47
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014
ABSTRACT
2
Sahetapy dan Mardjono Reksodiputro, Parados
Dalam Kriminologi, Rajawali Press, Jakarta, 1989,
1
Garis-Garis Besar Haluan Negara, TAP MPR hal 45
3
No.11/MPR/1988, Bahan Penataran P4 Pola Romli Atmasasmita, Teori Dan Kapita Selekta
Seratus Jam, hal. 66 Kriminologi, PT Eresco, Bandung, 1992, hal. 23.
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 48
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014
Dari perspektif kebijakan hukum pidana, perkembangan jiwa atau psykologi dan
penanggulangan kejahatan dapat dilakukan faktor lingkungan atau sosiologis.
dengan menggunakan pendekatan antara 2. Pendekatan integrated atau terpadu
lain : merupakan pendekatan yang rasional,
a. Pendekatan Penal (Hukum Pidana), dimana selain penghormatan pada asas
artinya penerapan hukum pidana atau legalitas juga asas kemanfaatan atau
Kriminal Law Application yakni jika anak utiliritas.
melakukan tindak pidana maka ada Dari apa yang dikemukakan diatas maka
prosedure penanganan sampai pada yang menjadi permasalahan adalah
pengenaan sanksi berupa pidana dan atau Bagaimana konsep penanggulangan
tindakan. Upaya penanggulangan kejahatan anak ditinjau dari kebijakan
kejahatan lewat penal lebih menitik krimina?
beratkan pada sifat represive yakni berupa
penindasan, pemberantasan, penumpasan
sesudah kejahatan itu terjadi. B. PEMBAHASAN
b.Pendekatan non Penal (non hukum pidana),
yakni usaha dalam bentuk pembinaan, dan 1. Pendekatan Integral (Paduan Antara
atau usaha pendidikan non formal lainnya. Penal Dan Non Penal)
Pendekatan non penal lebih Penyelenggaraan peradilan pidana
menitikberatkan pada sifat prefentif adalah merupakan salah satu aspek saja yaitu
berupa pencegahan, penangkalan, usaha masyarakat dalam menang- gulangi
pengendalian sebelum kejahatan terjadi, kejahatan masyarakat menggunakan sara
mengingat upaya penanggulangan hukum pidana (penal), di samping itu masih
kejahatan lewat jalur non penal lebih dikenal usaha masyarakat menaggu- langi
bersifat tindakan pencegahan untuk kejahatan melalui sarana non hukum pidana
terjadinya tindakan kejahatan maka (non penal). Usaha-usaha non hukum pidana
sasaran utamanya adalah menangani ini sangat menunjang penyelenggara- an
faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya peradilan pidana dalam mencapai tujuannya.
kejahatan. Faktor-faktor kondusif tersebut Dalam hal usaha non hukum pidana (non
antara lain berpusat pada masalah-masalah penal) menurut Barda Nawawi Arief
sosial yang secara langsung atau tidak Usaha-usaha yang rasional untuk
langsung dapat menimbulkan atau mengendalikan atau menanggulangi kejahat-
kesuburan kejahatan. Dengan demikian, an (politik kriminal)sudah barang tentu tidak
dilihat dari sudut politik kriminal secara hanya dengan menggunakan sarana penal
makro dan global, maka upaya-upaya non (hukum pidana), tetapi dapat juga dengan
penal menduduki posisi kunci dan strategis menggunakan sarana non penal. Usaha-
dalam menanggulangi sebab-sebab dan usaha non penal antara lain misalnya
kondisi-kondisi yang menimbulkan penyantunan dan pendidikan sosial dalam
kejahatan. rangka pengembangan tanggung jawab sosial
c. Pendekatan Integrated (Terpadu) adalah warga masyarakat, penggarapan kesehatan
merupakan gabungan dari pendekatan jiwa masyarakat melalui pendidikan moral,
penal dan non penal. agama dan sebagainya. Peningkatan
Menanggulangi kejahatan remaja dengan usaha-usaha kesejahteraan anak dan remaja,
menggunakan pendekatan kriminal yang kegiatan patroli dan pengawasan lainnya
beralasan karena : secara kontinu oleh polisi dan aparat
1. Dilihat dari sebab-sebab anak keamanan lainnya dan sebagainya.
melakukan kejahatan, masalahnya Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi
justru lebih banyak disebabkan faktor bidang yang sangat luas sekali di seluruh
sector kebijakan sosial. Tujuan utama dari
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 49
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014
membangkitkan semangat atau jiwa harus diberi bantuan. Hal ini beralasan
manusia dan usaha memperkuat kembali karena penjara hanya akan membuat mereka
keyakinan akan kemampuan untuk berbuat itu menjadi lebih jahat dari pada semulanya.
baik (That Crime Prevention Strategies Menanggulangi kejahatan atau tindak
Should be Based on Exalting the Spirit of kriminal yang terjadi maka perlu adanya
Man and Reinforcing his Faith in his kerjasama yang baik antara aparat-aparat
Ability to do Good). penegak hukum yang berkompeten serta
Dari resolusi di atas jelas terlihat betapa dukungan dan dorongan dari orang tua dan
penting dan strategisnya peranan pendidikan juga masyarakat yang dianggap cukup
agama dan berbagai bentuk media berpengaruh. Dalam menanggulangi masalah
penyuluhan keagamaan dalam memperkuat kejahatan anak sebagai suatu upaya hukum
kembali keyakinan dan kemampuan manusia dalam perlindungan anak maka bukanlah
untuk mengikuti jalan kebenaran dan merupakan tugas dari aparat penegak hukum
kebaikan. saja akan tetapi tanggung jawab orang tua
Uraian di atas pada dasarnya ingin dan masyarakat. Dengan kata lain,
menekankan bahwa upaya non penal yang penanggulangan kejahatan atau kenakalan
paling strategis adalah segala upaya untuk anak tidak terlepas dari dukungan atau
menjadikan masyarakat sebagai lingkungan partisipasi dari orang tua maupun masyarakat
sosial dan lingkungan hidup yang sehat disekitar tempat tinggal dari anak yang
(secara material dan inmaterial) dari bersangkutan.
faktor-faktor kriminogen. Ini berarti,
masyarakat dengan seluruh potensinya harus 3. Tindakan Non-Hukum Pidana sebagai
dijadikan sebagai faktor penangkal kejahatan Alternatif kebijakan di samping
atau faktor anti kriminogen yang merupakan Pemidanaan
bagian integral dari keseluruhan politik Dalam konteks Politik Kriminal
kriminal. (criminal Policy) pemidanaan bukan
satu-satunya cara penanggulangan kejahatan
2. Rasionalisasi Penanggulangan dimasyarakat karena di samping itu masih
Kejahatan Anak dikenal cara-cara yang lain yang disebut
Masalah kejahatan anak serta tindakan non-hukum pidana, maka dalam
bagaimana upaya penanggulangan uraian berikuti ini ingin diketengahkan
merupakan suatu upaya yang rumit untuk pemahaman yang berangkat atau bertitik
ditanggulangi berhubung karena pelaku tolak dari pertanyaan dasar : Sampai
kriminal dalam hal ini adalah anak-anak atau seberapa jauh manfaat tindakan non-hukum
remaja. Di mana mereka harus diperlakukan pidana tersebut dalam rangka pencapaian
dengan baik bukannya dihukum akan tetapi tujuan sistem peradilan pidana dalam konteks
dilindungi, hal ini sesuai dengan penanggulangan kejahatan dimasyarakat,
pencerminan dari asas “Parents Patriae” terutama menyangkut dengan kejahatan yang
yang artinya penguasa harus bertindak pelakunya adalah anak-anak.
apabila anak-anak melakukan kejahatan dan Beberapa catatan kongres PBB tentang
bukannya dipidana, melainkan harus “the Prevention of Crime and the Treatment
dilindungi dan diberi bantuan. 8 of Onffenders” tersebut, memberi kesan
Bila ditarik agak jauh makna asas bahwa kondisi social, ekonomi, budaya serta
tersebut, maka yang dimaksud adalah agar structural masyarakat di anggap bertanggung
supaya dihindari dan diusahakan seorang jawab timbulnya kejahatan (kriminogen).
anak yang melakukan tindak pidana tidak Konsekuensi pendekatan yang demikian itu
dimasukkan ke dalam penjara, akan tetapi sudah barang tentu mewarnai pula
usaha-usaha penanggulangan kejahatan
8
Ibid, hal 62 dimasyarakat. Ini berarti bahwa penang-
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 51
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014
gulangan kejahatan yang hanya semata-mata apabila sistem peradilan pidana kurang dapat
menggunaka hukum pidana yang diwujud- memainkan peranannya sebagai upaya
kan oleh sistem peradilan pidana tidak akan penanggulangan kejahatan dimasyarakat.
mampu, untuk itu perlu diterapkannya Sebagai gambaran perlu kiranya disajikan
tindakan-tindakan yang dapat menjangkau secara sporadis perwujudan pengimplemen-
serta mengatasi faktor-faktor kriminogen tasian tindakan-tindakan non hukum pidana
tersebut. di Jepang. Jepang dikawasan Asia cukup
Faktor-faktor kriminogen yang pada menonjol dalam mengimplementasikan
hakekatnya bersifat kemasyarakatan yaitu tindakan-tindakan non hukum pidana sebagai
dirasakan perlunya untuk mengkaitkan pencegahan kejahatan di masyarakat.
politik kriminal (Criminal Policy) dengan
politik social (Social Policy), atau dengan 4. Tindakan-tindakan Preventif Dalam
kata lain di dalam politik social perlu Menanggulangi Kejahatan Anak
dimasukkan pula politik kriminal. Dari Tindakan-tindakan preventif dalam
jenis-jenis tindakan-tindakan non penal menanggulangi kejahatan anak, ternyata
tampaknya perlu lebih dikedepankan guna masih terdapat persepsi yang berbeda dari
menunjang tindakan-tindakan penerapan para ahli/penegak hukum, yang antara lain
hukum pidana yang diwujudkan melalui mengemukakan bahwa tindakan-tindakan
sistim peradilan pidana. preventif dalam menanggulangi kejahatan
Menurut Sudarto apa yang diusulkan anak itu meliputi antara lain : 1) memberikan
oleh kongres PBB tersebut sangat perlu nasehat/petuah yang positif; 2) memberikan
mendapat perhatian kita semua. teguran kepada mereka yang berkerumunan
Pembanggunan nasional yang kita dijalan; 3) diberikan ketrampilan yang
laksanakan dan usahakan bersama sekarang berguna bagi anak; 4) pembinaan
ini bertujuan untuk mewujudkan masyarakat mental/rohani; 5) disediakan
adil dan makmur berdasarkan pancasila. tempat/sarana/wadah untuk menyalurkan
Tercapainya keadilan sosial jelas akan aktivitas bagi anak; 6) penyuluhan hukum
menggurangi terjadinya kejahatan; maka atau Jaksa masuk desa; 7) jauhkan anak-anak
politik social meliputi juga politik kriminal. 9 dari pengaruh jahat; 8) pengawasan
Dari uraian tersebut tampak bahwa lingkungan pergaulan anak; 9)
langkah-langkah penanggulangan kejahatan pengawasan/pendekatan langsung dari orang
mau tidak mau mencakup pula masalah tua.
perencanaan, baik yang menyangkut Dari tindakan-tindakan yang efektif
penyelenggaraan sistem peradilan pidana terdapat beberapa alasan menarik yang antara
maupun yang menyangkut perencanaan lain meliputi : 1) sifat dari anak yang masih
kondisi masyarakat dimana masalah-masalah ikut-ikutan; 2) belum dapat membedakan
yang dapat memungkinkan timbulnya yang baik dan yang jahat; 3) dari pendidikan
kejahatan dapat dikurangi sedemikian rupa. keluarga terbentuk manusia yang baik dan
Gambaran diatas, tampaknya sedikit berguna; 4) melalui wadah yang tersedia
banyak telah dapat mencerminkan suatu sehingga mereka selalu bertindak yang
usaha pengujian hipotesa yang diajukan, positif dan yang berbau kriminal dilupakan; 5)
yaitu hipotesa umum yang menyatakan : adanya kepedulian dari orang tua, guru,
peranan tindakan non hukum pidana dalam warga masyarakat dan semua instansi terkait
penanggulangan kejahatan semakin tinggi, yang terlibat; 6) sebagai Jaksa sudah
merupakan program dari pimpinan pusat
9
Sudarto, Uraian Pokok-Pokok Permasalahan untuk mengadakan Kadarkum, Jaksa Masuk
Dalam Seminar Kriminologi Ke IV di muat Dalam Desa, dan sebagainya.
Masalah-masalah Hukum, Edisi Khusus, Tahun Apa yang digambarkan dari
XVII-1987, Fakultas Hukum UNDIP, Semarang,
hal 13 alasan-alasan memang dapat dipertanggung-
Jacob Hattu, Kebijakan Hukum Pidana Dalam…………………. 52
Jurnal Sasi Vol 20. No 2. Bulan Juli - Desember 2014