Anda di halaman 1dari 7

DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN POLRI

BIRO PERTANGGUNGJAWABAN PROFESI

NASKAH PELATIHAN PENUNTUTAN

I. PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Keberhasilan pelaksanaan tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia


dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan
hukum, dan melindungi, mengayomi serta melayani masyarakat, selain
ditentukan oleh kualitas pengetahuan dan keterampilan teknis kepolisian
yang tinggi sangat ditentukan oleh perilaku terpuji setiap anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia di tengah masyarakat. Guna mewujudkan sifat
kepribadian tersebut, setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya senantiasa terpanggil untuk
menghayati dan menjiwai etika profesi kepolisian yang tercermin pada sikap
dan perilakunya, sehingga dapat terhindar dari perbuatan tercela dan
penyalahgunaan wewenang.

Etika profesi kepolisian merupakan kristalisasi nilai-nilai Tribrata yang


dilandasi dan dijiwai oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam wujud komitmen moral
yang meliputi pada pengabdian, kelembagaan dan kenegaraan, selanjutnya
disusun kedalam Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Etika pengabdian merupakan komitmen moral setiap anggota Kepolisian
Negara Republik Indonesia terhadap profesinya sebagai pemelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum serta pelindung,
pengayom dan pelayan masyarakat. Etika kelembagaan merupakan

komitmen . . . . .
2

komitmen moral setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia


terhadap institusinya yang menjadi wadah pengabdian yang patut dijunjung
tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dan segala
martabat dan kehormatannya. Etika kenegaraan merupakan komitmen moral
setiap anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia dan institusinya untuk
senantiasa bersikap netral, mandiri dan tidak terpengaruh oleh kepentingan
politik, golongan dalam rangka menjaga tegaknya hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia mengikat secara


moral, sikap dan perilaku setiap anggota Polri. Terhadap pelanggaran Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi
unsur melanggar norma etika harus dipertanggungjawabkan di hadapan
Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolsiian Negara Republik Indonesia guna
pemuliaan profesi kepolisian. Dalam Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian
Negara Republik Indonesia salah satu bagiannya yang penting adalah berupa
penuntutan yang dibuat oleh Penuntut tentang permohonan tuntutan
kepada Majelis yang menyidangkan perkara tersebut agar terhadap terduga
pelanggar dimaksud dinyatakan perbuatannya terbukti bersalah melakukan
pelanggaran etika profesi yang mengandung sanksi agar terhadap pelaku
yang bersangkutan dijatuhi sanksi.

2. PENGERTIAN

Bahwa pengertian penuntutan (vervolging) menurut Kitab Undang-undang


Hukum Acara Pidana adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam
hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan
(Pasal 1 butir 7 KUHAP).
Sedangkan . . . . .
3

Sedangkan pengertian penuntutan berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 14


Tahun 2012 adalah tindakan akreditor selaku penuntut dalam persidangan
Komisi Kode Etik Polri dengan memberikan tuntutan kepada pelaku atau
terduga pelanggar dimaksud dinyatakan perbuatannya terbukti bersalah
melakukan pelanggaran Undang – Undang yang mengandung sanksi agar
terhadap pelaku atau terduga pelanggar bersangkutan dijatuhi sanksi.
Dimana didalam penuntutan tersebut akreditor selaku penuntut membuatkan
surat tuntutan.

a. Pengertian umum surat tuntutan

surat atau akta yang dibuat oleh penuntut tentang permohonan


tuntutan kepada majelis hakim yang menyidangkan perkara tersebut
agar terhadap pelaku/terduga pelanggar dimaksud dinyatakan
perbuatannya terbukti bersalah melakukan pelanggaran Undang –
Undang yang mengandung sanksi serta agar terhadap pelaku atau
terduga pelanggar bersangkutan dijatuhi sanksi, dimana tuntutan
tersebut dibuat bedasarkan fakta – fakta yg telah digali dan diperoleh
didalam proses persidangan

b. Pengertian khusus surat tuntutan

surat yang dibuat oleh Akreditor selaku penuntut tentang permohonan


tuntutan kepada majelis Kode Etik Profesi Polri selaku hakim yg
penyidangkan perkara dugaan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri agar
terhadap perbuatan terduga pelanggar dinyatakan terbukti secara sah
dan meyakinkan melakukan pelanggaran kepp serta permohonan agar
terhadap terduga pelanggar dijatuhi sanksi KEPP, dimana surat
tuntutan tersebut dibuat berdasarkan fakta – fakta yang telah digali dan
diperoleh didalam proses sidang pelanggaran Kode Etik Profesi Polri.

II. TEHNIK . . . . .
4

II. TEHNIK PENYUSUNAN PENUNTUTAN

1. DASAR PENYUSUNAN PENUNTUTAN

Bahwa dasar penyusunan penuntutan dalam sidang Komisi Kode Etik Polri
dimaksud dibuat berdasarkan fakta-fakta keterangan saksi, keterangan
terduga pelanggar dan alat bukti yang telah digali dan diperoleh oleh komisi
pada proses pemeriksaan dalam persidangan dimaksud.

2. FORMAT PENUNTUTAN

Mendasari pada Peraturan Kapolri Nomor 14 Tahun 2012 tentang Susunan


Organisasi Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, bahwa format penuntutan
tertuang didalam lampiran H huruf d dengan format penulisan sebagai
berikut:

KOPSTUK
 
“UNTUK KEADILAN”
 
  TUNTUTAN PELANGGARAN KODE ETIK
Nomor: TUT-.... ./ ..... / 20....... / Ro/Subbidwabprof
 
Yang mulia Ketua dan anggota majelis sidang komisi Kode Etik
yang kami hormati rekan pendamping dan hadirin yang berbahagia
 
Berdasarkan Berkas Pemeriksaan Pendahuluan Pelanggaran KEPP Nomor:
BP4KEPP/...../....../20...../Ro/Subbidwabprof tanggal ......... 20...... terduga
pelanggar atas nama ........., dan berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam
persidangan KKEP yang dilaksanakan sebanyak ........... kali persidangan pada
tanggal............, telah terungkap fakta-fakta hukum sebagai berikut:
1. keterangan saksi atas nama ............ pada intinya menerangkan saksi pernah
melihat/mendengar/mengalami bahwa terduga pelanggar pernah..................
Terhadap saksi;
2. Barang bukti berupa......... yang diperlihatkan dipersidangan pada intinya
dapat disimpulkan bahwa terduga pelanggar membenarkan bukti tersebut
terkait dengan perbuatan terduga pelanggar yang pernah........ dan
terduga pelanggar membenarkan............;
3. Keterangan Terduga Pelanggar pada intinya terduga pelanggar:
a. membenarkan sebgai anggota Polri dengan jabatan sebagai ...................
dan membenarkan pernah menangani perkara ......... dengan terduga
pelanggar......., pelapor........ sesuai Laporan Polisi.........;
b. membenarkan keterangan para saksi atas nama........ atau membantah
keterangan para saksi atas nama.........;
5

c. membenarkan barang bukti yang diajukan oleh penuntut dan


membenarkan 2) Terduga tuntutan
beberapa pelanggar yangtelah menyatakan
disampaikan dimuka yang
oleh penutut persidangan akan
memperbaiki
pada intinya.........., namun menolak kesalahannya;
analisis yang diajukan oleh penuntut
terkait dengan........
3) ....................., dst
4. Barang-bukti : b. Fakta yang memberatkan:
a. ..............................
1) .....................;
b. ........................... dst
2) ....................., dst
penuntut menilai terhadap uraian keterangan
Mempertimbangkan fakta hukumpara saksi,
tersebut di terduga pelanggar
atas, penuntut dan
berpendapat perbuatan
barang-bukti tersebut telah memenuhi unsur sebagai fakta hukum
terduga pelanggar telah dapat dibuktikan dan memenuhi syarat hukum untuk tentang
perbuatan pelanggaran
dituntut dan norma-norma
dimintakan hukum khususnya ketentuan
pertanggungjawaban hukum, peraturan
oleh karena itu mohon
kewajiban dankiranya larangan yang telah dilanggar oleh terduga
Ketua, Wakil Ketua dan anggota Sidang Komisi pelanggar,
Kode Etikyang
Polri untuk:
seharusnya terduga pelanggar sebagai anggota Polri dalam kompetensinya
1. menjatuhkan
menjalankan kewenangan, tugasputusan bahwa jawab
dan tanggung terhadap terduga
sebagai pelanggar
.............. wajib telah terbukti
secara sah dan meyakinkan
menaati ketentuan peraturan Kode Etik Profesi Polri. melakukan melanggar ketentuan:
a. pasalmenilai
Oleh karena itu penuntut .......... terhadap
Perkap Nomor 14 pelanggar:
terduga Tahun 2011 yang berbunyi “...............”
b. ............... dst
nama : ..................;
2. menjatuhkan sanksi:
pangkat/NRP : ..................;
a. Sanksi yang sifatnya bukan administratif berupa:
jabatan : ..................;
1) ..................
kesatuan : ..................;
2) ............ dst
telah cukup bukti untuk diajukan tuntutan dan memenuhi syarat untuk dimintai
pertanggungjawabanb. Sanksi
secara yang sifatnyamelakukan
hukum administratif berupa:
pelanggaran KEPP dengan
tuntutan melanggar pasal sebagai berikut:
1) ...................
1. Pasal ...... ayat ........ huruf ......Perkap
2) ............. dst Nomor 14 tahun 2011 yang berbunyi
”....................” dengan pertimbangan hukum pembuktiannya sebagai
berikut: Demikian tuntutan ini disampaikan dan dibacakan dimuka persidangan, mohon
kiranya tuntutan ini akan dijadikan sebagai pertimbangan hukum dalam
a. Unsur setiap anggota putusan
mengambil Polri dan tuntutan ini kiranya merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam
Unsur anggota Polri tidak perlu dibuktikanputusan, serta mohon dijatuhkan
lagi karena putusan
dengan terduga pelanggar
adanya
Sprin sebagai penyidik dan Skep pengangkatan serta jabatan terakhirkewajiban dan
terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar ketentuan
larangan
secara otomatis tersebutterduga
terhadap di ataspelanggar
serta mohon
adalahdijatuhi
anggota sanksi
Polri;sebagaimana uraian di
  atas, namun apabila kiranya Yang Mulia Ketua, Wakil Ketua dan anggota Sidang
Komisi Kode Etik Polri
b. wajib .................................... berpendapat lain saya sebagai penuntut mohon dapat
dijatuhkan putusan dan sanksi seadil-adilnya (ex aequo etbono).
.........................................
2. ............... dst ............, ....................... 20.....
3. Fakta-fakta yang meringankan dan memberatkan:
a. Fakta yang meringakan: Penuntut
1) Terduga pelanggar selama proses pemeriksaan pendahuluanNAMA dan
proses dipersidangan kooperatif, membenarkan fakta yangPANGKAT/NRP
ada dan
menyesali atas perbuatannya;
6

3. SUBSTANSI PENUNTUTAN

Pada prinsipnya atau substansi penuntutan didalam persidangan Komisi Kode


Etik Polri meliputi 5 (lima) pokok antara lain:

a. Surat tuntutan dibuat oleh akreditor selaku penuntut pelanggaran Kode


Etik Profesi Polri berdasarkan surat perintah sebagai penuntut;

b. Surat tuntutan yang dibuat harus sesuai dengan kompetensi


kewenangan yang diatur oleh undang – undang dan peraturan yang
berlaku di lingkungan Polri;

c. Surat tuntutan yang dibuat atau disusun harus berdasarkan fakta


hukum yang diambil dari proses pembuktian pada fakta di persidangan
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri;

d. Surat tuntutan yang dibuat harus jelas, rinci melalui uraian tentang bentuk
pelanggaran, jenis pelanggaran, tempat dan waktu pelanggaran terjadi
tuntutan yang dibuat harus jelas dan pasti pelanggaran telah terjadi dan
hindari terjadinya tuntutan yang keliru pelakunya (error in pesona);

e. Surat tuntutan yang dibuat harus benar sistematika tuntutannya sesuai


dengan bobot pelanggarannya sehingga penyusuan tuntutannya tepat
dengan gradasi pembuktian dan penuntutan (primer, subsider, lebih
subsider).

4. PEMBACAAN PENUNTUTAN DALAM SIDANG KKEP

pembacaan penuntutan dalam sidang Komisi Kode Etik Polri dibacakan di


depan sidang dan tembusannya atau petikannya diserahkan kepada majelis
hakim/komisi dan kepada terduga pelanggar atau melalui penasehat
hukumnya atau pendampingnya.

III. PENUTUP . . . . .
7

III. PENUTUP

Demikian naskah ini disusun, semoga bermanfaat bagi para peserta pelatihan
Akreditor Rowabprof Divpropam Polri T.A. 2015.

Jakarta, Juli 2015

PENYUSUN

Anda mungkin juga menyukai