NIM : 2208551066
Kelas :B
Prodi : S1 Farmasi
Hari/tanggal : Kamis, 9 Maret 2023
Etika secara umum berasal dari kata etos yang berarti mengatur kode etik masyarakat dan
bisa dimengerti dengan berbagai kata. kemudian ada juga etika profesi yang bisa dipahami
sebagai kode etik yang mengatur tentang suatu profesi.
- etika berasal dari kata ethos (jamak : ta etha) yang artinya adat kebiasaan.
- moral berasal dari kata mos (jamak : mores) yang berarti kebiasaan, adat istiadat
- etika : adat istiadat dari suatu kebiasaan, dari suatu masyarakat atau entitas tertentu
ETIKA
- kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bhs yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat istiadat
- menurut martin (1993) etika didefinisikan sebagai “the discipline which can act as the
performance index or reference for our control system” yang berarti etika adalah suatu
adat istiadat kebiasaan yang mengatur indeks kinerja dari suatu asosiasi atau entitas
masyarakat, atau sebagai suatu control reference bagaimana dijalankan adat istiadat
tersebut.
- berkembang dlm kbbi, yaitu ilmu baik buruk tentang hak dan kewajiban moral.
- kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
- nilai mengenai benar atau salah yang dianut masyarakat
- “dimana bumi diinjak, disana langit dijunjung” setiap daerah punya etika dan kode
etik tertentu terhadap baik atau buruknya suatu kebiasaan masyarakat di daerah
tersebut
ETIKA DAN MORAL
Moral (latin)
- morales, mos, moris, adat, istiadat, kebiasaan, cara, tingkah laku
- tabiat, watak, akhlak, cara hidup
Etika (yunani)
- ethicos, ethos-adat kebiasaan, praktek
merupakan hati nurani & penilaian (judgement) kegiatan praktis seseorang
SISTEMATIKA ETIKA
- etika : etika umum dan etika khusus
- etika umum bahas prinsip dasar moral, seperti pengertian etika dan fungsi etika
- etika khusus : etika individual dan etika sosial
- etika khusus menerapkan prinsip-prinsip dasar dari moral itu pada masing-masing
bidang kehidupan manusia
konfidensialitas
kejujuran (veracity)
ETIKA PROFESI
merupakan pemikiran kristis rasional tentang kewajiban dan tanggung jawab
seseorang atau sekelompok orang sebagai pemegang profesi tertentu
KODE ETIK
- untuk menjamin pelayanan terhadap masyarakat oleh profesi tertentu diperlukan kode
etik
- kode etik adalah prinsip-prinsip yang wajib ditegakkan oleh anggota dari komunitas
profesi tertentu
- kode etik disusun oleh wakil-wakil yang duduk dalam asosiasi profesi tertentu
KODE ETIK PROFESI
- idealnya disusun oleh profesi itu sendiri, dengan melibatkan orang-orang yang
memahami seluk beluk profesi tersebut dan para ahli etika, dan dengan didukung oleh
organisasi profesi yang solid
SANKSI ATAS PELANGGARAN KODE ETIK
- pada umumnya identik dengan sanksi terhadap pelanggaran norma-norma agama,
kesusilaan, atau sopan santun
ARTI PENTING ORGANISASI PROFESI
- secara intern, organisasi profesi dapat memberikan sanksi yang telah disepakati
bersama kepada anggota yang melanggar
- organisasi yang solid memungkinkan untuk mengambil tindakan atas pelangaran yang
dilakukan oleh penyandang profesi yang bersangkutan
- contoh : pada IAI, ada komisi etik disiplin apoteker indonesia baik yang dipusat atau
provinsi, dan lain-lain
KODE ETIK DAN NORMA HUKUM
- jika pelanggaran yang terjadi tidak lagi sekedar berkaitan dengan kode etik, tetapi
sudah memsuki wilayah norma hukum, maka pemberian sanksinya, di samping oleh
organisasi profesi yang bersangkutan (seperti pemecatan keanggotaan), juga harus
diserahkan kepada negara
LAW
- law is a body of rules for human conduct within a community enforced by the
external power for order and justice
- moral is a body of rules for human conduct within a community enforced by internal
power for order and justice
- internal dan eksternal kawin jadi suatu kekuatan
ETIKA & HUKUM
1. hukum menurut standar moral yang minimal → larangan-larangan
etika menurut standar moral yang tertinggi → larangan-larangan dan hal-hal yang
positif dokter kepada pasiennya
2. perbuatan seorang yang profesional
a. etis dan legal
b. etis tidak legal : tidak ada kriteria etis melanggar hukum
c. tidak etis dan legal : dokter/apoteker mengiklankan diri contoh : bermedsos
d. tak etis dan tidak legal : dokter membuat tagihan palsu kepada perusahaan
asuransi beaya pengobatan & perawatan
contoh : keputusan medis ada di profesi, keputusan etis ada di keluarga
HUKUM
MORAL DAN HUKUM
Hukum merupakan produk kehendak manusia, teori mengenai manusia berasal dari
keberadaan manusia itu sendiri secara kodratnya menginginkan kebebasan bertindak dan
berorientasi hidup, sehingga dengan kebebasan membuat manusia kadangkala menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan apa yang ia ingginkan, bahkan saling mencederai martabat
sesama manusia demi apa yang a inginkan. Dengan demikian diperlukannya hukum yang
mampu membawa manusia kembali pada peradapannya menuju kehidupan yang harmoni
diantara kebebasan dan keinginan natural kedihupannya. Di era digital modern seperti sat ini
dimana manusia telah berkembang dalam ilmu dan teknologi maka terjadi kemerosotan nilai
dengn kembalinya keera primitive saling menguasai dan membinasakan sesama. Hal ini
sedikit membuat krisis moralitas dalam dunia hukum kita terutama peran dan fungi sebagai
aparat penegak hukum, dan para pengambil kebijakan, orang-orang in seharusya sebagai role
model malah justru berakrobat, mengakali proses hukum, untuk kepentingan politik atau
kelompoknya. Disatu sis manusia mengklaim dirinya adalah mahluk paling bermoral yang
mengemban tugas untuk membangun negerinya, disisi lain ketika berbicara keinginan pribadi
mahluk yang namanya manusia in mengikis sendiri nilai nilai morallitas untuk meraihnya.
Disinilah moralitas dipertanyakan terutama dalam moralitas berhukum.
Kejadian terkini ditanah air berupa rentetan kasus Operasi Tangkap Tangan (OTT)
yang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada para penegak hukum dan
para pejabat daerah : salah satu nya kasus Bupati Kabupaten Bengkayang, Hakim Tipikor
yang terkena suap, Jual beli jabatan yang dilakukan ole seorang Mentri, Terpidana koruptor
menyuap Kepala Lembaga Pemasyarakatan bahkan ratusan kasus lain yang melibatkan aparat
penegak hukum dan Pejabat Publik negeri ini. Ini menjadi bukti betapa setriusnya persoalan
ketika moral absen dalam hukum.
Korupsi dan Suap menyuap dalam dunia hukum bukan lagi masalah every man's need
melainkan every man's greed sebagaimana ungkapan Mahatma Gandhi karena lumpuhnya
pengekangan diri karena absennya moralitas. Hukum memerlukan Moralitas sebagaimana
yang di ungkapkan Bernart L. Tanya dalam bukunya Moralitas Hukum. Hukum dapat
melakukan tugasnya apabila dapat berefleksi secara proporsional bagaimana hukum
seharusyabersifat dan bertugas apabila dilandasi dengan moral.
Beberapa tori tentang hukum seperti yang diaungkapkan para pakar Hukum dibawah ini:
1. Immanuel Kant:
Hukum adalah semua syarat dimana seseorang mempunyai kehendak bebas, sehingga
bisa menyesuaikan diri dengan kehendak bebas orang lain dan menaati peraturan
hukum mengenai kemerdekaan.
2. Mr. E.M. Meyers:
Hukum adalah aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan. Hukum ditujukan
kepada perilaku manusia dalam masyarakat yang menjadi pedoman bagi para
penguasa Negara dalam menjalankan tugas.
3. Bambang Sunggono:
Hukum adalah sebagai subordinasi atau produk dari kepentingan politik.
4. Leon Duguit:
Hukum adalah seperangkat aturan tingkah laku anggota masyarakat dimana aturan
tersebut harus ditaati oleh masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama.
Apabila dilanggar maka akan mendatangkan reaksi bersama terhadap pelanggar
hukum.
5. Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja:
Pengertian Hukum adalah keseluruhan kaidah seta semua asas yang mengatur
pergaulan hidup dalam masyarakat dan bertujuan untuk memelihara ketertiban sera
meliputi berbagai lembaga dan proses guna mewujudkan berlakunya kaidah sebagai
suatu kenyataan dalam masyarakat.
6. Soetandyo Wigjosoebroto:
Satjipto Raharjo:
Menyatakan bahwa tidak ada konsep tunggal tentang apa itu hukum. Karena
sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep, yaitu:
a. Hukum sebagai asas moralitas.
b. Hukum sebagai kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu.
c. Hukum sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam hidup bermasyarakat.
7. Satjipto Raharjo:
Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisi petunjuk tingkah laku.
Hukum merupakan cerminan dari kehendak manusia mengenai bagaimana seharusya
masyakat dibina dan kemana masyarakat harus diarahkan. Pertama hukum harus
rekaman dari ide yang dipilih oleh masyarakat tempat hukum dibuat, ide tersebut
berupa ide tentang keadilan.
Dari beberapa teori hukum diatas merupakan pengertian yang menyesatkan kerena
dimulai dari konsep yang kurang tepat mengenai hakikat asasi manusia dan hukum yang
seakanakan hampa nilai. Manusia dianggap kumunitas materi seperti kadal yang berkaki dua
yang seolah-olah hanya tunduk pada Naluri atau insting sehingga di biarkan dalam logika
hukum rimba dengan siapa yang kuat dialah sebagai raja rimbanya. Jika harus ditertibkan
agar yang lemah tidak binasa, maka cukup dengan aturan yang sekeras mungkin agar
amnusia takut dan taat atau setidanya penguasa membuat aturan yang mengamankan
keselamatan masing-masing Individu supaya tidak saling memangsa dalam perang semua
versus semua. Ada Juga manusia yang mengandalkan kecerdikan dalam menghadapi "Si
mahluk liar," yang namanya manusia menurut Machiavelli dalam bukunya berjudul I Principe
( Sang Raja ) dengan cara menempuh mengelabui, maka si "Si mahluk liar" itu dapat di
jinakkan dan dikuasai.
Penguasa boleh memilih berbagai cara untuk menguasai "si Liar" dapat kendalikan
dan dikuasai misalnya dengan kekerasan, pembunuhan, pengkhianatan, penipuan. Dipagi hari
bepenampilan sebagai domba, disiang hari berpenampilan sebagai harimau, hal ini sah-sah
saja. Untuk membuat aturan demi aturan it sendiri maka aturan itulah sebagai ukuran segala
sesuatu: menjadi tertib, legal, pasti, dan terkontrol. Manusia sebagai mahluk yang liar tadi
harus tunduk terhadap aturan yang ada tapa syarat. la sebagai robot yang didepan aturan tapa
perlu mempertanyakan motif aturan itu dibuat, tapa perlu mempertanyakan nilai-nilai
aturannya apalagi kewajaran aturan tersebut, cukup melakukan saja apa yang diperintahkan,
hal inilah yang dilakukan para kaum legalis klasik.
Naturalisme dalam pemikiran diatas menimbulkan hal negative sehingga telah
menghilangkan nilai paling substantive dari manusi dan hukum, yaitu nilai-nilai yang di
ungkapkan oleh Theodore M.Steeman dalam Disertasinva di Harvard University tahun 1973
dengan judul "Religious pluralism And National Integration". Dengan menurunkan derajat
manusia aling rendah melalui seakanakan hanya seekor Homo, bukan Homo sapiens.
Seolah-olah hanya Binatang atau animal, bukan sebagai mahluk bermoral, hanya materi
bukan logos. Dengan demikian, hukum yang sejatinya merupakan tatanan khas manusia yang
sarat nilai hal in merupakan cara pandang Socrates pada jaman Yunani yang selalu
mengaitkan masalah negara dan hukum dengan aspek moral, yaitu keadilan. Dengan
diturunkan derajat manusia dengan melakukan perintah-perintah paksa hampa nilai. Hukum
kehilangan nilainya sebagai pedoman tentang yang baik, benar dan pantas yang di ungkapkan
Max Weber dalam bukunya The Theory of social and economic organization.
Ajaran hukum Kodrat ( Natural law) yang mengunggulkan supremasi moral,secara
akal sehat kita sulit menerima secara teori tentang kehampaan nilai dalam hukum. Hati kita
begitu terusik ketika aparat penegak hukum dan para elite politik menenggelamkan diri dalam
kubangan mafia hukum. Apa sebenarnya yang terjadi ? terjadilah pencideraan nilai-nilai,
terjadinya pengkhianatan norma-norma moral tugas. Sehingga terjadi Moral manusia dan
juga moral hukum yang terinjak-injak. Hukum adalah alat manusia , sebagai alat hukum
bukan merupakan tujuan pada dirinya sendiri. Hukum melayani manusia sebagai manusia.
Hukum melayani manusia yang punya Nurani dan Martabat. Hukum tidak harus berubah
meniadi etika, namu orang mash mengharapkan sesuatu yang bernilai dari hukum. Hukum
tidak harus menjadi agama namun orang mash berharap sesuatu yang mulia dari hukum.
Walaupun hukum tidak harus berubah menjadi ideologi namun orang mash berharap sesuatu
yang ideal dari hukum. Dengan demikian itulah yang menjadi jiwa hukum (Enima Legias)
dari suatu tatanan manusia. Minimal hukum dalam konteks sebagai kaidah manusia tidak
melangkahi kewajaran akal sehat. Tidak membolak balikan norma-norma moral. Tapa
menegasi prinsip-prinsip keadapan. Tidak harus kembali ke ajaran Socrates atau Plato,
idealisme nilai-nilai dalam hukum mash merupakan sesuatu yang fundamental.
Ajaran Kant menekankan pentingnya martabat manusia yang tidak dapat
ditawar-tawar yang merupakan induknya teori Kelsen. la mengungkapkan bahwa ada dua
norma yang mendasari prinsip ini: (1) Tiap manusia diperlakukan sesai martabatnya, ia harus
diperlakukan dalam segala hal sebagai subyek, bukan obyek (2) Orang harus bertindak
dengan dalil bahwa apa yang menjadi dasar tindakannya memang merupakan prinsip
semesta. Berdasarakan teori kan tersebuat bahwa yang menjadi prinsip teorinya adalah
keharusan memperlakukan manusai sebagai subjek dan tidak _ boleh menjadi objek. Gustav
Ranbruch meng-atakan memantrikan keadilan sebagai mahkota hukum. Keadilan adalah cita.
Hukum merupakan rangkaian nilai keadilan, kepastian dan ke"an-faatan dari sebuah tata nilai
kolektif. Lupen juga menekankan pentingnya keadilan. Keadilan menurut pandangannya
adalah sikap memperhatikan tugas dan kewajiban untuk mempertahankan dan
mengembangkan perikemanusian. Keindahan hukum sebagai tata nilai adalah pada
perjuangan untuk tetap melestarikan perikemanusian yang menegaskan bahwa hukum
diperuntukan bagi manusia sebagai mahluk yang luhur mulia, bukan semata-mata seonggok
materi. Dari kedua teori para ahli diatas Gustav Ranbruch dan Luypen lebih menekankan
pentingnya keadialan. Jadi hukum it sebagai alat, namun alat yang bebas nilai. Hukum
sebagai alat manusia yang sarat akan nilai-nilai sebab hukum melayani manusia yang sarat
nilai-nilai.
Hukum merupakan alat manusia yang sarat nilai, maka dengan kata lain bahwa
hukum adalah the art of value. Sebauah seni mempertahankan nilai-nilai dan atau
prinsip-prinsip. Dengan 4 alasan bahwa hukum dikatakan the art of value Karena:
1. Hukum adalah kaidah
Hukum merupakan dari pedoman yang mempunyai nilai dan mengandung
nilai, hukum sebagai kaidah lebih dari hanya sekedar aturan namun secara pragmatis
yang fungsinya untuk mengawasi dan mengendalikan. Hukum mempunyai sifat
normative dalam wujudnya sebab melibatkan juga rasionalitas nilai nilai yang di
ungkapan ole Max weber. Jadi hukum tidak hanya mengandung aturan-aturan saja dan
bagaimana mepertahankan hukum namun lebih dari it Aturan hukum harus dapat
dibenarkan melalui akal sehat dengan apakah hukum itu layak atau tidak, baik benar
hukum bernilai. Dengan konteks hukum adalah kaidah dengan menampilkan norma
yang benar baik dan bermanfaat sehingga dalam penanganan hukumpun diperlukan
keluhuran kaidah. Hukum harus ditangani secara bermoral.
2. Hukum Mengatur Manusia dan Nasib Manusia
Manusia adalah mahluk paling mulia yang di ciptakan oleh Tuhan yang Maha
Esa sehingga manusia hidup dengan peradapan yang tinggi, hal itu yang membedakan
manusia dengan mahluk-mahluk lain ciptaanNya. Sehingga manusia tidak boleh
diperlakukan secara semena-mena, maka hukumlah yang berfungsi disini sebagai alat
untuk mengatur manusia dituntut memiliki idealisme tentang keluruhan nilai dan
martabat manusia. Hukum harus mempunyai idealisme yang searah dengan nilai-nilai
kemanusian dan martabat manusia yang merupakan fundamental hukum.
3. Hukum Merupakan Instrumen Keadilan
Hukum Sebagai alat untuk mencapai keadilan, yang harus di utamakan oleh
hukum adalah berpegang pada norma-norma keadilan tapa idealisme norma-norma
keadilan hukum akan tidak peka sehingga dengan mudah mengabaikan keadilan,
persamaan, kejujuran dan lain-lain. Norma keadilan dalam hukum adalah unsur yang
paling pokok tapa itu maka akan hadirlah ketidakadilan yang paling nyata.
4. Hukum Mudah Dimanipulasi
Manipulasi hukum terbentang luas, karena hukum merupakan produk politik.
Dalam pengambilan keputusan menggunakan mengutamakan angka dan jumlah,
sehingga mudah menjadi jalan untuk memenangkan segala hal, proses inilah yang
menghancurkan republik dengan system Voting. Kebiasaan tawar menawar seperti
dagang sapi di Parlemen dilakukan, sehingga memunkinkan hal buruk terjadi dalam
hukum melalui penyusupan. Banyak peraturan perundang-undangan yang dibuat ole
lembaga yang berwenang kita dengan berisikan agenda-agenda yang tersembunyi
sehingga menimbulkan konflik semua unsur bangsa yang mengakibatkan kegaduhan
diberbagai bidang. Banyak nya peraturan perundang-undangan yang dibatalkan ole
Mahkamah Konstitusi melalui Judicial Review dan Tumpukan Perda yang dibatalkan
ole Depdagri merupakan contoh hukum di but berdasarkan Kepentingan yang
berke-pentingan bukan untuk kebutuhan.
Keberadaan Moral dalam hukum sangat diperlukan hingga saat ini. Kejadian
tragedi kemanusian memerlukan solusi hukum yang bermoral. Beberapa kejadian
yang menghebohkan dunia salah satunya mengenai Putusan Mahkamah Agung
Amerika yang mengintruksikan untuk mengakhiri diskriminasi terhadap kulit hitam,
piagam Magna Chart adalah sikap moral, kedua tragedi moral tersebut merupakan
absen nya moral dari hukum. Hukum yang bermoral adalah kebutuhan umat manusia.
Tapa hulum vang hermoral tidak terdapat masvarakat vang bisa berkembang dan
bertahan dalam kedamian dan keadilan. Menurut Bernard L Tanya dalam bukunya
Moralitas Hukum bahwa hukum yang bermoral adalah fondasi sekaligus perekat,
yang mencegah masyarakat dari disintegrasi yaitu hancur berkeping-keping. Dan
Bernard L Tanya menyatakan tidak mungkin ada kehidupan bersama yang manusiawi
tapa hukum yang bermartabat demikin ungkapan beliau didalam bukunya Penegakan
Hukum Dalam Terang Etika yang diterbitkan di Jogyakarta ole Genta Publising Tahun
2011.
Berdasarkan uraian diatas bahwa setiap petugas medis dan para medis harus
memiliki asas-asas etika medis untuk menjalankan tugas sehari-hari dalam melayani
pasien antara lain:
1. Asas Menghormati Otonomi Pasien.
Otonomi secara mum adalah hak untuk memutuskan sendiri dalam
hal-hal yang menyangkut diri sendiri. Hak otonomi pasien adalah hak pasien
untuk mengambil keputusan dan menentukan sendiri tentang kesehatan,
kehidupan, dan malahan secara ekstrim tentang kemati-annya.
2. Asas Keadilan (Justice)
Keadilan adalah salah satu pilar utama dalam kehidupan demokrasi.
Asas keadilan lahir dari hak asasi manusia; setiap orang berhak untuk
mendapat pelayanan kesehatan yang adil, karena kesehatan adalah hak yang
sama bagi setiap warga negara. Hak ini dijamin dalam amendemen UUD
tahun 1945.
3. Asas Berkata Benar (Truth Telling, Veracity)
Salah satu ciri hubungan tenaga kesehatan/paramedik dengan pasien
merupakan hubungan kepercayaan. Tenaga kesehatan harus selalu berkata
benar tentang keadaan pasiennya begitu juga pasien salah satu hak pasien
adalah memberikan informasi tentang keadaaan dirinya dengan
sEenar-benarnya. Jangan sampai membuat keterangan yang bukan
sesungguhnya kondisi pasien demi kepentingan hukum.
ILMU PERILAKU DAN ETIKA PROFESI FARMASI. (2022). (n.p.): Penerbit Lakeisha.