PENDAHULUAN
kekerasan.
kehidupan
ummat
Kejahatan
manusia,
merupakan
karena
masalah
berkembang
abadi
sejalan
dalam
dengan
Kitab
Undang-undang
Hukum
Pidana
tidak
sangat
besar
dalam
mempengaruhi
serta
mengganggu
jiwa manusia.
Terjadinya kejahatan dengan kekerasan merupakan hasil interaksi
antar manusia dengan lingkungannya. Hasil interaksi itu berawal dari
timbulnya motivasi yang kemudian berkembang menjadi niat negatif untuk
berbuat kejahatan dengan kekerasan dalam memenuhi kebutuhan dan
tuntutan hidupnya. Oleh karena itu kejahatan dengan kekerasan di
Kabupaten Takalar tidaklah dapat dipandang sebagai suatu hal yang
berdiri sendiri, akan tetapi merupakan bagian yang sangat kompleks,
termasuk kompleksitas dari akibat yang ditimbulkannya.
Bagaimanapun juga kejahatan dengan kekerasan dapat berakibat
buruk
terhadap
masyarakat,
misalnya
mengganggu
ketertiban,
B. Rumusan Masalah
Mengingat cakupan masalah yang dibahas dalam skripsi ini cukup
luas dan untuk menghindari kesimpangsiuran, diperlukan adanya
penelitian khusus dan di rumuskan dalam rumusan masalah. Hal ini
dimaksudkan agar dalam pembahasan mencapai sasaran. Adapun
rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana perkembangan kejahatan dengan kekerasan di wilayah
Polres Takalar Tahun 2006-2011 ?
2.Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya kejahatan
kekerasan di Kabupaten Takalar ?
3. Upaya-upaya apakah yang ditempuh oleh aparat penegak hukum
dalam menanggulangi kejahatan kekerasan di Kabupaten Takalar
?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.Untuk mengetahui perkembangan kejahatan dengan kekerasan di
wilayah Polres Takalar Tahun 2006-2011.
2.Untuk
mengetahui
faktor-faktor
yang
mendorong
terjadinya
bahan
mengupayakan
informasi
sistem
kepada
penegak
penanggulangan
hukum
dalam
kejahatan
dengan
rangkap
upaya
sumbangan
menanggulangi
pemikiran
terjadinya
dalam
kejahatan
dengan
kekerasan
di
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan
hal
itu,
Rusli
Effendy
(1986
10)
perbedaan-perbedaan
pandangan
para
kriminologi
dapat
tentang
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
atau
yang
Bagaimana
cara
penanggulangannya
serta
akibatnya
di
dalam
merupakan
kejahatan
dengan
kekerasan,
seperti
perkosaan,
adalah
perbuatan
jahat,
yang
mengingkari
fitrah
dengan
undang-undang,
dengan
demikian
bukan
11
laku
yang
berbeda-beda
baik
mengenai
motif
maupun
12
13
perbuatan tersebut
Perampokan;
Pembegalan;
Penodongan;
Penjambretan;
Perampasan.
Oleh karena sampai saat ini belum ada kesepakatan serta belum
diatur secara jelas di dalam KUHP tentang kejahatan dengan kekerasan
ini, Penulis memberikan suatu batasan mengenai jenis kejahatan dengan
kekerasan sebagaimana yang telah dikemukakan oleh para kriminolog.
Adapun jenis kejahatan dengan kekerasan yang dimaksudkan dalam
rumusan dalam KUHPidana adalah :
1.Kejahatan perkosaan (diatur dalam Pasal 285 KUHPidana);
2.Kejahatan penculikan (diatur dalam Pasal 328- 332 KUHPidana);
3.Kejahatan pembunuhan (diatur dalam Pasal 338-350 KUHPidana);
4.Kejahatan penganiayaan (diatur dalam Pasal 351 KUHPidana);
5.Kejahatan
penganiayaan
berat
(diatur
dalam
Pasal
354
KUHPidana);
6.Kejahatan pencurian dengan kekerasan (diatur dalam Pasal 365
KUHPidana);
7.Kejahatan pemerasan (diatur dalam Pasal 368 KUHPidana)
Untuk lebih jelasnya Penulis akan menguraikan satu demi satu
tentang kejahatan dengan kekerasan berdasarkan pada urutan pasal yang
mengaturnya :
15
1. Kejahatan perkosaan
Jenis kejahatan dengan kekerasan ini diatur dalam Pasal 285
KUHPidana (R. Soesilo, 1989: 210), sebagai berikut :
Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan
memaksa perempuan yang bukan isterinya bersetubuh
dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan
hukuman penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Rumusan Pasal 285 KUHPidana tersebut, R. Soesilo lebih lanjut
menjelaskan bahwa yang diancam hukuman dalam Pasal 285 KUHP ialah
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan yang
bukan istrinya untuk bersetubuh dengan dia. Pembuat Undang-Undang
ternyata menganggap tidak perlu untuk menentukan hukuman bagi
perempuan yang memaksa laki-laki untuk bersetubuh, bukanlah sematamata karena paksaan oleh seorang perempuan terhadap orang laki-laki itu
dipandang tidak mungkin, akan tetapi justru karena perbuatan itu bagi lakilaki dipandang tidak mengakibatkan sesuatu yang buruk atau yang
merugikan.
Dengan melihat unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 285 KUHP,
menurut hemat Penulis bahwa dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang
bukan istrinya untuk bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, perbuatan
mana merugikan pihak perempuan termasuk kejahatan kekerasan.
2. Kejahatan Penculikan
Kejahatan dengan kekerasan ini sering diistilahkan dengan melarikan
16
orang, diatur dalam Pasal 328-332 KUHPidana. Pasal 328 KUHP ini
rumusannya :
Barangsiapa melarikan orang dari tempatnya kediamannya atau
tempat tinggalnya sementara dengan maksud melawan hak akan
membawa orang itu dibawah kekuasaan sendiri atau dibawah
kekuasaan orang lain atau akan menjadikan dia jatuh terlantar,
dihukum karena melarikan (menculik) orang, dengan hukuman
penjara selama-lamanya dua belas tahun.
Apabila diperhatikan pasal tersebut, secara tersirat dapat diartikan
bahwa melarikan orang tersebut dilakukan dengan kekerasan. Apabila
dibandingkan dengan pasal-pasal lain yang menyangkut penculikan ini,
terutama Pasal 330 ayat (2) KUHPidana yaitu tentang penculikan anak di
bawah umur dengan cara kekerasan atau ancaman kekerasan, maka
dalam hal ini orang yang melakukan kejahatan tersebut diancam dengan
hukuman penjara selama-lamanya sembilan tahun, dalam arti bahwa yang
dirugikan tersebut bukan anaknya sendiri. Lebih lanjut Pasal 331
KHUPidana masih identik dengan Pasal 330 KUHPidana.
Lain pula dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 332
KUHPidana. Dalam pasal tersebut diatur tentang melarikan perempuan.
Pasal 332 ayat (1) sub 2 (R. Soesilo, 1989: 236) rumusanya :
1) Dihukum karena melarikan perempuan:
2e. Dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan
tahun, barangsiapa melarikan perempuan dengan tipu,
kekerasan atau ancaman dengan kekerasan dengan
maksud akan mempunyai perempuan itu baik dengan
nikah, maupun tidak dengan nikah.
Apabila diperhatikan rumusan pasal tersebut di atas, jelaslah bahwa
17
yaitu
pelaksanaan
antara
timbulnya
pembunuhan
itu
niat
untuk
terdapat
membunuh
tenggang
waktu
dengan
yang
18
kalau
jadi
dilakukan
dengan
cara
bagaimana
untuk
melaksanakannya.
4. Kejahatan penganiayaan
Pemberian
kualifikasi
sebagai
penganiayaan
biasa
(gewone
untuk
membedakannya
dengan
bentuk-bentuk
penganiayaan lainnya.
Dilihat
dari
sudut
cara
pembentuk
UU
dalam
merumuskan
19
20
sebagai
kejahatan
penganiayaan
biasa
yang
mengakibatkan luka berat terhadap orang lain atau korban, seperti yang
diatur dalam Pasal 351 ayat (2) KUHPidana.
Jenis kejahatan penganiayaan yang mengakibatkan matinya orang
lain atau korban itu, si pelaku diancam pidana penjara paling lama tujuh
tahun Pasal 351 ayat (3) KUHPidana. Kematian yang dimaksud disini
hanya semata-mata sebagai akibat dari perbuatannya yang tidak
dikehendaki atau tidak disengaja oleh si pelaku.
6. Kejahatan pencurian dengan kekerasan
Jenis kejahatan pencurian dengan kekerasan diatur dalam Pasal 365
KUHPidana (R. Soesilo, .1989: 253) :
21
22
seperti tersebut dalam ayat (2) sub 1 dan sub 3 Pasal ini, ancaman
hukumannya adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau
selama waktu paling lama dua puluh tahun (ayat 4).
7. Kejahatan pemerasan
Kejahatan pemerasan ini diatur dalam Pasal 368 KUHPidana (R.
Soesilo, 1989: 256), yang rumusannya :
Barangsiapa dengan maksud hendak menguntungkan diri
sendiri atau orang lain dengan melawan baik memaksa orang
dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, supaya orang itu
memberikan barang, yang sama sekali atau sebagiannya
termasuk kepunyaan orang itu sendiri kepunyaan orang lain
atau supaya orang itu membuat utang atau menghapuskan
piutang, dihukum karena memeras, dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan tahun.
Apabila diperhatikan rumusan pasal tersebut, maka pemerasan ini
sangat mirip dengan pencurian dengan kekerasan, bedanya adalah :
-
D.
Faktor Penyebab
Kekerasan
Orang
Melakukan
Kejahatan
Dengan
24
25
3.Faktor bacaan.
4.Faktor film (termasuk televisi).
Formulasi sebab musabab kejahatan yang dikemukakan oleh Abdul
syani tersebut di atas, merupakan suatu tinjauan dari latar belakang
sosiologis.
Dari beberapa pendapat tersebut di atas, Penulis berkesimpulan
bahwa faktor penyebab terjadinya kejahatan adalah karena dua faktor
yaitu :
1.Faktor intern, yaitu motivasi atau dorongan yang timbul dari dalam
diri seseorang untuk melakukan perbuatan, yang meliputi :
a. Intelegensia
b. Usia
c. Jenis kelamin
2.Faktor ekstern, yaitu motivasi atau dorongan yang timbul karena
pengaruh dari luar diri seseorang , yang meliputi :
a. Pendidikan
b. Keluarga
c. Ekonomi
Dengan tetap berpedoman pada faktor penyebab terjadinya
kejahatan secara umum, tentunya dapat diformulasikan ke dalam faktor
penyebab terjadinya kejahatan dengan kekerasan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang faktor
penyebab
terjadinya
kejahatan
dengan
kekerasan,
Penulis
26
demikian
berdasarkan
pendapat
tersebut
Penulis
perlindungan
hukum
masyarakat
senantiasa
terkait
dengan
dan tanggung jawab polisi tidak semudah yang diperkirakan orang bahwa
tugas itu dapat dilakukan oleh siapa saja.
E. Upaya Penanggulangan Kejahatan
Penggunaan upaya penal (sanksi/hukum pidana) dalam mengatur
masyarakat (lewat perundang-undangan) pada hakikatnya merupakan
bagian dari suatu langkah kebijakan (policy). Mengingat berbagai
keterbatasan dan kelemahan hukum pidana sebagaimana dikemukakan
diatas, maka dilihat dari sudut kebijakan, penggunaan atau intervensi
penal seyogianya dilakukan dengan lebih hati-hati, cermat, hemat,
selektif dan limitatif. Dengan kata lain, sarana penal tidak selalu harus
dipanggil atau digunakan dalam setiap produk legislatif.
Pendekatan dengan sarana non penal mencakup area pencegahan
kejahatan (crime prevention) yang sangat luas. Pencegahan kejahatan
pada dasarnya merupakan tujuan utama dari kebijakan kriminal.
Pernyataan yang sering diungkapkan dalam kongres-kongres PBB
mengenai "the prevention of crime and the treatment of offenders", yaitu :
pertama,
pencegahan
kejahatan
dan
peradilan
pidana
janganlah
28
Upaya
kebijakan
penanggulangan
kejahatan
tidak
hanya
akan
:48)
pernah
menyatakan bahwa :
Janganlah
pidana
dikenakan/digunakan
apabila
groundless,
29
hanya
bersifat
individual/personal,
tidak
bersifat
fungsional/struktural.
Dalam hal anak yang melakukan kejahatan perlu ditangani
sedemikian rupa dengan memperhatikan masa depannya. Perhatian
terhadap anak dapat dilihat dari berbagai bentuk peraturan perundangundangan yang menyangkut perlindungan hak-hak anak, dan penegakan
peraturan perundang-undangan tersebut.
Kejahatan yang dilakukan oleh anak dapat dicegah dengan
mengefektifkan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak.
Hakikat yang terkandung dalam setiap proses hubungan antara orang tua
dan anak, seyogianya ada empat unsur, yaitu :
a. Pengawasan melekat; pengawasan tipe ini meliputi usaha
penginternalisasian nilai-nilai dan norma-norma yang kita kaitkan
erat dengan pembentukan rasa takut, rasa bersalah pada diri
anak melalui proses pemberian kepujian.
b. Pengawasan tidak langsung; melalui penanganan keyakinan
pada diri anak, agar timbul perasaan dari kehendak untuk tidak
melukai atau membuat malu keluarga.
30
penanggulangan
kejahatan
secara
pre-emtif
adalah
menanamkan nilai-nilai/norma-norma yang baik sehingga normanorma tersebut terinsternalisasi dalam diri seseorang. Meskipun
ada kesempatan untuk melakukan pelanggaran/ kejahatan tapi
tidak ada niatnya untuk melakukan hal tersebut maka tidak akan
terjadi kejahatan. Jadi dalam usaha pre-emtif faktor niat menjadi
hilang meskipun ada kesempatan. Cara pencegahan ini berasal
dari teori NKK, yaitu; Niat + Kesempatan terjadi Kejahatan.
Contohnya, ditengah malam pada saat lampu merah lalulintas
menyala maka pengemudi itu akan berhenti dan mematuhi aturan
lalulintas tersebut meskipun pada waktu itu tidak ada polisi yang
berjaga. Hal ini selalu terjadi dibanyak Negara seperti Singapura,
31
Sydney, dan kota besar lainnya di dunia. Jadi dalam upaya preemtif faktor niat tidak terjadi.
2. Preventif
Upaya-upaya preventif ini adalah merupakan tindak lanjut
dari upaya pre-emtif yang masih dalam tataran pencegahan
sebelum terjadinya kejahatan. Dalam upaya preventif yang
ditekankan
adalah
menghilangkan
kesempatan
untuk
di
tempat
penitipan
motor, dengan
demikian
ini
dilakukan
pada
saat
telah
terjadi
tindak
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penulis mengambil lokasi penelitian di Kabupaten Takalar Provinsi
Sulawesi
Selatan
tepatnya
di
Kantor
Kepolisian
Resort
2. Data Sekunder
33
x 100%
Keterangan rumus :
P
F
N
= Persentase
= Frekwensi
= Jumlah kejahatan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
34
Tabel 1
Jumlah Kasus Kejahatan dengan Kekerasan
di Kabupaten Takalar 2006 - 2011
35
T a h u n
Jml
Kekerasan
2008
2009
2010
2011
1 Perkosaan
2 Pembunuhan
22
3 Penganiayaan
63
101
62
65
85
92
468
13
12
12
42
6 Pemerasan
7 Penculikan
75
118
71
87
96
111
558
4 Penganiyaan berat
5 Pencurian
dengan
kekerasan
Jumlah
36
37
pelaku
melakukan
penganiayaan
dan
pencurian
dengan
38
Usia
Alasan
15-25 26-35 36-45
Jumlah
(%)
46-55
Nafsu
Dendam
5.00
Siri'
.10
50.00
Spontanitas
30.00
Tekanan orang
15.00
12
20
100
lain/lingkungan
Jumlah
40
Tabel 3
Sebab Pelaku menjadikan Dendam, Siri',Tekanan
oranglain/lingkungan dan Spontanitas untuk Menganiaya
Faktor
Tekanan orang Spon- Jumla
Alasan
Dendam
(%)
Harta / Warisan
15.0
Wanita
45.0
Minuman keras
30.0
Lain lain
10.0
Jumlah
11
20
100
menunjukkan
persoalan
wanita
merupakan
faktor
sehingga
menjadi
sumber
terjadinya
kejahatan
dengan
41
keras
juga
merupakan
penyebab
terjadinya
yang
berlebihan
sehingga
dalam
melakukan
kejahatan
42
Tabel 4
Tingkat Penghasilan Pelaku Penganiayaan
43
Jumla
Pekerjaan
Penghasilan Perbulan
(%)
h
500 Ribu
1.000.000
1.000.000
Juta ke
Juta
atas
Kurang dari
500 Ribu
Petani
30.0%
Buruh
40.0%
Nelayan
10.0%
PNS
Peg. Swasta
5.0%
Lain-lain
20.0%
Jumlah
14
20
100
Jumlah
(%)
Tabel 5
Besarnya Tanggungan Keluarga Pelaku
Penganiayaan
Penghasilan
(bulan)
Tanggungan
1 orang 2 orang
> 2 orang
44
Dibawah 500.000
12
12
60.0%
500.000 1.000.000
35.0%
1.000.000 ke atas
5.0%
Jumlah
18
20
100
Tahun
2006
2007
2008
4
2009
12
5
2010
6
6
2011
12
7
Jumlah
42
Sumber : Data Kepolisian Resort Takalar (17 September 2012)
Berdasarkan Tabel 6 diatas maka kita bisa melihat perkembangan
kejahatan pencurian dengan kekerasan dari tahun 2006 sampai 2011
mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama di tahun 2009 dan
di tahun 2011 yaitu masing-masing sebanyak 12 kejahatan dari total
jumlah kejahatan sebanyak 42 kejahatan dari tahun 2006 sampai 2011.
Dan ini menunjukkan bahwa kejahatan pencurian dengan kekerasan dari
tahun ketahun mengalami peningkatan dan ini tentu saja semakin
meresahkan masyarakat khususnya di Kabupaten Takalar.
Hasil wawancara Tanggal 26 september 2012 dengan bapak AKP
Badollahi selaku Kasat Reskrim menyatakan :
Hampir setiap malam kejahatan ini terjadi di kabupaten takalar
dan bukan hanya itu, pihak kepolisian pun sudah melakukan
pengejaran dan penangkapan terhadap pelaku tetapi tetap saja
kejahatan pencurian dengan kekerasan ini tetap terjadi.
Diindikasikan bahwa kejahatan ini teroganisir maka agak sulit bila
tidak dibarengi dengan peran serta oleh pihak lain.
Berdasarkan hasil penelitian pada Lapas Kelas II B Takalar,
terdapat 13 orang pelaku kejahatan pencurian kekerasan dengan latar
belakang yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 7
Tabel 7
Jumlah Pelaku Pencurian Dengan Kekerasan Menurut
Tingkat Usia Dan Jenis Pekerjaan
46
Pekerjaan
UsiA
Jumla Prosentas
Peg.
Petan Buru Nela
Lain
PNS Swast
-yan
-lain
a
15-25
15,38
26-35
46,15
36-45
30,76
46-55
7,69
Jumlah
13
100,00
47
tabel 8.
Tabel 8
Besarnya Tanggungan Keluarga Pelaku
Pencurian Dengan Kekerasan
Penghasilan (bulan)
Tanggungan
1 orang 2 orang
> 2 orang
Jumlah
(%)
Di bawah 500.000
69,23
500.000 1.000.000
30,77
1.000.000 ke atas
13
13
100
Jumlah
Dilakukan
Sakit
Siskamlin
Pendu-
hati /
Kung
dendam
Jumlah
(%)
7,69
LainSiang Malam
lain
Kalangan
bawah
49
Kalangan
15,38
10
10
10
76,92
10
13
13
100
menengah
Kalangan
atas
Jumlah
50
51
52
tempat-tempat
meminum
minuman
keras
C.
53
penanggulangan
kejahatan
dengan
kekerasan
di
kejahatan
sebelum
penerangan
kepada
masyarakat
mengenai
pentingnya kamtibmas.
c. Pihak Kepolisian melakukan patroli diseluruh wilayah Polres
Takalar 1 x 24 jam.
d. Tatap muka, yaitu memberikan bimbingan secara perorangan
54
55
mungkin terhadap
khususnya
kejahatan
dengan
kekerasan
yang
sangat
56
57
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :
1.Perkembangan kejahatan dengan kekerasan di Kabupaten Takalar
setiap tahunnya. Kejahatan yang mencapai skala tertinggi adalah
penganiayaan dengan skala 83.87% sebanyak 468 kasus dan
dengan urutan kedua adalah
yaitu
penempatan
Babinkamtibmas
Des/Kel
oleh
58
B. Saran
Akhir berikut ini penulis mengetengahkan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya aparat
penegak hukum di dalam menghadapi kejahatan, sebagai berikut :
1.Oleh karena penganiayaan dalam kejahatan dengan kekerasan
yang menempati skala paling tinggi di Kabupaten Takalar dimana
disebabkan karena alasan siri' yang menonjol, maka sebaiknya
aparat hukum di daerah ini dapat mengadakan penyuluhan
hukum tentang kedudukan siri' dalam perundang-undangan
Republik Indonesia, agar masyarakat tidak lagi menjadikan suatu
alasan untuk melakukan kejahatan dengan kekerasan. Begitu
pula razia senjata tajam dapat lebih ditingkatkan.
2.Program Jaksa masuk desa dan Hakim masuk desa.
3.Perlunya warga masyarakat diberikan kegiatan yang bersifat positif,
seperti kegiatan majelis talim, kegiatan ketrampilan, olah raga
dan sebagainya, yang tentunya dengan kegiatan tersebut
menjadikan masyarakat yang kreatif dan berwawasan yang luas.
DAFTAR PUSTAKA
60
E.
Sahetapy.1983.
Kejahatan
Kekerasan
(Suatu
Pengantar
Undang-Undang :
-
61
Sumber lain :
-
www.google.com
www.legalitas.org
www.hukumonline.com
62
LAMPIRAN
63