Anda di halaman 1dari 17

UPAYA PEMBERANTASAN

KORUPSI
Kita memiliki lembaga serta aparat hukum
yang mengabdi untuk menjalankan peraturan
tersebut baik kepolisian, kejaksaan, dan
pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah
lembaga independen yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
kesemuanya dibentuk salah satunya untuk
memberantas korupsi. Namun apa yang
terjadi? Korupsi masih terus berlanjut..!
1
Secara umum, banyak yang berpendapat bahwa
hukuman yang seberat-beratnya merupakan cara yang
paling tepat dalam memberantas korupsi. Hal ini
pelaksanaannya di amanah kepada aparat penegak
hukum (Kepolisian, Kejaksaan, Kehakiman dan
Lembaga Pemasyarakatan). Namun fakta ironisnya,
justeru tidak sedikit aparat yang terlibat kasus dan
menumbuhsuburkan korupsi di Negara Indonesia.
Ada pula yang berpendapat bahwa bekal pendidikan-
penyuluhan (termasuk Agama) memegang peranan
penting dalam mencegah korupsi. Namun kita
dikejutkan dengan fakta bahwa korupsi juga marak di
negara-negara yang masyarakatnya taat beragama.

2
Adapula para ahli yang berpendapat bahwa untuk
memberantas korupsi, harus direformasi sistem dan
lembaga pemerintah serta pejabat” publik, namun sekali
lagi terkaget-kaget, karena era pemerintahan sekarang
(setelah Orde Baru) mendaulat rejimnya sebagai ORDE
REFORMASI..! Justeru kasus” besar yang dilakukan
oknum pejabat tinggi dengan kerugian negara yang
fantastis.
Lalu apa yang salah… ?
Sabda Baginda Nabi Muhammad SAW “ Jika suatu
urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancurannya (HR. Bukhari)”. Ini jawaban
sederhana yang paling masuk akal menjawab persoalan
delimatis dalam kasus korupsi..!! (Insya Allah)

3
A. Konsep Pemberantasan Korupsi
Tidak ada jawaban yang tunggal dan
sederhana untuk menjawab mengapa
korupsi timbul dan berkembang
demikian masif di suatu negara.
Ada yang menyatakan bahwa korupsi
ibarat penyakit ‘kanker ganas’ yang
sifatnya tidak hanya kronis tapi juga akut.
Ia menggerogoti perekonomian sebuah
negara secara perlahan, namun pasti.

4
Lanjutan

Bahwa sangat penting untuk menghubungkan strategi


atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat
karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta
lingkungan di mana mereka bekerja atau beroperasi.
Tidak ada jawaban, konsep atau program tunggal
untuk melakukan pemberantasan korupsi. Ada
berbagai strategi, cara upaya yang dapat dipilih oleh
sebuah negara, namun kesemuanya haruslah
memperhatikan konteks sosio-politis, sosio-ekonomis,
sosio-ideologis, sosio-kulturis dan lain-lain.

5
Lanjutan
B. UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN
(KORUPSI) DENGAN HUKUM PIDANA

G. Peter Hoefnagels membedakan


penanggulangan kejahatan sebagai berikut
(Nawawi Arief : 2008) :
1. kebijakan penerapan hukum pidana
(criminal law application);
2. kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana
(prevention without punishment);
3. kebijakan untuk mempengaruhi pandangan
masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing
views of society on crime and punishment /
mass media)
6
Secara garis besar, upaya pemberantasan
Korupsi meliputi 2 (dua) hal, yakni melalui jalur
penal (pemidanaan) dan jalur non penal (diluar
hukum pidana).
Jalur penal menitikberatkan pada sifat represif
(sesudah kejadian terjadi), menjadi ranah
penegak hukum (deputi penindakan di KPK)
sedangkan jalur non penal menitikberatkan pada
jalur preventif (pencegahan) sebelum kejahatan
korupsi itu terjadi, dilaksanakan oleh Deputi
Pencegahan dan Pelayanan Masyarakat dengan
mengganding kerjasama dengan kelompok
pakar, LSM, Perguruan Tinggi dan lain-lain

7
Namun kita tidak bisa tutup mata terhadap fakta
dilapangan, kasus melibatkan orang” penting mendeg
ditengah jalan. Cokung super kaya dengan mudah
mempermainkan hukum/pasal, Lembaga pemasyarakatan
sebagai tempat resosialisasi di sulap menjadi “hotel
berbintang”, fasilitas keluar-masuk LP (bahkan pelesiran ke
luar negeri) dengan, bahkan kasus “joki Napi” menunjukan
berkuasa uang dalam kehidupan
Kita lalu bertanya-tanya adakah gunanya berbagai macam
peraturan perundang-undangan, lembaga serta sistem yang
dibangun untuk menghukum pelaku korupsi ?.
Belum lagi kalau kita lihat bahwa ternyata lembaga serta
aparat yang seharusnya memberantas korupsi justru ikut
bermain dan menjadi aktor yang ikut menumbuhsuburkan
praktek korupsi.
8
C. STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI
Carolien Klien H menyebutkan 4 (empat) Jenis atau tipe
kebijakan pemberantasan korupsi yang dilakukan berbagai
negara :
1. Mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap
kekuasaan negara dari berbagai bidang kehidupan, seperti
deregulasi ekonomi dan monopoli negara;
2. Menciptakan pemerintah yang transparan dan akuntabel
dengan mengurangi diskresi pejabat publik;
3. Menciptakan situasi di mana masyarakat bisa memilih
kemana meminta berbagai jenis pelayanan publik, hingga
para birokrat mengembangkan diri (knowledge, Skilled,
attitude) akan berkompetesi dalam memberikan pelayanan
terbaik;
4. Melaksanakan amanah reformasi hukum dan peradilan.
9
United Nations (PBB) yang dinamakan the Global Program
Against Corruption (2004), menjelaskan bahwa untuk
memberantas korupsi, maka yang perlu dilakukan adalah :
1. Memahami seluk beluk, tingkatan atau jangkauan
korupsi;
2. Mengukur kasus korupsi secara kuantitatif maupun
kualitatif;
3. Sektor korupsi itu terjadi/muncul;
4. Jenis dan tipe korupsi;
5. Faktor penyebabnya dan
6. Tingkat pemahaman korupsi dari perspektif pelaku dan
korban terdampak korupsi

10
Lembaga yang menjadi sasaran strategi pemberantasan
korupsi :
Lembaga Politik (Partai berkuasa dan tidak
berkuasa;
Lembaga Legislatif (pembuat UU), Eksekutif
(pelaksana UU) dan pembuat serta pelaksana
kebijakan yang bersumber dari UU;
Lembaga penegak peradilan (kepolisian, Kejaksaan,
Kehakiman dan Lembaga Pemasyarakatan;
Institusi Pelaksana Audit (inspektorat jenderal);
Lembaga Independen yang berpotensi terlibat
(pendidikan, LSm dan media);
Lembaga swasta yang berpotensi terlibat dalam
korupsi (kontraktor, auditor swasta)
11
Setelah hal tersebut dapat dipahami, selanjutnya ada
beberapa strategi yang diperlukan untuk
mengimpelementasikan program (pemberantasan
korupsi) tersebut, antara lain :
1. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi :
a. Lembaga Independen yang khusus menangani
kasus korupsi, seperti
Ombusman (swedia), ACA (Malaysia), ICAC
(Hongkong), KPK (Indonesia)
b. Lembaga peradilan yang berwenang (kepolisian,
kejaksaan, kehakiman harus bersifat imparsial,
jujur, adil, dan berdedikasi serta berintegritas;

12
c. Perlunya ada unit pencegahan korupsi di
tingkat eksekutif (kementerian, Daerah
Tingkat I dan Daerah Tingkat II);
d.Reformasi Birokrasi dan Pelayanan
Publik;
e. Memperbaiki dan memantau kinerja
Pemda dalam pelaksanaan Otda dan
f. Kelompok masyarakat (Civil Society),
mahasiswa dan media yang mengawal
pembuatan kebijakan

13
2. Pencegahan Korupsi di sektor Publik
a. Mewajibkan pejabat publik (penyelenggara
negara) untuk melaporkan dan
mengumumkan jumlah kekayaan yang
dimiliki (LHKPN) baik sebelum, saat maupun
sesudah menjabat;
b. Kontrak pekerjaan atau pengadaan barang
dilakukan lelang atau penawaran secara
terbuka.
c. Sistem Rekruetmen PNS dan Militer yang
transparan dan akuntabel
d. Sistem penilaian PNS dan militer proccess
oriented & result oriented
14
3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan
Masyarakat.
a. Memberikan hak yang luas kepada masyarakat
untuk akses terhadap informasi (acces to
information);
b. Kesadaran dan kepedulian masyarakat akan
bahaya korupsi; Solidaritas anti korupsi;
c. Pemberdayaan masy atas akses sarana pelaporan
masalah korupsi dan jaminan perlindungan saksi
/LPSK (laporan kasus korupsi);
d. Pers yang bebas dan bertanggung jawab;
e. LSM yang berorientasi pada usaha Konstruktif
kemajuan negara; (LSM plat hitam, merah dan
kuning)
f. Memasang CCTV / electronic surveillance.
15
4. Pengembanganberbagai Intrumen Hukum yg
Mendorong Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi
 UU Tindak Pidana Money Laundering/ pencucian uang;
 Perlu Kode etik (code of conduct) bagi semua pejabat publik
(Legislatif, Yudikatif, Eksekutif)
 UU perlindungan saksi dan korban korupsi;
 UU pemberdayaan pers dan kebebasan berpendapat;
 Penggunaan CCTV yang tidak melanggar privacy

5. MONEV
Tanpa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan
atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit mengetahui capaian yang
telah dilakukan. Dengan monev ini diketahui strategi sukses dan gagal,
hingga dapat ditetapkan mana yang dilanjutkan, program mana pula yang
harus diperbaiki

16
6. Kerjasama Internasional
Kerjasama Internasional ini dapat dilaksanakan
antar negara (bilateral-multilateral) dan
dengan International NGOs / organisasi
Internasional non pemerintah seperti;
Transparency Internasional
6. Kerjasama Internasional (TI), OECD membuat
Transparency Internasional (TI) misalnya
program themembuat
Ethicsprogram
Infrastructure dan World Bank
National Integrity
membuat program
Systems. OECD A membuat
Frameworkprogramfor
the
Ethics Infrastructure dan World Bank
Integrity.
membuat program A Framework for
Integrity.
Kerjasama tersebut dalam bentuk
pertukaran informasi, ekstradisi penjahat
korupsi, bantuan hukum dan
pendidikan / pelatihan.

17

Anda mungkin juga menyukai