KORUPSI
SABTU, 9 JAN 2021
SETELAH MENDALAMI MATERI INI DIHARAPKAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai
upaya pemberantasan korupsi;
2. Mahasiswa mampu membandingkan
berbagai kelebihan dan kelemahan upaya
pemberantasan korupsi dari berbagai sudut
pandang;
3. Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai
upaya apa yang dapat dilakukannya dalam
rangka mencegah dan memberantas
korupsi baik di lingkungannya maupun
dalam masyarakat.
Materi Hari ini :
Pokok Bahasan : Upaya Pemberan-
tasan Korupsi.
Sub Pokok Bahasan
I.KonsepPemberantasan Korupsi
(NON PENAL-NON
LITIGASI,PREVENTIF)
II.UpayaPenanggulangan Kejahatan
(korupsi) dengan Menggunakan
Hukum Pidana(PENAL-LITIGASI)
III. Berbagai Strategi dan/atau Upaya
Pemberantasan KorupSI
Pengantar :
1.Pemberantasan korupsi banyak mengalami
hambatan dan rintangan, karena praktek korupsi
sudah sistematik, sdh mengakar pada seluruh aspek
kehidupan dan sudah membudaya- sudah
dipraktekkan dari masysyarakat kasta paling rendah
sampai LEMBAGA NEGARA.
2.Secara Empiris , Praktek korupsi tetap subur segi
kuantitas maupun kualitasnya MESKI SUDAH
DIBENTUK LEMBAGA ANTI KORUPSI(KPK) SERTA
BERBAGAI ATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
( UU.31/1999 JO UU.20/2001, TTG TIPIKOR,
UU.30/2020 TTG KPK), namun hasilnya belum
maksimal
3.MESKIBELUM MAKSIMAL, PEMERINTAH DAN
MASYARAKAT PENGGIAT ANTI KORUPSI, TETAP
BERUSAHA SUNGGUH2, TIDAK KENAL LELAH, TDK
PUTUS ASA, ISTIQAMAH BERUSAHA SUNGGUH
AGAR KORUPSI LENYAP DARI NKRI
Upaya pemberantasan korupsi menurut Para
cendikiawan :
Pemberantasan korupsi dilakukan dengan
menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi
(MIS.HUKUMAN MATI, AGAR JERA), dengan
MENERAPKAN HUKUM PIDANA YAITU UU
HUKUM PIDANA (WET BOEK VAN STRAFT
RECHTS) SERTA UU. 31/99 JO UU.20/2001
PEMBENTUKAN Aparat Penegak hukum (tiga
pilar penegak hukum- polisi, jaksa dan hakim)
serta lembaga independen yg bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). SEMUA UU
DIBUAT. SERTA LEMBAGA KPK DIBENTUK DG
TUJUAN UTAMA untuk memberantas korupsi.
Tapi ironi justru OKNUM Tiga Pilar Penegak
Hukum justru ikut menumbuh-suburkan korupsi
yang terjadi di Indonesia.
Upaya pemberfantasn korupsi menurut para
cendikiawan : LANJUTAN
4. Melakukan pendidikan dan pembekalan
PENDIDIKAN AGAMA YANG KOMPREHENSIF,
DIHARAPKAN SETELAH BELAJAR AGAMA YANG
PARIPURNA, SEMUA WNI AKAN MERASA BAHWA
SEMUA PEMBUATAN (TMSUK NIAT MAU
KORUPSI), SEMUA TINGKAH LAKUNYA SELALU
DILIHAT, DITATAP, DIDENGAR, DISAKSIKAN,
DIAWASI, DICATAT OLEH TUHAN YME DAN
AKAN DIMINTAI TANGGUNG JAWAB DISISI
TUHAN YME KELAK DI HARI PEMBALASAN (CAT
meski menurut penelitian bahwa negara-negara
yang tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru
adalah negara-negara yang masyarakatnya
dapat dikatakan cukup taat beragama)
Upaya Pemerantasan korupsi (cendikiawan) ljutan.
5. REFORMASI BIROKRASI ADALAH UPAYA UNTUK
MELAKUKAN PEMBAHARUAN DAN PERUBAHAN MENDASAR
THDP SISTEM PENEYELNGGARAAN PEMERINTAH DLM
RANGKA MEWUJUDKN CITA TATA KELOLA PEMERINTAHAN
YANG BAIK (GOOD GOVERNANCE)
REFORMASI BIROKRASI DENGAN TUJUAN (A) BIROKRASI
YANG BERSIH (BEBAS KKN DAN AKUNTABLE) (B)
BIROKRASI YANG EFEKTIF DAN EFISIEN © BIROKRASI YANG
MEMILIKI PELAYANAN PUBLIK BERKUALITAS(MIS MELALUI
SURVEY KEPUASAN MASY)
Transparansi dan akuntabilitas vertiKal dan horizontal
(pertanggung jawaban) penyelenggaran negara harus
ditingkatkan.
PembentukAN lembaga independen yang bertugas mencegah
dan memberantas korupsi( semacam KOMNAS HAM DLM
KASUS PELANGGARAN HAM) . Lembaga ini harus
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya kepada
rakyat.
Kebebasan mnyatakan pendapat WNI DIDEPAN UMUM (UU.
9/1998) (civil society) DIFASILITASI DAN DITINGKATKAN,
termasuk di PERS DAN MEDIA DARING LAINNYA BEBAS DAN
INDEPENDEN.
Konsep Pemberantasan Korupsi
Upaya Pemberantasan Korupsi Konsep Pemberantasan
Korupsi
Ada yang menyatakan bahwa korupsi ibarat penyakit
‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi juga
akut yang menempel pd semua aspek kehidupan.
Dan harus dipahami bahwa korupsi memang akan selalu
ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara-
KORUPSI HIDUP BERDAMPINGAN DENGAN PARA
PENEGAK HUKUM SERTA MASYARAKAT ANTI KORUPSI.
INGAT DI DUNIA INI HIDUP BERDAMPINGAN BAIK VS
BURUK, KORUPSI VS KEJUJURAN HALAL-VS HARAM,
KEBENARAN VS KEDUSTAAN
(*) SEBAGAI ORANG YANG BERAGAMA KITA HARUS
YAQIN BAHWA YANG HAQ-BENAR PASTI MENANG, YANG
BATIL-KORUPTOR PASTI HANCUR. OLEH SEBAB ITU KITA
BERPIHAK DAN MEMIHAK PADA KEBENARAN,
KEJUJURAN, KEADILAN, KARENA SEMUA YANG KITA
PERBUAT DILIHAT, DISAKSIKAN, DICATAT SERTA KITA
HARUS MEMPERTANGGUNGJAWABKAN PD TUHAN YME.
Upaya pemberantasan korupsi menurut Fijnaut dan
Huberts (2002) bahwa :
Upaya pemberantasan korupsi dilakukan dengan
menghubungkan strategi atau upaya
pemberantasan korupsi dengan melihat
karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat
serta lingkungan di mana mereka bekerja atau
beroperasi.
Tidak ada jawaban, konsep atau program tunggal
untuk setiap negara atau organisasi.
Ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang
kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks,
masyarakat maupun organisasi yang dituju. Setiap
negara, masyarakat mapun organisasi harus
mencari cara mereka sendiri untuk menemukan
solusinya. Misal upaya yang paling tepat untuk
memberantas korupsi adalah dengan memberikan
pidana atau menghukum seberat-beratnya pelaku
korupsi. Dengan demikian bidang hukum
khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai
jawaban yang paling tepat untuk memberantas
korupsi.
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau
yang biasa dikenal dengan istilah politik
kriminal atau criminal policy oleh G. Peter
Hoefnagels dibedakan sebagai berikut
(Nawawi Arief : 2008) :
1. Kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana
(prevention without punishment);
2. Kebijakan penerapan hukum pidana
(criminal law application);
3. Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing
views of society on crime and punishment
/mass media) (atau media lainnya seperti
penyuluhan, pendidikan tmasuk Pend.AGAMA
dll : tambahan dari penulis).
Melihat pembedaan tersebut, secara
garis besar upaya penanggulangan
kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua)
yakni
I. Jalur non-penal-NON LITIGASI (diselesaikan di
luar hukum pidana dengan sarana-sarana non-
penalJALUR NON LITIGASI ) YAITU lebih
menitikberatkan pada sifat PREVENTIF
(pencegahan). (Nawawi Arief : 2008) mis dengan
pendekatan PBAK serta pendidikan agama yang
komprehensif)
II. Melalui jalur penal JALUR LITIGASI (dengan
menggunakan hukum pidana) YAITU, upaya
penanggulangan kejahatan melalui jalur penal
lebih menitikberatkan pada sifat REPRESIVE
(penumpasan /penindasan/ pemberantasan)
sesudah kejahatan terjadi. Mis pelaku korupsi
dihukum berat (hukuman mati)
I. JALUR NON LITIGASI-
NON PENAL
Jalur Non Penal-Non Litigasi- Upaya preventif
memang bukan menjadi fokus kerja aparat
penegak hokum KPK .
Namun untuk pencegahan korupsi sifat ini dapat
ditemui dalam salah satu tugas dari Komisi
Pemberantasan Korupsi ( KPK) yang memiliki :
Deputi Bidang Pencegahan yang di dalamnya
terdapat Direktorat Pendidikan dan Pelayanan
Masyarakat (PREVENTIF). - Cek struktur deputi
pencegahan slide 13)
STRUKTUR ORGANISASI DEPUTI
PENCEGAHAN KPK
TAHAP PERADILAN
1. Peradilan Tingkat pertama Pada
Pengadilan Negerii
2. Peradilan Banding pada
Pengadilan Tinggi
3. Peradilan Kasasi pada Mahkamah
Agung
PROSES PN, BANDING DAN
KASASI DAN PK
1. PENGADILAN NEGERI(PN). JIKA PARA PIHAK
TDK PUAS DG VONIs PN, DPT AJUKAN
BANDING KE PT. JANGKA WAKTU AJUKAN
BANDING 7 HARI PASCA VONIS INKRACHT PN
2. PENGADILAN TINGGI(PT). JIKA PARA PIHAK
TDK PUAS DG VONIS PT, DPT AJUKAN KASASI
KE MA. JANGKA WAKTU AJUKAN KASASI 14
HARI PASCA VONIS INKRACHT PT
3. MAHKAMAH AGUNG
4. TERHADAP VONIS MA PARA PIHAK DPT
AJUKAN PK DAN ATAU MINTA GRASI KE
PRESIDEN. PROSES AJUKAN PK DAN GRASI :
TDK DIBATASI WAKTUNY- KAPAN SAJA
BOLEH
Dalam Undang-Undang ini diatur pula
mengenai Hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi yang terdiri dari
(a)Hakim Karier dan
(b)Hakimad hoc : hakim yg diangkat utk
waktu tertentu, melaksanakn tugas
KHUSUS (diangkat Pres jab 5 mak 10 th)
yang persyaratan pemilihan dan
pengangkatannya berbeda dengan Hakim
pada umumnya. Mis
1.Hakim ad hoc : korupsi (uu.46/2009)
2.Hakim ad hoc perikanan (uu.45/2009)
3.Hakim ad hoc phi—Penyelesaian
perselisihan hubungan industrial (uu.2/2004)
4.Hakim ad hoc Kehutanan (UU18/2003)
Keberadaan Hakim ad hoc
diperlukan karena keahliannya
sejalan dengan kompleksitas
perkara tindak pidana korupsi
(KEHUTANAN, phi< Perikanan ) ,
baik yang menyangkut modus
operandi, pembuktian, maupun
luasnya cakupan tindak pidana
korupsi antara lain di bidang
keuangan dan perbankan,
perpajakan, pasar modal, pengadaan
barang dan jasa pemerintah.
Proses Peradilan Tipikor dimulai
dengan Penyidikan (Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1981 /KUHAP)
Penyelidikan (pasal 1 ayat 5) dan
Penyidikan (pasal 1 ke 2 KUHAP), di
lanjut dengan Penuntutan (Pasal 1
Ke 7), dan diakhiri Peradilan/Proses
Mengadili (Pasal 1 ke 9).
Pengadilan Tipikor
1. Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
adalah Pengadilan Khusus yang
berada di lingkungan Peradilan
Umum.
2. Pengadilan yang biasa disebut
dengan Pengadilan Tipikor ini
berlokasi di Lantai 1 dan 2 Gedung
UPPINDO Jalan Rasuna Said Kav
C-19, Kuningan, Jakarta Selatan.
Pada awalnya, Pengadilan Tipikor hanya
dibentuk di Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat yang wilayah hukumnya meliputi
seluruh wilayah negara Republik
Indonesia. Setelah diterbitkannya Undang-
Undang Nomor 46 Tahun 2009, Pengadilan
Tipikor dibentuk pada setiap Pengadilan
Negeri di ibu kota provinsi yang meliputi
daerah hukum provinsi yang bersangkutan.
Untuk provinsi DKI Jakarta, Pengadilan
Tipikor dibentuk di PN Jakarta Pusat dan
meliputi wilayah hukum DKI Jakarta.
1. Pengadilan ini dibentuk berdasarkan
pasal 53 Undang-undang Nomor 30
Tahun 2002 (Dasar hukum) tentang
Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi terdapat pada
pengadilan negeri, pengadilan tinggi,
dan pada Mahkamah Agung.
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
berkedudukan di setiap ibu kota
kabupaten/kota yang daerah hukumnya
meliputi daerah hukum pengadilan
negeri yang bersangkutan.
2. Kewenangan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi berwenang
memeriksa, mengadili, dan memutus perkara:
a. tindak pidana korupsi;
b. tindak pidana pencucian uang yang tindak
pidana asalnya adalah tindak pidana korupsi;
dan/atau
c. tindak pidana yang secara tegas dalam undang-
undang lain ditentukan sebagai tindak pidana
korupsi.
Khusus untuk Pengadilan Tipikor di Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat mempunyai kewenangan
untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh
Warga Negara Indonesia di luar wilayah negara
Republik Indonesia.
3. Ruang Lingkup
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
merupakan satu-satunya pengadilan yang
berwenang memeriksa, mengadili, dan
memutus perkara tindak pidana korupsi yang
diajukan oleh penuntut umum atau yang
diajukan oleh penuntut pada KPK sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri
Jakarta Pusat berwenang memeriksa,
mengadili, dan memutus perkara tindak
pidana korupsi atau tindak pidana lain yang
berkaitan dengan tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh warga negara Indonesia di
luar wilayah Negara Republik Indonesia.
4. Susunan Pengadilan
Susunan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi
terdiri atas:
Pimpinan
a. Hakim
b. Panitera.
c. Pimpinan