Anda di halaman 1dari 5

Program Pelatihan : Pelatihan Dasar Pembentukan JF Penggerak

Swadaya Masyarakat Angkatan IX tahun 2021


Agenda Pembelajaran : Etika dan Integritas

Mata Pelatihan :
Komponen Deskripsi/ Uraian
Deskripsi Mata Pelatihan : Mata Diklat Etika Profesi PSM memfasilitasi pembentukan
nilai-nilai dasar etika publik pada calon PSM melalui
pembelajaran kode etik dan perilaku pejabat publik,
bentuk-bentuk kode etik dan implikasinya, aktualisasi kode
etik PNS.
Tujuan/ Hasil Belajar : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat
diharapkan mampu menanamkan nilai dan membentuk
sikap dan perilaku patuh kepada standar Etika Profesi PSM
yang tinggi.
Indikator Hasil Belajar : 1. Memiliki pemahaman tentang kode etik dan perilaku
pejabat publik;
2. Mengenali berbagai bentuk sikap dan perilaku yang
bertentangan dengan kode etik dan perilaku dan
implikasi dari pelanggaran kode etik dan perilaku bagi
dirinya;
3. Menunjukan sikap dan perilaku yang sesuai dengan kode
etik dan perilaku selama diklat.
Materi Pokok 1 : KODE ETIK DAN PERILAKU PEJABAT PUBLIK
- Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI), ”etika”
memiliki tiga makna, yaitu : (1 )Ilmu tentang apa yang baik
dan yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak); (2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan
dengan akhlak; (3) Nilai mengenai benar dan salah yang
dianut suatu golongan atau masyarakat.

- Dalam kaitannya dengan pelayanan publik, Etika Profesi


PSM sebagai bagian dari etika publik adalah refleksi
tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
Komponen Deskripsi/ Uraian
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayanan publik.
- Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat
publik untuk memiliki komitmen moral dengan
mempertimbangkan keseimbangan antara penilaian
kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan
di dalam pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).
- Pengertian etiket dan etika sering dicampur adukkan,
padahal kedua istilah tersebut memiliki arti yang berbeda,
meskipun ada persamaannya. Istilah etika sebagaimana
dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral
(mores), sedangkan kata etiket adalah berkaitan dengan
nilai sopan santun, atau tata krama dalam pergaulan
formal.
- Menurut K.Bertens ada empat perbedaan antara etika
dan etiket, yaitu:
1. Etika memberi norma tentang suatu perbuatan, apakah
perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan baik buruknya. Etiket menyangkut cara
untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Etika adalah nurani (batiniah), bagaimana harus bersikap
etis dan baik yang sesungguhnya timbul dari kesadaran
dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah), tampak dari
sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar
lagi, kalau perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah
harus mendapat sanksi. Etiket bersifat relatif, yaitu yang
dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan daerah
tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.
4. Berlakunya sebuah Etika tidak tergantung pada ada atau
Komponen Deskripsi/ Uraian
tidaknya orang lain yang hadir. Etiket hanya berlaku, jika
ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain
maka etiket itu tidak berlaku.

- Menurut K.Bertens (2011), dalam dunia moderen


sekarang ini, ada tiga ciri situasi etis yang menonjol dalam
kehidupan masyarakat secara global, yaitu:
1. Adanya pluralisme moral, dalam masyarakat yang berbeda
terlihat norma atau nilai yang berbeda pula.
2. Timbulnya masalah etis baru yang belum terduga
sebelumnya, sebagai akibat semakin pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Munculnya kepedulian etis yang bersifat universal.

- Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah


laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya
hanya ditujukan pada hal-hal prinsip dalam bentuk
ketentuan-ketentuan tertulis.
- Kode etik ASN adaalah kode etik dan kode perilaku
sebagaimana dimaksud dalam bertujuan untuk menjaga
martabat dan kehormatan ASN. Seperti yang tertulis pada
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, pada
Pasal 5 Ayat 1 & 2.
- Karena PSM adalah PNS, maka kode etik dan kode
perilaku dari ASN berlaku pula bagi PSM.
- Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik:
1. Dimensi Kualitas Pelayanan Publik,
2. Dimensi Modalitas,
3. Dimensi Tindakan Integritas Publik.
Materi Pokok 2 : BENTUK KODE ETIK DAN IMPLIKASINYA
- Norma etika memiliki perbedaan dalam sistem sanksi jika
dibandingkan dengan norma hukum. Sistem sanksi dalam
norma hukum sebagian besar bersifat paksaan (coercive)
Komponen Deskripsi/ Uraian
dan karena itu memerlukan aparat penegak hukum yang
dibentuk atau difasilitasi oleh negara. Sebaliknya, sistem
sanksi dalam norma etika tidak selalu bersifat paksaan,
sehingga pembebanan sanksi kepada pelanggar norma
berasal dari kesadaran internal, sanksi sosial atau
kesepakatan bersama yang terbentuk karena tujuan dan
semangat yang sama di dalam organisasi.
- Tetapi karena karakter filosofis dari etika publik yang
merupakan penuntun perilaku yang paling mendasar,
dalam banyak hal, ketika norma etika sudah ditaati
dengan baik, sesungguhnya para penegak hukum tidak
perlu bekerja keras karena tata-tertib sosial sudah dapat
dijamin dengan sendirinya.
- Setiap jenjang pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan
masing-masing yang dipegang oleh pejabatnya. Oleh
sebab itu, azas etika publik mensyaratkan agar setiap
bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika
maupun norma hukum.
- Dari segi moralitas, kekuasaan harus memiliki legitimasi
yang kuat.
- Dalam perkembangannya dari masa ke masa, muncul
beberapa bentuk legitimasi, antaranya legitimasi religius,
legitimasi sosiologis, dan legitimasi etis. Dimana legitimasi
etis merupakan yang paling kuat sebagai pondasi
kekuasaan pada masa kini, bahkan dari waktu ke waktu.
- Disamping penggunaan kekuasaan yang harus sejalan
dengan norma etika, setiap pegawai pemerintah harus
menghindari adanya konflik kepentingan (conflict of
interest) dalam pelaksanaan tugasnya. Yang dapat
dijelaskan dalam berbagai bentuk perilaku sebagai berikut :
1. Aji mumpung (self-dealing)
Komponen Deskripsi/ Uraian
2. Menerima/memberi suap (bribery, embezzlement, graft).
3. Menyalahgunakan pengaruh pribadi (influence peddling)
4. Pemanfaatan fasilitas organisasi / lembaga untuk
kepentingan pribadi
5. Pemanfaatan informasi rahasia
6. Loyalitas ganda (outside employment, moonlighting)
Materi Pokok 3 : AKTUALISASI ETIKA ASN
- Kompetensi dasar yang dapat dicapai dari pembelajaran
ketiga ini, yakni peserta diklat diharapkan dapat
mengaktualisasikan nilai-nilai etika, bukan hanya pada
posisinya sebagai ASN tetapi juga sebagai warga negara.
- Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut pada bagian
ini ditampilkan berbagai kasus yang terkait dengan nilai-
nilai etika publik, dimana peserta dapat mendiskusikan
nilai-nilai etika apa saja yang terkandung dalam setiap
kasus dan pelajaran apa saja yang dapat dipetik dari setiap
kasus tersebut, antara lain:
1. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PUBLIK
2. ABSEN SIDIK JARI
3. PENERIMAAN TENAGA HONORER
4. PEMBERIAN HADIAH ATAU CINDERA MATA
5. PENGUNDURAN DIRI PEJABAT
6. MELANGGAR HUKUM
7. PERBUATAN TERCELA
Keterkaitan Mata Pelatihan : Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diklat diharapkan
dalam Agenda mampu menanamkan nilai dan membentuk sikap dan perilaku
patuh kepada standar Etika Profesi PSM yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai