Anda di halaman 1dari 64

UPAYA PEMBERANTASAN

KORUPSI
SABTU, 9 JAN 2021
SETELAH MENDALAMI MATERI INI DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai
upaya pemberantasan korupsi;
2. Mahasiswa mampu membandingkan
berbagai kelebihan dan kelemahan upaya
pemberantasan korupsi dari berbagai sudut
pandang;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai
upaya apa yang dapat dilakukannya dalam
rangka mencegah dan memberantas
korupsi baik di lingkungannya maupun
dalam masyarakat.
Materi Hari ini :
Pokok Bahasan : Upaya Pemberan-
tasan Korupsi.
Sub Pokok Bahasan
I.KonsepPemberantasan Korupsi
(NON PENAL-NON
LITIGASI,PREVENTIF)
II.UpayaPenanggulangan Kejahatan
(korupsi) dengan Menggunakan
Hukum Pidana(PENAL-LITIGASI)
III. Berbagai Strategi dan/atau Upaya
Pemberantasan KorupSI
Pengantar :
1.Pemberantasan korupsi banyak mengalami
hambatan dan rintangan, karena praktek korupsi
sudah sistematik, sdh mengakar pada seluruh aspek
kehidupan dan sudah membudaya- sudah
dipraktekkan dari masysyarakat kasta paling rendah
sampai LEMBAGA NEGARA.
2.Secara Empiris , Praktek korupsi tetap subur segi
kuantitas maupun kualitasnya MESKI SUDAH
DIBENTUK LEMBAGA ANTI KORUPSI(KPK) SERTA
BERBAGAI ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
( UU.31/1999 JO UU.20/2001, TTG TIPIKOR,
UU.30/2020 TTG KPK), namun hasilnya belum
maksimal
3.MESKIBELUM MAKSIMAL, PEMERINTAH DAN
MASYARAKAT PENGGIAT ANTI KORUPSI, TETAP
BERUSAHA SUNGGUH2, TIDAK KENAL LELAH, TDK
PUTUS ASA, ISTIQAMAH BERUSAHA SUNGGUH
AGAR KORUPSI LENYAP DARI NKRI
Upaya pemberantasan korupsi menurut Para
cendikiawan :
Pemberantasan korupsi dilakukan dengan
menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi
(MIS.HUKUMAN MATI, AGAR JERA), dengan
MENERAPKAN HUKUM PIDANA YAITU UU
HUKUM PIDANA (WET BOEK VAN STRAFT
RECHTS) SERTA UU. 31/99 JO UU.20/2001
PEMBENTUKAN Aparat Penegak hukum (tiga
pilar penegak hukum- polisi, jaksa dan hakim)
serta lembaga independen yg bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). SEMUA UU
DIBUAT. SERTA LEMBAGA KPK DIBENTUK DG
TUJUAN UTAMA untuk memberantas korupsi.
Tapi ironi justru OKNUM Tiga Pilar Penegak
Hukum justru ikut menumbuh-suburkan korupsi
yang terjadi di Indonesia.
Upaya pemberfantasn korupsi menurut para
cendikiawan : LANJUTAN
4. Melakukan pendidikan dan pembekalan
PENDIDIKAN AGAMA YANG KOMPREHENSIF,
DIHARAPKAN SETELAH BELAJAR AGAMA YANG
PARIPURNA, SEMUA WNI AKAN MERASA BAHWA
SEMUA PEMBUATAN (TMSUK NIAT MAU
KORUPSI), SEMUA TINGKAH LAKUNYA SELALU
DILIHAT, DITATAP, DIDENGAR, DISAKSIKAN,
DIAWASI, DICATAT OLEH TUHAN YME DAN
AKAN DIMINTAI TANGGUNG JAWAB DISISI
TUHAN YME KELAK DI HARI PEMBALASAN (CAT
meski menurut penelitian bahwa negara-negara
yang tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru
adalah negara-negara yang masyarakatnya
dapat dikatakan cukup taat beragama)
Upaya Pemerantasan korupsi (cendikiawan) ljutan.
5. REFORMASI BIROKRASI ADALAH UPAYA UNTUK
MELAKUKAN PEMBAHARUAN DAN PERUBAHAN MENDASAR
THDP SISTEM PENEYELNGGARAAN PEMERINTAH DLM
RANGKA MEWUJUDKN CITA TATA KELOLA PEMERINTAHAN
YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)
REFORMASI BIROKRASI DENGAN TUJUAN (A) BIROKRASI
YANG BERSIH (BEBAS KKN DAN AKUNTABLE) (B)
BIROKRASI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN © BIROKRASI YANG
MEMILIKI PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS(MIS MELALUI
SURVEY KEPUASAN MASY)
Transparansi dan akuntabilitas vertiKal dan horizontal
(pertanggung jawaban) penyelenggaran negara harus
ditingkatkan.
PembentukAN lembaga independen yang bertugas mencegah
dan memberantas korupsi( semacam KOMNAS HAM DLM
KASUS PELANGGARAN HAM) . Lembaga ini harus
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya kepada
rakyat.
Kebebasan mnyatakan pendapat WNI DIDEPAN UMUM (UU.
9/1998) (civil society) DIFASILITASI DAN DITINGKATKAN,
termasuk di PERS DAN MEDIA DARING LAINNYA BEBAS DAN
INDEPENDEN.
Konsep Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi  Konsep Pemberantasan
Korupsi
Ada yang menyatakan bahwa korupsi ibarat penyakit
‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi juga
akut yang menempel pd semua aspek kehidupan.
Dan harus dipahami bahwa korupsi memang akan selalu
ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara-
KORUPSI HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN PARA
PENEGAK HUKUM SERTA MASYARAKAT ANTI KORUPSI.
INGAT DI DUNIA INI HIDUP BERDAMPINGAN BAIK VS
BURUK, KORUPSI VS KEJUJURAN HALAL-VS HARAM,
KEBENARAN VS KEDUSTAAN
(*) SEBAGAI ORANG YANG BERAGAMA KITA HARUS
YAQIN BAHWA YANG HAQ-BENAR PASTI MENANG, YANG
BATIL-KORUPTOR PASTI HANCUR. OLEH SEBAB ITU KITA
BERPIHAK DAN MEMIHAK PADA KEBENARAN,
KEJUJURAN, KEADILAN, KARENA SEMUA YANG KITA
PERBUAT DILIHAT, DISAKSIKAN, DICATAT SERTA KITA
HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PD TUHAN YME.
Upaya pemberantasan korupsi menurut Fijnaut dan
Huberts (2002) bahwa :
Upaya pemberantasan korupsi dilakukan dengan
menghubungkan strategi atau upaya
pemberantasan korupsi dengan melihat
karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat
serta lingkungan di mana mereka bekerja atau
beroperasi.
Tidak ada jawaban, konsep atau program tunggal
untuk setiap negara atau organisasi.
Ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang
kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat maupun organisasi yang dituju. Setiap
negara, masyarakat mapun organisasi harus
mencari cara mereka sendiri untuk menemukan
solusinya. Misal upaya yang paling tepat untuk
memberantas korupsi adalah dengan memberikan
pidana atau menghukum seberat-beratnya pelaku
korupsi. Dengan demikian bidang hukum
khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai
jawaban yang paling tepat untuk memberantas
korupsi.
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau
yang biasa dikenal dengan istilah politik
kriminal atau criminal policy oleh G. Peter
Hoefnagels dibedakan sebagai berikut
(Nawawi Arief : 2008) :
1. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana
(prevention without punishment);
2. Kebijakan penerapan hukum pidana
(criminal law application);
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing
views of society on crime and punishment
/mass media) (atau media lainnya seperti
penyuluhan, pendidikan tmasuk Pend.AGAMA
dll : tambahan dari penulis).
Melihat pembedaan tersebut, secara
garis besar upaya penanggulangan
kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yakni
I. Jalur non-penal-NON LITIGASI (diselesaikan di
luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-
penalJALUR NON LITIGASI ) YAITU lebih
menitikberatkan pada sifat PREVENTIF
(pencegahan). (Nawawi Arief : 2008) mis dengan
pendekatan PBAK serta pendidikan agama yang
komprehensif)
II. Melalui jalur penal JALUR LITIGASI (dengan
menggunakan hukum pidana) YAITU, upaya
penanggulangan kejahatan melalui jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat REPRESIVE
(penumpasan /penindasan/ pemberantasan)
sesudah kejahatan terjadi. Mis pelaku korupsi
dihukum berat (hukuman mati)
I. JALUR NON LITIGASI-
NON PENAL
Jalur Non Penal-Non Litigasi- Upaya preventif
memang bukan menjadi fokus kerja aparat
penegak hokum KPK .
Namun untuk pencegahan korupsi sifat ini dapat
ditemui dalam salah satu tugas dari Komisi
Pemberantasan Korupsi ( KPK) yang memiliki :
Deputi Bidang Pencegahan yang di dalamnya
terdapat Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat (PREVENTIF). - Cek struktur deputi
pencegahan slide 13)
STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI
PENCEGAHAN KPK

1. Direktorat Pendaftaran dan Pemeriksaan


Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN, SANDI, 5 TRILYUN, JULI
20, PAKAI MOBIL HARGA 125 JT)
2. Direktorat Gratifikasi( Gratifikasi adlh
pemberian dlm arti luas mis diskon, hadiah
uag-barang, pinjaman tanpa bunga, tiket
perjalanan)
3. Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat;
4. Direktorat Penelitian dan Pengembangan;
5. Sekretariat Deputi Bidang Pencegahan.
TUGAS DEPUTI
PENCEGAHAN, KPK
Deputi Bidang Pencegahan
mempunyai tugas menyiapkan
rumusan kebijakan dan
melaksanakan kebijakan di Bidang
Pencegahan Tindak Pidana Korupsi.
FUNGSI DEPUTI PENCEGAHAN
Deputi Bidang Pencegahan menyelenggarakan fungsi [2]:
1. Perumusan kebijakan untuk sub bidang Pendaftaran
dan Penyelidikan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggaran Negara (PP LHKPN), Gratifikasi,
Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat serta Penelitian
dan Pengembangan;
2. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui pendataan,
pendaftaran dan pemeriksaan LHKPN;
3. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui
penerimaan pelaporan dan penanganan gratifikasi yang
diterima oleh Pegawai Negeri atau Penyelenggara
Negara
4. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui pendidikan
anti korupsi, sosialisasi pemberantasan tindak pidana
korupsi dan kampanye antikorupsi;
FUNGSI DEPUTI PENCEGAHAN
(LNJUTAN)

5. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui pendidikan


anti korupsi, sosialisasi pemberantasan tindak pidana
korupsi dan kampanye antikorupsi;(PBAK..kampus
kita)
6. Pelaksanaan pencegahan korupsi melalui penelitian,
pengkajian dan pengembangan pemberantasan
korupsi;(Anda bisa buat proposal penelitian di bidang
kes, judul upaya preventif budayab anti korupsi…
dananya besar lho…fdari diknas dan KPK)
7. Koordinasi dan supervisi pencegahan tindak pidana
korupsi kepada instansi terkait dan instansi yang
dalam melaksanakan pelayanan publik;
8. …..
FUNGSI DEPUTI PENCEGAHAN
(LNJUTAN)
8. Pelaksanaan kegiatan kesekretariatan
dan pembinaan sumberdaya di lingkungan
Deputi Bidang Pencegahan.
9. Koordinasi, sinkronisasi, pemantauan,
evaluasi dan pelaksanaan hubungan kerja
pada sub bidang Pendaftaran dan
Penyelidikan Laporan Harta Kekayaan
Penyelenggaran Negara (PP LHKPN),
Gratifikasi, Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat serta Penelitian dan
Pengembangan;
10. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Pimpinan sesuai dengan bidangnya.
BBRP ASPEK PENYEBAB KORUPSI
MENURUT BPKP(BADAN PENGAWASAN
KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN
1. ASPEK PERILAKU INDIVIDU- sifat tamak.
Moral yang kurang kuat menghadapi godaan,
tingkat pendapatan atau penghasilan seseorang
kurang mencukupi kebutuhan hidup yang wajar,
adanya kebutuhan hidup yang mendesak, sifat
malas dan tidak memiliki sifat kerja keras, dan
penerapan ajaran agama yang kurang diterapkan
secara benar.
2. ASPEK ORGANISASI  kurangnya sikap
keteladanan pimpinan, tidak adanya kultur
organisasi yang benar, kurang memadainya
sistem akuntabilitas yang benar di instansi
pemerintahan, lemahnya sistem pengendalian
manajemen, dan adanya kecenderungan untuk
menutupi perilaku koruptif dalam lingkup
organisasi.
BBRP ASPEK PENYEBAB KORUPSI
MENURUT BPKPlanjutan
3. ASPEK MASYARAKAT - lemahnya sistem nilai yang
ada dalam masyarakat sehingga menimbulkan
terjadinya korupsi, kurangnya kesadaran masyarakat
kalua terjadi korupsi, masy yg paling dirugikan (mis
kualitas SD, JALAN, PAM RENDAH) kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan korupsi, dan aspek peraturan
perundang-undangan.
4. ASPEK PERATURAN PERUNDANGAN yaitu terbitnya
peraturan perundanga-undangan yang MONOPO-
LITISTIK HUKUM HANYA MENGUNTUNGKN
KERABAT, KRONI(LAW ENFORCEMENT RENDAH) ,
KUALITAS UU YANG KURANG MEMADAI, JUDICIAL
REVIEW YG KURANG EFEKTIF, PENJATUHAN SANKSI
YG TERLALU RINGAN, PENERAPAN SANKSI PANDANG
BULU (a) TAP MPR/IX/98 : PENYELENGGARA NEGARA
BEBAS KKN, (b) UU.31/99 JO 20/2001 : TIPIKOR, (c)….
Kepres 127/99 ttg komisi Pemeriksaan kekayaan
Penyelenggara Negara)
KONSEP PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(TABLE 1)

1. Penataan SDM manusia yang


FAKTOR mengedpankan profesionalise
PENYEBAB dan taat norma
KORUPSI 2.Penataan kembali tata kerja
kelembagaan instansi dan
Organisasi
3.Penyederhanaan dalam
penyusunan kebijakan
KONSEP 4.Penataan sistem pencatatan,
PENCEGAHAN pelaporan dan evaluasi
5.Peningkatan profesonal dan
evektifitas satuan pengawas
internal
6.Peningkatan kesadaran dan
pembukaan akses pengawasan
partisipatif masyarakat
7.Penataan Undang Undang dan
perbaikan dan peningkatan SDM
Aparat Penegak Hukum
STRATEGI PREVENTIF MENURUT
BPKP(NON PENAL)

Strategi preventif diarahkan untuk mencegah


terjadinya korupsi dengan cara menghilangkan
atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau
peluang terjadinya korupsi.
Strategi preventif dapat dilakukan dengan:
1) Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat;
2) Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran
peradilan di bawahnya
3) Membangun KODE ETIK etik di sektor publik ;
4) Membangun KODE ETIK di sektor Parpol,
Organisasi Profesi dan Asosiasi Bisnis.
STRATEGI PREVENTIF MENURUT
BPKP..LNJUTAN (NON PENAL)
5) Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara
berkelanjutan.
6) Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia
(SDM) dan peningkatan kesejahteraan Pegawai Negeri ;
7) Pengharusan pembuatan perencanaan stratejik dan
laporan akuntabilitas kinerja bagi instansi pemerintah;
8) Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian
manajemen;
9) Penyempurnaan manajemen Barang Kekayaan Milik
Negara (BKMN)
10) Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
(ONE DAY ONE SERVICE)
11) Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti
korupsi secara nasional;
STRATEGI DETEKTIF MENURUT BPKP

Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi


terjadinya perbuatan korupsi, dilakukan dengan :
1) Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan
dari masyarakat;
2) Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi
keuangan tertentu;
3) Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan
fungsi publik;
4) Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan
anti pencucian uang di masyarakat internasional ;
5) Dimulainya penggunaan nomor kependudukan
nasional ;
6) Peningkatan kemampuan APFP/SPI dalam
mendeteksi tindak pidana korupsi.
II. JALUR PENAL-JALUR
LITIGASI
Pada Slide 19-20 telah diuraikan bahwa
penyebab korupsi adalah (a) ASPEK PERILAKU
INDIVIDU- sifat tamak. Moral yang kurang kuat
menghadapi godaan, tingkat pendapatan kurang
(tdk qona-ah) (b) ASPEK ORGANISASI 
kurangnya sikap keteladanan pimpinan,(rule
model) (c).. ASPEK MASYARAKAT - Masu
kurang sadar masyarakat kalau terjadi korupsi,
masy yg paling dirugikan (mis kualitas SD,
JALAN, PAM RENDAH) (d) ASPEK PERATURAN
PERUNDANGAN yaitu terbitnya peraturan
perundanga-undangan yang MONOPOLITISTIK
HUKUM HANYA MENGUNTUNGKN KERABAT,
KRONI(LAW ENFORCEMENT RENDAH)
Strategi Represif (BPKP)--litigasi
Strategi represif diarahkan untuk menangani
atau memproses perbuatan korupsi sesuai UU.
Strategi represif dapat dilakukan dengan :
1) Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi ;
2) Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan
penghukuman koruptor besar (Catch some big
fishes);
3) Penentuan jenis-jenis atau kelompok-
kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas ;
4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik ;
5)……
Strategi Represif
(BPKP)..lanjutan
5. Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan
perkara korupsi dalam system peradilan pidana
secara terus menerus ;
6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses
penanganan tindak pidana korupsi secara
terpadu ;
7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi
beserta analisisnya;
8) Pengaturan kembali hubungan dan standar
kerja antara tugas penyidik tindak pidana
korupsi dengan penyidik umum, PPNS dan
penuntut umum.
TUJUAN LITIGASI DLM
PEMBERANTASAN KORUPSI
Tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh pidana :
1. Pemeliharaan tertib masyarakat
2. Perlindungan warga masyarakat dari tindak
kejahatan
3. Memasyarakatkan kembali (rasionalisasi) para
pelaku kejahatan atau pelanggar hukum.
4. Memelihara dan mempertahankan integritas
pandangan-pandangan tertentu mengenai
keadilan sosial, martabat kemanusiaan dan
keadilan individu (Barda Nawawi, 2010)
TUJUAN LITIGASI
GENY (teori etis)  Tujuan Hukum Pidana adalah
merealisasikan keadilan di masy TUJ HK (a)UTK
MEREALISASIKN KEADILAN DLM MASY, MIS, Pasal
5 UU.31/1999 Setiap orang yang melakukan
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
209 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana
dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan paling lama 5 (lima) tahun dan atau denda
paling sedikit Rp 50.000.000,00 (Lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua
ratus lima puluih juta Rupiah) mis Fulan, Budi, suto
Korupsi memberi hadiah pd PNS sesuai psl.5(209
KUHP) dipidana sesuai pasal 5 UU.31/1999.
Psl.209 KUHP, setiap orang yang memberi hadiah
kepada PNS, dengan maksud utk membujuk PNS,
supaya ia berbuat atau tidak berbuat sesuatu
bertentangan dengan kewajibannya.
Menurut ARISTOTELES  KEADILAN DIBAGI
2(DUA) 
(a) Distributive justice arti setiap org mendpt
jatah/bagian sesuai dg haknya. Bagian ini tdk
sama, disesuaikn dg tingkt pendidikn, jabatn,
prestasi kerja,
(b)Commutative justice  psl. 27 uud 45-
Equality before law : setiap wni diperlakukan
sama didepan hukum mis
(a)RATUAnak Gubernur mencuri sanksi 362
KUHP, max 5 th. ,
(b) RITI anak Bupati mencuri sanksi 362 KUHP,
max 5 th,
©..RUTU anak PEDAGANG KAKII LIMA mencuri
sanksi 362 KUHP, max 5 th.
Upaya via jalus Penal, harus didasarkan pada
pertimbangan bahwa sarana penal memiliki
‘keterbatasan’ dan mengandung beberapa
‘kelemahan’ (sisi negatif) sehingga fungsinya
seharusnya hanya digunakan secara ‘subsidair’.
Pertimbangan tersebut (Nawawi Arief : 1998)
adalah :
1) Dilihat secara dogmatis, sanksi pidana
merupakan jenis sanksi yang paling tajam dalam
bidang hukum, sehingga harus digunakan
sebagai ultimum remedium (obat yang terakhir
apabila cara lain atau bidang hukum lain sudah
tidak dapat digunakan lagi);
2) Dilihat secara fungsional/pragmatis,
operasionalisasi dan aplikasinya menuntut biaya
yang tinggi;
3) Dilihat dari sanksi pidana mengandung sifat
kontradiktif/paradoksal yang mengadung efek
sampingan yang negatif. Karena Lembaga
Pemasarakatan overload.
Lembaga Pemasyarakatan
sesugguhnya adalah Lembaga yang
bertujuan untuk merehabilitasi dan
meresosialisasi pelaku kejahatan.
Namun dalam realita, tujuan ini sangat
sulit untuk diwujudkan. Berbagai
kasus narapidana yang dengan
memberi suap dapat menikmati
perlakuan istimewa saat berada di
Lembaga Pemasyarakatan dapat
memperlihatkan bahwa hukum telah
bersikap diskriminatif. Dengan ini
justru daftar lembaga dan aparat
hukum yang terlibat dan turut
menumbuhsuburkan korupsi
bertambah panjang.
Upaya via jalur Penal lanjutn
4) Penggunaan hukum pidana dalam menanggulangi
kejahatan hanya merupakan ‘kurieren am symptom’
(menyembuhkan gejala), ia hanya merupakan
pengobatan simptomatik (meredakan gejala penyakit)
bukan pengobatan kausatif (membasmi penyakit
korupsi sampai akar2nya) karena sebab-sebab
kejahatan demikian kompleks dan berada di luar
jangkauan hukum pidana;
5) Hukum pidana hanya merupakan bagian kecil (sub
sistem) dari sarana kontrol sosial lainnya yang tidak
mungkin mengatasi kejahatan sebagai masalah
kemanusiaan dan kemasyarakatan yang sangat
kompleks;
6) Sistem pemidanaan bersifat fragmentair dan
individual/personal; tidak bersifat struktural atau
fungsional;
7) Efektifitas pidana (hukuman) bergantung pada
banyak faktor dan masih sering diperdebatkan oleh
para ahli.
Proses Sidang Korupsi di KPK
Penjelasan
Proses Peradilan Tipikor dimulai dengan
1. Penyidikan (Undang Undang Nomor 8
Tahun 1981 /KUHAP)
2. Penyelidikan (pasal 1 ayat 5) dan
Penyidikan (pasal 1 ke 2 KUHAP),
3. di lanjut dengan Penuntutan (Pasal 1 Ke
7), dan
4. diakhiri Peradilan/Proses Mengadili (Pasal
1 ke 9).
Cat. No 1 dan 2 cek penjelasan slide.
Susunan Pengadilan Tipikor
1. Hakim ketua dan Hakim anggota jumlah
harus ganjil ( 1,3,5,7,9 dst)
2. Sidang Pengadilan Tipikor dipimpin oleh
Hakim Ketua
3. Panitera(Petugas Tipikor yang merekam-
mencatat jalannya sidang Tipikor)
4. Jaksa Penuntut Umum
5. Advocate-lawyer-Pembela
Proses..lanjutn
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi : Berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara
tindak pidana korupsi serta tindak pidana lain
yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi
yang dilakukan oleh warga negara asing di luar
wilayah Negara Republik Indonesia sepanjang
menyangkut kepentingan negara Indonesia.

Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berwenang


memberikan izin untuk melakukan pembekuan,
penyitaan, penyadapan, dan/ atau penggeledahan.

 
TAHAP PERADILAN
1. Peradilan Tingkat pertama Pada
Pengadilan Negerii
2. Peradilan Banding pada
Pengadilan Tinggi
3. Peradilan Kasasi pada Mahkamah
Agung
PROSES PN, BANDING DAN
KASASI DAN PK
1. PENGADILAN NEGERI(PN). JIKA PARA PIHAK
TDK PUAS DG VONIs PN, DPT AJUKAN
BANDING KE PT. JANGKA WAKTU AJUKAN
BANDING 7 HARI PASCA VONIS INKRACHT PN
2. PENGADILAN TINGGI(PT). JIKA PARA PIHAK
TDK PUAS DG VONIS PT, DPT AJUKAN KASASI
KE MA. JANGKA WAKTU AJUKAN KASASI 14
HARI PASCA VONIS INKRACHT PT
3. MAHKAMAH AGUNG
4. TERHADAP VONIS MA PARA PIHAK DPT
AJUKAN PK DAN ATAU MINTA GRASI KE
PRESIDEN. PROSES AJUKAN PK DAN GRASI :
TDK DIBATASI WAKTUNY- KAPAN SAJA
BOLEH
Dalam Undang-Undang ini diatur pula
mengenai Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi yang terdiri dari
(a)Hakim Karier dan
(b)Hakimad hoc : hakim yg diangkat utk
waktu tertentu, melaksanakn tugas
KHUSUS (diangkat Pres jab 5 mak 10 th)
yang persyaratan pemilihan dan
pengangkatannya berbeda dengan Hakim
pada umumnya. Mis
1.Hakim ad hoc : korupsi (uu.46/2009)
2.Hakim ad hoc perikanan (uu.45/2009)
3.Hakim ad hoc phi—Penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (uu.2/2004)
4.Hakim ad hoc Kehutanan (UU18/2003)
Keberadaan Hakim ad hoc
diperlukan karena keahliannya
sejalan dengan kompleksitas
perkara tindak pidana korupsi
(KEHUTANAN, phi< Perikanan ) ,
baik yang menyangkut modus
operandi, pembuktian, maupun
luasnya cakupan tindak pidana
korupsi antara lain di bidang
keuangan dan perbankan,
perpajakan, pasar modal, pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
Proses Peradilan Tipikor dimulai
dengan Penyidikan (Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1981 /KUHAP)
Penyelidikan (pasal 1 ayat 5) dan
Penyidikan (pasal 1 ke 2 KUHAP), di
lanjut dengan Penuntutan (Pasal 1
Ke 7), dan diakhiri Peradilan/Proses
Mengadili (Pasal 1 ke 9).
Pengadilan Tipikor
1. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
adalah Pengadilan Khusus yang
berada di lingkungan Peradilan
Umum.
2. Pengadilan yang biasa disebut
dengan Pengadilan Tipikor ini
berlokasi di Lantai 1 dan 2 Gedung
UPPINDO Jalan Rasuna Said Kav
C-19, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pada awalnya, Pengadilan Tipikor hanya
dibentuk di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang wilayah hukumnya meliputi
seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Setelah diterbitkannya Undang-
Undang Nomor 46 Tahun 2009, Pengadilan
Tipikor dibentuk pada setiap Pengadilan
Negeri di ibu kota provinsi yang meliputi
daerah hukum provinsi yang bersangkutan.
Untuk provinsi DKI Jakarta, Pengadilan
Tipikor dibentuk di PN Jakarta Pusat dan
meliputi wilayah hukum DKI Jakarta.
1. Pengadilan ini dibentuk berdasarkan
pasal 53 Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002 (Dasar hukum) tentang
Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi terdapat pada
pengadilan negeri, pengadilan tinggi,
dan pada Mahkamah Agung.
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
berkedudukan di setiap ibu kota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah hukum pengadilan
negeri yang bersangkutan.
2. Kewenangan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara:
a. tindak pidana korupsi;
b. tindak pidana pencucian uang yang tindak
pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi;
dan/atau
c. tindak pidana yang secara tegas dalam undang-
undang lain ditentukan sebagai tindak pidana
korupsi.
Khusus untuk Pengadilan Tipikor di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat mempunyai kewenangan
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
Warga Negara Indonesia di luar wilayah negara
Republik Indonesia.
3. Ruang Lingkup
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
merupakan satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara tindak pidana korupsi yang
diajukan oleh penuntut umum atau yang
diajukan oleh penuntut pada KPK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat berwenang memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana korupsi atau tindak pidana lain yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia di
luar wilayah Negara Republik Indonesia.
4. Susunan Pengadilan
Susunan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
terdiri atas:
Pimpinan
a. Hakim 
b. Panitera.
c. Pimpinan

Pimpinan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi


terdiri atas seorang ketua dan seorang
wakil ketua. Ketua dan wakil ketua
pengadilan Tipikor adalah ketua dan wakil
ketua pengadilan negeri. Ketua bertanggung
jawab atas administrasi dan pelaksanaan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Pimpinan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi terdiri
atas seorang ketua dan seorang wakil ketua.
Ketua dan wakil ketua pengadilan Tipikor adalah
ketua dan wakil ketua pengadilan negeri. Ketua
bertanggung jawab atas administrasi dan
pelaksanaan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Hakim

Hakim Pengadilan Tipikor terdiri dari hakim karir


dan hakim ad hock. Hakim karir ditetapkan oleh
Mahkamah Agung Indonesia dan selama
menangani perkara tindak pidana korupsi
dibebaskan dari tugasnya untuk memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara lain.
Sementara hakim ad hock diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul Ketua
Mahkamah Agung. Hakim ad hoc diangkat untuk
masa jabatan selama 5 (lima) tahun dan dapat
diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan.
Pasal 1 angka 2 UU No. 46 Tahun 2009
tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
(UU Pengadilan Tipikor) yang mendefinisikan:

“Hakim Karier adalah hakim pada pengadilan


negeri, pengadilan tinggi, dan Mahkamah
Agung yang ditetapkan sebagai hakim tindak
pidana korupsi”

Seperti di ketahui, di dalam UU Pengadilan


Tipikor yang dimaksud dengan hakim adalah
hakim karier dan hakim ad hoc (lihat Pasal 1
angka 1). Sedangkan, yang dimaksud dengan
hakim ad hoc adalah seseorang yang
diangkat berdasarkan persyaratan yang
ditentukan dalam UU Pengadilan Tipikor
sebagai hakim tindak pidana korupsi (lihat
Pasal 1 angka 3).
Panitera
Panitera (Inggris: Clerk;Belanda: Griffiers)
adalah pejabat pengadilan yang salah satu
tugasnya adalah membantu hakim dalam
membuat berita acara pemeriksaan dalam
proses persidangan. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI), Panitera disebut
pejabat kantor sekretariat pengadilan yang
bertugas pada bagian administrasi
pengadilan, membuat berita acara
persidangan, dan tindakan administrasi
lainnya. Dalam menjalankan tugasnya
Panitera biasa dibantu oleh beberapa orang
Panitera Muda dan Panitera Pengganti.
5. Proses Peradilan Tipikor
Penyidikan (UU.1/1981 ttg KUHAP

Penyelidikan( Ps.1(5) = Penyelidikan


adalah serangkaian tindakan penyelidik
untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak
pidana (delict-ata non delict) guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini. Penyelidikan dilakukan
oleh Polisi dan khusus TIPIKOR juga
dilakukan oleh Jaksa (pasal 284 KUHP) dan
KPK (pasal 6 Undang Undang no 30 Tahun
2002) .
Penyidikan ( Ps. 1 (2) KUHAP)
Penyidikan adalah serangkaian tindakan
penyidik dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalam undang-undang ini untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang
tentang tindak pidana yang terjadi dan guna
menemukan tersangkanya.
Penyidikan dilakukan oleh Penyidik (polri,
jaksa dan KPK).
Penuntutan (Pasal 1 Ke 7)
Penuntutan adalah tindakan
penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke pengadilan negeri
yang berwenang dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam
undang-undang ini dengan
permintaan supaya diperiksa dan
diputus oleh hakim di sidang
pengadilan. Penuntutan dilakukan
oleh Jaksa penuntut Umum pada
kejaksaan ( Pasal 1 Ke 8 Kuhap) atau
pada KPK Pasal 6 UU KPK).
Peradilan/Proses Mengadili (Pasal
1(9)
Mengadili adalah serangkaian
tindakan hakim untuk menerima,
memeriksa, dan memutus perkara
pidana berdasarkan asas bebas,
jujur, dan tidak memihak di sidang
pengadilan dalam hal dan menurut
cara yang diatur dalam undang-
undang ini.
Hakim adalah pejabat peradilan
negara yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk mengadili
(pasal 1 ke 8).
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ini merupakan
pengadilan khusus yang berada di lingkungan
Peradilan Umum dan pengadilan satu-satunya yang
memiliki kewenangan mengadili perkara tindak pidana
korupsi yang penuntutannya dilakukan oleh penuntut
umum. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi akan
dibentuk di setiap ibu kota kabupaten/kota yang akan
dilaksanakan secara bertahap mengingat ketersediaan
sarana dan prasarana. Namun untuk pertama kali
berdasarkan Undang-Undang ini, pembentukan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi dilakukan pada
setiap ibukota provinsi.
BEBERAPA PENDAPAT TTG PEMIDANAAN
SEBAGAI PENAGGULANGAN (OBAT
MANJUR) PELAKU KORUPSI

Apabila dicermati beberapa pendapat di bawah


ini , ternyata Pendapat-pendapat tersebut dapat
memperlihatkan bahwa hukum pidana dan
pemidanaan bukanlah satu-satunya ‘obat yang
manjur’ atau ‘panacea’ atau ‘bukan segala-
galanya’ untuk menanggulangi kejahatan.
Dengan demikian, ia hanya dapat dipandang
sebagai salah satu cara saja untuk memberantas
korupsi
1. Menurut Rubin pemidanaan sedikit atau tidak
mempunyai pengaruh terhadap masalah
kejahatan.
2. Menurut Schultz menyatakan bahwa naik
turunnya kejahatan tidak berhubungan dengan
perubahan di dalam hukum atau kecenderungan
dalam putusan pengadilan, tetapi berhubungan
dengan bekerjanya atau berfungsinya perubahan-
perubahan kultural yang besar dalam kehidupan
masyarakat.
3. Menurut Wolf Middendorf sulit melakukan
evaluasi terhadap efektifitas dari general
deterrence (pencegahan umum dengan
menggunakan hukum pidana).
Orang melakukan kejahatan dan mengulanginya
tidak ada hubungan dengan UU dan sanksi yang
dijatuhkan.
Justru didikan orang tua, kebiasaan-
kebiasaan atau agama dapat mencegah
perilaku korupsi(PENTING-URGENT)
Beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk
memberantas korupsi yang paling ampuh adalah
dengan memberikan hukuman yang seberat-
beratnya kepada pelaku korupsi. Kepada pelaku
yang terbukti telah melakukan korupsi memang
tetap harus dihukum (diberi pidana), namun
berbagai upaya lain harus tetap terus
dikembangkan baik untuk mencegah korupsi
maupun untuk menghukum pelakunya. (foto:
Muhammad Zainuri)
4. S.R. Brody menyatakan bahwa 5
(lima) dari 9 (sembilan) penelitian
yang diamatinya menyatakan bahwa
lamanya waktu yang dijalani oleh
seseorang di dalam penjara
tampaknya TIDAK berpengaruh
pada adanya reconviction atau
penghukuman kembali (Nawawi
Arief : 1998).
Berbagai pendapat di atas dapat memberi
pelajaran bahwa kita tidak dapat hanya
mengandalkan hukum (pidana) saja dalam
memberantas korupsi.
Padahal beberapa kalangan mengatakan
bahwa cara untuk memberantas korupsi
yang paling ampuh adalah dengan
memberikan hukuman yang seberat-
beratnya kepada pelaku korupsi.
Kepada pelaku yang terbukti telah
melakukan korupsi memang tetap harus
dihukum (diberi pidana), namun berbagai
upaya lain ( Misal via PBAK, PENYULUHAN
UU KORUPSI, PENDEKATAN AGAMA) harus
tetap terus dikembangkan baik untuk
mencegah korupsi maupun untuk
menghukum pelakunya.
Pendapat para Ahli diatas jangan
mengecilkan hati kita
1. Berbagai macam peraturan perundang-
undangan KORUPSI SUDAH DIBUAT (UU.31/99,
UU.20/2001 DLS), TANPA UU INI KORUPTOR
TIDAK BSA DIHUKUM.
2. Lembaga KPK , lembaga serta sistem yang
dibangun untuk menghukum pelaku korupsi bila
hasilnya tidak ada.
3. Lembaga penegak hukum (polisi, hakim, jaksa
KPK) sdh banyak mempidanakan—
MENJEBLOSKAN para kourptor KE PENJARA( dari
para pengusaha, gubernur, bupati wakikota,
sampai dengan menteri. BANDINGKAN DENGAN
MASA SEBELUM REFORMASI SUATU HAL YANG
MUSTAHIL-NYARIS TDK ADA MENTERI MASUK
PENJARA, MESKI TERBUKTI KORUPSI, MESKI
HASIL BELUM SEPERTI YANG KITA HARAPKAN.
Quiz
1. Anda ditugasi melakukan investigasi dengan
mendata berapa banyak penyelengara negara
‘tingkat tingi’ yang tertangkap melakukan
korupsi.
2. Anda juga dapat mendata berapa banyak isu
korupsi yang diungkap oleh media massa
(tempo) baik cetak ataupun televisi yang
‘hilang’ dan tidak pernah terdengar lagi.
Mengapa demikian ?.
3. Anda ditugasi memotret dan menlusuri
kembali Pilkada 9 Desember 2020 apakah
sudah dilaksanakan secara LUBERJURDIL,
artinya besih dari money politik ? Berikat
contohnya
Quiz
4. Sebagai bahan diskusi, anda Didiminta melihat
kembali kasus perlakuan istimewa yang diberikan
kepada ARTALITA Ia bisa menyulap ruang tempat
ia mendekam di LP Cipinang menjadi ruang yang
sangat nyaman bagaikan ruang hotel berbintang.
Bagaimana pula dengan GAYUS yang bebas
berkeliaran dan berpelesiran ke luar negeri selama
menjadi tahanan kasus penggelapan pajak., OC
KALIGIS, SETYA NOVANTO DLL. Sungguh IRONI…
5. ANDA DITUGASI MENELUSURI TERPIDANA
LAIN YANG MENDAPAT PERLAKUKAN ISITMEWA,
KENAPA BISA TERJADI DEMIKIAN
6. TULISKAN UPAYA KONSEP PEMBERATASAN
KORUPSI –UPAYA PENAGGULANGAN KORUPSI
MELALUI PENAL DAN NON PENAL

Anda mungkin juga menyukai