Arti statistik kriminal bagi kriminologi sangat penting, bukan saja sebagia metode dan data
kejahatan, akan tetapi juga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk
gambaran orang mengenai realitas kejahatan atau sebagai konstruksi sosial tentang realitas
kejahatan. Adolphe Quetelet (1776-1874) seorang Belgia ahli statistik dan guru besar ahli
astronomi di Brusels telah berhasil menjadikan statistik suatu metode ilmu pengetahuan serta
menciptakan dasar-dasar statistik praktis. Dia-lah yang dengan menggunakan data statistik
kriminal di Prancis, untuk pertama kali membuktikan bahwa kejahatan, seperti halnya banyak
kejadian sosial lainnya, seperti perkawinan, kelahiran, kematian, dan juga kejahatan
merupakan lebih dari sekedar kejadian yang bersifat perorangan, melainkan sebagai fenomena
yang bersifat masal, sehingga statistik kriminal menjadi metode yang lebih baik untuk
mempelajari kejahatan yang bersifat masal tersebut, yaitu dalam menemukan keteraturan,
kecenderungan atau bahkan hukum-hukum sosial. Pengamatannya yang sangat terkenal
adalah bahwa jumlah dan jenis kejahatan di negara tertentu setiap tahun cenderung sama dan
juga cara melakukannya adalah sama.
Statistik Kriminal adalah angka-angka yang menunjukan jumlah kriminalitas yang tercatat pada
suatu waktu dan tempat tertentu. Statistik kriminal ini disusun berdasarkan kriminalitas yang
tercatat, baik secara resmi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan sebagainya) maupun yang
dicatat oleh para peneliti sendiri. Kriminalitas yang tercatat tersebut hanya merupakan sampel
dari seluruh kriminalitas yang terjadi, sedangkan jumlah kriminalitas yang terjadi tidak pernah
diketahui. Bagian kriminalitas yang tidak pernah diketahui dinamakan angka gelap (dark
numbers atau dark figures). Oleh karena itu, salah satu ciri (kelemahan) statistik kriminal adalah
tidak lengkap. Dan memang statistik kriminal tidak pernah dapat mencatat seluruh kriminalitas
yang ada. Jika statistik ini digunakan untuk penyelidikan etiologi kriminal, memang tidak
dibutuhkan lengkapnya bahan-bahan, asal saja bahan-bahan tersebut cukup representatif,
dalam arti dapat diterima sebagai sampel yang sah dan apakah perbandingan antara yang
diketahui dengan yang tidak diketahui dapat dikatakan tetap (pars pro toto). Persoalannya
adalah, apakah asumsi tersebut terbukti, artinya apakah statistik kriminal merupakan data yang
representatif, baik mengenai penyebaran dari jenis-jenis kejahatannya, pelaku, daerahnya,
maupun mengenai perbandingan antara kejahatan yang diketahui dengan yang tidak.
Tujuan dibuatnya statistik kriminal oleh pemerintah adalah untuk memebrikan gambaran/data
tentang kriminalitas yang ada dimasyarakat, seperti jumlahnya, frekuensinya serta penyebaran
pelakunya dan kejahatannya. Berdasarkan data tersebut kemudian oleh pemerintah
(khususnya penegak hukum) dipakai untuk menyusun kebijakan penanggulangan kejahatan,
sebab dengan kejahatan tersebut pemerintah (penegak hukum) dapat mengukur naik turunnya
kejahatan pada suatu periode tertentu di suatu daerah atau negara. pengukuran ini tentunya
hanya dapat dilakukan dengan asumsi bahwa hubungan antara kriminalitas yang dilaporkan
dengan yang tidak dilaporkan adalah tetap (konstan). asumsi ini tidak pernah tebukti karena
beberapa hal, terutama karena tiga hal berikut ini :
Disamping untuk tujuan praktis, khususnya bagi tujuan pemerintahan, statistik kriminal juga
dipakai oleh para ilmuwan, khususnya kriminologi, untuk menjelaskan fenomena kejahatan
atau menyusun teori. Terhadap cara-cara penggunaan statistik kriminal oleh pemerintah
(polisi) dan kriminologi yang menganggap statistik kriminal sebagai pencerminan kejahatan
yang ada di masyarakat, dalam arti diterima sebagai sampel yang sah, mengandung beberapa
kelemahan :
1. Statistik kriminal adalah hasil pencatatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
(khususnya polisi) berdasarkan laporan korban dan anggota masyarakat pada umumnya
(berdasarkan berbagai studi sekitar 80-90 % pencatatan tersebut berasal dari laporan
masyarakat). Hasil pencatatan terutama dipengaruhi oleh kemauan korban untuk melaporkan.
Dari berbagai penelitian dapat ditujukan kecenderungan korban untuk melaporkan dipengaruhi
oleh berbagai hal, seperti jenis-jenis kejahatan, nilai kerugian, pandangannya terhadap
kemampuan polisi, hubungannya denagn pelaku kejahatan serta berbagai kepentingan praktis
lannya.
2. Apa yang disebut sebagi kejahatan, dalam perwujudannya akan menampakkan dirinya
dalam berbagi bentuk perilaku dan seringkali tidak jelas, samar-samar hingga memerlukan
penafsiran. Menafsirkan suatu kejadian atau fakta tertentu sebagai kejahatan dipengaruhi oleh
pengetahuan dan persepsinya tentang apa yang disebut sebagai kejahatan. Dari berbagai
studi dapat ditunjukan persepsi korban (dan masyarakat) terhadap kejahatan bersifat berat
sebelah (bias) yaitu terutama mengenai kejahatan white-collar. Akibatnya kejahatan yang
dilaporkan juga bersifat berat sebelah yaitu terutama berupa kejahatan warungan dan sangat
langka dengan kejahatan white-collar.
3. Persepsi polisi juga bersifat berat sebelah. Dari jenis-jenis kejahata yang dijadikan indeks
kejahatan, berarti yang akan mendapat prioritas dalam penanggulangannya, terutama juga
kejahatan warungan. Akibatnya kejahatan yang mendapat perhatian polisi, yang pada akhirnya
masuk dalam statistik kriminal, terutama juga kejahatan warungan.
Dengan melihat beberapa kelemahan tersebut dapat disimpulkan bahwa statistik kriminal
bukan merupakan pencerminan kejahatan yang ada di masyarkat, akan tetapi hanyalah
merupakan gambaran tentang aktivitas penegak hukum.
Aliran-aliran pemikiran dlm kriminologi
Aliran-aliran pemikiran dlm kriminologi
Spiritistik (demonologik:
Naturalis: penjlsn yg
Penjlsn yg dasarkan adanya
dasarkan pd dunia
kekuasaan lain (roh) yg
nyata (fisik/sosial)
lampaui dunia empiris.
Naturalis: penjlsn yg dasarkan pd dunia nyata
(fisik/sosial): ada 3 aliran pemikiran Krim
Klasik:
Positif
Kritis
Aliran Klasik
Konflik
Aliran konflik kaji adanya factor kekuasan yg pengaruhi
mengapa suatu perbuatan ditetapkan sbg kejahatan; atau
mengapa sesorang ditetapkan sebagai penjahat ?
Kejahatan bukan semata-mata persoalan hukum, akan
tetapi persoalan politik (ada kekuasaan/kekuatan).
G. Peter Hoefnagels:
Criminal policy is the rational organization of
the soscial reaction to crime
Criminal Policy:
Kebijakan penang kej
Mengapa diperlukan ?
1. Pre-emtif
Upaya-upaya awal yang dilakukan oleh masy untk cegah terjadinya kej.
Usaha-usaha ini mrpk bentuk penanggulan kej dg cara menanamkan
nilai-nilai/norma-norma yang baik shg norma-norma tersebut
terinternalisai dlm diri seseorang/masy. Usaha pre-emtif ini bs
hilangkan niat, meskipun ada kesempatan.
2. Preventif
Upaya ini merupakan tindak lanjut dari upaya pre-emtif yang masih
dalam tataran pencegahan kej. Upaya preventif menekankan hilangnya
kesempatan untk lakukan kej.
Contoh: Siskamling diharapkan cegah orang yg akan mencuri.
3. Represif
Upaya ini dilakukan stlh terjadi kej, yaitu tindakan penegakan hk (law
enforcement) dgn penjatuhan pid.
Upaya ini diharapkan dpt perbaiki pelaku agar tdk lakukan kej lg, dan
mencegah org lain utk lakukan kej.
Ada pdpt yg katakan bhw Kebijakan
krim dpt tampil dlm berbagai bentuk:
S. Kriesberg:
Ada 3 (tiga) pengambilan put korpo yg
langgar hk:
I Financial violations
L
L
E
G
Labour violations
A
L
Manufacturing violations
K
O
R
P Unfair trade practices
O
Praktik perilaku illegal (kej) Korpo di Indonesia dewasa ini
( era reformasi) terjadi hampir setiap saat, spt:
- pembangunan tanpa ijin ygdikuti dengan suap;
- korupsi, penggelapan dana masyarakat;
- perusakan lingkungan;
- pemberian upah di bawah UMD; dan
- iklat bohong.
Kerugian (korban) kej korpo:
Public (Publik)
Mengapa korpo lakukan kej ?:
Penal
“ (Hukum Pidana) Non-Penal
“ (Non Hk Pidana)
“the function of criminal law not Kej Korpo mrpk kej yg bersifat
only to protect private property kompleks, shg tdk hanya bs
against unlawful interference but diselesaikan dg hk pid, krn “Hk pid
also to protect the basic economic punya mampuan terbatas; Hk pid
order of the nation” (Friedmann). hanya hilangkankan gejala saja; &
Hk pid hanya perhatikan pelaku,
“
"Penal intervention becomes sdqkan korban dan masy tdk
essential in many and diversified
field of business practices in order Disamping jg adanya pemikiran yg
to control conducts which pose a dikaitkan dg ”ide-ide pembaharuan
threat the life, health, property and hukum pidana (ADR masuk dlm Hk
Pid), & masalah pragmatisme
happiness of the general public" (hindari penunpukan perkara).
(Suzuki)
Hkm Pidana hrs bgmn ??
V
Perub (pembaharuan) Hkm Pidana
Sanksi yg efektif
KORBAN KEJAHATAN
(VICTIMOLOGY)
Korban kej mulai makin diperhatikan oleh para ahli
stlh terbitnya buku “The Criminal and His Victim” oleh
Hans von Hentig (1948)
Korban Kej
SUDaryono
lektor kepala
fakultas hukum
universitas muhammadiyah surakarta
Tujuan mempel kriminologi:
Utk mengkaji (analisis) aspek-aspek yg melekat pd kej.
MAKNA BENTUK
JENIS
PERBUATAN MET. STATISTIK
K PELAJARI KEJ
R K
I E ORANG/KORP
PROFIL
M J Jenis Kel, Pekerj,
Umur, Pend, status
I A PELAKU Sos-eko
N H
FAKTOR YG
O A PENGARUHI
Inter-Exter
L T
O A PERANAN
G N KORBAN
PERLIND HKM
I
REAKSI Upaya Penal dan
MASYARAKAT Penanggulangan Non-Penal
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:
1. Perbuatan
Kejahatan
Yuridis Sosiologis
Relatif
Standart Kompetensi:
Mhs mampu menganalisis aspek-aspek kej:
3. Korban
Peranan Perlindungan
4. Reaksi Masyarakat
(Upaya Penanggulangan)
Pre-emtif Represif
Preventif
Makna Kejahatan
Perbuatan disebut sbg kejahatan ?
Yuridis Sosiologis /
Kriminologis
Perb yg oleh neg ditetapkan sbg tin-pid Perb yg oleh masy dianggap ganggu & timbulkan
(diancam sanksi pid) dlm UU. kerugian masy (perb yg langgar norma sos).
TIDAK
Mengapa ?
Krn ada bbrp perb yg dipandang sbg kej oleh masy
ttp blm diatur dlm UU
Bgmn dg perb jahat yg blm diatur oleh UU dan sdh diatur olh UU ?
Hasil penel kriminologi dpt digunakan utk pertimb penetapan perb jahat dlm
UU (Kriminalisasi) & pencabutan UU (Dekriminalisasi)
Kriminalisasi
Yaitu: proses penetapan su perb yg semula bkn kej menjadi kej dlm UU.
Kriminalisasi hrs melalui penetapan dlm UU, krn terikat dg asas “Legalitas”.
Dekriminalisasi
Yaitu: proses penghapusan su per yg semula kej menjadi bkn kej dlm UU.
Jk ketiga hal tsb tdk ada jaminan, mk “Kriminalisasi” tdk perlu dilakukan.
Makna kejahatan adlh Relatif
3. Wood:
Kriminologi: Keseluruhan penget yg diperoleh berdasarkan teori atau pengalaman yg
bertalian perb jahat dan penjahat, tmsk reaksi masy terhadapnya.
Ruang Lingkup Kriminologi
1. Sutherland:
Kriminologi meliputi: 1) Sosiologi hk pid; 2) Etiology kriminal; 3) Penologi.
2. Noah:
Membagi Krim luas dan sempit
Kriminalistik: penyidikan & penel il-penget alam mengenai sgl sesu yg berhub
dg dpt digun sbg bukti dr tin-pid. --- Il jejak; -- il kedokteran; -- toksikologi.
Krim sempit: sbg il-penget tg bentuk gejala, sebab & akibat kej & perb tercela.
3. Penologi:
Ilmu yg pelajari lahir
& tujuan pidana.
SEBAB-SEBAB YG TIMBULKAN
KEJAHATAN
Kej = n + k
Kej = k + n
Catatan: N = Niat
K = Kesempatan
Atavisme: sifat jahat akan muncul scr tiba2 pd
keturunan yg jauh.
Kejaksaan
Pengadilan
LP
Mengapa demikian ??
1. Teori Ekologis
Mobilitas Penduduk
Dng semakin maju teknologi transportasi dorong man utk
lakukan mobilitas, dan hal ini dimungkinkan akan dorong
adanya pelanggaran hkm, baik di jln maupun di tempat yg
baru.
Urbanisasi
Perpindahan pddk dr Desa ke Kota (Urbanisasi) dpt timbulkan
tambah padatnya Kota dg dikuti perub pola pikir, hidup, &
perilaku masy (khususnya yg dr Desa). Prinsip hedonisme, & pola
hidup konsumtif dpt dorong perilaku nyimpang (kej)
T. Sellin: Culture Conflict and Crime (1938), jlskan bhw konflik bud
adlh konflik nilai sos, kepentingan, dan norma.
Konflik ini bs terjadi a.l. krn: