Anda di halaman 1dari 6

Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam………………….

47
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM PENANGGULANGAN KEJAHATAN


ANAK

Oleh: Jacob Hattu

ABSTRACT

In particular the problem of crime committed by juveniles is usually referred to as delinquency


and how efforts to overcome a complicated issue. This is because the crime or criminal offenses
committed by the many factors that contribute and influence the behavior of the youth.
Associated with criminal behavior committed by adolescents and a violation of legal norms and
social. Thus, from the standpoint of criminal politics and global macro, then the non-penal
efforts and strategic occupy key positions in tackling the causes and conditions that give rise to
crime. Therefore tackling juvenile crime with criminal approach must be grounded.
Keywords: Development policy criminal law, crime child

A. PENDAHULUAN. Reksodiputro, selanjutnya merupakan


pelanggaran norma sebagai berikut : 2
Pembanggunan hukum sebagai upaya “ Suatu bentuk tingkah laku manusia.
untuk menegakan keadilan, kebenaran, dan Tingkah laku seseorang yang ditentukan
ketertiban dalam negara hukum Indonesia oleh sikapnya atau attitude dalam
yang berdasarkan Pancasila dan menghadapi suatu situasi tertentu. Sikap
Undang-undang Dasar 1945, diarahkan ini dibentuk oleh kesadaran subyektifnya
untuk meningkatkan kesadara hukum, akan nilai dan norma dari dan dalam
menjamin penegakan, pelayanan dan kebudayaan dimana ia dilahirkan dan
kepastian hukum, serta mewujudkan tata dibesarkan. Seorang individu mempunyai
hukum nasional yang mengabdi pada sikap tertentu terhadap suatu situasi
kepentingan nasional 1 . Berbicara masalah tertentu yang diatur oleh norma yang
kejahatan khususnya yang dilakukan oleh bersangkutan. Sikap tertentu mana
remaja biasaya di sebut sebagai kenakalan membuat ia merasa tidak perlu untuk
dan bagaimana upaya penanggulangannya mentaati yang bersangkutan. Sikap ini
merupakan persoalan yang rumit. Hal ini adalah hasil dari proses sosialisasi.”
karena kejahatan atau tindak pidana yang Dari pengertian tersebut tampaknya
dilakukan oleh para banyak faktor yang dapat dipahami bahwa sebab-sebab dari pada
turut berperan dan turut mempengaruhi kejahatan atau kenakalan remaja tersebut
perilaku remaja tersebut. dapat berupa sebab dari dalam atau intern
Berkaitan dengan tingkah laku kriminal dan sebab dari luar atau eksteren. Para
yang dilakukan para remaja dan merupakan kriminolog justru cenderung untuk
pelanggaran norma-norma hukum maupun berpandangan bahwa sebab dari pada
sosial maka Sahetapy dan Mardjono kejahatan atau kenakalan itu diakibatkan
karena faktor psykologis dan sosiologis. 3

2
Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro, Parados
Dalam Kriminologi, Rajawali Press, Jakarta, 1989,
1
Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPR hal 45
3
No.11/MPR/1988, Bahan Penataran P4 Pola Romli Atmasasmita, Teori Dan Kapita Selekta
Seratus Jam, hal. 66 Kriminologi, PT Eresco, Bandung, 1992, hal. 23.
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 48
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

Dari perspektif kebijakan hukum pidana, perkembangan jiwa atau psykologi dan
penanggulangan kejahatan dapat dilakukan faktor lingkungan atau sosiologis.
dengan menggunakan pendekatan antara 2. Pendekatan integrated atau terpadu
lain : merupakan pendekatan yang rasional,
a. Pendekatan Penal (Hukum Pidana), dimana selain penghormatan pada asas
artinya penerapan hukum pidana atau legalitas juga asas kemanfaatan atau
Kriminal Law Application yakni jika anak utiliritas.
melakukan tindak pidana maka ada Dari apa yang dikemukakan diatas maka
prosedure penanganan sampai pada yang menjadi permasalahan adalah
pengenaan sanksi berupa pidana dan atau Bagaimana konsep penanggulangan
tindakan. Upaya penanggulangan kejahatan anak ditinjau dari kebijakan
kejahatan lewat penal lebih menitik krimina?
beratkan pada sifat represive yakni berupa
penindasan, pemberantasan, penumpasan
sesudah kejahatan itu terjadi. B. PEMBAHASAN
b.Pendekatan non Penal (non hukum pidana),
yakni usaha dalam bentuk pembinaan, dan 1. Pendekatan Integral (Paduan Antara
atau usaha pendidikan non formal lainnya. Penal Dan Non Penal)
Pendekatan non penal lebih Penyelenggaraan peradilan pidana
menitikberatkan pada sifat prefentif adalah merupakan salah satu aspek saja yaitu
berupa pencegahan, penangkalan, usaha masyarakat dalam menang- gulangi
pengendalian sebelum kejahatan terjadi, kejahatan masyarakat menggunakan sara
mengingat upaya penanggulangan hukum pidana (penal), di samping itu masih
kejahatan lewat jalur non penal lebih dikenal usaha masyarakat menaggu- langi
bersifat tindakan pencegahan untuk kejahatan melalui sarana non hukum pidana
terjadinya tindakan kejahatan maka (non penal). Usaha-usaha non hukum pidana
sasaran utamanya adalah menangani ini sangat menunjang penyelenggara- an
faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya peradilan pidana dalam mencapai tujuannya.
kejahatan. Faktor-faktor kondusif tersebut Dalam hal usaha non hukum pidana (non
antara lain berpusat pada masalah-masalah penal) menurut Barda Nawawi Arief
sosial yang secara langsung atau tidak Usaha-usaha yang rasional untuk
langsung dapat menimbulkan atau mengendalikan atau menanggulangi kejahat-
kesuburan kejahatan. Dengan demikian, an (politik kriminal)sudah barang tentu tidak
dilihat dari sudut politik kriminal secara hanya dengan menggunakan sarana penal
makro dan global, maka upaya-upaya non (hukum pidana), tetapi dapat juga dengan
penal menduduki posisi kunci dan strategis menggunakan sarana non penal. Usaha-
dalam menanggulangi sebab-sebab dan usaha non penal antara lain misalnya
kondisi-kondisi yang menimbulkan penyantunan dan pendidikan sosial dalam
kejahatan. rangka pengembangan tanggung jawab sosial
c. Pendekatan Integrated (Terpadu) adalah warga masyarakat, penggarapan kesehatan
merupakan gabungan dari pendekatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral,
penal dan non penal. agama dan sebagainya. Peningkatan
Menanggulangi kejahatan remaja dengan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja,
menggunakan pendekatan kriminal yang kegiatan patroli dan pengawasan lainnya
beralasan karena : secara kontinu oleh polisi dan aparat
1. Dilihat dari sebab-sebab anak keamanan lainnya dan sebagainya.
melakukan kejahatan, masalahnya Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi
justru lebih banyak disebabkan faktor bidang yang sangat luas sekali di seluruh
sector kebijakan sosial. Tujuan utama dari
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 49
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

usaha-usaha nonpenal itu adalah mem- adalah mengintegrasikan dan


perbaiki kondisi-kondisi sosial tertentu, mengharmonisasikan kegiatan atau
namun secara tidak langsung mempunyai kebijakan non penal (non hukum pidana) dan
pengaruh preventif terhadap kejahatan. 4 penal (hukum pidana) yaitu kearah
Sedangkan G. Peter Hoefnagels penekanan atau pengurangan faktor-faktor
menyebut usaha-usaha nonpenal dengan potensial untuk tumbuh suburnya kejahatan.
istilah “Perfention Without Punishment.” Dengan pendekatan kebijakan integral inilah
Menurutnya usaha-usaha yang termasuk diharapkan “Sosial Defence Planning
dalam istilah tersebut ialah social policy “benar-benar dapat berhasil. 6
(Kebijakan sosial), Community Planning Mengingat upaya penanggulangan
(Perencaan Masyarakat) dan Child Welfare kejahatan lewat jalur non penal lebih bersifat
(Kesejahteraan Anak-Anak) serta penerapan tindakan pencegahan untuk terjadinya
hukum administrasi dan hukum perdata. kejahatan, maka sasaran utamanya adalah
Upaya penanggulangan kejahatan dapat di mengenai faktor-faktor kondusif penyebab
tempuh dengan :5 terjadinya kejahatan. Faktor-faktor kondusif
1. Penerapan hukum pidana (Kriminal Law itu antara lain berpusat pada masalah-
Application) masalah sosial yang secara langsung atau
2. Pencegahan tanpa pidana (Frequantion tidak langsung dapat menimbulkan atau
Without Punishment) menumbuh suburkan kejahatan. Dengan
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat demikian, dari sudut politik kriminal secara
mengenai kejahatan dan pemindaan dalam makro dan global, maka upaya-upaya non
media massa (Influencing Views of Society penal menduduki posisi kunci dan strategis
on Crime and Punishment). dari keseluruhan upaya politik kriminal.
Dengan demikian, upaya Posisi kunci dan strategis dalam
penanggulangan kejahatan secara garis besar menanggulangi sebab-sebab dan kondisi-
dapat di bagi dua yaitu lewat jalur penal atau kondisi yang menimbulkan kejahatan.
hukum pidana dan non penal atau non hukum Salah satu aspek kebijakan sosial yang
pidana atau di luar hukum pidana. Dalam patut mendapat perhatian ialah penggarapan
pembagian tersebut upaya-upaya yang di masalah kesehatan jiwa masyarakat (social
sebut dalam butir 2 dan 3 dapat dimasukkan hygiene), baik secara individual sebagai
dalam kelompok upaya “non penal". anggota masyarakat maupun kesejahteraan
Bahwa upaya penanggulangan keluarga termasuk kesejahteraan anak dan
kejahatan lewat jalur penal lebih menitik remaja serta masyarakat luas pada umumnya.
beratkan pada sifat repressive yaitu Dalam pertimbangan resolusi PBB
penindasan/pemberantasan/penumpasan Nomor 3 Kongres ke-6 tahun 1980, tentang
sesudah kejahatan terjadi. “Effektive Measure to Prevent Crime” antara
Menurut Barda Nawawi Arief masalah lain dinyatakan :7
utama dalam penanggulangan kejahatan 1. Bahwa pencegahan kejahatan bergantung
pada pribadi manusia itu sendiri (That
4
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Penanggulangan Crime Prevention is Dependent on Man
Kejahatan Dengan Hukum Pidana, di muat dalam Himself)
Masalah-Masalah Hukum, Semarang, Fakultas 2. Bahwa strategi pencegahan kejahatan
Hukum UNDIP, No. 2-4 Tahun XII, 1982, hal 6.
5
G. Peter Hoefnagels, The Other Side of harus didasarkan pada usaha
Criminology, Dalam Tesis Paulus Hadi Suprapto,
6
Fakultas Pasca Sarjana UI, Mamfaat Tindakan Barda Nawawi Arief, Op Cit, hal 6
7
Non Hukum Pidana Dalam Menunjang Sistim Sixth Un Congress, report, 1981, hal. 7.(Dalam
Peradilan Pidana (Tinjauan Dari Aspek Buku Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai
Perundang-Undangan Pidana, Pengetahuan Serta Kebijakan Hukum Pidana), Citra Aditya Bakti,
Sikap Penegak Hukum, hal. 127, 128. Bandung, 1996, hal 48.
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 50
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

membangkitkan semangat atau jiwa harus diberi bantuan. Hal ini beralasan
manusia dan usaha memperkuat kembali karena penjara hanya akan membuat mereka
keyakinan akan kemampuan untuk berbuat itu menjadi lebih jahat dari pada semulanya.
baik (That Crime Prevention Strategies Menanggulangi kejahatan atau tindak
Should be Based on Exalting the Spirit of kriminal yang terjadi maka perlu adanya
Man and Reinforcing his Faith in his kerjasama yang baik antara aparat-aparat
Ability to do Good). penegak hukum yang berkompeten serta
Dari resolusi di atas jelas terlihat betapa dukungan dan dorongan dari orang tua dan
penting dan strategisnya peranan pendidikan juga masyarakat yang dianggap cukup
agama dan berbagai bentuk media berpengaruh. Dalam menanggulangi masalah
penyuluhan keagamaan dalam memperkuat kejahatan anak sebagai suatu upaya hukum
kembali keyakinan dan kemampuan manusia dalam perlindungan anak maka bukanlah
untuk mengikuti jalan kebenaran dan merupakan tugas dari aparat penegak hukum
kebaikan. saja akan tetapi tanggung jawab orang tua
Uraian di atas pada dasarnya ingin dan masyarakat. Dengan kata lain,
menekankan bahwa upaya non penal yang penanggulangan kejahatan atau kenakalan
paling strategis adalah segala upaya untuk anak tidak terlepas dari dukungan atau
menjadikan masyarakat sebagai lingkungan partisipasi dari orang tua maupun masyarakat
sosial dan lingkungan hidup yang sehat disekitar tempat tinggal dari anak yang
(secara material dan inmaterial) dari bersangkutan.
faktor-faktor kriminogen. Ini berarti,
masyarakat dengan seluruh potensinya harus 3. Tindakan Non-Hukum Pidana sebagai
dijadikan sebagai faktor penangkal kejahatan Alternatif kebijakan di samping
atau faktor anti kriminogen yang merupakan Pemidanaan
bagian integral dari keseluruhan politik Dalam konteks Politik Kriminal
kriminal. (criminal Policy) pemidanaan bukan
satu-satunya cara penanggulangan kejahatan
2. Rasionalisasi Penanggulangan dimasyarakat karena di samping itu masih
Kejahatan Anak dikenal cara-cara yang lain yang disebut
Masalah kejahatan anak serta tindakan non-hukum pidana, maka dalam
bagaimana upaya penanggulangan uraian berikuti ini ingin diketengahkan
merupakan suatu upaya yang rumit untuk pemahaman yang berangkat atau bertitik
ditanggulangi berhubung karena pelaku tolak dari pertanyaan dasar : Sampai
kriminal dalam hal ini adalah anak-anak atau seberapa jauh manfaat tindakan non-hukum
remaja. Di mana mereka harus diperlakukan pidana tersebut dalam rangka pencapaian
dengan baik bukannya dihukum akan tetapi tujuan sistem peradilan pidana dalam konteks
dilindungi, hal ini sesuai dengan penanggulangan kejahatan dimasyarakat,
pencerminan dari asas “Parents Patriae” terutama menyangkut dengan kejahatan yang
yang artinya penguasa harus bertindak pelakunya adalah anak-anak.
apabila anak-anak melakukan kejahatan dan Beberapa catatan kongres PBB tentang
bukannya dipidana, melainkan harus “the Prevention of Crime and the Treatment
dilindungi dan diberi bantuan. 8 of Onffenders” tersebut, memberi kesan
Bila ditarik agak jauh makna asas bahwa kondisi social, ekonomi, budaya serta
tersebut, maka yang dimaksud adalah agar structural masyarakat di anggap bertanggung
supaya dihindari dan diusahakan seorang jawab timbulnya kejahatan (kriminogen).
anak yang melakukan tindak pidana tidak Konsekuensi pendekatan yang demikian itu
dimasukkan ke dalam penjara, akan tetapi sudah barang tentu mewarnai pula
usaha-usaha penanggulangan kejahatan
8
Ibid, hal 62 dimasyarakat. Ini berarti bahwa penang-
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 51
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

gulangan kejahatan yang hanya semata-mata apabila sistem peradilan pidana kurang dapat
menggunaka hukum pidana yang diwujud- memainkan peranannya sebagai upaya
kan oleh sistem peradilan pidana tidak akan penanggulangan kejahatan dimasyarakat.
mampu, untuk itu perlu diterapkannya Sebagai gambaran perlu kiranya disajikan
tindakan-tindakan yang dapat menjangkau secara sporadis perwujudan pengimplemen-
serta mengatasi faktor-faktor kriminogen tasian tindakan-tindakan non hukum pidana
tersebut. di Jepang. Jepang dikawasan Asia cukup
Faktor-faktor kriminogen yang pada menonjol dalam mengimplementasikan
hakekatnya bersifat kemasyarakatan yaitu tindakan-tindakan non hukum pidana sebagai
dirasakan perlunya untuk mengkaitkan pencegahan kejahatan di masyarakat.
politik kriminal (Criminal Policy) dengan
politik social (Social Policy), atau dengan 4. Tindakan-tindakan Preventif Dalam
kata lain di dalam politik social perlu Menanggulangi Kejahatan Anak
dimasukkan pula politik kriminal. Dari Tindakan-tindakan preventif dalam
jenis-jenis tindakan-tindakan non penal menanggulangi kejahatan anak, ternyata
tampaknya perlu lebih dikedepankan guna masih terdapat persepsi yang berbeda dari
menunjang tindakan-tindakan penerapan para ahli/penegak hukum, yang antara lain
hukum pidana yang diwujudkan melalui mengemukakan bahwa tindakan-tindakan
sistim peradilan pidana. preventif dalam menanggulangi kejahatan
Menurut Sudarto apa yang diusulkan anak itu meliputi antara lain : 1) memberikan
oleh kongres PBB tersebut sangat perlu nasehat/petuah yang positif; 2) memberikan
mendapat perhatian kita semua. teguran kepada mereka yang berkerumunan
Pembanggunan nasional yang kita dijalan; 3) diberikan ketrampilan yang
laksanakan dan usahakan bersama sekarang berguna bagi anak; 4) pembinaan
ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat mental/rohani; 5) disediakan
adil dan makmur berdasarkan pancasila. tempat/sarana/wadah untuk menyalurkan
Tercapainya keadilan sosial jelas akan aktivitas bagi anak; 6) penyuluhan hukum
menggurangi terjadinya kejahatan; maka atau Jaksa masuk desa; 7) jauhkan anak-anak
politik social meliputi juga politik kriminal. 9 dari pengaruh jahat; 8) pengawasan
Dari uraian tersebut tampak bahwa lingkungan pergaulan anak; 9)
langkah-langkah penanggulangan kejahatan pengawasan/pendekatan langsung dari orang
mau tidak mau mencakup pula masalah tua.
perencanaan, baik yang menyangkut Dari tindakan-tindakan yang efektif
penyelenggaraan sistem peradilan pidana terdapat beberapa alasan menarik yang antara
maupun yang menyangkut perencanaan lain meliputi : 1) sifat dari anak yang masih
kondisi masyarakat dimana masalah-masalah ikut-ikutan; 2) belum dapat membedakan
yang dapat memungkinkan timbulnya yang baik dan yang jahat; 3) dari pendidikan
kejahatan dapat dikurangi sedemikian rupa. keluarga terbentuk manusia yang baik dan
Gambaran diatas, tampaknya sedikit berguna; 4) melalui wadah yang tersedia
banyak telah dapat mencerminkan suatu sehingga mereka selalu bertindak yang
usaha pengujian hipotesa yang diajukan, positif dan yang berbau kriminal dilupakan; 5)
yaitu hipotesa umum yang menyatakan : adanya kepedulian dari orang tua, guru,
peranan tindakan non hukum pidana dalam warga masyarakat dan semua instansi terkait
penanggulangan kejahatan semakin tinggi, yang terlibat; 6) sebagai Jaksa sudah
merupakan program dari pimpinan pusat
9
Sudarto, Uraian Pokok-Pokok Permasalahan untuk mengadakan Kadarkum, Jaksa Masuk
Dalam Seminar Kriminologi Ke IV di muat Dalam Desa, dan sebagainya.
Masalah-masalah Hukum, Edisi Khusus, Tahun Apa yang digambarkan dari
XVII-1987, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang,
hal 13 alasan-alasan memang dapat dipertanggung-
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 52
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014

jawabkan, menggingat alasan tersebut masih


perlu dikonsistensikan permasalahan-
permasalahan yuridis dari tindakan DAFTAR PUSTAKA
pemidanaan.
Barda Nawawi Arief, Kebijakan
Penanggulangan Kejahatan
Dengan Hukum Pidana, di muat
C. P E N U T U P dalam Masalah-Masalah Hukum,
Politik kriminal sebagai usaha rasional Semarang, Fakultas Hukum UNDIP,
masyarakat untuk menanggulangi kejahatan, No. 2-4 Tahun XII, 1982,
apabila ditinjau dari sarana yang dapat ………………, Bunga Rampai
dipergunakan, dapat dibedakan menjadi, 2 Kebijakan Hukum Pidana, Citra
yaitu usaha-usaha dengan menggunakan Aditya Bakti, Bandung, 1996,
hukum pidana sebagai sarana geraknya; dan Paulus Hadi Suprapto, , Manfaat
usaha-usaha dengan sarana dan hukum Tindakan Non Hukum Pidana
pidana. Usaha-usaha penanggulangan Dalam Menunjang Sistim
kejahatan dengan menggunakan sarana Peradilan Pidana (Tinjauan Dari
hukum pidana, lasim disebut pemidanaan Aspek Perundang-Undangan
terwujud melalui peradilan pidana. Pidana, Pengetahuan Serta
Sedangkan usaha-usaha non hukum pidana Sikap Penegak Hukum, Tesis,
lebih berorientasi pada usaha-usaha Fakultas Pasca Sarjana UI
pengcegahan kejahatan dengan cara Mulyana W.Kusuma, Kejahatan Penjahat
menciptakan suasana lingkungan, sehingga Dan Reaksi Sosial, Alumni Bandung,
kemungkinan terjadinya kejahatan diperkecil. 1983
Hubungan antara usaha-usaha melalui Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro,
penerapan hukum pidana dengan Parados Dalam Kriminologi,
usaha-usaha non hukum pidana bersifat Rajawali Press, Jakarta, 1989
saling menunjang dalam konteks Sudarto, Uraian Pokok-Pokok
penanggulangan kejahatan. Permasalahan Dalam Seminar
Dalam upaya penanggulangan terhadap Kriminologi Ke IV di muat Dalam
kejahatan anak, maka perlu dilakukan Masalah-masalah Hukum, Edisi
penanganan yang baik dan juga ditingkatkan Khusus, Tahun XVII-1987, Fakultas
hubungan kerjasama antar aparat-aparat Hukum UNDIP, Semarang,
penegak hukum yang berkompeten, dalam Romli Atmasasmita, Teori Dan Kapita
menangani masalah kejahatan anak, Selekta Kriminologi, PT Eresco,
sehingga hak-hak anak itu sendiri dapat Bandung, 1992,
dijamin, hal ini demi kesejatraan anak dalam
upaya pemenuhan hukum perlindungan anak.
penanggulangan kejahatan perlu digalakan
usaha-usaha non hukum pidana (non penal),
menggingat berbagai keterbatasan
pengunaan hukum pidana dalam
menanggulangi kejahatan dimasyarakat.
wujud usaha-usaha non hukum pidana yang
berupa pemobilisasian masyarakat dalam
usaha penanggulangan kejahatan
dilanjutkan terutama kelembaga- annya
sehingga jaminan kesinambungan dan
kelanjutannya tercapai.

Anda mungkin juga menyukai