagai moral bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia telah menegara dalam NKRI, dengan
demikian Pancasila juga merupakan moral Negara, yaitu moral yag berlaku bagi Negara. Secara
etismologis Pancasila berarti lima asas kewajiban moral. yang dimaksud dengan moral ialah
keseluruhan norma dan pengertian yang menentukan baik atau buruknya sikap dan perbuatan
manusia. Dengan memahami norma-norma, manusia akan tahu apa yang harus atau wajib dilakukan
dan apa yang harus di hidari. Norma moral tidak sama dengan norma sopan santun dan juga berbeda
dengan norma hukum. Norma sopan santun berlaku berdasarkan kebiasaan, sedang norma hukum
berlaku berdasarkan undang-undang, sedangkan norma moral bersumber pada kodrat manusia (human
nature) dan oleh sebab itu selalu berlaku.

2. Moral Politik Pancasila

Pancasila merupakan dasar Negara dan sekaligus ideologi bangsa, oleh sebab itu nilai-nilai yang
tersurat maupun yang tersirat harus dijadikan landasan dan tujuan mengelola kehidupan Negara,
bangsa maupun masyarakat. Dengan kata lain nilai-nilai Pancasila wajib dijadikan norma moral dalam
menyelenggarakan Negara menuju cita-cita sebagaimana dirumuskan dalam alinea IV Pembukaan
Undang-undang Dasar 1945. Etika politik Pancasila mengamanatkan bahwa Pancasila sebagai nilai-
nilai dasar kehidupan bernegara, berbangsa dan bermasyarakat harus dijabarkan dalam bentuk
perundang-undangan, peraturan atau ketentuan yang dibuat oleh penguasa. Dengan kata lain semua
produk hukum yang berlaku di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan jiwa dan semangat
Pancasila.

3. Hakikat Etika Pancasila Rumusan

Pancasila yang otentik dimuat dalam Pembukan UUD 1945 alinea keempat. Dalam penjelasan UUD
1945 yang disusun oleh PPKI ditegaskan bahwa “pokok-pokok pikiran yang termuat dalam
Pembukaan (ada empat, yaitu persatuan, keadilan, kerakyatan dan ketuhanan menurut kemanusiaan
yang adil dan beradab) dijabarkan ke dalam pasal-pasal Batang Tubuh. Dan menurut TAP MPRS
No.XX/MPRS/1966 dikatakan bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Sebagai sumber segala sumber, Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum. Sebagai
sumber segala sumber Pancasila merupakan satu-satunya sumber nilai yang berlaku di tanah air. Dari
satu sumber tersebut diharapkan mengalir dan memancar nilai-nilai ketuhanan, kemanusian,
persatuan, kerakyatan penguasa. Hakikat Pancasila pada dasarnya merupakan satu sila yaitu gotong
royong atau cinta kasih dimana sila tersebut melekat pada setiap insane, maka nilai-nilai Pancasila
identik dengan kodrat manusia. oleh sebab itu penyelenggaraan Negara yang dilakukan oleh
pemerintah tidak boleh bertentangan dengan harkat dan martabat manusia, terutama manusia yang
tinggal di wilayah nusantara.

C. Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis


1. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui pancra indra manusia, tetapi
dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek kehidupan manusia
dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar, yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tesebut. Nilai dasar itu bersifat universal karena menyangkut kenyataan
objektif dari segala sesuatu. Contohnya, hakikat Tuhan, manusia, atau makhluk lainnya. Apabila nilai
dasar itu berdasarkan kepada hakikat kepada suatu benda, kiantitas, aksi, ruang dan waktu, nilai itu
dapat juga disebut sebagai norma yang direalisasikan dalam kehidupan yang praktis. Namun, nilai
yang bersumber dari kebendaan itu tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar yang merupakan
sumber penjabaran norma tersebut. Nilai dasar yang menjadi sumber etika bagi bangsa Indonesia
adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar. Nilai dasar
belum dapat bermakna sepenuhnya apabila nilai dasar tersebut belum memiliki formulasi serta
parameter atau ukuran yang jelas dan konkret. Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah
laku manusia dalam kehidupan sehari-hari, maka nilai tersebut akan menjadi norma moral. Akan
tetapi, jika nilai instrumental itu merupakan suatu arahan kebijakan atau strategi yang bersumber pada
nilai dasar, sehingga dapat juga dikatakan bahwa nilai-nilai instrumental itu merupakan suatu
eksplisitasi dari nilai dasar. Dalam kehidupan ketatanegaraan kitam nilai instrumental itu dapat kita
temuakan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945, yang merupakan penjabaran dari nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Tanpa ketentuan dalam pasal-pasal UUD 1945, maka
nilainilai dasar yang termuat dalam Pancasila belum memberikan makna yang konkret dalam praktek
ketatanegaraan kita.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam kehidupan yang
lebih nyata. Dengan demikian, nilai praksis merupakan pelaksanaan secra nyata dari nilai-nilai dasar
dan nilai instrumental. Berhubung fungsinya sebagai penjabaran dari nilai dasar dan nilai
instrumental, maka nilai praksis dijiwai oleh nilai-nilai dasar dan instrumental dan sekaligus tidak
bertentangan dengan nilai-nilai dasar dan instrumental tersebut. Nilai praksis dalam kehidupan
ketatanegaraan dapat ditemukan dalam undang-undang organic, yaitu semua perundang-udangan yang
berada dibawah UUD 1945 sampai kepada peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh pemerintah.
Apabila dikaitkan dengan nilai-nilai yang dibahas diatas, maka nilai-nilai dasar terdapat dalam UUD
1945, yaitu dalam pembukaannya, sedangkan nilai instrumental dapat ditemukan dalam pasal-pasal
UUD 1945 dan juga dalam ketetapan MPR. Nilai praksis dapat ditemukan dalam peraturan
perundang-undangan berikutnya, yaitu dalam Undang-udang sampai kepada peraturan dibawahnya.

D. Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara


Nilai-nilai Pancasila bersifat universal yang memperlihatkan napas humanism, karenanya
Pancasila dapat dengan mudah diterima oleh siapa saja. Sekalipun Pancasila memiliki sifat universal,
tetapi tidak begitu saja dapat dengan mudah diterima oleh semua bangsa. Perbedaannya terletak pada
fakta sejarah bahwa nilai-nilai secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang
berfungsi sebagai basis perilaku politik dan sikap moral bangsa. Dalam arti bahwa Pancasila adalah
milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas bangsa berkat legitimasi moral dan
budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang termuat dalam Pancasila dapat ditemukan
dalam sila-silanya. Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang
terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Apabila kita memahami
pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang pada hakikatnya adalah
nilai-nilai Pancasila. Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dapat dinyatakan sebagai pokok-pokok
kaidah Negara yang fundamental, karena di dalamnya terkandung pula konsep-konsep sebagai
sebagai berikut:

1. Dasar-dasar pembentukan Negara, yaitu tujuanNegara, asas politik Negara (Negara Republik
Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan Negara asas kerohanian Negara (Pancasila).

2. Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yaitu “….. maka disusunlah kemerdekaan


kebangsaan Indonesia dalam suatu undang-undang dasar Negara Indonesia…”. Hal ini menunjukkan
adanya sumber hukum. Nilai dasar yang fundamental suatu Negara dalam hukum mempunyai hakikat
dan kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, dalam arti dengna jalan hukum apapun tidak
mungkin lagi untuk dirubah. Berhubung Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai dasar yang
fundamental, maka Pembukaan UUD 1945 yang di dalamnya terdapat Pancasila tidak dapat diubah
secara hukum. Apabila terjadi perubahan berarti pembubaran Negara Proklamasi 17 Agustus 1945

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara substantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku
etika yaitu manusia. Oleh karena itu etika politik berkait erat dengan bidang pembahasan moral. Hal
ini berdasarkan kenyataan bahwa pengertian ‘moral’ senantiasa menunjuk kepada manusia sebagai
subjek etika. Maka kewajiban moral dibedakan dengan pengertian kewajiban-kewajiban lainnya,
karena yang dimaksud adalah kewajiban manusia sebagai manusia.

Walaupun dalam hubungannya dengan masyarakat bangsa maupun negara, etika politik tetap
meletakkan dasar fundamental manusia sebagai manusia. Dasar ini lebih meneguhkan akar etika
politik bahwa kebaikan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia sebagi makhluk yang beradab
dan berbudaya.Pancasila adalah sebagai suatu sistem filsafat yang pada hakikatnya merupakan nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral maupun
norma kenegaraan laianya.

Suatu pemikiran filsafat tidak seccara langsung menyajikan norma–norma yang merupakan
pedoman dakam suatu tindakan atau aspek praktis melainkan nilai–nilai yang bersifat mendasar. Etika
adalah suatu ilmu yang membahas tentang prinsip–prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
yang membicarakan masalah – masalah yang berkaitan dengan predikat “susila” dan “tindak susila”,
“baik” dan “buruk”. Hubungan sistematik antara nilai, norma dan moral tersebut terwujud dalam
suatu tingkah laku praktis dalam kehidupan manusia. Etika politik adalah termasuk lingkup etika
sosial manusia yang secara harfiah berkaitan dengan bidang kehidupan politik.

B. Saran

Pancasila hendaknya di sosialisasikan secara mendalam sehingga dalam kehidupan bermasyarakat


dalam berbagai segi terwujud dengan adanya kesianambungan usaha pemerintah untuk mewujudkan
masyarakat adil dan makmur dengan kepastian masyarakat untuk mengikuti dan mentaati peraturan
yang ditetapkan, karena kekuatan politik suatu negara ditentukan oleh kondisi pemerintah yang
absolut dengan adanya dukungan rakyat sebagai bagian terpenting dari terbentuknya suatu negara.

DAFTAR PUSTAKA

https://irwansahaja.blogspot.com/2019/02/pancasila-sebagai-etika-politik.html

Anda mungkin juga menyukai