Anda di halaman 1dari 11

PERSPEKTIF

Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

EFEKTIFITAS PIDANA MATI


DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM
TINDAK PIDANA NARKOTIKA

Atet Sumanto
Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
e-mail: atetsumanto@yahoo.com

ABSTRAK
Fenomena kasus narkotika yang beredar luas di Indonesia. Di mana narkotika telah merusak generasi
bangsa Indonesia akibat peredaran narkotika oleh pengedar atau bandar narkoba yang menyasar pangsa
pasar di Indonesia. Para penegak hukum kita juga tak henti-hentinya melakukan pemberantasan narkotika
di Indonesia. Banyak para pelaku tindak pidana narkotika yang telah mendapat sanksi yang berat yakni
pidana mati. Sebelumnya telah dilaksanakan eksekusi pidana mati tahap I dan tahap II, dan kemudian
dilanjutkan dengan eksekusi mati tahap III bagi ke-4 terpidana mati atas kasus tindak pidana narkotika yang
salah satunya merupakan bandar narkoba kontroversial di Indonesia yakni Freddy Budiman. Meskipun
banyak perdebatan dari aktivis hak asasi manusia tentang pidana mati yang merupakan pelanggaran hak
asasi manusia, namun hal itu tidak membuat gentar para penegak hukum kita untuk tidak melaksanakan
eksekusi pidana mati. Mengingat pidana mati masih diberlakukan dan menjadi hukum materiil di Indonesia
sebagaimana di atur dalam Pasal 10 KUHP. Diharapkan dengan pidana mati yang dijatuhkan bagi para
pelaku tindak pidana narkotika dapat memberantas peredaran narkotika di Indonesia, mengingat pidana
penjara sudah tidak terlalu efektif lagi diterapkan dan justru membuka peluang terpidana untuk menjadi
residivis atau bahkan mengendalikan bisnis narkotika di dalam Lembagas Pemasyarakatan seperti dugaan
kasus yang dilakukan oleh terpidana mati Freddy Budiman.
Kata Kunci: pidana penjara, penegakan hukum, tindak pidana, narkotika.

ABSTRACT
Narcotic cases phenomenon has been circulated widely in Indonesia. This kind of drug has ruined
some Indonesian generation life through drug trafficking by traffickers or drug dealers in Indonesia.
Our law enforcers also ceaselessly fight narcotics in Indonesia. Many of the doers got death sentence
punishment. Previously, executions have been carried out for phase I and phase II, and then proceed with
the execution phase III for total 4 (four) person sentenced to death on drug criminal cases, one of which is
a controversial drug dealer in Indonesia, named Freddy Budiman. Although there were many discussion
and debate by human rights activists on the death penalty which is a violation of human rights, but it
does not impede our law enforcement officials to carry out executions, considering death penalty is a
part of law as stipulated in article 10 of the Criminal Code. By giving death penalty to the perpetrators of
criminal drugs acts, then its expected to eradicate narcotics in Indonesia, considering that imprisonment
is no longer effectively applied and provides an opportunity for the convict to become recidivists or even
control the narcotics selling inside the prisons such as alleged cases conducted by Freddy Budiman.
Keywords: prison, law enforcement, criminal act, narcotics.

PENDAHULUAN
Fenomena peredaran obat-obatan terlarang keuntungan yang begitu besar atas hasil usaha haram
atau narkotika yang telah merajalela di Indonesia tersebut. Narkoba itu sendiri telah menjadi masalah
membuat generasi muda kita telah menjadi sasaran serius yang dialami bangsa di dunia, tak terkecuali
empuk untuk dirusak masa depannya. Tetapi hal itu di Indonesia. Sehingga penanganan dan penegakan
justru berbanding terbalik dengan kurir atau pengedar hukumnya juga harus di proses secara serius pula.
dan bahkan bandar narkoba itu sendiri yang mendapat

21
Atet Sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika

Penyalahgunaan obat jenis narkoba sangat sistem syaraf pusat dan organ-organ vital seperti
berbahaya karena dapat mempengaruhi susunan jantung, paru-paru, hati, dan ginjal.
syaraf sehingga dapat menimbulkan perubahan Dampak dari penyalahgunaan narkoba pada
perilaku, perasaan, persepsi, dan kesadaran. Juga seseorang dapat terlihat pada fisik, psikis maupun
mengakibatkan ketagihan dan ketergantungan. sosial seseorang. Dari penjelasan di atas narkoba
Pemakaian narkoba secara umum dan psikotropika telah menjadi suatu virus yang mematikan yang
yang tidak sesuai dengan aturan dapat menimbulkan menyerang generasi muda khususnya. Dan sebagai
efek yang membahayakan tubuh. Efek yang bentuk konkrit dari penanganan tersebut, pemerintah
ditimbulkan dari penyalahgunaan narkoba Indonesia telah menetapkan narkoba sebagai
dibedakan menjadi tiga, yaitu: pertama, Depresan, kejahatan luar biasa atau extra ordinary crime.
yaitu menekan sistem-sistem syaraf pusat dan Pemerintah Indonesia juga telah membuat aturan
mengurangi aktifitas fungsional tubuh sehingga khususnya atau lex specialis dalam Undang-Undang
pemakai merasa tenang, bahkan bisa membuat Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
pemakai tidur dan tak sadarkan diri. Bila kelebihan Dalam Undang-Undang Narkotika tersebut telah
dosis bisa mengakibatkan kematian. Jenis narkoba diatur secara komprehensif tentang: penggolongan
depresan seperti morphin dan heroin atau putaw; jenis narkoba, upaya preventif maupun represif,
kedua, Stimulan, stimulan ini membuat rangsangan proses peradilan, sanksi, rehabilitasi bagi pecandu
untuk fungsi tubuh sehingga dapat meningkatkan narkoba, dan lain-lain. Jika kita mengamati lebih
gairah serta kesadaran. Jenis stimulan ini antara lain: dalam lagi, dalam ketentuan pidana yang di atur
kafein, kokain, dan amphetamin (ekstasi dan shabu); dalam Pasal 111-148 Undang-Undang Narkotika
ketiga, Halusinogen, efek utama yang ditimbulkan juga tidak main-main. Seorang pengedar atau bandar
adalah mengakibatkan halusinasi. Halusinogen ini narkoba sekalipun dapat dikenakan pidana penjara
kebanyakan berasal dari tanaman seperti mescaline paling singkat 5 tahun dan paling berat adalah pidana
dari kaktus dan psilocybin dari jamur-jamuran. Ada mati.
juga yang diramu di laboratorium misalnya LSD Membahas pidana mati di Indonesia masih
tetapi yang paling banyak dipakai adalah ganja. banyak menuai kontroversi, dan bahkan cenderung
Menurut Badan Narkotika Nasional (selanjutnya menimbulkan perdebatan antara pihak yang pro dan
disingkat BNN) dampak penyalahgunaan narkoba kontra, khususnya mereka para aktifis hak asasi
antara lain: pertama, Gangguan kesehatan jasmani: manusia. Banyak pihak yang pro dan kontra atas
terganggunya fungsi organ tubuh vital seperti hati, penerapan pidana mati di Indonesia, namun ada
jantung, paru, otak dan lain-lain; kedua, terserang banyak yang berpendapat; apabila dipandang dari
penyakit menular karena pemakaian jarum suntik sudut yuridis dengan dihilangkannya pidana mati,
bergantian contohnya hepatitis B/C, HIV/AIDS; maka hilanglah alat yang penting untuk penerapan
ketiga, Overdosis yang menyebabkan kematian, yang lebih baik dari hukuman pidana.1 Sehingga atas
ketergantungan, dan menyebabkan gejala sakit pendapat tersebut dapat disimpulkan apabila pidana
jika pemakaiannya dihentikan atau dikurangi, serta mati dihapuskan, maka roh dari hukum pidana yang
meningkatkan jumlah narkoba yang dikonsumsi; memberikan nestapa bagi mereka yang melanggar
keempat, Terjadi gangguan kesehatan jiwa (gangguan menjadi hilang. Dan meskipun timbul perdebatan
perkembangan mental-emosional, paranoid); kelima, yang panjang, toh juga bangsa Indonesia masih
Gangguan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan berdaulat untuk menerapkan pidana mati. Hal itu
sosial seperti pertengkaran, masalah keuangan, jelas sebagaimana ketentuan hukum normatif kita
putus sekolah, menganggur, kriminalitas, di penjara, dalam Pasal 10 KUHP yang berbunyi sebagai berikut:
dikucilkan, dan lain-lain. Pidana terdiri atas: Pidana Pokok: 1. Pidana Mati; 2.
Bila narkoba digunakan secara terus-menerus Pidana Penjara; 3. Kurungan; 4. Denda.
atau melebihi takaran yang telah ditentukan akan Memang dalam proses penegakan hukum,
mengakibatkan ketergantungan. Kecanduan inilah Penuntut Umum dalam menuntut dan Hakim yang
yang akan mengakibatkan gangguan fisik dan
1
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana Edisi Revisi, RajaGrafindo
psikologis. Karena akan terjadi kerusakan pada
Persada, Jakarta, 2014, h. 119.

22
PERSPEKTIF
Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

memutus perkara tindak pidana narkotika khususnya Keempat, Seck Osmane (warga negara Senegal),
juga tidak sembarangan menjatuhkan pidana mati. Osmane dijatuhi vonis hukuman mati pada 2004
Pidana mati dijatuhkan apabila memang fakta karena membawa 2,4 kg heroin dalam 25 bungkus.
hukum dalam pemeriksaan pada proses peradilan Mahkamah Agung menolak PK-nya pada 2005.
mengindikasikan pelaku layak dijatuhi pidana mati, Dari ke-4 terpidana mati yang telah di eksekusi
misalnya: pertimbangan jenis golongan narkotika atau pada tahap III kemarin, masih ada 10 orang terpidana
pertimbangan berat dari narkotika yang hendak dijual mati yang belum di eksekusi. Kemungkinan ke-10
atau diedarkan. Penegakan hukum narkotika memang terpidana mati akan direncanakan dalam eksekusi
telah menjadi perhatian bagi pembentuk undang- tahap berikutnya. Ke-10 terpidana mati itu juga masih
undang kita serta melihat dampak yang ditimbulkan berputat pada kasus narkoba, mereka masing-masing
dari penyalahgunaan narkoba. Tak ayal pembentuk adalah:
undang-undang juga memberikan pidana yang berat Pertama, Ozias Sibanda (warga negara Nigeria)
yakni pidana mati agar tujuannya memberikan efek yang tertangkap karena menyelundupkan ribuan gram
jera bagi pelaku pengedar atau bandar narkoba. heroin dalam bentuk kapsul.
Pada faktanya hakim di Indonesia juga tidak Kedua, Eugene Ape (warga negara Nigeria),
sedikit memberikan vonis pidana mati bagi mereka Ape ditangkap pada 2003 dan divonis hukuman mati
pengedar maupun bandar narkoba. Pada tahun setelah tertangkap membawa 300 gram heroin dalam
2016 ini sudah dilaksanakan 2 tahap pelaksanaan tas.
eksekusi pidana mati. Dan akhir Juli 2016 kemarin Ketiga, Obina Nwajagu (warga negara Nigeria),
proses pelaksanaan eksekusi mati tahap III juga telah Nwajagu dijatuhkan hukuman mati setelah ia
dilaksanakan atas 4 terpidana mati terkait kasus tertangkap di Hotel Ibis ketika sedang membeli 45
narkoba, ke-4 diantaranya adalah: kapsul heroin dari seorang warga negara Thailand.
Pertama, Humphrey Jefferson (warga negara Keempat, Okonkwo Nonso Kingsley (warga
Nigeria) yang ditangkap pada 2003 setelah polisi negara Nigeria), Kingsley ditangkap di Bandara
menemukan 1,7 kg heroin di ruangan yang digunakan Polonia, Medan, Sumatera Utara, pada 2003 ketika ia
oleh salah satu mantan karyawannya. Ia divonis mencoba menyelundupkan 1,1 kg heroin. Ia dihukum
hukuman mati pada 2004 dan dikabarkan menolak mati pada 2004.
untuk meminta grasi kepada Jokowi. Menurutnya, Kelima, Merri Utami (warga negara Indonesia),
jika meminta grasi, itu berarti ia meminta ampun atas Merri divonis hukuman mati pada 2003 ketika
kejahatan yang ia tidak lakukan. ia tertangkap membawa 1,1 kg heroin saat tiba di
Kedua, Michael Titus (warga negara Nigeria) Bandara Soekarno-Hatta dari Taiwan.
yang divonis hukuman mati pada 2003 atas Keenam dan Ketujuh, Agus Hadi dan Pujo
kepemilikan 5,8 kg heroin. Lestari (warga negara Indonesia), Agus Hadi dan
Ketiga, Freddy Budiman (warga negara Pujo Lestari ditangkap bersamaan pada 2006 ketika
Indonesia), Freddy diketahui adalah salah satu mencoba menyelundupkan 12.000 pil benzodiazepine
bandar narkoba terbesar di Indonesia. Ia pertama ke Kepulauan Riau dari Malaysia. Mereka dihukum
kali ditangkap pada 2009 atas kepemilikan 500 gram mati pada tahun berikutnya.
methamphetamine. Ia kemudian di vonis 3 tahun dan Kedelapan, Gurdip Singh (warga negara India),
4 bulan penjara. Pada 2011, ia kembali ditangkap Singh ditangkap pada Agustus 2014 di bandara karena
atas kepemilikan ratusan gram methamphetamine dan perannya sebagai kurir dalam menyelundupkan 300
peralatan untuk membuat narkoba, sehingga divonis gram heroin. Ia divonis hukuman mati pada 2005 oleh
18 tahun penjara. Setahun kemudian, dari balik jeruji Pengadilan Negeri Tangerang, Banten.
penjara, ia tertangkap mengontrol peredaran 1,4 juta Kesembilan, Zulfiqar Ali (warga negara
pil ekstasi dari Tiongkok dan di vonis hukuman mati. Pakistan), Kasus Ali dan Gurdip Singh, terpidana mati
Ia juga ditangkap dalam kasus-kasus yang berbeda warga negara India, berkaitan. Singh mengatakan
dalam kurun waktu 2013-2016 saat mengontrol ia mendapat obat-obatan terlarang dari Ali, namun
pengiriman narkoba dari dalam penjara. kemudian menyangkalnya. Menurut Singh, ia
mengatakan hal tersebut karena dipaksa mengaku

23
Atet Sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika

oleh polisi. Namun pengadilan tak mengindahkan beberapa jenis narkoba seperti: sabu-sabu, ekstasi,
pernyataan Singh tersebut dan menjatuhkan vonis heroin, ganja, dan lain-lain. Pada faktanya memang
hukuman mati terhadap Ali pada Juni 2005. para pelaku pengedar atau bandar narkoba yang
Kesepuluh, Frederick Luttar (warga negara mengedarkan narkoba di Indonesia adalah mereka
Nigeria) yang ditangkap pada tahun 2006 karena yang berkewarganegaraan asing dan kemudian
menyelundupkan narkoba. penghubungnya adalah pengedar atau kurir dari
Setelah pelaksanaan eksekusi pidana mati tahap warga negara Indonesia. Para pelaku pengedar
III atas ke-4 terpidana tersebut di atas, banyak atau bandar narkoba ini juga tidak kapok-kapoknya
pihak, khususnya para aktivis hak asasi manusia melihat penegakan hukum atas tindak pidana
yang menentang adanya pidana mati yang masih narkoba yang sanksi pidananya tidak main-main.
diberlakukan di Indonesia. Mereka berdalil bahwa Kita semua tahu bahwa salah satu persoalan besar
efektivitas pidana mati tidak bisa memberikan yang tengah dihadapi bangsa Indonesia, dan juga
efek jera bagi pelaku sebagai pengedar atau bandar bangsa-bangsa lainnya di dunia saat ini adalah seputar
narkoba. Dan hal itu justru membuat seseorang maraknya penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan
dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang. berbahaya (narkoba), yang semakin hari semakin
Namun perdebatan itu tidak bisa secara mengkhawatirkan. Saat ini, jutaan orang telah
sepihak dihentikan untuk tidak bisa menerapkan terjerumus ke dalam ‘lembah hitam’ narkoba, ribuan
pidana mati, mengingat vonis pidana mati tersebut nyawa telah melayang karena jeratan ‘lingkaran setan’
dijatuhkan sebagai bagian dari penegakan hukum bernama narkoba, telah banyak keluarga yang hancur
(law enforcement) atas kasus-kasus tindak pidana karenanya dan tidak sedikit pula generasi muda yang
narkotika. Dan hal itu juga sesuai dengan hukum kehilangan masa depan karena perangkap ‘makhluk’
pidana materiil kita yang masih mengatur pidana yang disebut narkoba ini. Kita tahu bahwa pondasi
mati di Indonesia. utama penyokong tegaknya bangsa ini dimulai
dari keluarga, ketika keluarga hancur, rapuh pula
PERUMUSAN MASALAH bangunan bangsa di negeri ini.3
Rumusan masalah dari penelitian ini antara lain Para penegak hukum kita dan pihak terkait
adalah bagaimana efektivitas atas vonis pidana mati lainnya juga tak henti-hentinya memberantas
dalam penegakan hukum tindak pidana narkotika, dan peredaran narkoba di Indonesia, mulai dari kurir,
bagaimana upaya peran penegak hukum dan pihak bandar, dan bahkan pecandunya. Pada umumnya
terkait dalam pemberantasan tindak pidana narkotika. narkoba memang menyasar generasi muda kita,
namun belakangan ini narkoba juga banyak menyasar
METODE PENELITIAN ke beberapa target lain seperti anggota dewan dan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini para penegak hukum kita. Tetapi apabila mereka
adalah penelitian hukum normatif yang menganalisa sudah bermain-main dengan narkotika, maka proses
tentang penerapan hukum berdasarkan peraturan hukum akan berjalan sebagaimana aturan yang ada.
perundang-undangan yang berlaku pada pengalaman Mengingat sanksi pidana dalam undang-undang
yang terjadi di masyarakat, serta dalam proses narkotika begitu berat, para pelaku pengedar atau
penegakan hukum. Penelitian hukum normatif ini bandar narkoba mencoba mencari celah untuk
menggunakan pendekatan peraturan perundang- menghindari sanksi pidana, karena kebanyakan
undangan (statute approach), dan pendekatan kasus mereka yang menjadi pengedar atau bandar narkoba
(case approach).2 sekalipun juga seorang pecandu narkoba. Sehingga
ketika proses pemeriksaan di pengadilan berjalan,
PEMBAHASAN mereka berdalil sebagai pecandu narkoba dan bukan
Indonesia memang merupakan negara yang sebagai pengedar narkoba. Namun hakim tidak serta
menjadi sasaran bagi para bandar narkoba untuk merta akan mempertimbangkan dalil pembelaan itu,
menjalankan bisnis haramnya untuk mengedarkan karena hakim akan melihat fakta persidangan yang
2 3
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Soedjono Dirjosisworo, Hukum Narkotika Indonesia, Citra
Prenada Media Group, Jakarta, 2011, h. 133-136. Aditya Bakti, Bandung, 1990, h. 3.

24
PERSPEKTIF
Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

terjadi. Sehingga hakim akan sangat objektif dalam minimum dalam perkara tindak pidana narkotika ini
memutus perkara tindak pidana narkoba. Kalau diharapkan memang menjadi tempat bagi terdakwa
memang terdakwa adalah pecandu narkoba berat untuk memperbaiki diri. Karena efektifitas pidana
berdasarkan hasil analisis pemeriksaan medis, maka penjara dapat ditinjau dari dua aspek pokok tujuan
hakim akan memberikan putusan untuk menjalani pemidanaan, yaitu aspek perlindungan masyarakat
rehabilitasi. Tetapi apabila terdakwa hanya pecandu dan aspek perbaikan si pelaku. Dilihat aspek dari
narkoba biasa dan lebih mengedapankan menjual atau perlindungan masyarakat, maka suatu pidana
menyediakan narkoba sebagai hasil untuk mencari dikatakan efektif apabila pidana itu sejauh mungkin
keuntungan, maka hakim akan memberikan putusan dapat mencegah atau mengurangi kejahatan. Jadi
pidana. kriteria efektivitas dilihat dari seberapa jauh frekuensi
Sehingga para penegak hukum kita tidak kejahatan dapat ditekan. Dilihat dari aspek perbaikan
begitu terkejut apabila terdakwa memohon untuk si pelaku, maka ukuran efektivitas terletak pada aspek
di rehabilitasi, karena memang undang-undang pencegahan khusus (special prevention) dari pidana.4
narkotika memberikan sebuah wadah untuk Namun kenyataannya pidana penjara bagi
merehabilitasi para pecandu narkoba yang memang pelaku tindak pidana narkotika masih belum bisa
tergolong berat. Hal itu sebagaimana tercantum memberikan suatu efektivitas dalam membuat
dalam Pasal 127 ayat (2) dan (3) Undang-Undang terpidana untuk memperbaiki diri dan sarana untuk
Narkotika yang dijelaskan sebagai berikut: Pasal merubah sikap. Bahkan pidana penjara justru malah
127: ayat (2) Dalam memutus perkara sebagaimana dapat dijadikan suatu tempat untuk mengendalikan
dimaksud pada ayat (1), hakim wajib memperhatikan bisnis narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal (yang selanjutnya disingkat LAPAS). Seperti yang
54, Pasal 55, dan Pasal 103; ayat (3) Dalam hal pernah kita tahu yang dilakukan oleh terpidana
Penyalah Guna sebagaimana dimaksud pada ayat mati Freddy Budiman yang ada dugaan kuat bahwa
(1) dapat dibuktikan atau terbukti sebagai korban Freddy Budiman menjalankan bisnis narkobanya
penyalahgunaan Narkotika, Penyalah Guna tersebut di dalam LAPAS. Pada tahun 2016 ini Freddy
wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi Budiman sempat menggegerkan masyarakat, di
sosial. mana dia mengendalikan bisnis narkoba dalam
Memang pada faktanya pasal tersebut selalu LAPAS terkait narkoba yang di impor dari China
digunakan untuk mencari celah agar tidak di vonis yang diselundupkan dalam pipa baja. Modus ini
pidana, melainkan hanya menjalani rehabilitasi. tergolong cukup lincah, akan tetapi aparat penegak
Namun semua itu kembali pada hakim yang akan hukum kita berhasil untuk menggagalkan peredaran
memberikan putusan baik pidana atau rehabilitasi. narkoba tersebut. Diduga otak dari peredaran narkoba
Menurut hasil pengamatan penulis kebanyakan yang di impor dari China merupakan jaringan
dari kasus-kasus narkoba yang menjalani proses narkoba Freddy Budiman. Sebelumnya Freddy
pemeriksaan di pengadilan, memang rata-rata Budiman memang berputat pada kasus narkoba
Majelis Hakim sering memberikan putusan pidana yang menjeratnya, ia pertama kali ditangkap pada
bagi terdakwa yang tersandung perkra tindak pidana 2009 atas kepemilikan 500 gram methamphetamine.
narkotika. Karena memang terdakwa merupakan Ia kemudian divonis 3 tahun dan 4 bulan penjara.
kurir atau bandar narkoba yang menjual jenis-jenis Pada 2011, ia kembali ditangkap atas kepemilikan
narkotika. Terdakwa tersebut memang bisa dikenakan ratusan gram methamphetamine dan peralatan untuk
pidana penjara paling singkat 5 tahun, atau paling membuat narkoba, sehingga diperberat dengan
lama 20 tahun, atau seumur hidup, dan paling berat divonis 18 tahun penjara. Setahun kemudian, dari
adalah pidana mati yang menjadi cara terakhir dalam LAPAS ia tertangkap mengontrol peredaran
(ultimum remidium) apabila memang kejahatan 1,4 juta pil ekstasi dari Tiongkok dan pada akhirnya
terdakwa memang sudah berat atas perkara narkotika. Freddy Budiman divonis hukuman mati.
Dalam undang-undang narkotika memang
4
dikenal pidana penjara minimum agar efek jera pidana Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai: Kebijakan Hukum
Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru),
penjara bisa efektif bagi terdakwa. Pidana penjara
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, h. 210-214.

25
Atet Sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika

Padahal apabila kita merujuk pada sistem vonis pidana penjara yang dijatuhkan adalah di
pemidanaan di Indonesia, Tujuan pemidanaan atas 5 tahun, ada pula yang divonis pidana seumur
menurut Wirjono Prodjodikoro, yaitu: pertama, Untuk hidup, dan bahkan menjatuhkan vonis pidana mati.
menakut-nakuti orang jangan sampai melakukan Semua itu dilakukan karena dampak dari narkoba
kejahatan baik secara menakut-nakuti orang banyak sendiri yang merusak generasi bangsa, dan menurut
(generals preventif) maupun menakut-nakuti orang penelitian dari BNN menjelaskan bahwa setiap hari
tertentu yang sudah melakukan kejahatan agar 50 orang mati karena penyalahgunaan narkotika.
dikemudian hari tidak melakukan kejahatan lagi Saat ini tindakan konkrit (upaya represif) yang
(speciale preventif), atau kedua, Untuk mendidik tepat adalah memang mengefektifkan sanksi pidana
atau memperbaiki orang-orang yang melakukan yang ada, khususnya bagi bandar narkoba yang
kejahatan agar menjadi orang-orang yang baik sedang menjalani proses pidananya. Apabila memang
tabiatnya sehingga bermanfaat bagi masyarakat. kejahatannya sudah tidak bisa ditoleransi, memang
Tujuan pemidanaan itu sendiri diharapkan dapat pidana mati layak untuk dijatuhkan. Dalam Undang-
menjadi sarana perlindungan masyarakat, rehabilitasi Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika sendiri
dan resosialisasi, pemenuhan pandangan hukum adat, telah diatur sanksi pidana mati khususnya pada Pasal
serta aspek psikologi untuk menghilangkan rasa 113, 114, 118, 119, 121, 144 yang akan penulis
bersalah bagi yang bersangkutan. Meskipun pidana sebutkan sebagai berikut:6
merupakan suatu nestapa tetapi tidak dimaksudkan Pertama, Pasal 113. Ayat (1): Setiap orang yang
untuk menderitakan dan merendahkan martabat tanpa hak atau melawan hukum memproduksi,
manusia.5 mengimpor, mengekspor atau menyalurkan Narkotika
Namun belajar dari kasus Freddy Budiman ini Golongan I, di pidana dengan pidana penjara paling
menunjukkan bahwa pidana penjara pun masih belum singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima
memberikan efek jera, hal itu justru mempermudah belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
seorang terpidana untuk tetap dapat mengendalikan 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
bisnis narkoba. Hal itu bisa dilakukan di dalam banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar
LAPAS, karena terpidana pasti bekerja sama dengan rupiah). Ayat (2): Dalam hal perbuatan memproduksi,
pihak oknum-oknum LAPAS untuk membantu agar mengimpor, mengekspor, atau menyalurkan
terpidana seperti Freddy Budiman dapat menjalankan Narkotika Golongan I sebagaimana dimaksud pada
bisnis haramnya itu. Sehingga apabila dikatakan ayat (1) dalam bentuk tanaman beratnya melebihi 1
LAPAS bebas dari oknum-oknum yang nakal itu (satu) kilogram atau melebihi 5 (lima) batang pohon
hanyalah semboyan belaka. Karena pada fakta yang atau dalam bentuk bukan tanaman beratnya melebihi
terjadi di lapangan, masih banyak oknum-oknum 5 (lima) gram, pelaku di pidana dengan pidana mati,
lapas yang nakal. pidana penjara seumur hidup, atau pidana paling
Dari kasus di atas itu baru satu contoh kasus singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
narkotika dengan terpidana mati Freddy Budiman, itu tahun dan pidana denda maksimum sebagaimana
belum termasuk sindikat-sindikat terpidana narkoba dimaksud pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
lain di seluruh Indonesia yang mungkin bisa atau Kedua, Pasal 114. Ayat (1): setiap orang yang
hampir sama dengan Freddy Budiman yang juga tanpa hak atau melawan hukum menawarkan untuk
ikut mengendalikan bisnis peredaran narkotika di di jual, menjual, membeli, menerima, menjadi
dalam LAPAS, mengingat oknum-oknum LAPAS perantara dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan
banyak yang mengambil peran untuk membantu Narkotika Golongan I, di pidana dengan pidana
terpidana. Dari situlah timbul pertanyaaan, apakah penjara seumur hidup, atau pidana penjara paling
masih relevan memberi pidana penjara pada seorang singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
gembong narkoba? Saat ini memang penegak hukum puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.
kita cukup tegas dalam menjatuhkan sanksi pidana 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling
bagi sindikat bandar narkoba atau kurir. Rata-rata
6
Winandi Woro dan Indra Rukmana Lukito, “Penjatuhan
5
Dwija Priyatno, Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Pidana Mati dalam Tindak Pidana Narkotika”, Jurnal Hukum,
Indonesia, Refika Aditama, Bandung, 2009, h. 6. Vol. XIX, No. 19, Oktober 2010, h. 57-59.

26
PERSPEKTIF
Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar atau pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun
rupiah). Ayat (2): dalam hal perbuatan menawarkan dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
untuk di jual, menjual, membeli, menjadi perantara denda maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat
dalam jual beli, menukar, menyerahkan, atau (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
menerima Narkotika Golongan I sebagaimana Kelima, Pasal 121. Ayat (1): setiap orang yang
dimaksud pada ayat (1) yang dalam bentuk tanaman tanpa hak melawan hukum menggunakan Narkotika
beratnya melebihi 5 (lima) batang pohon atau dalam Golongan II terhadap orang lain atau memberikan
bentuk bukan tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku Narkotika Golongan II untuk digunakan orang lain
di pidana dengan pidana mati, pidana penjara seumur di pidana dengan pidana penjara paling singkat 4
hidup, atau pidana penjara paling singkat 6 (enam) (empat) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan dan pidana denda paling sedikit Rp.800.000.000,00
pidana denda maksimum sebagaimana dimaksud (delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp.
pada ayat (1) ditambah 1/3 (sepertiga). 8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Ayat (2):
Ketiga, Pasal 118. Ayat (1): setiap orang yang dalam hal penggunaan Narkotika terhadap orang
tanpa hak atau melawan hukum memproduksi, lain atau pemberian Narkotika Golongan II untuk
memproduksi, mengimpor, mengekspor, atau digunakan orang lain sebagaimana dimaksud pada
menyalurkan Narkotika Golongan II, di pidana ayat (1) mengakibatkan orang lain mati atau cacat
dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) permanen, pelaku di pidana dengan pidana mati,
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan di pidana penjara seumur hidup, atau pidana penjara
pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. puluh) tahun dan pidana denda maksimum pada ayat
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Ayat (2): (1) ditambah 1/3 (sepertiga).
dalam hal perbuatan memproduksi, mengimpor, Keenam, Pasal 144. Ayat (1): setiap orang yang
mengekspor atau menyalurkan Narkotika Golongan jangka waktu 3 (tiga) tahun melakukan pengulangan
II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) beratnya tindak pidana sebagaimana di maksud dalam Pasal
melebihi 5 (lima) gram, pelaku di pidana dengan 111, Pasal 112, Pasal 113, Pasal 114, Pasal 115, Pasal
pidana mati, pidana penjara seumur hidup, atau 116, Pasal 117, Pasal 118, Pasal 119, Pasal 120, Pasal
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan 121, Pasal 122, Pasal 123, Pasal 124, Pasal 125,
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda Pasal 126, Pasal 127 ayat (1), Pasal 128 ayat (1), dan
maksimum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal 129, pidana maksimum ditambah dengan 1/3
ditambah 1/3 (sepertiga). (sepertiga). Ayat (2): ancaman dengan tambahan 1/3
Keempat, Pasal 119. Ayat (1): setiap orang yang (sepertiga) sebagaimana dimaksud pada pasal ayat (1)
tanpa hak melawan hukum menawarkan untuk di tidal berlaku bagi pelaku tindak pidana yang dijatuhi
jual, menjual, membeli, menerima, menjadi perantara dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup,
dalam jual beli, menukar, atau menyerahkan atau pidana penjara 20 (dua puluh) tahun.
Narkotika Golongan II, di pidana singkat 4 (empat) Dari penjelasan di atas telah dijelaskan beberapa
tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan di pengaturan tentang sanksi pidana mati bagi pelaku
pidana denda paling sedikit Rp. 800.000.000,00 tindak pidana narkotika yang: mengekspor,
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. mengimpor, menjual, membeli, menjadi perantara,
8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah). Ayat (2): memiliki narkotika dengan berat tertentu, serta
dalam hal perbuatan menawarkan untuk di jual, menjadi residivis.
menjual, membeli, menjadi perantara dalam jual beli, Saat ini pidana mati memang menjadi sanksi
menukar, menyerahkan, atau menerima Narkotika alternatif dalam rangka pemberantasan tindak
Golongan I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pidana narkotika yang merupakan extra ordinary
yang dalam bentuk tanaman beratnya melebihi crime. Sehingga penerapan pidana mati bertujuan
5 (lima) batang pohon atau dalam bentuk bukan untuk memperkuat sistem pemidanaan itu sendiri.
tanaman beratnya 5 (lima) gram, pelaku di pidana Meskipun banyak pertentangan tentang pidana mati
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup, yang merupakan sebuah pelanggaran hak asasi

27
Atet Sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika

manusia, namun hukum materiil kita (KUHP) masih mencari celah untuk menghindari eksekusi pidana
mengakui bahwa pidana mati merupakan suatu sanksi mati. Beberapa terpidana mati ada yang mengajukan
yang masih diberlakukan di Indonesia. Lombrosso upaya hukum Banding, Kasasi, Peninjauan Kembali
sebagai bapak Kriminologi juga mengemukakan (PK), bahkan memohon Grasi kepada Presiden.
pendapatnya yang antara lain mengatakan bahwa; Tetapi upaya hukum tersebut juga tidak serta-merta
Manusia itu ada beberapa macam, diantaranya ada dikabulkan oleh Majelis Hakim dan Presiden.
orang-orang tertentu yang memang bertipe dan Selain mencari celah keadilan melalui upaya hukum
berfisik sebagai penjahat. Bagi orang seperti itu tersebut di atas. Penulis juga menemukan celah
tidak akan banyak faedahnya untuk dididik dan diberi baru bagi pelaku Terpidana untuk menghindari
pengajaran untuk dipersiapkan kembali ke tengah- eksekusi hukuman mati. Jika kita kembali pada kasus
tengah kehidupan masyarakat dan untuk diharapkan narkoba yang dialami Freddy Budiman, ia cukup
menjadi anggota masyarakat yang baik, menjadi cerdik dalam menghindari eksekusi hukuman mati
masyarakat yang berguna, hingga karena itu orang- sebelum akhirnya Freddy Budiman masuk daftar
orang seperti itu manakala berbuat kejahatan akan terpidana mati yang di eksekusi pada tahap III. Cara
lebih baik dilenyapkan saja dari pergaulan.7 Freddy Budiman untuk sengaja mengolor-olor waktu
Pidana mati ini juga merupakan sebuah sanksi pelaksanaan eksekusi adalah dengan mendalangi atau
yang tepat bagi pelaku tindak pidana narkotika, menjadi otak peredaran narkoba yang ia kendalikan
dimana dampaknya ini sudah sesuai dengan korban dalam LAPAS, seperti pada tahun 2012 yang lalu, di
yang menjadi penyalahgunaan narkotika yang dalam LAPAS ia tertangkap mengontrol peredaran
berujung pada kematian yang masif. Sehingga di 1,4 juta pil ekstasi dari Tiongkok dan yang terakhir
dalam hukum nilai keadilan menjadi seimbang antara adalah penyelundupan narkoba di dalam pipa baja
korban yang menjadi pecandu dengan pelaku yang yang akhirnya terungkap merupakan dugaan jaringan
telah merusak generasi bangsa ini dengan barang Freddy Budiman. Cara-cara itu dilakukan Freddy
haram tersebut. Pidana mati ini secara teoritik Budiman apabila ia ikut menjadi otak peredaran
termasuk pidana absolut (absolute punishment). narkoba yang baru, maka perkara baru tersebut akan
Sifat pidana yang demikian didasarkan pada asumsi di proses pada persidangan, sehingga meskipun
dasar yang absolut. Pada diri pelaku dipandang ia telah di vonis pidana penjara pada LAPAS, tapi
ada unsur/sifat-sifat kemutlakan (absolut), yaitu karena ia tersangkut untuk menjadi otak peredaran
sudah melakukan kejahatan yang secara absolut baru, maka perkaranya belum dianggap berkekuatan
sangat membahayakan/merugikan masyarakat; ada hukum tetap (inkracht), sehingga eksekusi pidana
kesalahan absolut dan si pelaku itu dianggap secara mati untuk Freddy Budiman menjadi ditunda sampai
absolut/mutlak sudah tidak dapat berubah/diperbaiki.8 perkara tersebut diangggap telah berkekuatan hukum
Tindak pidana narkotika saat ini memang menjadi tetap. Selain menjadi otak peredaran narkoba yang
perhatian yang serius dari Pemerintah dan Penegak dikendalikan dari dalam LAPAS, Freddy Budiman
Hukum di Indonesia. Mengingat Pemerintah Jokowi- juga sempat menggemparkan masyarakat atas
JK dalam Nawacita poin ke-4 sedang menggalakkan pengakuan Freddy Budiman yang disampaikan
reformasi penegakan hukum. Sehingga dengan vonis kepada Haris Azhar, selaku koordinator dari Lembaga
pidana mati yang dijatuhkan khususnya bagi pelaku Swadaya Masyarakat Komisi Untuk Orang Hilang
tindak pidana narkoba memang merupakan tindakan dan Korban Tindak Kekerasan (selanjutnya disingkat
konkrit atas implementasi Nawacita pemerintah LSM KONTRAS). Pengakuan tersebut sempat
dalam proses penegakan hukum. Namun meskipun membuat citra dari institusi penegak hukum seperti;
dalam perkara narkotika vonis pidana mati telah POLRI, TNI, BNN, dan Pihak LAPAS menjadi
dijatuhkan, para terpidana mati pun masih tetap dapat tercoreng. Karena dalam pengakuannya, Freddy
Budiman dalam mengendalikan peredaran narkoba
7
Moehandi Zainal, Pidana Mati Dihapuskan atau di dalam LAPAS juga dibantu oleh oknum-oknum
Dipertahankan, Hanindita, Yogyakarta, 1984, h. 37. POLRI, TNI, BNN, dan pihak LAPAS. Di mana
8
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai: Kebijakan Hukum bantuan itu dilakukan agar oknum-oknum tersebut
Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru),
juga ingin mencari keuntungan dari hasil penjualan
Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, h. 298.

28
PERSPEKTIF
Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

narkotika di Indonesia yang dijalankan oleh Freddy melaksanakan putusan yang telah berkekuatan hukum
Budiman dari dalam LAPAS. tetap, mengapa harus menunda eksekusi pidana mati
Pengakuan tersebut disampaikan Haris Azhar padahal putusan pidana mati yang dijatuhkan telah
selaku koordinator dari LSM KONTRAS, ketika berkekuatan hukum tetap.
pada waktu itu Haris Azhar bertemu Freddy Budiman Pemberantasan tindak pidana narkotika di
di LAPAS Nusa Kambangan. Kemudian karena Indonesia memang sudah sangat tegas ditunjukan
menunggu momentum yang tepat dan puncaknya oleh para penegak hukum kita. Penerapan pidana
selang beberapa jam sebelum pelaksanaan eksekusi mati bagi pelaku tindak pidana narkotika yang tidak
hukuman mati untuk Freddy Budiman, Haris Azhar bisa ditoleransi lagi memang sudah memenuhi unsur
membeberkan pengakuan Freddy Budiman tersebut keadilan dan kemanfaatan, mengingat pelaku tindak
di hadapan publik. Menurut penulis timbul suatu pidana narkotika yang mendapat pidana penjara
pertanyaan apakah hal itu dilakukan oleh Freddy yang dijatuhkan masih belum dapat memberikan
Budiman melalui Haris Azhar juga merupakan sebuah efek jera. Tindakan represif berupa pidana mati
celah dari penundaan eksekusi mati terhadap dirinya. dalam pemberantasan tindak pidana narkotika
Menindaklanjuti itu institusi-institusi penegak hukum memang menjadi alternatif sanksi untuk benar-benar
itu langsung menyikapi dan akan membantu Haris memberikan efek jera, sehingga Indonesia merupakan
Azhar untuk membongkar jika ada oknum-oknum negara yang berdaulat untuk menjamin perlindungan
yang mungkin membantu Freddy Budiman dalam hak asasi manusia, khususnya bagi mereka yang
mengendalikan peredaran narkotika dari dalam menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
LAPAS. Namun setelah ditelusuri, pengakuan Freddy Selain tindakan represif yang sangat konkrit
Budiman tersebut pembuktiannya masih sangat dan telah dijelaskan diatas, Pemerintah, penegak
lemah. Sehingga membuat POLRI membentuk tim hukum, dan pihak terkait seperti BNN juga tak
independen untuk menelusuri sendiri pengakuan henti-hentinya melakukan upaya preventif di
tersebut. Begitu pula dengan terpidana mati lain kalangan masyarakat, khususnya mereka generasi
yang mengajukan upaya hukum, meskipun itu hak muda baik di institusi pendidikan maupun instansi-
terpidana tetapi upaya itu dilakukan selain untuk instansi negeri/swasta. Upaya preventif tersebut
meminta keringanan, juga pula ada alasan lain untuk untuk menciptakan masyarakat yang sadar tentang
mengolor-olor waktu pelaksanaan eksekusi mati. bahaya penyalahgunaan narkoba dan dampak yang
Hal-hal itulah yang menurut penulis bisa ditimbulkan.
simpulkan, karena ada upaya-upaya dan cara- Upaya preventif ini dapat dilakukan melalui
cara yang “licik” tersebut dapat membuat seorang upaya penyuluhan sebagai bentuk aspek pencegahan.
terpidana mati mengolor waktu pelaksanaan eksekusi Penyuluhan ini diperuntukkan bagi yang belum
mati hingga beberapa tahun ke depan. Selain hal itu, pernah mengkonsumsi narkotika agar jangan
terkadang kendala pelaksanaan hukuman mati juga sampai mengkonsumsi narkotika. Sehingga BNN
diolor-olor sendiri oleh Jaksa dengan berbagai alasan. mengharapkan agar ada kekebalan dari masyarakat
Padahal beberapa perkara tersebut sebenarnya sudah supaya mereka itu mengetahui bahaya narkotika
diputus oleh Majelis Hakim dan telah berkekuatan secara medis, sosial, dan secara hukum bagi
hukum tetap (inkracht). Sehingga banyak para pakar mereka. Namun penyuluhan tersebut terkadang
Hukum Pidana kita berpendapat bahwa seakan- masih menuai kendala pada praktek di lapangan.
akan terpidana mati yang putusan perkaranya telah Kendala tersebut dikarenakan masih rendahnya
berkekuatan hukum tetap, tetapi pelaksanaan eksekusi pemahaman masyarakat tentang bahaya narkotika
mati diolor-olor oleh jaksa sendiri menimbulkan dan terkadang masyarakat tidak peduli dengan
ketidakpastian hukum serta menjadikan terpidana lingkungan, sehingga apabila di lingkungannya
mati seolah-olah mendapatkan double punishment diketahui ada yang mengunakan narkotika tidak mau
yakni pidana mati dilaksanakan setelah terpidana melapor kepada pihak yang berwajib. Kondisi seperti
mati menjalani pidana penjara selama beberapa ini akan menumbuhkembangkan peredaran gelap
tahun. Hal ini harusnya juga menjadi koreksi untuk narkotika. Dan boleh di bilang jarang ada laporan dari
institusi Kejaksaan khususnya Jaksa yang bertugas masyarakat yang menginformasikan adanya kegiatan

29
Atet Sumanto, Efektifitas Pidana Mati Dalam Proses Penegakan Hukum Tindak Pidana Narkotika

peredaran narkotika di lingkungannya. Setelah mengendalikan peredaran narkotika di Indonesia.


dilakukan pendekatan mengapa masyarakat tidak Sehingga diharapkan efektifitas pidana mati dalam
melapor ternyata ada unsur ketakutan di dalamnya, proses penegakan hukum tindak pidana narkotika
masyarakat takut apabila melaporkan mereka bisa dapat menurunkan peredaran narkotika di Indonesia.
menjadi sasaran dari sindikat itu.9
Jaringan narkotika merupakan jaringan yang PENUTUP
spesifik dan unik, kejahatan yang ada disitu agak Kesimpulan
berbeda dengan kejahatan konvensional lainnya, Berdasarkan analisis dari hasil penelitian, maka
jadi jaringan narkotika ini merupakan jaringan yang dapat diambil suatu kesimpulan yang dapat dijelaskan
terputus, maksudnya disini adalah antar pelaku sebagai berikut:
terkadang pembeli dan bandar tidak saling mengenal, Efektifitas pidana mati bagi pemberantasan
mereka sering menggunakan julukan bagi si pengedar tindak pidana narkotika masih menjadi pidana yang
besar, mereka hanya berkomunikasi lewat SMS diberlakukan di Indonesia, terbukti para pelaku
atau telepon dan nama-nama yang beredar bukan bandar narkoba dan pengedar dijatuhi pidana mati,
merupakan nama yang sebenarnya. Sehingga pada seperti ke-14 terpidana mati yang salah satunya adalah
saat dilakukannya penangkapan pengedar kecil bandar narkoba terbesar Indonesia Freddy Budiman.
tidak tahu siapa bandar narkotikanya atau pengedar Selain itu sebagai upaya penegakan hukum atas tindak
besar. Pola yang digunakan sering menggunakan pidana narkotika, Jaksa juga telah melaksanakan
pola tersebut yang pada faktanya bisa menyulitkan eksekusi pidana mati dan dibagi menjadi 3 tahap.
penegak hukum kita dalam mengungkap pergerakan Pidana mati saat ini memang menjadi pidana yang
peredaran narkotika. Tetapi sebenarnya lingkup dari dijatuhkan oleh penegak hukum kita, mengingat
peredaran narkotika tersebut merupakan jaringan pidana penjara belum bisa memberikan efek jera.
yang sama dan bisa ditebak.10 Dan bahkan pidana penjara dijadikan tempat untuk
Berdasar penjelasan di atas terkait dengan mengontrol peredaran narkoba di Indonesia dari
pemberantasan tindak pidana narkotika di Indonesia dalam LAPAS, hal itu seperti yang dilakukan oleh
dapat dilakukan dengan dua upaya; baik upaya terpidana mati yang juga telah dieksekusi mati tahap
preventif maupun upaya represif. Upaya preventif III kemarin yakni Freddy Budiman.
dilakukan dengan cara program sosialisasi atau Upaya peningkatan peran penegak hukum di
penyuluhan di masyarakat tentang bahaya dan dampak Indonesia juga tak henti-hentinya melakukan upaya
penyalahgunaan narkoba. Sedangkan upaya represif yang bersifat preventif sebagai bentuk pencegahan
dapat dilakukan dengan dua cara yakni rehabilitasi bagi mereka yang belum bersentuhan atau pertama
dan pidana. Rehabilitasi sendiri dilakukan sebagai kali terlibat dengan penggunaan dan penyalahgunaan
upaya terapi bagi mereka yang menjadi korban atau narkotika dan sejenisnya. Pencegahan tersebut
pecandu narkoba yang berat. Pidana dijatuhkan bagi dilakukan dengan cara sosialisasi atau penyuluhan
mereka yang menjadi pengedar atau bandar narkoba. terhadap generasi muda yang menjadi sasaran
Dalam undang-undang narkotika pidana bisa berupa atas penyalahgunaan narkoba, baik di lingkungan
pidana penjara dan pidana mati. Pidana mati sendiri pendidikan, termasuk di dalamnya pesantren, baik
sering dijatuhkan bagi mereka yang menjadi bandar di instansi negeri atau swasta. Di mana penyuluhan
narkoba besar. Selain pidana penjara, pidana mati tersebut dilakukan guna menjelaskan dan memberikan
ini juga berfungsi sebagai alat terakhir (ultimum edukasi kepada mereka tentang bahaya narkotika
remidium) agar bisa memberikan efek jera, mengingat dan dampak yang ditimbulkan yang berujung pada
pidana penjara sendiri belum bisa memenuhi aspek kematian yang masif.
penjeraan, melainkan dapat dijadikan tempat untuk
9
Rekomendasi
Yashinta Winda Afriastini, “Upaya Badan Narkotika
Nasional Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Setelah dilakukan pembahasan dan diambil
Penaggulangan Peredaran Gelap Narkotika di Yogyakarta”, sebuah kesimpulan, penulis mencoba memberikan
Jurnal Skripsi Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya saran-saran sebagai berikut:
Yogyakarta, 2013, h. 9-12.
10
Ibid.

30
PERSPEKTIF
Volume 22 No. 1 Tahun 2017 Edisi Januari

Penegak hukum kita harus terus melaksanakan Marzuki, Peter Mahmud, 2011, Penelitian Hukum,
pemberantasan tindak pidana narkoba baik dengan Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
upaya preventif berupa penyuluhan maupun Prasetyo, Teguh, 2014, Hukum Pidana Edisi Revisi,
sosialisasi terhadap masyarakat maupun upaya Jakarta: RajaGrafindo Persada.
represif seperti pelaksanaan pidana mati bagi pelaku Priyatno, Dwidja, 2009, Sistem Pelaksanaan Pidana
tindak pidana narkotika yang tidak bisa ditoleransi Penjara di Indonesia, Bandung: Refika Aditama.
lagi. Zainal, Moehandi, 1984, Pidana Mati Dihapuskan
Jaksa sebagai pengacara negara juga harus segera atau Dipertahankan, Yogyakarta: Hanindita.
melaksanakan eksekusi pidana mati untuk terpidana
mati narkotika yang putusannya telah berkekuatan Jurnal:
hukum tetap, tanpa menunda atau mengolor-olor Winandi, Woro dan Indra Rukmana Lukito,
waktu. Kemenkumham juga perlu melakukan “Penjatuhan Pidana Mati dalam Tindak Pidana
reformasi terhadap mereka yang bertugas di LAPAS, Narkotika”, Jurnal Hukum, Vol. XIX, No. 19,
dan memperbaiki sistem dalam hal pengawasan Oktober 2010.
terhadap terpidana narkotika di LAPAS. Afriastini, Yashinta Winda, 2013, “Upaya Badan
Peran serta masyarakat juga sangat dibutuhkan Narkotika Nasional Provinsi Daerah Istimewa
dalam rangka upaya preventif maupun upaya represif Yogyakarta dalam Penaggulangan Peredaran
terhadap pemberantasan tindak pidana narkotika. Gelap Narkotika di Yogyakarta”, Jurnal
Sehingga masyarakat apabila mengetahui tentang Skripsi Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya
peredaran narkotika atau korban penyalahgunaan Yogyakarta.
narkoba di lingkungan sekitarnya agar segera melapor
ke instansi penegak hukum. Website:
Jore, Maftuhi, “Jurnal Tentang Penyalahgunaan
DAFTAR PUSTAKA Narkoba”, http://www.maftuhi.web.id/2015/12/
Peraturan Perundang-undangan: jurnal-tentang-penyalahgunaan-narkoba.html,
Undang-Undang Dasar 1945. diakses 9 Agustus 2016.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Santosa, Lia Wanadriani, “BNN: 50 orang meninggal
Peraturan Hukum Pidana (Kitab Undang-Undang per hari karena narkoba”, http://www.antaranews.
Hukum Pidana). com/berita/548440/bnn--50-orang-meninggal-
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang per-hari-karena-narkoba, diakses 3 Agustus
Narkotika, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 2016.
143, Tambahan Lembaran Negara Tahun 2009 NN, “Daftar nama dan kasus 14 terpidana mati tahap
Nomor 5062. tiga”, http://www.rappler.com/indonesia/141227-
daftar-nama-kasus-14-terpidana-mati/, diakses
Buku: 2 Agustus 2016.
Arief, Barda Nawawi, 2010, Bunga Rampai: NN, “Siapakah empat terpidana mati yang di eksekusi
Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan di Nusakambangan?”, http://www.bbc.com/
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Jakarta: indonesia/berita_indonesia/2016/07/160728_
Kencana Prenada Media Group. indonesia_profil_4terpidana, diakses 2 Agustus
_______, 2010, Kapita Selekta Hukum Pidana, 2016.
Bandung: Citra Aditya Bhakti. NN, “Narkoba di dalam Pipa Ternyata Jaringan
Dirjosisworo, Soedjono, 1990, Hukum Narkotika Freddy Budiman”, http://news.okezone.com/
Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bhakti. read/2016/06/15/338/1416058/narkoba-di-
dalam-pipa-ternyata-jaringan-freddy-budiman,
diakses 3 Agustus 2016.

31

Anda mungkin juga menyukai