Anda di halaman 1dari 88

STATISTIK KRIMINAL

Arti statistik kriminal bagi kriminologi sangat penting, bukan saja sebagia metode dan data
kejahatan, akan tetapi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
gambaran orang mengenai realitas kejahatan atau sebagai konstruksi sosial tentang realitas
kejahatan. Adolphe Quetelet (1776-1874) seorang Belgia ahli statistik dan guru besar ahli
astronomi di Brusels telah berhasil menjadikan statistik suatu metode ilmu pengetahuan serta
menciptakan dasar-dasar statistik praktis. Dia-lah yang dengan menggunakan data statistik
kriminal di Prancis, untuk pertama kali membuktikan bahwa kejahatan, seperti halnya banyak
kejadian sosial lainnya, seperti perkawinan, kelahiran, kematian, dan juga kejahatan
merupakan lebih dari sekedar kejadian yang bersifat perorangan, melainkan sebagai fenomena
yang bersifat masal, sehingga statistik kriminal menjadi metode yang lebih baik untuk
mempelajari kejahatan yang bersifat masal tersebut, yaitu dalam menemukan keteraturan,
kecenderungan atau bahkan hukum-hukum sosial. Pengamatannya yang sangat terkenal
adalah bahwa jumlah dan jenis kejahatan di negara tertentu setiap tahun cenderung sama dan
juga cara melakukannya adalah sama.

Statistik Kriminal adalah angka-angka yang menunjukan jumlah kriminalitas yang tercatat pada
suatu waktu dan tempat tertentu. Statistik kriminal ini disusun berdasarkan kriminalitas yang
tercatat, baik secara resmi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan sebagainya) maupun yang
dicatat oleh para peneliti sendiri. Kriminalitas yang tercatat tersebut hanya merupakan sampel
dari seluruh kriminalitas yang terjadi, sedangkan jumlah kriminalitas yang terjadi tidak pernah
diketahui. Bagian kriminalitas yang tidak pernah diketahui dinamakan angka gelap (dark
numbers atau dark figures). Oleh karena itu, salah satu ciri (kelemahan) statistik kriminal adalah
tidak lengkap. Dan memang statistik kriminal tidak pernah dapat mencatat seluruh kriminalitas
yang ada. Jika statistik ini digunakan untuk penyelidikan etiologi kriminal, memang tidak
dibutuhkan lengkapnya bahan-bahan, asal saja bahan-bahan tersebut cukup representatif,
dalam arti dapat diterima sebagai sampel yang sah dan apakah perbandingan antara yang
diketahui dengan yang tidak diketahui dapat dikatakan tetap (pars pro toto). Persoalannya
adalah, apakah asumsi tersebut terbukti, artinya apakah statistik kriminal merupakan data yang
representatif, baik mengenai penyebaran dari jenis-jenis kejahatannya, pelaku, daerahnya,
maupun mengenai perbandingan antara kejahatan yang diketahui dengan yang tidak.

Tujuan dibuatnya statistik kriminal oleh pemerintah adalah untuk memebrikan gambaran/data
tentang kriminalitas yang ada dimasyarakat, seperti jumlahnya, frekuensinya serta penyebaran
pelakunya dan kejahatannya. Berdasarkan data tersebut kemudian oleh pemerintah
(khususnya penegak hukum) dipakai untuk menyusun kebijakan penanggulangan kejahatan,
sebab dengan kejahatan tersebut pemerintah (penegak hukum) dapat mengukur naik turunnya
kejahatan pada suatu periode tertentu di suatu daerah atau negara. pengukuran ini tentunya
hanya dapat dilakukan dengan asumsi bahwa hubungan antara kriminalitas yang dilaporkan
dengan yang tidak dilaporkan adalah tetap (konstan). asumsi ini tidak pernah tebukti karena
beberapa hal, terutama karena tiga hal berikut ini :

1. Sifat dan bentuk dari kejahatan,


2. Peranan korban kejahatan dan masyarakat,
3. Aktivitas aparat penegak hukum khususnya polisi.

Disamping untuk tujuan praktis, khususnya bagi tujuan pemerintahan, statistik kriminal juga
dipakai oleh para ilmuwan, khususnya kriminologi, untuk menjelaskan fenomena kejahatan
atau menyusun teori. Terhadap cara-cara penggunaan statistik kriminal oleh pemerintah
(polisi) dan kriminologi yang menganggap statistik kriminal sebagai pencerminan kejahatan
yang ada di masyarakat, dalam arti diterima sebagai sampel yang sah, mengandung beberapa
kelemahan :

1. Statistik kriminal adalah hasil pencatatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
(khususnya polisi) berdasarkan laporan korban dan anggota masyarakat pada umumnya
(berdasarkan berbagai studi sekitar 80-90 % pencatatan tersebut berasal dari laporan
masyarakat). Hasil pencatatan terutama dipengaruhi oleh kemauan korban untuk melaporkan.
Dari berbagai penelitian dapat ditujukan kecenderungan korban untuk melaporkan dipengaruhi
oleh berbagai hal, seperti jenis-jenis kejahatan, nilai kerugian, pandangannya terhadap
kemampuan polisi, hubungannya denagn pelaku kejahatan serta berbagai kepentingan praktis
lannya.

2. Apa yang disebut sebagi kejahatan, dalam perwujudannya akan menampakkan dirinya
dalam berbagi bentuk perilaku dan seringkali tidak jelas, samar-samar hingga memerlukan
penafsiran. Menafsirkan suatu kejadian atau fakta tertentu sebagai kejahatan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan persepsinya tentang apa yang disebut sebagai kejahatan. Dari berbagai
studi dapat ditunjukan persepsi korban (dan masyarakat) terhadap kejahatan bersifat berat
sebelah (bias) yaitu terutama mengenai kejahatan white-collar. Akibatnya kejahatan yang
dilaporkan juga bersifat berat sebelah yaitu terutama berupa kejahatan warungan dan sangat
langka dengan kejahatan white-collar.

3. Persepsi polisi juga bersifat berat sebelah. Dari jenis-jenis kejahata yang dijadikan indeks
kejahatan, berarti yang akan mendapat prioritas dalam penanggulangannya, terutama juga
kejahatan warungan. Akibatnya kejahatan yang mendapat perhatian polisi, yang pada akhirnya
masuk dalam statistik kriminal, terutama juga kejahatan warungan.

Dengan melihat beberapa kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa statistik kriminal
bukan merupakan pencerminan kejahatan yang ada di masyarkat, akan tetapi hanyalah
merupakan gambaran tentang aktivitas penegak hukum.
Aliran-aliran pemikiran dlm kriminologi
Aliran-aliran pemikiran dlm kriminologi

Yg dimaksud aliran pemikiran krim: cara pandang


(kerangka acuan, paradikma atau perspektif) yg digunakan
olh pr kriminolog dlm menjlskan fenomena kej.

Cara pandang/pemikiran pr ahli tdk bs lps dr latar


blkg/kond social masy dmn mrk berada.

Spiritistik (demonologik:
Naturalis: penjlsn yg
Penjlsn yg dasarkan adanya
dasarkan pd dunia
kekuasaan lain (roh) yg
nyata (fisik/sosial)
lampaui dunia empiris.
Naturalis: penjlsn yg dasarkan pd dunia nyata
(fisik/sosial): ada 3 aliran pemikiran Krim

Klasik:
Positif

Kritis
Aliran Klasik

Aliran ini memandang bhw Manusia bertindak


berdasarkan kehendak yang bebas (free will); ratio;
pertimbangan untung/rugi; filsafat hedonisme;

Setiap perb hrs dipertanggungjawabkan, krn didsrkan pd


kehendak bebas & pertimb untung/rugi.

Perb jahat/Kej hrs ditetapkan/didasarkan pada UU, &


setiap orang equal before the law.
Pid disesuaikan dg perb yg dipertimb & Pidana dianggap
sbg pembalasan; biar jera.

Dlm hal ini Kriminologi senantiasa memperhatikan


perlunya perbaikan UU agar selalu mempunyai nilai
keadilan.
Aliran positif

Aliran ini memandang bhw Manusia bertindak tidak


berdasarkan kehendak bebas, tapi dipengaruhi oleh
factor-faktor internal (biologi) maupun eksternal (budaya);

Faktor-faktor yang menimbulkan kejahatan menjadi kajian


kriminologi;

Kejahatan tidak hanya diukur dari perspektif UU, tetapi


juga dari nilai-nilai dan norma-norma sosial;

Pertanggungjawaban pid lbh diarahkan pd upaya


pembinaan (treatment); krn org/man berbuat dipengaruhi
bbrp faktor
Dlm hal ini Kriminologi senantiasa memperhatikan upaya
perbaikan kondisi sosial.
Aliran Kritis

Dalam menganalisis kejahatan, Aliran ini tidak


mendasarkan apakah manusia mempunyai kehendak
bebas atau tidak.

Aliran kritis mencoba menganalisis semua proses


mengapa suatu perbuatan ditetapkan sebagai kejahatan;
atau mengapa sesorang ditetapkan sebagai penjahat ?

Dalam aliran Kritis ada 2 (dua) :


1. Interaksionis simbolis
2. Konflik
Interaksionis simbolis

Aliran ini berupay kaji proses mengapa suatu perbuatan


ditetapkan sbg kejahatan; atau mengapa sesorang
ditetapkan sbg penjahat ?

Konflik
Aliran konflik kaji adanya factor kekuasan yg pengaruhi
mengapa suatu perbuatan ditetapkan sbg kejahatan; atau
mengapa sesorang ditetapkan sebagai penjahat ?
Kejahatan bukan semata-mata persoalan hukum, akan
tetapi persoalan politik (ada kekuasaan/kekuatan).

Tugas Kriminologi kritis: menganalisis proses2 bgmn cap


jahat diberikan thd su perb dr org2 tertentu.
Kebijakan Kriminal
CRIMINAL POLICY
(UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN)
Sudarto:
Kebijakan kriminal (politik kriminal): su usaha yg
rasional dr masy dlm tanggul kej.
Sudarto jg pernah kemukakan tiga arti
kebijakan kriminal:

1.arti sempit: keseluruhan 2.arti luas: keseluruhan


asas & metode yg jadi fungsi dr aparatur PH, di
dasar reaksi thd pelang dlmnya tmsk cara kerja
hk yg berupa pidana; dr pengadilan dan polisi;

3. arti paling luas: keseluruhan kebijakan,


yg dilakukan lalui per-UUan & badan-
badan resmi, yg bertujuan utk tegakkan
norma-norma sentral dari masyarakat.
Marc Ancel: criminal policy: "the rational
organization of the control of crime by society.

G. Peter Hoefnagels:
Criminal policy is the rational organization of
the soscial reaction to crime

Hoefnagels jg kemukakan, bhw kebijakan


kriminal sbg ilmu pengetahuan kebijakan
adlh bag dr kebijakan yg lbh besar, yi
kebijakan penegakan hk.
Sdgkan kebjikan penegakan hk mrpk bag
dr kebijakan sosial.
Social Policy
(Kebijakan Sosial

Social Welfare Policy: Social Defence Policy:


(Kebijakan kesejahteraan (Kebijakan perlindungan
masya) masya)

Criminal Policy:
Kebijakan penang kej

PENAL NON PENAL


HK PIDANA NON-HK PID

TUJUAN YG HENDAK DICAPAI


(Tujuan Nasional)
Penanggulangan Kej dg Sarana Hk Pid

Penang kej dg hk pid dimksdkan sbg padanan dr istlh


"kebijak hk pid " atau "politik hukum pidana“.
Dlm kepust asing istilah pol hk pid dikenal dg bbrp istilah:
"penal policy, criminal law policy, atau strafrechtspolitiek".
Marc Ancel: "modern criminal science" tdr dr tiga
komponen, yi "criminology", "criminal law", dan "penal
policy".
Penal policy: su ilmu sekaligus seni yg pd akhirnya
memp 7an praktis utk memungkinkan perat hk pos
dirumuskan scr lbh baik & utk beri pedom tdk hnya kpd
pembuat UU, ttp jg kpd pengadilan yg terapkn UU & jg kpd
pr penyelenggara atau pelak put pengadilan.
Sudarto: laksanakan pol hk pid: mengadakan pilihan utk
capai hasil perUU pid yg plg baik dlm arti penuhi syarat
keadilan & dayaguna.
Penggunaan hk pid dlm penang kej
hendaknya direncanakan lalui bbrp thp:

1.Thp penetapan pid oleh 2.Thp pemberian pid olh bdn


pembuat UU yg berwenang (Peradilan).
Thp ini disbt sbg thp Thp ini disbt sbg thp
pemberian pid in abstarcto pemberian pid in concreto
(thp Formulatif/ Legeslatif). (tahap aplikatif).

3. Tahap pelaks pid oleh


instansi pelaks yg wenang
(tahap eksekusi).
Penangggulangan Kej dg Sarana
non-Hk Pid

Mengapa diperlukan ?

1. Hk pid pny kemampuan 2. Kej mrpk mslh sos


terbatas (kompleks) dan tdk
hny bs diselesaikan
4. Hk pid (hny) perhatikan dg hk pid
pelaku, dan kurang 3. Hukum pidana hny
perhatikan korban dan hilangkan gejala
masy tdk; saja
Bentuk Upaya Non-Hk Pidana:
Antara lain, adlh:

1. Penyelesaian di luar 2. Perawatan/pembinaan


peradilan pidana masy

3. Perlindungan korban kej


Model (cara) penang kej:

1. Pre-emtif
Upaya-upaya awal yang dilakukan oleh masy untk cegah terjadinya kej.
Usaha-usaha ini mrpk bentuk penanggulan kej dg cara menanamkan
nilai-nilai/norma-norma yang baik shg norma-norma tersebut
terinternalisai dlm diri seseorang/masy. Usaha pre-emtif ini bs
hilangkan niat, meskipun ada kesempatan.
2. Preventif
Upaya ini merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih
dalam tataran pencegahan kej. Upaya preventif menekankan hilangnya
kesempatan untk lakukan kej.
Contoh: Siskamling diharapkan cegah orang yg akan mencuri.

3. Represif
Upaya ini dilakukan stlh terjadi kej, yaitu tindakan penegakan hk (law
enforcement) dgn penjatuhan pid.
Upaya ini diharapkan dpt perbaiki pelaku agar tdk lakukan kej lg, dan
mencegah org lain utk lakukan kej.
Ada pdpt yg katakan bhw Kebijakan
krim dpt tampil dlm berbagai bentuk:

1. Bersifat represif: penanggulangan kej dg


gunakan sarana penal, yg disbt sbg sistem
peradilan pidana.

2. Berupa prevention without punishment: pen-


cegahan/penanggulan kej tanpa pemidanaan.

3. Usaha-usaha lalui opini masy ttg kej & sos


melalui mass media scr luas.
Kebijakan krim dpt tampil dlm berbagai bentuk:

1. bersifat represif: gunakan sarana penal, yg


disbt sbg sistem peradilan pidana. Scr luas
cakup pula proses kriminalisasi;

2. berupa prevention without punishment:

3. usaha-usaha lalui opini masy ttg kej & sos


lalui mass media scr luas.
Pengantar

Globalisasi pada dasarnya merupakan fenomena sosial


yang tidak bisa dihindari oleh bangsa-bangsa di dunia.
Pada awalnya globalisasi hanya terkait pada persoalan
ekonomi, yaitu “ the activity of multinationals enterprises
engaged in foreign direct investment and the development
of business networks to create value across national
borders”. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa
globalisasi merupakan proses pengintegrasian ekonomi
nasional bangsa-bangsa ke dalam suatu sistem ekonomi
global.
Kemunculan globalisasi ekonomi tidak terlepas dari adanya
keinginan yang kuat dari negara-negara maju yang
menghendaki adanya sistem transaksi perdagangan
internasional yang terbebaskan dari sistem proteksionis dari
masing-masing-masing negara. Kemudian meluas dan
merambah pada hampir semua bidang kehidupan, mulai
dari budaya, politik, sistem pertahanan, bahkan kejahatan
dan hukumpun juga sudah mengalami proses
internasionalinasi yang menembus batas-batas suatu
wilayah negara.
Sbg aktor dari globalisasi ekonomi tdk hanya negara, ttp
perusahaan transnasional (Korporasi) dan lembaga
keuangan multilateral seperti Bank Dunia (World Bank) dan
International Monetary Fund (IMF), serta birokrasi
perdagangan regional dan global seperti WTO, dan
sebagainya.

Keterlibatan Korporasi itu memang sulit dihindari, krn


pemb yg tonjolkan bidang ekon (industri dan perdagangan),
dlm rangka imbangi hub dgn kekuatan ekon baik yg
berskala nasil maupun intern di era globalisasi.
F. Dracker:

Big bisniss that must be accepted in any modern


industrial country
Korporasi diperlukan kehadirannya ?

1. Pemb butuh modal yg besar – Korporasi;


2. Korporasi mampu bersaing dlm taraf perdagangan
inter;
3. Korporasi bs sumbang neg: pajak dan devisa;
4. Korporasi bs sediakan lapangan kerja;
5. Korporasi bs sediakan sgl kebutuhan kehidupan
manusia.
Kehadiran korporasi mmg dpt bawa pengaruh positif thd
kemajuan dlm masy, spt berubahnya pola pikir dan
perilakunya dari pola tradisional ke arah pola modern.
Banyak tenaga kerja yg terserap ke dlm aktivitas korporsai,
dan pemerintah dapat memperoleh pendapatan melalui
pemasukan pajak dan devisa.

Namun, di sisi lain aktivitas Korporasi jg srg timbulkan


gangguan thd tercapainya kesejahteraan masy, sebab
Korporasi sbg lembaga yg bertujuan cari keuntungan
sebesar-besarnya akan cenderung utamakan prestasi
(keuntungan). Olkani Korporasi akan sll usaha utk hindari
hal-hal yang dianggap dpt halangi tercapainya tujuan
Korporasi, spt lakukan pelanggaran hkm (kej Korporasi).
Kejahatan Korporasi (Corporate Crime) ??

Clinard & Yeager:


“A corporate crime is any act commited by corporation that is
punished by the state, regardless of whether it is punished
under administrative, civil, and criminal law”.
F. Hagan:
Corporate crime adlh kej yg dilakukan olh idividu atau
kelompok dgn tujuan utk berikan keuntungan kpd organisasi
(korporasi).
R.C. Kramer:
Corporate crime adlh kej yg dilakukan olh organisasi korporat.
Perb jahat ini mrpk hasil dr kebijakan yg diambil olh pr petinggi
perusahaan dlm rangka peroleh keuntungan perusahaan.
Bentuk kejahatan korporasi

S. Kriesberg:
Ada 3 (tiga) pengambilan put korpo yg
langgar hk:

Organization Process Model


Rational Actor Model
korpo sbg su sistem unit-unit
korpo sbg unit tunggal scr
yg terorgan scr longgar
rasional langgar hk demi
dibiarkan tdk patuhi hk guna
kepent (keuntungan) korpo.
penuhi target (tujuan).

Kej korpo sbg produk pengambilan


put individu utk keuntungan secara
individual.
Steven Box:
Ada 3 (tiga) bentuk kej korpo:

Crime for Corporation: Criminal Corporation:


Kej dilakukan olh korpo guna Korpo digunakan sbg sarana
kepent (keuntungan) korpo. (alat) utk lakukan kej.

Crime against Corporation:


Kej yg dilakukan thd korpo.
Jadi, korpo justru sbg korban
P
E
R Administrative violation
I
L
A Environmental violations
K
U

I Financial violations
L
L
E
G
Labour violations
A
L
Manufacturing violations
K
O
R
P Unfair trade practices
O
Praktik perilaku illegal (kej) Korpo di Indonesia dewasa ini
( era reformasi) terjadi hampir setiap saat, spt:
- pembangunan tanpa ijin ygdikuti dengan suap;
- korupsi, penggelapan dana masyarakat;
- perusakan lingkungan;
- pemberian upah di bawah UMD; dan
- iklat bohong.
Kerugian (korban) kej korpo:

Kerugian di bdg ekonomi Kerugian di bdg kesehatan


(materi) dan jiwa

Kerugian di bdg sosial dan moral


Compititor (Pesaing)

Steven Box: Government (Pemerintah)


5 (lima) sumber
yg ganggu
Korpo capai Employees (Pekerja)
untung shg
langgar hk
Consumers (Konsumen)

Public (Publik)
Mengapa korpo lakukan kej ?:

Motivasi keuntung utk jaga Masy yg blm tahu atau


eksistensi korpo sadar sbg korban kej korpo

Penegakan Hkm yg msh lemah


Korpo akan berusaha cegah adanya
stigmatisasi thd perb yg rugikan masy,
dgn cara: (Clinard & Yeager)

1. Menahan/menjaga agar 2. menahan/menjaga agar


perb korpo berada di luar put badan administrasi tdk
perad pid; rugikan kepent korpo;

3. mencegah tindakan-tindakan ttt


dr korpo yg rugikan masy
dijadikan perb yg diancam pid
dlm UU (kriminalisasi).
Upaya penanggulan kej korpo

Penal
“ (Hukum Pidana) Non-Penal
“ (Non Hk Pidana)

“the function of criminal law not Kej Korpo mrpk kej yg bersifat
only to protect private property kompleks, shg tdk hanya bs
against unlawful interference but diselesaikan dg hk pid, krn “Hk pid
also to protect the basic economic punya mampuan terbatas; Hk pid
order of the nation” (Friedmann). hanya hilangkankan gejala saja; &
Hk pid hanya perhatikan pelaku,

"Penal intervention becomes sdqkan korban dan masy tdk
essential in many and diversified
field of business practices in order Disamping jg adanya pemikiran yg
to control conducts which pose a dikaitkan dg ”ide-ide pembaharuan
threat the life, health, property and hukum pidana (ADR masuk dlm Hk
Pid), & masalah pragmatisme
happiness of the general public" (hindari penunpukan perkara).
(Suzuki)
Hkm Pidana hrs bgmn ??

V
Perub (pembaharuan) Hkm Pidana

Perumusan TP Korpo Pertangungjawaban Korpo

Sanksi yg efektif
KORBAN KEJAHATAN
(VICTIMOLOGY)
Korban kej mulai makin diperhatikan oleh para ahli
stlh terbitnya buku “The Criminal and His Victim” oleh
Hans von Hentig (1948)

siapa korban kej itu ?

Korban adlh seseorang yg mengalami penderitaan


fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi yg
diakibatkan oleh suatu tindak pidana (UU No. 13
Tahun 2006 .

Korban Kej

Pribadi Kelompok atau


(individu) Korporasi
Apakah Setiap kej pasti timbulkan
korban ?

Ada istilah “crime without a victim” (kej tanpa korban).

Pd umumnya setiap kej timbulkan korban, namun ada


bbrp bentuk/jenis kej yg korbannya tdk nampak.
Dlm Kej Pembunuhan, Perkosaan, Penganiayaan,
atau kej kekerasaan yg lain, korbannya akan nampak
jelas, namun ada bbrp bentuk/jenis kej, spt Suap,
Judi, atau Aborsi, korbannya tdk nampak.
Dlm kej spt Suap, Judi, atau Aborsi, korbannya
melekat pd pelaku
Apakah korban bs dikatakan sbg pihak yg
dorong timbulnya kej ??

Pr ahli pd umumnya berpdpt, bhw korban kej bs


memp peran dlm timbulkan kej, meski dia bkn satu-
satu faktor/penyebab.

Misal: 1. dlm kej Perkosaan, korban (wanita) yg


sengaja berpakaian mini & transparan keluar pd mlm
hari di tempat yg sepi, yg kmd diperkosa oleh laki2 yg
sdg pny problem keluarga.
2. Ada rmh yg pemiliknya lupa tutup pintu/jendela, yg
kmd dorong org utk lakukan pencurian.
Perlindungan korban kej ??

Sblm lahirnya UU No. 13 Tahun 2006 ttg Perlindungan Saksi


dan Korban, hkm sangat kurang perhatikan korban.

KUHP hny beri perlindungan yg sangat minim, spt disebutkan


dlm Pasal 14c ayat 1, bebunyi :
“Dalam perintah yang tersebut pada Pasal 14a, kecuali jk
dijatuhkan pid denda, selain menetapkan syarat umum, bhw
siterpidan tdk akan melakukan delik, hakim dpt menetapkan
syarat khusus, bhwa terpidana hrs mengganti semuanya atau
sebagian kerugian yang timbulkan oleh delik tsb.
Bbrp hak Saksi dan Korban dlm UU No. 13 Tahun 2006 yaitu:
(1) Seorang Saksi dan Korban berhak:
a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta
bendanya, serta bebas dari Ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang
akan, sedang, atau telah diberikannya;
b. ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan
dukungan keamanan;
c. memberikan keterangan tanpa tekanan;
d. mendapat penerjemah;
e. bebas dari pertanyaan yang menjerat;
f. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus;
g. mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan;
h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan;
i. mendapat identitas baru;
j. mendapatkan tempat kediaman baru;
k. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan;
l. mendapat nasihat hukum; dan/atau
m. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan
berakhir.
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan kepada Saksi dan/atau
Korban tindak pidana dalam kasus-kasus tertentu sesuai dengan keputusan
LPSK.
KRIMINOLOGI

SUDaryono
lektor kepala

fakultas hukum
universitas muhammadiyah surakarta
Tujuan mempel kriminologi:
Utk mengkaji (analisis) aspek-aspek yg melekat pd kej.

MAKNA BENTUK
JENIS
PERBUATAN MET. STATISTIK
K PELAJARI KEJ
R K
I E ORANG/KORP
PROFIL
M J Jenis Kel, Pekerj,
Umur, Pend, status
I A PELAKU Sos-eko
N H
FAKTOR YG
O A PENGARUHI
Inter-Exter
L T
O A PERANAN
G N KORBAN
PERLIND HKM
I
REAKSI Upaya Penal dan
MASYARAKAT Penanggulangan Non-Penal
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:

1. Perbuatan
Kejahatan

Metode Mempel Kej Makna Kej Bentuk/Jenis Kej

Yuridis Sosiologis

Relatif
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:

Profil 2. Pelaku Sebab/Faktor

Korporasi Orang/Man Internal Eksternal

1. Tin-pid 1. Jenis kel 1. Kejiwaan 1. Ekonomi


2. Pertgjbw 2. Usia 2. Psiko/keprib 2. Politik
3. pidana 3. Status, dll 3. Fisk/Biologis 3. Budaya
4. Lingkungan
5. Sosial, dll.
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:

3. Korban

Peranan Perlindungan

Real Korban Korban & Pelaku Peradilan Non Peradilan

Saksi Pelaku Ekonomi;


Psikologo
Kesehatan, dll
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:

4. Reaksi Masyarakat
(Upaya Penanggulangan)

Penal/Hk Pidana Non-Penal/No-Hk Pid

Pre-emtif Represif

Preventif
Makna Kejahatan
Perbuatan disebut sbg kejahatan ?

Yuridis Sosiologis /
Kriminologis

Perb yg oleh neg ditetapkan sbg tin-pid Perb yg oleh masy dianggap ganggu & timbulkan
(diancam sanksi pid) dlm UU. kerugian masy (perb yg langgar norma sos).

Pasal 338 KUHP: Kumpul Kebo


Barang siapa dgn sengaja merampas nyawa “Perb hidup serumah layaknya
org lain, diancam pid krn Pembunuhan, dng suami-istri tanpa ikatan
pid penjara paling lama lima belas tahun. perkawinan yg syah”
Apakah kej yg dipelajari kriminologi hanya yg diatur oleh UU ?

TIDAK

Yg dipelajari kriminologi adalah semua bentuk perb jahat,


baik diatur maupun tidak diatur oleh UU.

Mengapa ?
Krn ada bbrp perb yg dipandang sbg kej oleh masy
ttp blm diatur dlm UU
Bgmn dg perb jahat yg blm diatur oleh UU dan sdh diatur olh UU ?

Hasil penel kriminologi dpt digunakan utk pertimb penetapan perb jahat dlm
UU (Kriminalisasi) & pencabutan UU (Dekriminalisasi)
Kriminalisasi

Yaitu: proses penetapan su perb yg semula bkn kej menjadi kej dlm UU.
Kriminalisasi hrs melalui penetapan dlm UU, krn terikat dg asas “Legalitas”.

Dekriminalisasi
Yaitu: proses penghapusan su per yg semula kej menjadi bkn kej dlm UU.

Apa yg perlu diperhatikan jk hendak menetapkan perb sbg kej dlm UU


(Kriminalisasi) ?
Menurut Prof. Sudarto:
Ada 4 hal yg hrs diperhatikan dlm lakukan “Kriminalisasi:

1. Tujuan hkm Pidana


Hk pid bertgs/bertujuan utk tanggulangi kej, mk kriminalisasi hrs mampu
capai tujuan tsb.
2. Perb yg ditetapkan adlh perb yg merugikan masy (org lain) …
Artinya, bhw perb tsb timbulkan “korban” .. Pdhal ada perb yg rugikan masy
ttp korbannya tdk nampak. Misal: hub sex diluar nikah, penggunaan Narkoba.
3. Perhitungan beaya dg hasil yg diinginkan ..
UU yg dibuat dan diterapkan butuh beaya tdk hny materi (uang) ttp jg social.
Hasil: tercegahnya kej tsb, shg masy jd aman, tertib & sejahtera.
4. Kemampuan APH
Stlh UU jd, mk perlu ada Lembaga & APH yg siap terapkan UU tsb. Jk blm
siap, mk timbulkan disfungsional UU.
Menurut Hermman Mannheim:
Ada 3 hal yg hrs diperhatikan dlm lakukan “Kriminalisasi:

1. Efisiensi dlm jalankan UU ..


UU yg dibuat dan diterapkan butuh dukungan anggota mas, shg sesuai dg
hasil yg diharapkan, yi tercegahnya kej tsb, shg masy jd aman, tertib &
sejahtera.
2. Tdk ada kesulitan bg APH dlm proses pembuktian ..
Stlh UU jd, mk jgn smp timbul kesulitan bg Lembaga & APH dlm terapkan
UU tsb, khususnya dlm pembuktian, shg tdk timbulkan disfungsional UU.
3. Kriminalisasi tdk terlalu campuri urusan kehidupan peribadi dr individu ..
Dlm penerapan UU, jgn smp menggangu urusan/kepentingan pribadi.

Jk ketiga hal tsb tdk ada jaminan, mk “Kriminalisasi” tdk perlu dilakukan.
Makna kejahatan adlh Relatif

Perb yg sama tdk selalu dpandang sama sbg kej


Jd, ada su perb yg sama, olh su masy dipandang sbg kej, ttp masy
yg lain tdk memandang sbg kej.
E. Sutherland:
“Crime is relative from the legal point of view and also from the social
point of view”.
Misal: Kej scr Yuridis: Judi di Indo adlh kej, sdgkn di Eropa / china perb legal.
Kej sosiologis: Kumpul kebo di Indo adlh kej, sdgkn di Eropa tdk.
P.Hoefnagels:
‘the term “crime” in respect of the same behavior differs from moment to
moment (time), from group to group (place) and from contex to contex
(situation).
Jadi: relativitas kej itu krn factor waktu, tempat (masy), atau situasi
& kondisi yg berbeda.
Faktor Waktu yg beda:
Perb yg sama dipandang sbg kej di waktu dulu, tp skg tdk dipandang sbg kej.
Contoh:
Perb Subversib dl dipandang sbg kej (UU No. 11 Pnps Th 1963), tp di sejak 1998 tdk
dipandang sbg kej (UU N. 26 Th 1998).
Faktor tempat yg beda:
Perb yg sama dipandang sbg kej di su tempat, tp di tempat lain tdk dipandang sbg kej.
Contoh:
Perb Judi I Indo dipandang sbg kej (Ps. 303 KUHP), tp di Cina tdk dilarang.
Faktor situasi & kondisi (Sikon) yg berbeda.
Perb yg sama dipandang sbg kej (diproses hk) pd su sikon ttt, tp pd sikon yang lain tdk
dianggap sbg kej (tdk diproses)
o
Contoh:
Perb Demo yg lebihi jam 18.00, ada ditindak sbg kej, tp ada yg tdk ditindak.
Faktor yg mempengaruhi relativitas kej:

Sistem sosial masy yg berbeda-beda Perubahan/perkembangan masy


(differ from group to group – place) (differ from moment to moment - time)

Kepentingan: penguasa; masy; atau pribadi


(differ from contex to contex (situation)

Jadi: Hk (penegakan hk) nampak diskriminatif (pandang bulu).


Pengertian Kriminologi
Istilah Kriminologi pertama kali dikemukan oleh ahli
Anthropologi Perancis: P. Topinard
1. Sutherland:
Kriminilogi: keseluruhan ilmu pengetahuan yg membahas kejahatan sbg gejala sosial
Tmsk di dlmnya adlh: 1. pembuatan UU; 2. pelanganggaran UU; dan 3. reaksi masy thd
pelanggaran UU.

2. Michael dan Adler:


Kriminologi: keseluruhan ket mengenai perb & sifat dari para penjahat, lingkungan
mrk dan cara mrk diperlakukan scr resmi oleh lembaga penertif masy & anggota masy.

3. Wood:
Kriminologi: Keseluruhan penget yg diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yg
bertalian perb jahat dan penjahat, tmsk reaksi masy terhadapnya.
Ruang Lingkup Kriminologi
1. Sutherland:
Kriminologi meliputi: 1) Sosiologi hk pid; 2) Etiology kriminal; 3) Penologi.
2. Noah:
Membagi Krim luas dan sempit
Kriminalistik: penyidikan & penel il-penget alam mengenai sgl sesu yg berhub
dg dpt digun sbg bukti dr tin-pid. --- Il jejak; -- il kedokteran; -- toksikologi.
Krim sempit: sbg il-penget tg bentuk gejala, sebab & akibat kej & perb tercela.

Bonger: Kriminologi mrpk kumpulan dr bnyk ilmu penget: 1) Anthropologi


kriminil; 2) Sosiologi kriminil; 3) Psykologi kriminil; 4) Psycho-pathologi
kriminil; 5) Penologi; Politik kriminil; 7 Kriminalistik.
Sifat Kriminologi

Krim sbg il terbuka – menerima hsl temuan ilmu lain – sosial,


budaya dan alam

Pendekatan interdisipliner – kajian thd kej oleh krim hrs brdsrkan


berbagai ilmu.

T. Sellin: krim sbg “king without country”


E. Sutherland:
Ruang lingkup kriminologi:

1. Sosiologi hk pid: 2. Etiology kriminal:


Ilmu yg pelajari Ilmu yg pelajari
sejarah lahir & sebab-sebab
berlakunya hk pid timbulnya kej.

3. Penologi:
Ilmu yg pelajari lahir
& tujuan pidana.
SEBAB-SEBAB YG TIMBULKAN
KEJAHATAN

Faktor tunggal Banyak Faktor


(Single Factor) (Multy Factor)

Pandangan yg sebut bhw


Pandangan yg sebut
kej timbul krn kombinasi
bhw kej timbul krn
bbrp fator, mis: ekon dg
fator, mis: ekonomi,
lingkungan, ekon dg
lingkungan, keturunan,
lingkungan keturunan,
budaya, dll.
dll.
Sebab-sebab timbulnya kejahatan

Kej = n + k
Kej = k + n
Catatan: N = Niat
K = Kesempatan
Atavisme: sifat jahat akan muncul scr tiba2 pd
keturunan yg jauh.

Power tend corrupt


Teori sosiologis ttg Sebab-
sebab timbulnya kejahatan

1. Yg tdk berorientasi 2.Yg berorientasi


klas klas

1. Teori ekologi 1. Teori Sub Kebudayaan


2. Teori konflik kebud 2. Teori Anomi
3. Teori faktor ekonomi
4. Teori defferential
association
Faktor ekonomi

Kej umum need Kej Ekon greedy


STATISTIK KRIMINAL
Statistik Kriminal

angka-angka yang menunjukan tentang


gambaran (perkembangan) kejahatan, baik
jumlah, jenis, pelaku, korban, waktu dan
tempat kejadian, modus operandi, dll, pada
waktu dan tempat tertentu.
Statistik kriminal dikelompokan jadi 2:

SK yg resmi: SK tidak resmi:


SK yg dimiliki oleh SK yan dimiliki oleh
lembaga resmi, spt, lembaga tdk resmi.
kepolisian, kejaksaan, Misal: Lemb Penel;
pengadilan, dan LP, Pusat Studi
serta BPS; NGO
Jenis kej pelaku tempt waktu Korban/
kerugian
Curanmor Individu/ Mall, psr, Pagi, Orang/
Dll. kelompok tempat siang, lembaga;
hib, malam Materi –
sekolah, imateriil.
dll
Kegunaan statistik kriminil

Mengetahui gambaran Dijadikan dasar untk


(perkembangan) kej di tentukan langkah
suatu daerah dan pada penanggulangan
waktu tertentu. kejahatan.
Kepolisian

Kejaksaan

Pengadilan

LP

Dark Number .......


Hidden Criminality
Data kejahatan yg ada pada lembaga resmi
merupakan fenomena “gunung es” artinya
bahwa “kejahatan yang tercatat pada lembaga
resmi hanya sebagian kecil dibanding dengan
jumlah kejahatan yang terjadi di masy”.

Mengapa demikian ??

Sifat dan bentuk kej peranan korban & masy

Aktivitas penegak hk.


Antr kepolisian dgn kejaksaan:
1. Bukti tdk cukup (SP3);
2. Ada diskresi (86);
3. Msh dlm proses;
4. Pengaduan dicabut.

Antr Kejaksaan dgn pengadilan:


1. Ada SP3;
2. Ada diskresi (Depponeer);
3. Pengaduan dicabut
4. Msh dlm proses.
1. Msh dlm proses;
2. Putusan bebas;
3. Putusan bukan pid penjara;
4. Putusan pidana penjara, ttp dg masa
percobaan.
1. Sk hanya didasarkan atas laporan masy dan yg
tertangkap tangan;
2. Kej mrpk penilaian dr PH yg sering kali tidk sesuai
dgn perkem kej, mis: WCC;
3. PH sering kali bersikap berat sebelah, artinya bhw
kej yg dicatat banyak yg bersifat sederhana (street
crime);
4. Ada kej yg tdk ditangani lembaga peradilan.

Olkani: SK mrpk aktivitas PH.


Teori sosiologis ttg Sebab-sebab
timbulnya kejahatan
Teori sosiologis ttg Sebab-
sebab timbulnya kejahatan

1. Yg tdk berorientasi 2.Yg berorientasi


klas klas

1. Teori ekologi 1. Teori Sub Kebudayaan


2. Teori konflik kebud 2. Teori Anomi
3. Teori faktor ekonomi
4. Teori defferential
association
Teori yg tdk berorientasi pd klas

1. Teori Ekologis

Teori coba cari sebab-sebab kej dr aspek ttt, baik dr


lingkungan manusia maupun sosial, spt:
1. Kepadatan penduduk,
2. Mobilitas penduduk,
3. Hub antara Desa dg Kota (urbanisasi)
4. Perum kumuh (Slum).
Kepadatan penduduk

Pendpt ini sebenarnya hny menyederhankan, yaitu bhw pddk


yg padat akan timbulkan interaksi sosial yg inten dan bs
dorong perselisihan (konflik), dan dorong timbulnya kej …

Mobilitas Penduduk
Dng semakin maju teknologi transportasi dorong man utk
lakukan mobilitas, dan hal ini dimungkinkan akan dorong
adanya pelanggaran hkm, baik di jln maupun di tempat yg
baru.
Urbanisasi
Perpindahan pddk dr Desa ke Kota (Urbanisasi) dpt timbulkan
tambah padatnya Kota dg dikuti perub pola pikir, hidup, &
perilaku masy (khususnya yg dr Desa). Prinsip hedonisme, & pola
hidup konsumtif dpt dorong perilaku nyimpang (kej)

Daerah Kumuh (Slum)


Kehidupan di kota pd umum dikelompok menjadi daerah elit utk
org kaya, modern, cendekia, dan daerah utk org-org miskin,
pekerja kasar.
Dr statistik krim, Pr ahli simpulkan bhw kej bnyk terjadi dr daerah
tempat tinggal org miskin yg biasanya kumuh. Meski skg
sebenarnya bnyk kej yg dilakukan olh org the haves.
2. Teori Konflik Kebudayaan

T. Sellin: Culture Conflict and Crime (1938), jlskan bhw konflik bud
adlh konflik nilai sos, kepentingan, dan norma.
Konflik ini bs terjadi a.l. krn:

1. Bertemunya 2 (dua) budaya besar;


2. Budaya besar kuasai budaya kecil;
3. Perpindahan budaya dr anggota masy.
3. Teori Defferential Association

E. Sutherland menekankan bhw semua tingkah laku itu dipelajari,


tmsk pola perilaku jahat/kej. Jd, kej itu tidak diwariskan ttp
dipelajari melalui su pergaulan yg akrab. Menurut teori Asosiasi
Diferensial, tingkah laku jahat dipelajari dlm kelompok melalui
interaksi dan komunikasi. Yg dipelajari dalam kelompok tersebut
adlh teknik untk lakukan kej dan alasan (nilai-nilai, motif,
rasionalisasi dan tingkah laku ) yg dukung perb jahat tsb. Seseorg
menjadi menyimpang (lakukan kej), krn lbh bnyk berhub dg pola
tingkah laku jahat drpd dg yg tdk jahat.
Teori yg berorientasi pd klas
1. Teori Anomi
Emile Durkheim dan Robert K. Merton

Durkheim dlm bukunya yg berjudul the Duvisuon of Labor In


Society (1893), gunakan istilah anomie utk gambarkan keadaan
deregulation di dlm masy. Keadaan deregulasi oleh Durkheim
diartikan sbg tidak ditaatinya aturan-aturan yg ada dlm masy &
org tdk tahu apa yg diharapkan dari orang lain. Keadaan
deregulation atau normlessness inilah yg timbulkan perilaku
deviasi (menyimpang).
Pada tahun 1938 Merton mengambil konsep anomi untuk menjelaskan
perbuatan deviasi di amerika. Konsep Merton berbeda dgn apa yg digunakan
oleh Durkheim. Mnrt Merton, dlm setiap masy tdpt tujuan-tujuan ttt yg dpt
dicapai dgn sarana-sarana yg tersedia. Ttp dlm kenyataan tdk setiap orang dpt
gunakan sarana-sarana tsb. Hal ini sebabkan penggunaan cara yg tdk sah dlm
capai tujuan. Hal ini akan timbul penyimpangan-penyimpangan dlm capai tujuan.

Bentuk adaftasi Tujuan yg Cara yg sdh melembaga


membudaya
Confirmity + +
Innovation + -
Ritualism - +
Ritreatmen - -
Rebellion -+ -+

Ket: (+) = Penerimaan (-) = Penolakan (-+) = Penolakan & perub


2. Teori Sub-Budaya
A.K. Cohen

Cohen dlm bukunya yg berjudul Delinquent Boys (1955),


gambarkan keadaan/kenakalah anak/ remaja di AS. Teori ini coba
jelaskan sebab-sebab kej (kenakalan) rema dr aspek perbedaan
kelas yg diperoleh dr keluarganya.

Cohen tunjukan bhw moralitas dan nilai-nilai yg berbeda antara


klas menengah dg klas pekerj a (bawah), spt ambisi,
tanggungjawab pribadi, pengendalian, emosi & tindakan agresif,
peng-hargaan milik, dsb.

Dgn terjadinya interaksi/pergaulan antar mrk, mk dpt timbulakn konflik &


kebingungan dr remaja klas pekerja, shg timbulkan kej/kenakalan remaja.
R. A Cloward & Ohlin

Cloward & Ohlin dlm bukunya yg berjudul Delinquent and


Opportunity: A Theory of Delinquent Gang (1960), ajukan theis:
differential opportunity system. Thesis ini jelaskan bhw delinquen
(sub-kultur) bnyk terjdi di antara anak klas bawah di daerah
perkotaan.

Ada 3 (tiga) bentuk sub-kultur delinquen:


1. Criminal sub culture (perb pencurian, pemerasan, dll);
2. Conflict sub culture (bentuk gang utk cari status);
3. Retreatist sub culture (perb menarik diri dr kelompok umum
... Konsumsi Narkoba).

Anda mungkin juga menyukai