Anda di halaman 1dari 13

KRITIS PELANGGARAN KODE ETIKA PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) ATAS KASUS

DUGAAN KORUPSI DANA BAGI HASIL CUKAI DAN TEMBAKAU DINSOSNAKERTRANS


MADIUN

Ahmad Rizky Ivan Danuari


102220007

Mahasiswa Jurusan Hukum Ekonomi Syariah IAIN PONOROGO


Jl. Puspita Jaya, Krajan, Pintu, Kec. Jenangan, Kabupaten Ponorogo
E-mail : rizkyivan111@gmail.com

ABSTRAK

Tulisan ini menguraikan tentang kode etika Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mana pegawai
negeri sipil merupakan unsur aparatur negara yakni sebagai abdi negara dan abdi masyarakat.
Kedudukan PNS tersebut dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan negara. Sebagai abdi
negara seorang PNS terikat dengan segala aturan hukum dan perundang-undangan yang
berlaku, yang mengatur jalannya pemerintahan dan hubungan antara Pemerintah dengan PNS
yang bersangkutan. Tulisan ini difokuskan terutama untuk mengkritisi kasus korupsi yang
dilakukan oleh pejabat Disnakertrans Madiun pada dana bagi hasil cukai dan tembakau.
Kesimpulan dari kritisan kode etika pegawai negeri sipil adalah setiap Pegawai Negeri Sipil
(PNS) harus memiliki sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan moral apartur
negara di luar kedinasan, yaitu : (1) Berkelakuan baik dan tidak melakukan perbuatan yang apat
merendahkan martabat Pegawai Negeri Sipil; (2) Tidak menyalahgunakan wewenang yang
dimiliki; (3) Tidak melakukan perbuatan yang melanggar ketentuan dan peraturan perundang-
undangan yang berlaku; (4) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan untuk
kepentingan pribadi; dan (5) Tidak menggunakan sarana dan prasarana kedinasan sesuai
maksud dan tujuan sarana dan prasarana itu diadakan.

Kata Kunci : Etika, Etika profesi, Kode Etika Pegawai Negeri Sipil (PNS), Korupsi.

1. Pendahuluan

Etika sama artinya dengan filsafat moral yang mana moralitas (berasal dari moral) merupakan

keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan hal baik dan buruk sesuai dengan

pengertiannya jadi etika sangat penting dan berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Etika

sebagai gambaran, prinsip dan dasar perbuatan dapat memberikan pandangan dan arahan, visi

dan perspektif yang baik untuk masyarakat. Visi disini adalah menggambarakan tujuan yang

konkrit atas suatu perbuatan yang akan diambil dan perspektif disini adalah pengertian yang

tepat yang mana terdapat kesadaran hati, fikiran, dan ketajaman akal etis dalam pemahaman
hal mana yang dalam situasi tepat hingga dapat mencapai tujuan dengan baik dan mencapai

kesejahteraan serta kebahagiaan. Sebagaimana dalam pernyataan Aritoteles mengenai hidup

yang baik bagi manusia adalah apabila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya. Dengan

bermodal prinsip etika yang baik diharapkan itu benar-benar terwujud agar tercipta kebahagiaan

dan juga kedamaian.

Apabila pengertian etika tersebut dihubungkan dengan kehidupan bermasyarakat

tentu etika sangatlah penting karena menjadi peraturan yang tidak tertulis yang dapat

mengikat perilaku manusia baik hubungannya dengan orang lain, diri sendiri maupun

terhadap Tuhannya. Hakekat manusia sebagai makhluk sosial berbudaya menurut

kodratnya memilki sifat ingin berkelompok untuk melampiaskan keinginan dan hasrat

sebagai pemenuhan kehendaknya. Pergaulan seseorang untuk bermasyarakat atau

berkumpul tersebut akan nampak sifat kedirian, sifat khas sebagai ciri ”ego”nya. Oleh

karena itu, manusia sebagai individu dalam bermasyarakat akan kelihatan dari sikap,

tingkah laku, ucapan, tindak tanduk yang khas sebagai ciri pribadi. Setiap orang memiliki

harga diri, ingin dipuji, tidak ingin dicela, kadang kala bersifat memberontak, kadang kala

pasrah dengan situasi lingkungan masyarakat serta ingin dihormati, dll ciri khas

kediriannya.

Berkenanaan dengan kode etika dan pelaksanaan tugas dari seorang PNS, harus

berjalan seimbang dan selaras sehingga PNS harus memahami dan melaksanakan

tugas dengan sebaik-baiknya, menjunjung tinggi ketidakberpihakkan terhadap semua

golongan, masyarakat, individu, serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan.

Di samping itu, setiap Pegawai Negeri Sipil harus menunjukkan akuntabilitasnya dengan

mempertanggung jawabkan seluruh pelaksanaan tugas yang dibebankan kepadanya

baik kepada bangsa dan negara maupun masyarakat melalui pimpinan atau atasan

langsungnya.
1.1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

a. Sejauhmana perlunya penegakan etika bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

b. Faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap penegakan etika Pegawai Negeri

Sipil (PNS).

1.2. Tunjuan dan Manfaat

1.2.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari latarbelakang masalah di atas adalah sebagai

berikut :

a. Untuk mengetahui sejauhmana perlunya penegakan kode etika

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

b. Untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap

penegakan etika Pegawai Negeri Sipil (PNS).

1.2.2 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian yang diperoleh berdasarkan latarbelaknag di atas

adalah sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang diterima di bangku

kuliah dengan membandingkan teori dengan permasalahan yang ada di

lapangan serta membuat penulis mengerti pada permasalahan yang ada

meskipun belum sempurna, tetapi penulis akan lebih mendapatkan

pengetahuan yang bertambah mengenai penegakan kode etika profesi

khususnya pada Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Kerangka Teoritis

2.2 Pengertian etika


Ludigdo (2007) menyatakan etika merupakan sebagai pemikiran dan

pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang maupun sebuah

komunitas dalam melakukan sebuah tindakan dan dapat menentukan baik

buruknya atau benar salahnya suatu tindakan yang akan diambilnya. Teori etika

dapat disebut sebagai gambaran rasional mengenai hakekat dan dasar

perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip yang menentukan

klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan dan

dilarang (Fakhry, 1996, XV).

Arti Etika menurut K. Bertens, 2000 :

1. Etika sebagai praktis

Nilai-nilai dan norma-norma moral sejauh dipraktekkan atau justru tidak

dipraktekan walaupun seharusnya dipraktekan

- Apa yang dilakukan sejauh sesuai atau tidak dengan nilai-nilai dan norma

moral.

2. Etika sebagia refleksi

Pemikiran moral berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang

apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan

Berbicara tentang etika sebagai praksis atau mengambil praksis etika

sebagai objenya

Menyoroti dan menilai baik buruknya perilaku orang

Dapat dijalankan pada taraf populer maupun ilmiah

Etika sebagai cabang filsafat

Moralitas (Ciri khas mnausia)

Hukum moral menurut K. Bertens,1997:4 merupakan imbauan kepada

kemauan manusia dan mengarahkan diri kepada kemauan manusia dengan


menyuruh melakukan sesuatu.

Etika (ilmu tentang moralitas)

Merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral

2.3 Pengertian profesi

DANIEL BELL (1973) menyatakan bahwa profesi adalah aktivitas intelektual

yang dipelajari termasuk pelatihan yang diselenggarakan secara formal ataupun

tidak formal dan memperoleh sertifikat yang dikeluarkan oleh sekelompok / badan

yang bertanggung jawab pada keilmuan tersebut dalam melayani masyarakat,

menggunakan etika layanan profesi dengan

mengimplikasikan kompetensi mencetuskan ide, kewenangan ketrampilan teknis

dan moral serta bahwa perawat mengasumsikan adanya tingkatan dalam

masyarakat.

PAUL F. COMENISCH (1983) menyatakan bahwa profesi adalah

“komunitas moral” yang memiliki cita-cita dan nilaibersama. Sedangkan, K.

BERTENS berpendapat bahwa profesi adalah suatu moral community (masyarakat

moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama.

Uraian yang tersaji diatas dapat disimpulkan bahwa profesi adalah aktivitas

dari komunitas moral yang memiliki cita-cita dan nilai bersama .

2.4 Kode etika Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Menurut Wahyudi Kumorotomo dalam bukunya ”Etika Administrasi

Negara” Kode Etik adalah suatu alat untuk menunjang pencapaian tujuan suatu

organisasi atau sub organisasi atau bahkan kelompok-kelompok yang belum

terikat dalam suatu organisasi. Sesuatu alat itu tentunya bisa saja diadakan kalau

ia sudah dirasakan perlunya. Pada dasarnya kode etik adalah suatu hukum etik.
Hukum etik itu biasanya dibuat oleh suatu organisasi atau suatu kelompok,

sebagai suatu patokan tentang sikap mental yang wajib dipatuhi oleh para

anggotanya dalam menjalankan tugasnya.

Kode etika pegawai negeri sipil merupakan nilai-nilai yang diyakini akan

kebenarannya serta kebaikan yang ditimbulkan apabila dapat diwujudkan dalam

sikap dan

perilaku seorang PNS baik dalam kedinasan maupun dalam kesehariannya

ditengah-tengah masyarakat.

Kode etik PNS mencakup seluruh aspek kehidupan baik kedinasan

maupun dalam kehidupan kesehaiannya yaitu etika bernegara, kode etika

berorganisasi, kode etika bermasyarakat, kode etika sesama PNS dan kode etika

terhadap diri sendiri.

2.5 Korupsi

Korupsi berasal dari kata Latin Corrumpere, corruptio, atau corruptus. Arti harfiah

dari kata ini adalah penyimpangan dari kesucian, tindakan tak bermoral, kebejatan,

kebusukan, kerusakan, ketidakjujuran, atau kecurangan. Dengan demikian, ia

punya konotasi adanya tindakan-tindakan hina, fitnah, atau hal-hal buruk lainnya.

Pembahasan

3.2 Analisa Permasalahan

Petugas Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Madiun, Jawa

Timur, diduga menyelewengkan dana bagi hasil cukai tembakau senilai 755 juta.

Penyelewengan dana yang dikucurkan pada tahun anggaran 2010 itu terbongkar

setelah adanya laporan dari masyarakat. Pada tahun anggaran 2010, Pemkab

Madiun menerima DBHCT dari pemerintah pusat 6 miliar. Dana itu lalu dikucurkan
kepada enam satuan kerja, salah satunya Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Disnakertrans).

Oleh Disnakertrans, uang itu dipakai untuk menyelenggarakan sejumlah kegiatan,

seperti sosialisasi, pemberian bantuan modal kerja, dan pelatihan keterampilan

kepada perusahaan rokok skala kecil. Fakta yang ditemukan penyidik Polres

Madiun, laporan kegiatan itu tidak bisa dipertanggungjawabkan. Banyak kegiatan

fiktif sehingga menimbulkan kerugian negara ratusan juta rupiah.

Sesuai audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP),

kerugian negara dalam kasus ini hampir mencapai Rp 77 juta dari total anggaran

Rp 755 juta yang disalurkan melalui Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi

(Disnakertrans, sekarang Dinsosnakertrans).

Kegiatan fiktif hingga menimbulkan kerugian negara ratusan juta rupiah

contohnya kegiatan pembinaan kepada pabrik rokok. Setelah ditelusuri, pembinaan

itu tidak pernah dilakukan. Pabrik rokok yang disebutkan dalam laporan

pertanggungjawaban mendapatkan pembinaan ternyata sudah tutup sejak lama.

Kepolisian Resor Madiun menetapkan empat pejabat Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Madiun, Jawa Timur,

sebagai tersangka kasus dugaan korupsi anggaran yang bersumber dari Dana Bagi

Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) tahun 2010.

3.3 Prinsip –Prinsip Etis

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008 Tahun 2012

Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di

Lingkungan Kementerian Kesehatan menyatakan dalam pasal 3 ayat 1

mengenai Prinsip Dasar Kode Etik Pegawai tercermin dalam Panca Prasetya

KORPRI. Prinsip dasar Kode Etik sebagaimana dimaksud pada ayat


(1),meliputi:

a. setia dan taat kepada negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara, serta memegang teguh

rahasia jabatan dan rahasia negara;

c. mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas kepentingan pribadi

dan golongan;

d. memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan Korps

Pegawai Republik Indonesia; dan

e. menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta meningkatkan kesejahteraan

dan profesionalisme.

3.4 Etika Yang Dilanggar

Kode Etik Pegawai Negeri Sipil dalam pelaksanaan tugas kedinasan dan

kehidupan sehari-hari setiap Pegawai Negeri Sipil wajib bersikap dan berpedoman

pada etika dalam bernegara, dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam

berorganisasi, dalam bermasyarakat, serta terhadap diri sendiri dan sesama

Pegawai Negeri Sipil. Berikut ini adalah kode Etika PNS dalam bernegara,

berdasarkan analisis permasalahan diatas dapat disimpulkan bahwa 4 petugas

Disnakertrans Madiun tersebut telah melanggar beberapa kode etik bernegara

yaitu :

Menaati semua peraturan perundang-undang yang berlaku dalam melaksanakan

tugas;

Point tentang menaati peraturan perundang-undang yang berlaku telah

dilanggar oleh 4 petugas Disnakertrans, yakni tentang nilai dasar kode etika
PNS dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008

Tahun 2012 Tentang Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan

Kementerian Kesehatan pasal 4, yaitu pegawai tidak mengutamakan

kepentingan negara melainkan mementingkan kepentingan pribadi dengan

memenuhi keinginan diri dengan melakukan tindak korupsi serta tentang

profesionalisme telah diabaikan dengan memanipulasi laporan kegiatan fiktif

atas penggunaan dana DHBCT.

Akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan;

Akuntabel dalam artiannya adalah mengenai keahlian dan

kemampuannya dalam melaksanakan tugas dapat dihandalkan

sesuai dengan tanggungjawab proporsinya dalam penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan.

Berkenaan hal tersebut, 4 petugas Disnakertrans Madiun telah

menyalahgunakan kemapuan dan keahliannya dalam keegoisan pribadi untuk

tidak mematuhi penyelnggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan setiap

kebijakan program pemerintah;

Dari sekian poin diatas telah dilanggar oleh 4 petugas Disnakertrans

Madiun, sebab mereka menyengaja untuk tidak tanggap akan kegunaan dan

fungsi dari dana yang ada , juga tidak bersikap terbuka dengan relasi kerja

PNS yang lain berlaku rahasia dalam penyelewengan, serta tidak jujur dalam

pelaksanaan profesinya.

Tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

Pada kenyataannya adalah 4 petugas Disnakertrans melakukan


pemalsuan laporan kegiatan realisasi dana dengan kegiatan fiktif yang tidak

pernah dilakukan berdasar kenyataan

3.5 Solusi

Berdasarkan kasus diatas perlu tindak lanjut atas

tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh pejabat

Disnakertrans Madiun.

Kepolisian Resor Madiun menetapkan empat pejabat Dinas Sosial, Tenaga

Kerja, dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Madiun, Jawa Timur,

sebagai tersangka kasus dugaan korupsi anggaran yang bersumber dari Dana Bagi

Hasil Cukai Tembakau (DBHCT) tahun 2010.

Kepala Inspektorat Kabupaten Madiun, Bambang Budi Utomo menerangkan

bahwa sanksi bagi PNS yang terjerat kasus pidana,

sesuai Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok Pokok Kepegawaian

dan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS, sangsi

diberikan jika perkaranya sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dan dinyatakan

bersalah.

Tindak korupsi sudah pasti membawa dampak negatif baik pada pribadi

pelaku maupun pihak yang disekitar pelaku. Hal terpenting dalam permasalahan

yang sudah sering terjadi diseluruh dunia adalah perlu kita ketahui bagaimana cara

menangkal terjadinya korupsi. Dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi

penyebab korupsi dan bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap

terjangkitnya korupsi, dapat dikemukakan beberapa landasan untuk menangkalnya.

Cara Sistemik – Struktural

Yang harus dilakukan adalah mendayagunakan segenap suprastruktur

politik maupun infrastruktur politik dan pada saat yang sama membenahi
birokrasi sehingga lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan-tindakan korup

dapat ditutup.”suprastruktur politik” adalah keseluruhan lembaga

penyelenggara negara yang mempunyai kewenangan hukum konstitusional

yang bersumber dari UUD 1945 seperti MPR, Presiden, DPR, DPA, BPK, MA dan

Pemerintah daerah beserta jajarannya.

Cara Abolisionistik

Cara ini berangkat dari asumsi bahwa korupsi adalah suatu kejahatan

yang harus diberantas dengan terlebih dahulu menggali sebab-sebabnya dan

kemudian penanggulangan

diarahkan pada usaha-usaha menghilangkan sebab-sebab tersebut. Oleh

karena itu, jalan yang ditempuh adalah dengan mengkaji permasalahan-

permasalahan yang tengah dihadapi masyarakat, mempelajari dorongan-

dorongan individual yang mengarah ke tindakan-tindakan korupsi,

meningkatkan kesadaran hukum masyarakat, serta menindak orang-orang

yang korup berdasarkan kodifikasi hukum yang berlaku.

Cara Moralistik

Cara Moralistik dapat dilakukan secara umum melalui pembinaan mental

dan moral manusia, khotbah-khotbah, ceramah, atau penyuluhan di bidang

keagamaan, etika dan hukum.

Upaya-upaya untuk menangkal korupsi akan kurang berhasil bila

ancangan yang dilakukan hanya sepotong-sepotong. Oleh karena itu, upaya

tersebut hendaknya dimulai secara sistematis, melibatkan semua unsur

masyarakat. Akar dari kedurjanaan itu adalah tidak adanya usaha bahu-

membahu antara masyarakat dan pemerintah dan perasaan terlibat dengan

kegiatan-kegiatan pemerintah baik di kalangan pegawai negeri maupun dalam


masyarakat pada umumnya.

Selain itu, sistem administrasi negara atau sistem birokrasi juga perlu

dibenahi terus-menerus sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan administrasi

modern. Hal pertama yang

dapat dilakukan adalah dengan menguangi kecenderungan ke arah sentralisasi.

Penutup

4.2 Kesimpulan

Kasus dugaan korupsi yang dilakukan pejabat PNS Disnakertrans Madiun

atas dana hasil bagi cukai dan tembakau telah melanggar kode etik PNS yaitu

prinsip-prinsip dasar beserta nilai-nilai dasar etika PNS baik dalam etika bernegara,

etika berorganisasi dan etika terhadap diri sendiri.

4.3 Saran

Pengawasan terhadap kemungkinan tindakan-tindakan korup hanya dapat

dilakukan secara efektif jika komponen-komponen pengawasan dapat dibagi

antara aparat pusat dan daerah serta antara aparat eksekutif dan legislatif. Kecuali

itu, penugasan-penugasan dalam jajaran pemerintahan harus jelas dan dapat

dipahami oleh setiap satuan yang ada.

Usaha lain yang tentu saja harus dilakukan secara berkesinambungan

adalah melakukan pemeriksaan atau pengawasan terhadap seluruh lembaga

pemerintahan. Secara sederhana pengawasan berarti proses pengamatan atas

pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan

yang dilaksanakan itu sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Daftar Pustaka

Ludigdo, U. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta : Kanisius.

https:// ademuklis.wordpress.com/2014/01/29/profesi-menurut-para-ahli/

http://www.teoripendidikan.com/2015/01/pengertian-kode-etika-profesi-pns.html

http://bawas.mahkamahagung.go.id/bawas_doc/doc/kode_etik_pn s%281%29.pdf

Kumorotomo, Wahyudi. 1992. Etika Administrasi Negara. Jakarta : Rajawali Pers.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 008 Tahun 2012 Tentang Kode

Etik Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Kementerian Kesehatan

http://Nasional.htm

http://beritadotcom.htm

Anda mungkin juga menyukai