Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KRIMINOLOGI DAN VIKTIMOLOGI

Oleh: Vizta Dana Iswara


NPM: 1851012

Peristiwa Kejahatan menimbulkan adanya perilaku kejahatan yaitu Penjahat dan korban,
kejahatan berakibat dan berpengaruh terhadap masyarakat karena masyarakat juga
mengalami kerugian dari kejahatan tersebut. Dengan tingginya kriminalitas berarti
masyarakat dalam hal ini diwakili oleh pemerintah juga mengalami kerugian yang besar yaitu
membebani biaya untuk kegiatan penanggulangan, melalui peradilan pidana. Saat ini telah
dikeluarkannya kebijakan oleh pemerintah yaitu mengenai PPKM (Pemberlakuan
Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat dan dalam pelaksanaan di tengah-tengah
masyarakat tidaklah berjalan dengan optimal bahkan sering kali menimbulkan gesekan antara
aparat dan masyarakat kemudian tidak jarang kita temukan sampai kepada perbuatan tindak
pidana .

Berikan analisis hukum saudara dari aspek Kriminologi, Bagaimanakah Upaya


Penanggulangan Kejahatan yang efektif dalam menanggulangi pelanggaran-pelanggaran
yang terjadi selama pemberlakuan PPKM Darurat?

JAWABAN:

Berdasarkan pemahaman hukum kriminologi, kejahatan tidak akan pernah ditiadakan dalam
kehidupan manusia, hanya saja kejahatan dapat diminimalkan seminim-minimnya. Menurut
persepsi kriminologi klasik diketahui bahwa kejahatan lebih dulu ada dalam masyarakat
kemudian hukum pidana menyusul dihadirkan untuk mencegah dan menangani kejahatan dlm
rangka perlindungan social. Menurut persepsi kriminologi kritis diyakini bahwa hukum
pidana hadir mendahului kejahatan karena kejahatan adalah formulasi dalam undang-undang
pidana yang dibuat oleh penguasa. Maka, akibatnya dari Peristiwa Kejahatan yakni
menimbulkan adanya perilaku kejahatan yaitu penjahat dan korban. Kejahatan itu sendiri
berakibat dan berpengaruh terhadap masyarakat karena masyarakat juga mengalami kerugian
dari kejahatan tersebut. Serta, Dengan tingginya kriminalitas berarti masyarakat dalamhal ini
diwakili oleh pemerintah juga mengalami kerugian yang besar, yaitu membebani biaya besar
untuk kegiatan penanggulangan, peradilan pidana.
Dengan demikian, berdasarkan kepada analisis hukum saya terhadap upaya pemerintah yang
memberlakukan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat,
pemerintah hanya focus kepada upaya preventif yang mana diyakini dapat memitigasi
meningkatnya penyebaran virus COVID-19 tersebut. Namun, pemerintah mengeyampingkan
dampak yang diakibatkan dari kebijakan tersebut kepada masyarakat dari segi ekonomi. Ini
mengakibatkan adanya bentrok akan pemahaman antara aparat pemerintah dengan
masyarakat.
Sehingga, timbul delinquency karena di akibatkan oleh differential opportunity, dimana
pemerintah focus untuk memitigasi penyebaran virus COVID-19 dengan memberlakukan
PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) Darurat namun masyarakat tidak
menyambut baik kebijakan diakibatkan kegiatan perekonomian mereka yang terganggu
sehingga menimbulkan strain.
Untuk itu, menurut saya Upaya Penanggulangan Kejahatan yang efektif dalam
menanggulangi pelanggaran-pelanggaran yang terjadi selama pemberlakuan PPKM Darurat
yaitu perlu adanya kontrol sosial dimana kontrol sosial ini lebih memfokuskan diri kepada
teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku manusia dan membawanya
kepada penyesuaian atau ketaatan kepada aturan-aturan masyarakat. Adapun uraian singkat
sehubungan dengan teori-teori kontrol sosial yakni:
1. Social Bonds
konsep dari teori ini di kemukakan oleh Travis Hirschi dimana beliau menyebutkan
terdapat 4 (empat) social bonds yang mendorong sosialisasi da penyesuaian diri yakni
attachment, commitment, involvement dan belief. Menurut Hirschi semakin kuat
ikatan-ikatan ini maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kenakalan
(delinquency)
2. Self Control Theory
Teori pengendalian diri kejahatan sering disebut sebagai teori umum kejahatan, adalah
teori kriminologi tentang kurangnya pengendalian diri individu sebagai faktor utama
di balik perilaku kriminal. Teori kejahatan pengendalian diri menunjukkan bahwa
individu yang diasuh secara tidak efektif sebelum usia sepuluh tahun mengembangkan
pengendalian diri yang lebih sedikit daripada individu dengan usia yang kira-kira
sama yang dibesarkan dengan pengasuhan yang lebih baik. Penelitian juga
menemukan bahwa tingkat pengendalian diri yang rendah berkorelasi dengan perilaku
kriminal dan impulsive.
3. Techniques Of Neutralization
Teknik netralisasi adalah serangkaian metode teoritis dimana mereka yang melakukan
perbuatan melawan hukum untuk sementara menetralkan nilai-nilai tertentu dalam diri
mereka yang biasanya akan melarang mereka untuk melakukan perbuatan tersebut,
seperti moralitas, kewajiban untuk mematuhi hukum, dan sebagainya. Dalam istilah
yang lebih sederhana, ini adalah metode psikologis bagi orang untuk mematikan
"protes batin" ketika mereka melakukannya, atau akan melakukan sesuatu yang
mereka sendiri anggap salah.
4. Personal And Social Control
Albert J. Reiss yang mendefinisikan kenakalan sebagai, "... behaviour consequent to
the failure of personal and social controls." yang kemudian diartikan menjadi "...
perilaku akibat kegagalan kontrol pribadi dan sosial." Kontrol pribadi didefinisikan
sebagai, "...the ability of the individual to refrain from meeting needs in ways which
conflict with the norms and rules of the community" yang artinya "...kemampuan
individu untuk menahan diri dari memenuhi kebutuhan dengan cara yang
bertentangan dengan norma dan aturan komunitas" sementara kontrol sosial adalah,
"...the ability of social groups or institutions to make norms or rules effective." yang
berarti "...kemampuan kelompok atau lembaga sosial untuk membuat norma atau
aturan menjadi efektif.” Albert J. Reiss pada teori ini tidak menjelaskan secara rinci
mengenai sumber dari "kemampuan" atau mekanisme kontrol khusus yang mengarah
ke konformitas, tetapi dia menegaskan bahwa kegagalan kelompok utama seperti
keluarga untuk memberikan penguatan untuk peran dan nilai yang tidak menunggak
sangat penting untuk penjelasan tentang kenakalan.
5. Containment Theory
Walter Reckless mengembangkan teori penahanan dengan berfokus pada konsepsi diri
atau citra diri remaja sebagai orang baik sebagai penyekat terhadap tekanan teman
sebaya untuk terlibat dalam kenakalan.
 penahanan batin (inner containment) = rasa positif diri;
 penahanan luar (outer containment) = pengawasan dan disiplin.
Penahanan batin melalui citra diri ini dikembangkan dalam keluarga dan pada
dasarnya dibentuk sekitar usia dua belas tahun. Penahanan luar adalah cerminan dari
hubungan sosial yang kuat dengan guru dan sumber sosialisasi konvensional lainnya
di lingkungan sekitar. Proposisi dasarnya adalah ada "dorongan" dan "tarikan" yang
akan menghasilkan perilaku nakal kecuali jika dilawan dengan penahanan.

Dengan demikian perlu adanya kontrol sosial dari aparat dan masyarakat. Meskipun situasi
saat ini memang dilematik dan problematik dari masing-masing pihak yakni pemerintah atau
negara dan masyarakat. Pemerintah atau negara bertanggung jawab untuk mengontrol dan
menghentikan dampak pandemi. Sedangkan masyarakat tidak bisa dibatasi terus kegiatannya.
karena adanya kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hariya. Maka, pemerintah harus
memerhatikan pengendalian dalam penyaluran BST (Bantuan Sosial Tunai). Pengendalian
dimaksudkan agar dana yang disalurkan pemerintah tidak hanya terendap di rekening
penerima, tetapi agar bisa dibelanjakan untuk menghidupkan roda perekonomian. Sedangkan,
sebagai warga masyarakat haruslah tetap mengikuti kebijakan pemerintah, yaitu taat untuk
mengikuti kebijakan yang telah di tetapkan pemerintah seperti adanya partisipasi masyarakat
dari pihak RT dan RW agar ikut serta dalam kontrol penyaluran. Pemerintah juga perlu
memberlakukan metode penghukuman guna untuk menimbulkan efek jera. Ini ditujukan agar
upaya Pemerintah dalam penanggulangan kejahatan selama pemberlakuan PPKM Darurat
berlangsung seperti memberikan hukuman terhadap masyarakat yang melakukan pelanggaran
atau tindak kriminalitas dapat diberikan sanksi guna untuk menimbulkan efek jera pada
masyarakat.

Adapun metode penanggulangan kriminalitas yang dimaksud adalah sebagai berikut ini:
1) Secara Respresif
Sistem peradilan pidana yang berperan sebagai lembaga koreksi merupakan upaya
penanggulagan kriminalitas yang bersifat represif. Maka dengan sistem peradilan
yang berlaku di Indonesia saat ini, apabila masyarakat diketahui telah melakukan
pelanggaran selama PPKM darurat berlangsung dan diketahui bahwa masyarakat
tidak patuh terhadap peraturan serta kebijakan yang ada, dan tindak pelanggaran atau
kejahatan tersebut tidak dapat di toleransi, maka pelaku tersebut akan diberi sanksi
tegas pidana berupa kurungan penjara.
Contoh tindak pidana yang dimaksud meluputi orang yang melakukan penyebaran
HOAX dimasa Pandemi saat ini, membuat surat hasil swab palsu, dan bahkan
memanfaatkan keadaan Pandemi saat ini untuk melakukan kejahatan.
2) Secara Preventif
Di Indonesia diprakarsai oleh POLRI diterapkan sistem SISKAMLING dan SISKAM
Swakarsa. Maka, peran yang sangat krusial dalam hal membantu pemerintah untuk
menangugulangi masyarakat yang melakukan tindak pelanggaran ataupun kejahatan
dalam masa PPKM Darurat ini adalah POLRI. Namun, untuk menjaga ketertiban
maupun keamanan untuk lingkungan masyarakat yang skalanya lebih kecil juga
diperlukan sistem SISKAMLING dan SISKAM Swakarsa.
3) Secara Komprehensif
Upaya komprehensif meliputi pembinaan dan pemantapan. Hal ini berlaku dalam
upaya menanggulangi kriminalitas non konvensional (corporate crime, white collar
crime, dll) yang sifatnya integral. Adapun upaya yang dimaksud adalah sebagai
berikut ini :
 Pemantapan Aparatur
 Pemantapan hukum dan perundang-undangan pidana
 Pemantapan mekanisme sistem peradilan pidana
 Forum Koordinatif
 Partisipasi Sosial

Anda mungkin juga menyukai