Anda di halaman 1dari 80

7/28/2020

TIM ASESMEN TERPADU (TAT)


BNNK TEBING TINGGI
TAHUN 2020

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1
7/28/2020

SIE PEMBERANTASAN

Melaksanakan tugas di Bidang Pencegahan,


Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran
Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Bahan Adiktif lainnya (P4GN)

 Melakukan Asesmen Terpadu pada Pelaku


Tindak Pidana Narkotika

1. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDOSNESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PB/MA/III/2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :11 TAHUN 2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :PER-005/A/JA/03/2014
NOMOR : 1 TAHUN 2014
NOMOR :PERBER/01/III/2014

3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

4.SEMA NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN PENYALAHGUNA, KORBAN PENYALAHGUNA DAN


PECANDU NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN SOS
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER – 029 / A / JA/ 12 / 2015 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

6. SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014 TANGGAL 22 AGUSTUS 2014

2
7/28/2020

Overload di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
 sebanyak 119.341 orang

Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.

NPS (NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES)

SAAT INI (2020) TELAH BEREDAR 950 JENIS BARU NPS DI


DUNIA DAN DI INDONESIA SUDAH DITEMUKAN 76 NPS
DITETAPKAN SESUAI PERMENKES NO 44 TAHUN 2019

3
7/28/2020

MASYARAKAT TAKUT MELAPOR KE IPWL)

• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

4
7/28/2020

PECANDU NARKOTIKA DAN PENYALAH


GUNA???

Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

Penyalah Guna Narkotika


Pasal 1 (15)
“Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum”

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Ketentuan Hukum terhadap Penyalahguna


dan Pecandu Narkotika

Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103

(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi

Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

5
7/28/2020

PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.

TUJUAN PERATURAN BERSAMA


Mewujudkan Koordinasi dan Kerjasama Secara Optimal Penyelesaian
Permasalahan Narkotika

Menurunkan Jumlah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika


Melalui Program Pengobatan, Perawatan dan Pemulihan dan Tetap
Melaksanakan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika;

Menjadi Pedoman Teknis Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban


Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, dan Narapidana
Dalam Menjalani Rehabilitasi;dan

Terlaksananya Proses Rehabilitasi Dalam Setiap Proses Peradilan Hingga


Pemidanaan Secara Sinergis dan Terpadu.

Mengurangi Jumlah Tersangka atau Terdakwa Yang Ditempatkan di Dalam Lapas


atau Rutan Yang Sudah Over Kapasitas atau Kelebihan Kapasitas

6
7/28/2020

PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA


PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Peraturan Kepala BNN ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan


Bersama Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN sebagai
peraturan teknis bagi Badan Narkotika Nasional sebagai Focal Point
dalam rangka Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Bahwa Pecandu Narkotika dan/atau Korban Penyalahgunaan
Narkotika yang ditetapkan sebagai Tersangka atau Terdakwa
dalam perkara Tindak Pidana Narkotika selama proses
peradilan perlu penanganan secara khusus melalui
penempatannya ke dalam lembaga Rehabilitasi guna memperoleh
pengobatan dan perawatan dalam rangka pemulihan.

Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.

7
7/28/2020

SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014


TANGGAL 22 AGUSTUS 2014
 TAT SBGMANA TLH DIATUR DLM PASAL 8 PERBER THN 2014 ADALAH:
a. TIM DOKTER (DOKTER DAN PSIKOLOG )
b. TIM HUKUM (POLRI, BNN, JAKSA DAN KEMENKUMHAM)
c. TIM HUKUM UNTUK PENANGANAN ANAK MELIBATKAN BAPAS.
d. TIM TAT DITEMPATKAN OLEH SATKER SETEMPAT DG PENGESAHAN SKEP DARI KA BNNP ATAU KA BNN
KAB/KOTA,
e. PENYIDIK POLRI APABILA MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP PECANDU DAN LAHGUN AGAR MLGKPI
BERKASNYA DGN DILAMPIRI REKOM DARI TIM TAT.
f. TAT TGKAT MABES POLRI ( KASUBDIT TIP NAR), TGKAT POLDA (KASUBDIT RESNAR), POLRES(KASAT RES
NAR)

 TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI

 BIAYA YG DITIMBULKAN SELAMA PENYIDIKAN DITANGGUNG OLEH BNN

 TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.

 PELAKSANAAN REHAB AGAR BENAR-BENAR DIDASARKAN PD PERTIMBANGAN BHWA PELAKU ADALAH


LAHGUN NARKOTIKA (PECANDU) ATAU KORBAN LAHGUN DAN BUKAN DIDASARKAN PD JUMLAH ATAU
BESAR KECILNYA BB YG DISITA SERTA BKN PELAKU PENGEDAR ATAU JARINGAN EDAR GELAP NARKOTIKA.

SEMA 4 Tahun 2010

Bahwa penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103


UU 35/2009 tentang Narkotika hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi
Tindak pidana sebagai berikut:
• Terdakwa pada saat ditangkap Penyidik dalam keadaan tertangkap tangan
• Pada saat tertangkap tangan ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari
dengan rincian sesuai ketentuan dalam SEMA 4 Tahun 2010
• Surat Uji Laboratorium positif menggunakan berdasarkan permintaan
penyidik
• Surat Keterangan Dokter Jiwa/Psikiater Pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim
dan
• Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
Narkotika.

8
7/28/2020

INDIKATOR BARANG BUKTI


DALAM SEMA 4 TAHUN 2010

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER-029 / A /12/ 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

Dalam menangani Perkara Narkotika dimana Tersangka/Terdakwa adalah


Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang ditangani
pada proses dan tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat :

 Menempatkan terdakwa dan / atau anak sebagai pecandu narkotika dan


korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan / atau
sosial sesuai dengan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
 Dalam hal terdakwa dan / atau anak dikualifikasikan sebagai pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika,yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemeriksan Hasil Laboratorium dan hasil Asesmen Tim
Asesmen Terpadui,yang ditangkap atau tertangkap tangan dengan barang
bukti dalam jumlah tertentu atau tanpa barang bukti,wajib diterapkan Pasal
127 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9
7/28/2020

UU No 8/1981 Tentang KUHAP

Pasal 21 ayat (4) huruf a : Penahanan tersebut


hanya
dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa
yang melakukan tindak pidana percobaan
maupun
pemberian bantuan hukum dalam tindak pidana
tersebut dalam hal : Tindak pidana itu diancam
dengan Pidana Penjara Lima Tahun Atau Lebih;

Penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b,


menyatakan
bahwa tersangka atau terdakwa pecandu
narkotika
sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang
sekaligus merupakan tempat perawatan,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Bagaimana Paradigma Baru Penanganan Kasus


Narkoba Di Indonesia ?
Terintegrasi,
Komprehensif,
Seimbang

Kesehatan HUKUM

Memberikan pendidikan/diseminasi Menerapkan UU TP Narkotika


informasi pencegahan kepada
masyarakat Penerapan TP pencucian uang
mendorong masyarakat menjadi subjek kepada jaringan/sindikat
P4GN
Mendorong para pengguna dan
pelaku kejahatan narkotika!
keluarga pengguna narkotika untuk
melaporkan diri ke IPWL Melakukan Kerjasama nasional dan
Re-orientasi terhadap pengguna internasional yang kuat
narkoba/pecandu yang berhubungan
dengan hukum pada tindakan Memperkuat interdiksi!
rehabilitasi

10
7/28/2020

PERKA NOMOR 11 TAHUN 2014


MEKANISME
TEMB. KA. BNN

PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan

DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim

disertai alasan penolakan DITOLAK


Dalam hal akan menempatkan pecandu, terlebih dahulu
melaporkan kepada PN setempat untk mendapatkan penetapan

11
7/28/2020

TIM TERDIRI DARI :

1. BNNK TEBING TINGGI


2. POLRES TEBING TINGGI
3. KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI
4. LAPAS KELAS II B TEBING TINGGI
5. DINAS KESEHATAN TEBING TINGGI

STRUKTUR ORGANISASI TIM ASESMENT TERPADU (TAT)


BNN KOTA TEBING TINGGI TA 2020
KETUA

Sekretaris

Anggota Anggota

Tim Hukum Tim Medis


1. BNN Kota Tebing Tinggi
1. BNNK Tebing Tinggi
(Dokter dan Psikologi)
2. Polres Tebing Tinggi

2. Dinkes Kota Tebing Tinggi


3. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi ( Dokter dan Psikologi)

4. Lapas Kelas II B Tebing Tinggi

12
7/28/2020

Tugas dan Wewenang Tim Medis


1. Asesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan
2. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara
profesional dan memegang teguh kode etik profesi.
3. Melaksanakan asesmen, pemeriksaan fisik dan psikis.
4. Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan
narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi,
situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian
perkara.
5. Menentukan derajat keparahan masalah medis, dukungan
hidup, penggunaan narkotika, riwayat legal, riwayat keluarga
dan sosial serta status psikiatrik, dan
6. Menentukan diagnosa kerja sesuai dengan pedoman PPDGJ III
(Penggolongan Pedoman Diagnosa Gangguan Jiwa III)

Tugas dan Wewenang Tim Hukum


1. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara profesional
dan memegang teguh kode etik profesi.
2. Melakukan analisis dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor narkotika dan penyalahgunaan narkotika ;
a. Pencocokan identitas tersangka, antara lain : foto , sidik jari, ciri-ciri
fisik, dan nama/ alias, dengan data jaringan narkotika yang ada di
database BNNP dan Polri.
b. Analisis data inteligen terkait, jika ada
c. Riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas
d. Telaahan atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka yang terkait
dengan perkara lainnya
e. Telaahan atas penerapan pasal-pasal UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan SEMA No.4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Panyalahguna Narkotika Ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial dan SEJA SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan
Korban Penyalahguna Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial.

13
7/28/2020

OPTIMALISASI TAT

TAT yang Optimal dapat dicapai jika :


• Ada evaluasi kinerja aparat penegak hukum
• Diklat terpadu anggota TAT
• Peningkatan fasilitas dan anggaran TAT
• Konsistensi rujukan tersangka/anak untuk dianalisis TAT
sehingga tidak tebang pilih
• Adanya persamaan persepsi dalam pelaksanaan TAT.

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TAT :

PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.

14
7/28/2020

Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.

REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR

HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial

1. Masih terdapat pemahaman yang


tidak sama antara para anggota
TAT;
2. Tidak ada anggaran untuk
mengantarkan klien ke tempat
Rehabilitasi pada tahap
pemeriksaan tingkat penyidikan –
persidangan (karena jauh);
3. Keamanan dalam tempat
rehabilitasi;
4. Tidak ada anggaran dalam
pelaksanaan eksekusi dimana
tempat rehabilitasi tidak berada di
dalam kota;
5. Anggota TAT bukan anggota yang
mendapat pelatihan / sosialisasi
tentang pelaksanaan TAT

15
7/28/2020

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN DENGAN


ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (APS) PADA PERKARA
TP NARKOTIKA PASAL 127 TUNGGAL :
GUNA MENJALANKAN ASAS PERADILAN YANG SEDERHANA, CEPAT,
DAN BIAYA RINGAN, BEBERAPA APARAT PENEGAK HUKUM SEPERTI
BNN DAN KEJAKSAAN DALAM KEBIJAKANNYA SUDAH
MEMERINTAHKAN JAJARANNYA UNTUK MELIMPAHKAN PERKARA
TP NARKOTIKA DENGAN PASAL TUNGGAL 127 DENGAN ACARA
PEMERIKSAAN SINGKAT.

BAGAIMANAKAH SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN SYARAT


MATERIIL YANG LAYAK AGAR SUATU PERKARA PIDANA DAPAT
DILIMPAHKAN DENGAN ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT DARI
SUDUT PANDANG MASING-MASING PANAELIS

NO NAMA JABATAN/ INSTANSI KET


1 Faduhusi Zendrato, SH., MH Kepala BNNK Tebing Tinggi Ketua

2 Nurul Mawaddah Arwi, SE Penyidik BNNK Tebing Tinggi Sekretaris


3 dr. Iwan Syahri Putra Dokter Madya RSUD dr. Kumpulan Pane Tebing Tim Medis
Tinggi
4 Halimatus Sakdiyah Lubis, S.Psi Analis Kesehatan RSUD dr Kumpulan Pane Tim Medis
Tebing Tinggi
5 dr. Siti Risky Alqoriah, M.Kes Dokter Klinik Pratama BNNK Tebing Tim Medis
6 Syahril, SH., MH Kasi Pemberantasan BNNK Tebing Tinggi Tim Hukum
7 Cahyadi, SH Kasat ResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
8 MHD Amin KBO SatResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
9 Fauzan Azmi, SH Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tim Hukum
Tebing Tinggi
10 Said Reza Pahlevi , SH Kasubsi Eksekusi dan Eksaminasi pada Seksi Tim Hukum
Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tebing
Tinggi
11 Dhania Nuramita, SH., MH Jaksa Fungsional pada Seksi Tindak Pidana Tim Hukum
Umum Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
12 Ulan Damayanti, SH Pembimbing Kemasyarakatan Pertama Pos Tim Hukum
BAPAS Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Tebing Tinggi
13 Rino Hutabarat, A.Md.Kom Pengolah Data Intelijen Tebing Tinggi Verifikator

16
7/28/2020

TIM ASESMEN TERPADU (TAT)


BNNK TEBING TINGGI
TAHUN 2020

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1
7/28/2020

SIE PEMBERANTASAN

Melaksanakan tugas di Bidang Pencegahan,


Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran
Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Bahan Adiktif lainnya (P4GN)

 Melakukan Asesmen Terpadu pada Pelaku


Tindak Pidana Narkotika

1. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDOSNESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PB/MA/III/2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :11 TAHUN 2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :PER-005/A/JA/03/2014
NOMOR : 1 TAHUN 2014
NOMOR :PERBER/01/III/2014

3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

4.SEMA NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN PENYALAHGUNA, KORBAN PENYALAHGUNA DAN


PECANDU NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN SOS
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER – 029 / A / JA/ 12 / 2015 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

6. SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014 TANGGAL 22 AGUSTUS 2014

2
7/28/2020

Overload di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
 sebanyak 119.341 orang

Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.

NPS (NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES)

SAAT INI (2020) TELAH BEREDAR 950 JENIS BARU NPS DI


DUNIA DAN DI INDONESIA SUDAH DITEMUKAN 76 NPS
DITETAPKAN SESUAI PERMENKES NO 44 TAHUN 2019

3
7/28/2020

MASYARAKAT TAKUT MELAPOR KE IPWL)

• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

4
7/28/2020

PECANDU NARKOTIKA DAN PENYALAH


GUNA???

Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

Penyalah Guna Narkotika


Pasal 1 (15)
“Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum”

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Ketentuan Hukum terhadap Penyalahguna


dan Pecandu Narkotika

Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103

(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi

Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

5
7/28/2020

PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.

TUJUAN PERATURAN BERSAMA


Mewujudkan Koordinasi dan Kerjasama Secara Optimal Penyelesaian
Permasalahan Narkotika

Menurunkan Jumlah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika


Melalui Program Pengobatan, Perawatan dan Pemulihan dan Tetap
Melaksanakan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika;

Menjadi Pedoman Teknis Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban


Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, dan Narapidana
Dalam Menjalani Rehabilitasi;dan

Terlaksananya Proses Rehabilitasi Dalam Setiap Proses Peradilan Hingga


Pemidanaan Secara Sinergis dan Terpadu.

Mengurangi Jumlah Tersangka atau Terdakwa Yang Ditempatkan di Dalam Lapas


atau Rutan Yang Sudah Over Kapasitas atau Kelebihan Kapasitas

6
7/28/2020

PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA


PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Peraturan Kepala BNN ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan


Bersama Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN sebagai
peraturan teknis bagi Badan Narkotika Nasional sebagai Focal Point
dalam rangka Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Bahwa Pecandu Narkotika dan/atau Korban Penyalahgunaan
Narkotika yang ditetapkan sebagai Tersangka atau Terdakwa
dalam perkara Tindak Pidana Narkotika selama proses
peradilan perlu penanganan secara khusus melalui
penempatannya ke dalam lembaga Rehabilitasi guna memperoleh
pengobatan dan perawatan dalam rangka pemulihan.

Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.

7
7/28/2020

SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014


TANGGAL 22 AGUSTUS 2014
 TAT SBGMANA TLH DIATUR DLM PASAL 8 PERBER THN 2014 ADALAH:
a. TIM DOKTER (DOKTER DAN PSIKOLOG )
b. TIM HUKUM (POLRI, BNN, JAKSA DAN KEMENKUMHAM)
c. TIM HUKUM UNTUK PENANGANAN ANAK MELIBATKAN BAPAS.
d. TIM TAT DITEMPATKAN OLEH SATKER SETEMPAT DG PENGESAHAN SKEP DARI KA BNNP ATAU KA BNN
KAB/KOTA,
e. PENYIDIK POLRI APABILA MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP PECANDU DAN LAHGUN AGAR MLGKPI
BERKASNYA DGN DILAMPIRI REKOM DARI TIM TAT.
f. TAT TGKAT MABES POLRI ( KASUBDIT TIP NAR), TGKAT POLDA (KASUBDIT RESNAR), POLRES(KASAT RES
NAR)

 TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI

 BIAYA YG DITIMBULKAN SELAMA PENYIDIKAN DITANGGUNG OLEH BNN

 TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.

 PELAKSANAAN REHAB AGAR BENAR-BENAR DIDASARKAN PD PERTIMBANGAN BHWA PELAKU ADALAH


LAHGUN NARKOTIKA (PECANDU) ATAU KORBAN LAHGUN DAN BUKAN DIDASARKAN PD JUMLAH ATAU
BESAR KECILNYA BB YG DISITA SERTA BKN PELAKU PENGEDAR ATAU JARINGAN EDAR GELAP NARKOTIKA.

SEMA 4 Tahun 2010

Bahwa penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103


UU 35/2009 tentang Narkotika hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi
Tindak pidana sebagai berikut:
• Terdakwa pada saat ditangkap Penyidik dalam keadaan tertangkap tangan
• Pada saat tertangkap tangan ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari
dengan rincian sesuai ketentuan dalam SEMA 4 Tahun 2010
• Surat Uji Laboratorium positif menggunakan berdasarkan permintaan
penyidik
• Surat Keterangan Dokter Jiwa/Psikiater Pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim
dan
• Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
Narkotika.

8
7/28/2020

INDIKATOR BARANG BUKTI


DALAM SEMA 4 TAHUN 2010

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER-029 / A /12/ 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

Dalam menangani Perkara Narkotika dimana Tersangka/Terdakwa adalah


Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang ditangani
pada proses dan tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat :

 Menempatkan terdakwa dan / atau anak sebagai pecandu narkotika dan


korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan / atau
sosial sesuai dengan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
 Dalam hal terdakwa dan / atau anak dikualifikasikan sebagai pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika,yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemeriksan Hasil Laboratorium dan hasil Asesmen Tim
Asesmen Terpadui,yang ditangkap atau tertangkap tangan dengan barang
bukti dalam jumlah tertentu atau tanpa barang bukti,wajib diterapkan Pasal
127 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9
7/28/2020

UU No 8/1981 Tentang KUHAP

Pasal 21 ayat (4) huruf a : Penahanan tersebut


hanya
dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa
yang melakukan tindak pidana percobaan
maupun
pemberian bantuan hukum dalam tindak pidana
tersebut dalam hal : Tindak pidana itu diancam
dengan Pidana Penjara Lima Tahun Atau Lebih;

Penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b,


menyatakan
bahwa tersangka atau terdakwa pecandu
narkotika
sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang
sekaligus merupakan tempat perawatan,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Bagaimana Paradigma Baru Penanganan Kasus


Narkoba Di Indonesia ?
Terintegrasi,
Komprehensif,
Seimbang

Kesehatan HUKUM

Memberikan pendidikan/diseminasi Menerapkan UU TP Narkotika


informasi pencegahan kepada
masyarakat Penerapan TP pencucian uang
mendorong masyarakat menjadi subjek kepada jaringan/sindikat
P4GN
Mendorong para pengguna dan
pelaku kejahatan narkotika!
keluarga pengguna narkotika untuk
melaporkan diri ke IPWL Melakukan Kerjasama nasional dan
Re-orientasi terhadap pengguna internasional yang kuat
narkoba/pecandu yang berhubungan
dengan hukum pada tindakan Memperkuat interdiksi!
rehabilitasi

10
7/28/2020

PERKA NOMOR 11 TAHUN 2014


MEKANISME
TEMB. KA. BNN

PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan

DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim

disertai alasan penolakan DITOLAK


Dalam hal akan menempatkan pecandu, terlebih dahulu
melaporkan kepada PN setempat untk mendapatkan penetapan

11
7/28/2020

TIM TERDIRI DARI :

1. BNNK TEBING TINGGI


2. POLRES TEBING TINGGI
3. KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI
4. LAPAS KELAS II B TEBING TINGGI
5. DINAS KESEHATAN TEBING TINGGI

STRUKTUR ORGANISASI TIM ASESMENT TERPADU (TAT)


BNN KOTA TEBING TINGGI TA 2020
KETUA

Sekretaris

Anggota Anggota

Tim Hukum Tim Medis


1. BNN Kota Tebing Tinggi
1. BNNK Tebing Tinggi
(Dokter dan Psikologi)
2. Polres Tebing Tinggi

2. Dinkes Kota Tebing Tinggi


3. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi ( Dokter dan Psikologi)

4. Lapas Kelas II B Tebing Tinggi

12
7/28/2020

Tugas dan Wewenang Tim Medis


1. Asesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan
2. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara
profesional dan memegang teguh kode etik profesi.
3. Melaksanakan asesmen, pemeriksaan fisik dan psikis.
4. Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan
narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi,
situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian
perkara.
5. Menentukan derajat keparahan masalah medis, dukungan
hidup, penggunaan narkotika, riwayat legal, riwayat keluarga
dan sosial serta status psikiatrik, dan
6. Menentukan diagnosa kerja sesuai dengan pedoman PPDGJ III
(Penggolongan Pedoman Diagnosa Gangguan Jiwa III)

Tugas dan Wewenang Tim Hukum


1. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara profesional
dan memegang teguh kode etik profesi.
2. Melakukan analisis dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor narkotika dan penyalahgunaan narkotika ;
a. Pencocokan identitas tersangka, antara lain : foto , sidik jari, ciri-ciri
fisik, dan nama/ alias, dengan data jaringan narkotika yang ada di
database BNNP dan Polri.
b. Analisis data inteligen terkait, jika ada
c. Riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas
d. Telaahan atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka yang terkait
dengan perkara lainnya
e. Telaahan atas penerapan pasal-pasal UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan SEMA No.4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Panyalahguna Narkotika Ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial dan SEJA SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan
Korban Penyalahguna Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial.

13
7/28/2020

OPTIMALISASI TAT

TAT yang Optimal dapat dicapai jika :


• Ada evaluasi kinerja aparat penegak hukum
• Diklat terpadu anggota TAT
• Peningkatan fasilitas dan anggaran TAT
• Konsistensi rujukan tersangka/anak untuk dianalisis TAT
sehingga tidak tebang pilih
• Adanya persamaan persepsi dalam pelaksanaan TAT.

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TAT :

PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.

14
7/28/2020

Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.

REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR

HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial

1. Masih terdapat pemahaman yang


tidak sama antara para anggota
TAT;
2. Tidak ada anggaran untuk
mengantarkan klien ke tempat
Rehabilitasi pada tahap
pemeriksaan tingkat penyidikan –
persidangan (karena jauh);
3. Keamanan dalam tempat
rehabilitasi;
4. Tidak ada anggaran dalam
pelaksanaan eksekusi dimana
tempat rehabilitasi tidak berada di
dalam kota;
5. Anggota TAT bukan anggota yang
mendapat pelatihan / sosialisasi
tentang pelaksanaan TAT

15
7/28/2020

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN DENGAN


ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (APS) PADA PERKARA
TP NARKOTIKA PASAL 127 TUNGGAL :
GUNA MENJALANKAN ASAS PERADILAN YANG SEDERHANA, CEPAT,
DAN BIAYA RINGAN, BEBERAPA APARAT PENEGAK HUKUM SEPERTI
BNN DAN KEJAKSAAN DALAM KEBIJAKANNYA SUDAH
MEMERINTAHKAN JAJARANNYA UNTUK MELIMPAHKAN PERKARA
TP NARKOTIKA DENGAN PASAL TUNGGAL 127 DENGAN ACARA
PEMERIKSAAN SINGKAT.

BAGAIMANAKAH SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN SYARAT


MATERIIL YANG LAYAK AGAR SUATU PERKARA PIDANA DAPAT
DILIMPAHKAN DENGAN ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT DARI
SUDUT PANDANG MASING-MASING PANAELIS

NO NAMA JABATAN/ INSTANSI KET


1 Faduhusi Zendrato, SH., MH Kepala BNNK Tebing Tinggi Ketua

2 Nurul Mawaddah Arwi, SE Penyidik BNNK Tebing Tinggi Sekretaris


3 dr. Iwan Syahri Putra Dokter Madya RSUD dr. Kumpulan Pane Tebing Tim Medis
Tinggi
4 Halimatus Sakdiyah Lubis, S.Psi Analis Kesehatan RSUD dr Kumpulan Pane Tim Medis
Tebing Tinggi
5 dr. Siti Risky Alqoriah, M.Kes Dokter Klinik Pratama BNNK Tebing Tim Medis
6 Syahril, SH., MH Kasi Pemberantasan BNNK Tebing Tinggi Tim Hukum
7 Cahyadi, SH Kasat ResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
8 MHD Amin KBO SatResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
9 Fauzan Azmi, SH Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tim Hukum
Tebing Tinggi
10 Said Reza Pahlevi , SH Kasubsi Eksekusi dan Eksaminasi pada Seksi Tim Hukum
Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tebing
Tinggi
11 Dhania Nuramita, SH., MH Jaksa Fungsional pada Seksi Tindak Pidana Tim Hukum
Umum Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
12 Ulan Damayanti, SH Pembimbing Kemasyarakatan Pertama Pos Tim Hukum
BAPAS Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Tebing Tinggi
13 Rino Hutabarat, A.Md.Kom Pengolah Data Intelijen Tebing Tinggi Verifikator

16
7/28/2020

TIM ASESMEN TERPADU (TAT)


BNNK TEBING TINGGI
TAHUN 2020

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1
7/28/2020

SIE PEMBERANTASAN

Melaksanakan tugas di Bidang Pencegahan,


Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran
Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Bahan Adiktif lainnya (P4GN)

 Melakukan Asesmen Terpadu pada Pelaku


Tindak Pidana Narkotika

1. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDOSNESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PB/MA/III/2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :11 TAHUN 2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :PER-005/A/JA/03/2014
NOMOR : 1 TAHUN 2014
NOMOR :PERBER/01/III/2014

3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

4.SEMA NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN PENYALAHGUNA, KORBAN PENYALAHGUNA DAN


PECANDU NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN SOS
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER – 029 / A / JA/ 12 / 2015 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

6. SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014 TANGGAL 22 AGUSTUS 2014

2
7/28/2020

Overload di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
 sebanyak 119.341 orang

Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.

NPS (NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES)

SAAT INI (2020) TELAH BEREDAR 950 JENIS BARU NPS DI


DUNIA DAN DI INDONESIA SUDAH DITEMUKAN 76 NPS
DITETAPKAN SESUAI PERMENKES NO 44 TAHUN 2019

3
7/28/2020

MASYARAKAT TAKUT MELAPOR KE IPWL)

• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

4
7/28/2020

PECANDU NARKOTIKA DAN PENYALAH


GUNA???

Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

Penyalah Guna Narkotika


Pasal 1 (15)
“Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum”

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Ketentuan Hukum terhadap Penyalahguna


dan Pecandu Narkotika

Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103

(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi

Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

5
7/28/2020

PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.

TUJUAN PERATURAN BERSAMA


Mewujudkan Koordinasi dan Kerjasama Secara Optimal Penyelesaian
Permasalahan Narkotika

Menurunkan Jumlah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika


Melalui Program Pengobatan, Perawatan dan Pemulihan dan Tetap
Melaksanakan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika;

Menjadi Pedoman Teknis Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban


Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, dan Narapidana
Dalam Menjalani Rehabilitasi;dan

Terlaksananya Proses Rehabilitasi Dalam Setiap Proses Peradilan Hingga


Pemidanaan Secara Sinergis dan Terpadu.

Mengurangi Jumlah Tersangka atau Terdakwa Yang Ditempatkan di Dalam Lapas


atau Rutan Yang Sudah Over Kapasitas atau Kelebihan Kapasitas

6
7/28/2020

PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA


PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Peraturan Kepala BNN ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan


Bersama Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN sebagai
peraturan teknis bagi Badan Narkotika Nasional sebagai Focal Point
dalam rangka Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Bahwa Pecandu Narkotika dan/atau Korban Penyalahgunaan
Narkotika yang ditetapkan sebagai Tersangka atau Terdakwa
dalam perkara Tindak Pidana Narkotika selama proses
peradilan perlu penanganan secara khusus melalui
penempatannya ke dalam lembaga Rehabilitasi guna memperoleh
pengobatan dan perawatan dalam rangka pemulihan.

Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.

7
7/28/2020

SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014


TANGGAL 22 AGUSTUS 2014
 TAT SBGMANA TLH DIATUR DLM PASAL 8 PERBER THN 2014 ADALAH:
a. TIM DOKTER (DOKTER DAN PSIKOLOG )
b. TIM HUKUM (POLRI, BNN, JAKSA DAN KEMENKUMHAM)
c. TIM HUKUM UNTUK PENANGANAN ANAK MELIBATKAN BAPAS.
d. TIM TAT DITEMPATKAN OLEH SATKER SETEMPAT DG PENGESAHAN SKEP DARI KA BNNP ATAU KA BNN
KAB/KOTA,
e. PENYIDIK POLRI APABILA MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP PECANDU DAN LAHGUN AGAR MLGKPI
BERKASNYA DGN DILAMPIRI REKOM DARI TIM TAT.
f. TAT TGKAT MABES POLRI ( KASUBDIT TIP NAR), TGKAT POLDA (KASUBDIT RESNAR), POLRES(KASAT RES
NAR)

 TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI

 BIAYA YG DITIMBULKAN SELAMA PENYIDIKAN DITANGGUNG OLEH BNN

 TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.

 PELAKSANAAN REHAB AGAR BENAR-BENAR DIDASARKAN PD PERTIMBANGAN BHWA PELAKU ADALAH


LAHGUN NARKOTIKA (PECANDU) ATAU KORBAN LAHGUN DAN BUKAN DIDASARKAN PD JUMLAH ATAU
BESAR KECILNYA BB YG DISITA SERTA BKN PELAKU PENGEDAR ATAU JARINGAN EDAR GELAP NARKOTIKA.

SEMA 4 Tahun 2010

Bahwa penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103


UU 35/2009 tentang Narkotika hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi
Tindak pidana sebagai berikut:
• Terdakwa pada saat ditangkap Penyidik dalam keadaan tertangkap tangan
• Pada saat tertangkap tangan ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari
dengan rincian sesuai ketentuan dalam SEMA 4 Tahun 2010
• Surat Uji Laboratorium positif menggunakan berdasarkan permintaan
penyidik
• Surat Keterangan Dokter Jiwa/Psikiater Pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim
dan
• Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
Narkotika.

8
7/28/2020

INDIKATOR BARANG BUKTI


DALAM SEMA 4 TAHUN 2010

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER-029 / A /12/ 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

Dalam menangani Perkara Narkotika dimana Tersangka/Terdakwa adalah


Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang ditangani
pada proses dan tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat :

 Menempatkan terdakwa dan / atau anak sebagai pecandu narkotika dan


korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan / atau
sosial sesuai dengan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
 Dalam hal terdakwa dan / atau anak dikualifikasikan sebagai pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika,yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemeriksan Hasil Laboratorium dan hasil Asesmen Tim
Asesmen Terpadui,yang ditangkap atau tertangkap tangan dengan barang
bukti dalam jumlah tertentu atau tanpa barang bukti,wajib diterapkan Pasal
127 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9
7/28/2020

UU No 8/1981 Tentang KUHAP

Pasal 21 ayat (4) huruf a : Penahanan tersebut


hanya
dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa
yang melakukan tindak pidana percobaan
maupun
pemberian bantuan hukum dalam tindak pidana
tersebut dalam hal : Tindak pidana itu diancam
dengan Pidana Penjara Lima Tahun Atau Lebih;

Penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b,


menyatakan
bahwa tersangka atau terdakwa pecandu
narkotika
sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang
sekaligus merupakan tempat perawatan,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Bagaimana Paradigma Baru Penanganan Kasus


Narkoba Di Indonesia ?
Terintegrasi,
Komprehensif,
Seimbang

Kesehatan HUKUM

Memberikan pendidikan/diseminasi Menerapkan UU TP Narkotika


informasi pencegahan kepada
masyarakat Penerapan TP pencucian uang
mendorong masyarakat menjadi subjek kepada jaringan/sindikat
P4GN
Mendorong para pengguna dan
pelaku kejahatan narkotika!
keluarga pengguna narkotika untuk
melaporkan diri ke IPWL Melakukan Kerjasama nasional dan
Re-orientasi terhadap pengguna internasional yang kuat
narkoba/pecandu yang berhubungan
dengan hukum pada tindakan Memperkuat interdiksi!
rehabilitasi

10
7/28/2020

PERKA NOMOR 11 TAHUN 2014


MEKANISME
TEMB. KA. BNN

PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan

DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim

disertai alasan penolakan DITOLAK


Dalam hal akan menempatkan pecandu, terlebih dahulu
melaporkan kepada PN setempat untk mendapatkan penetapan

11
7/28/2020

TIM TERDIRI DARI :

1. BNNK TEBING TINGGI


2. POLRES TEBING TINGGI
3. KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI
4. LAPAS KELAS II B TEBING TINGGI
5. DINAS KESEHATAN TEBING TINGGI

STRUKTUR ORGANISASI TIM ASESMENT TERPADU (TAT)


BNN KOTA TEBING TINGGI TA 2020
KETUA

Sekretaris

Anggota Anggota

Tim Hukum Tim Medis


1. BNN Kota Tebing Tinggi
1. BNNK Tebing Tinggi
(Dokter dan Psikologi)
2. Polres Tebing Tinggi

2. Dinkes Kota Tebing Tinggi


3. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi ( Dokter dan Psikologi)

4. Lapas Kelas II B Tebing Tinggi

12
7/28/2020

Tugas dan Wewenang Tim Medis


1. Asesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan
2. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara
profesional dan memegang teguh kode etik profesi.
3. Melaksanakan asesmen, pemeriksaan fisik dan psikis.
4. Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan
narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi,
situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian
perkara.
5. Menentukan derajat keparahan masalah medis, dukungan
hidup, penggunaan narkotika, riwayat legal, riwayat keluarga
dan sosial serta status psikiatrik, dan
6. Menentukan diagnosa kerja sesuai dengan pedoman PPDGJ III
(Penggolongan Pedoman Diagnosa Gangguan Jiwa III)

Tugas dan Wewenang Tim Hukum


1. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara profesional
dan memegang teguh kode etik profesi.
2. Melakukan analisis dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor narkotika dan penyalahgunaan narkotika ;
a. Pencocokan identitas tersangka, antara lain : foto , sidik jari, ciri-ciri
fisik, dan nama/ alias, dengan data jaringan narkotika yang ada di
database BNNP dan Polri.
b. Analisis data inteligen terkait, jika ada
c. Riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas
d. Telaahan atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka yang terkait
dengan perkara lainnya
e. Telaahan atas penerapan pasal-pasal UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan SEMA No.4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Panyalahguna Narkotika Ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial dan SEJA SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan
Korban Penyalahguna Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial.

13
7/28/2020

OPTIMALISASI TAT

TAT yang Optimal dapat dicapai jika :


• Ada evaluasi kinerja aparat penegak hukum
• Diklat terpadu anggota TAT
• Peningkatan fasilitas dan anggaran TAT
• Konsistensi rujukan tersangka/anak untuk dianalisis TAT
sehingga tidak tebang pilih
• Adanya persamaan persepsi dalam pelaksanaan TAT.

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TAT :

PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.

14
7/28/2020

Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.

REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR

HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial

1. Masih terdapat pemahaman yang


tidak sama antara para anggota
TAT;
2. Tidak ada anggaran untuk
mengantarkan klien ke tempat
Rehabilitasi pada tahap
pemeriksaan tingkat penyidikan –
persidangan (karena jauh);
3. Keamanan dalam tempat
rehabilitasi;
4. Tidak ada anggaran dalam
pelaksanaan eksekusi dimana
tempat rehabilitasi tidak berada di
dalam kota;
5. Anggota TAT bukan anggota yang
mendapat pelatihan / sosialisasi
tentang pelaksanaan TAT

15
7/28/2020

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN DENGAN


ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (APS) PADA PERKARA
TP NARKOTIKA PASAL 127 TUNGGAL :
GUNA MENJALANKAN ASAS PERADILAN YANG SEDERHANA, CEPAT,
DAN BIAYA RINGAN, BEBERAPA APARAT PENEGAK HUKUM SEPERTI
BNN DAN KEJAKSAAN DALAM KEBIJAKANNYA SUDAH
MEMERINTAHKAN JAJARANNYA UNTUK MELIMPAHKAN PERKARA
TP NARKOTIKA DENGAN PASAL TUNGGAL 127 DENGAN ACARA
PEMERIKSAAN SINGKAT.

BAGAIMANAKAH SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN SYARAT


MATERIIL YANG LAYAK AGAR SUATU PERKARA PIDANA DAPAT
DILIMPAHKAN DENGAN ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT DARI
SUDUT PANDANG MASING-MASING PANAELIS

NO NAMA JABATAN/ INSTANSI KET


1 Faduhusi Zendrato, SH., MH Kepala BNNK Tebing Tinggi Ketua

2 Nurul Mawaddah Arwi, SE Penyidik BNNK Tebing Tinggi Sekretaris


3 dr. Iwan Syahri Putra Dokter Madya RSUD dr. Kumpulan Pane Tebing Tim Medis
Tinggi
4 Halimatus Sakdiyah Lubis, S.Psi Analis Kesehatan RSUD dr Kumpulan Pane Tim Medis
Tebing Tinggi
5 dr. Siti Risky Alqoriah, M.Kes Dokter Klinik Pratama BNNK Tebing Tim Medis
6 Syahril, SH., MH Kasi Pemberantasan BNNK Tebing Tinggi Tim Hukum
7 Cahyadi, SH Kasat ResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
8 MHD Amin KBO SatResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
9 Fauzan Azmi, SH Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tim Hukum
Tebing Tinggi
10 Said Reza Pahlevi , SH Kasubsi Eksekusi dan Eksaminasi pada Seksi Tim Hukum
Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tebing
Tinggi
11 Dhania Nuramita, SH., MH Jaksa Fungsional pada Seksi Tindak Pidana Tim Hukum
Umum Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
12 Ulan Damayanti, SH Pembimbing Kemasyarakatan Pertama Pos Tim Hukum
BAPAS Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Tebing Tinggi
13 Rino Hutabarat, A.Md.Kom Pengolah Data Intelijen Tebing Tinggi Verifikator

16
7/28/2020

TIM ASESMEN TERPADU (TAT)


BNNK TEBING TINGGI
TAHUN 2020

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1
7/28/2020

SIE PEMBERANTASAN

Melaksanakan tugas di Bidang Pencegahan,


Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran
Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Bahan Adiktif lainnya (P4GN)

 Melakukan Asesmen Terpadu pada Pelaku


Tindak Pidana Narkotika

1. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDOSNESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PB/MA/III/2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :11 TAHUN 2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :PER-005/A/JA/03/2014
NOMOR : 1 TAHUN 2014
NOMOR :PERBER/01/III/2014

3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

4.SEMA NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN PENYALAHGUNA, KORBAN PENYALAHGUNA DAN


PECANDU NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN SOS
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER – 029 / A / JA/ 12 / 2015 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

6. SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014 TANGGAL 22 AGUSTUS 2014

2
7/28/2020

Overload di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
 sebanyak 119.341 orang

Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.

NPS (NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES)

SAAT INI (2020) TELAH BEREDAR 950 JENIS BARU NPS DI


DUNIA DAN DI INDONESIA SUDAH DITEMUKAN 76 NPS
DITETAPKAN SESUAI PERMENKES NO 44 TAHUN 2019

3
7/28/2020

MASYARAKAT TAKUT MELAPOR KE IPWL)

• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

4
7/28/2020

PECANDU NARKOTIKA DAN PENYALAH


GUNA???

Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

Penyalah Guna Narkotika


Pasal 1 (15)
“Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum”

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Ketentuan Hukum terhadap Penyalahguna


dan Pecandu Narkotika

Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103

(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi

Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

5
7/28/2020

PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.

TUJUAN PERATURAN BERSAMA


Mewujudkan Koordinasi dan Kerjasama Secara Optimal Penyelesaian
Permasalahan Narkotika

Menurunkan Jumlah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika


Melalui Program Pengobatan, Perawatan dan Pemulihan dan Tetap
Melaksanakan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika;

Menjadi Pedoman Teknis Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban


Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, dan Narapidana
Dalam Menjalani Rehabilitasi;dan

Terlaksananya Proses Rehabilitasi Dalam Setiap Proses Peradilan Hingga


Pemidanaan Secara Sinergis dan Terpadu.

Mengurangi Jumlah Tersangka atau Terdakwa Yang Ditempatkan di Dalam Lapas


atau Rutan Yang Sudah Over Kapasitas atau Kelebihan Kapasitas

6
7/28/2020

PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA


PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Peraturan Kepala BNN ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan


Bersama Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN sebagai
peraturan teknis bagi Badan Narkotika Nasional sebagai Focal Point
dalam rangka Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Bahwa Pecandu Narkotika dan/atau Korban Penyalahgunaan
Narkotika yang ditetapkan sebagai Tersangka atau Terdakwa
dalam perkara Tindak Pidana Narkotika selama proses
peradilan perlu penanganan secara khusus melalui
penempatannya ke dalam lembaga Rehabilitasi guna memperoleh
pengobatan dan perawatan dalam rangka pemulihan.

Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.

7
7/28/2020

SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014


TANGGAL 22 AGUSTUS 2014
 TAT SBGMANA TLH DIATUR DLM PASAL 8 PERBER THN 2014 ADALAH:
a. TIM DOKTER (DOKTER DAN PSIKOLOG )
b. TIM HUKUM (POLRI, BNN, JAKSA DAN KEMENKUMHAM)
c. TIM HUKUM UNTUK PENANGANAN ANAK MELIBATKAN BAPAS.
d. TIM TAT DITEMPATKAN OLEH SATKER SETEMPAT DG PENGESAHAN SKEP DARI KA BNNP ATAU KA BNN
KAB/KOTA,
e. PENYIDIK POLRI APABILA MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP PECANDU DAN LAHGUN AGAR MLGKPI
BERKASNYA DGN DILAMPIRI REKOM DARI TIM TAT.
f. TAT TGKAT MABES POLRI ( KASUBDIT TIP NAR), TGKAT POLDA (KASUBDIT RESNAR), POLRES(KASAT RES
NAR)

 TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI

 BIAYA YG DITIMBULKAN SELAMA PENYIDIKAN DITANGGUNG OLEH BNN

 TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.

 PELAKSANAAN REHAB AGAR BENAR-BENAR DIDASARKAN PD PERTIMBANGAN BHWA PELAKU ADALAH


LAHGUN NARKOTIKA (PECANDU) ATAU KORBAN LAHGUN DAN BUKAN DIDASARKAN PD JUMLAH ATAU
BESAR KECILNYA BB YG DISITA SERTA BKN PELAKU PENGEDAR ATAU JARINGAN EDAR GELAP NARKOTIKA.

SEMA 4 Tahun 2010

Bahwa penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103


UU 35/2009 tentang Narkotika hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi
Tindak pidana sebagai berikut:
• Terdakwa pada saat ditangkap Penyidik dalam keadaan tertangkap tangan
• Pada saat tertangkap tangan ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari
dengan rincian sesuai ketentuan dalam SEMA 4 Tahun 2010
• Surat Uji Laboratorium positif menggunakan berdasarkan permintaan
penyidik
• Surat Keterangan Dokter Jiwa/Psikiater Pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim
dan
• Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
Narkotika.

8
7/28/2020

INDIKATOR BARANG BUKTI


DALAM SEMA 4 TAHUN 2010

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER-029 / A /12/ 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

Dalam menangani Perkara Narkotika dimana Tersangka/Terdakwa adalah


Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang ditangani
pada proses dan tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat :

 Menempatkan terdakwa dan / atau anak sebagai pecandu narkotika dan


korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan / atau
sosial sesuai dengan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
 Dalam hal terdakwa dan / atau anak dikualifikasikan sebagai pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika,yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemeriksan Hasil Laboratorium dan hasil Asesmen Tim
Asesmen Terpadui,yang ditangkap atau tertangkap tangan dengan barang
bukti dalam jumlah tertentu atau tanpa barang bukti,wajib diterapkan Pasal
127 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9
7/28/2020

UU No 8/1981 Tentang KUHAP

Pasal 21 ayat (4) huruf a : Penahanan tersebut


hanya
dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa
yang melakukan tindak pidana percobaan
maupun
pemberian bantuan hukum dalam tindak pidana
tersebut dalam hal : Tindak pidana itu diancam
dengan Pidana Penjara Lima Tahun Atau Lebih;

Penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b,


menyatakan
bahwa tersangka atau terdakwa pecandu
narkotika
sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang
sekaligus merupakan tempat perawatan,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Bagaimana Paradigma Baru Penanganan Kasus


Narkoba Di Indonesia ?
Terintegrasi,
Komprehensif,
Seimbang

Kesehatan HUKUM

Memberikan pendidikan/diseminasi Menerapkan UU TP Narkotika


informasi pencegahan kepada
masyarakat Penerapan TP pencucian uang
mendorong masyarakat menjadi subjek kepada jaringan/sindikat
P4GN
Mendorong para pengguna dan
pelaku kejahatan narkotika!
keluarga pengguna narkotika untuk
melaporkan diri ke IPWL Melakukan Kerjasama nasional dan
Re-orientasi terhadap pengguna internasional yang kuat
narkoba/pecandu yang berhubungan
dengan hukum pada tindakan Memperkuat interdiksi!
rehabilitasi

10
7/28/2020

PERKA NOMOR 11 TAHUN 2014


MEKANISME
TEMB. KA. BNN

PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan

DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim

disertai alasan penolakan DITOLAK


Dalam hal akan menempatkan pecandu, terlebih dahulu
melaporkan kepada PN setempat untk mendapatkan penetapan

11
7/28/2020

TIM TERDIRI DARI :

1. BNNK TEBING TINGGI


2. POLRES TEBING TINGGI
3. KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI
4. LAPAS KELAS II B TEBING TINGGI
5. DINAS KESEHATAN TEBING TINGGI

STRUKTUR ORGANISASI TIM ASESMENT TERPADU (TAT)


BNN KOTA TEBING TINGGI TA 2020
KETUA

Sekretaris

Anggota Anggota

Tim Hukum Tim Medis


1. BNN Kota Tebing Tinggi
1. BNNK Tebing Tinggi
(Dokter dan Psikologi)
2. Polres Tebing Tinggi

2. Dinkes Kota Tebing Tinggi


3. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi ( Dokter dan Psikologi)

4. Lapas Kelas II B Tebing Tinggi

12
7/28/2020

Tugas dan Wewenang Tim Medis


1. Asesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan
2. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara
profesional dan memegang teguh kode etik profesi.
3. Melaksanakan asesmen, pemeriksaan fisik dan psikis.
4. Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan
narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi,
situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian
perkara.
5. Menentukan derajat keparahan masalah medis, dukungan
hidup, penggunaan narkotika, riwayat legal, riwayat keluarga
dan sosial serta status psikiatrik, dan
6. Menentukan diagnosa kerja sesuai dengan pedoman PPDGJ III
(Penggolongan Pedoman Diagnosa Gangguan Jiwa III)

Tugas dan Wewenang Tim Hukum


1. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara profesional
dan memegang teguh kode etik profesi.
2. Melakukan analisis dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor narkotika dan penyalahgunaan narkotika ;
a. Pencocokan identitas tersangka, antara lain : foto , sidik jari, ciri-ciri
fisik, dan nama/ alias, dengan data jaringan narkotika yang ada di
database BNNP dan Polri.
b. Analisis data inteligen terkait, jika ada
c. Riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas
d. Telaahan atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka yang terkait
dengan perkara lainnya
e. Telaahan atas penerapan pasal-pasal UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan SEMA No.4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Panyalahguna Narkotika Ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial dan SEJA SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan
Korban Penyalahguna Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial.

13
7/28/2020

OPTIMALISASI TAT

TAT yang Optimal dapat dicapai jika :


• Ada evaluasi kinerja aparat penegak hukum
• Diklat terpadu anggota TAT
• Peningkatan fasilitas dan anggaran TAT
• Konsistensi rujukan tersangka/anak untuk dianalisis TAT
sehingga tidak tebang pilih
• Adanya persamaan persepsi dalam pelaksanaan TAT.

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TAT :

PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.

14
7/28/2020

Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.

REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR

HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial

1. Masih terdapat pemahaman yang


tidak sama antara para anggota
TAT;
2. Tidak ada anggaran untuk
mengantarkan klien ke tempat
Rehabilitasi pada tahap
pemeriksaan tingkat penyidikan –
persidangan (karena jauh);
3. Keamanan dalam tempat
rehabilitasi;
4. Tidak ada anggaran dalam
pelaksanaan eksekusi dimana
tempat rehabilitasi tidak berada di
dalam kota;
5. Anggota TAT bukan anggota yang
mendapat pelatihan / sosialisasi
tentang pelaksanaan TAT

15
7/28/2020

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN DENGAN


ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (APS) PADA PERKARA
TP NARKOTIKA PASAL 127 TUNGGAL :
GUNA MENJALANKAN ASAS PERADILAN YANG SEDERHANA, CEPAT,
DAN BIAYA RINGAN, BEBERAPA APARAT PENEGAK HUKUM SEPERTI
BNN DAN KEJAKSAAN DALAM KEBIJAKANNYA SUDAH
MEMERINTAHKAN JAJARANNYA UNTUK MELIMPAHKAN PERKARA
TP NARKOTIKA DENGAN PASAL TUNGGAL 127 DENGAN ACARA
PEMERIKSAAN SINGKAT.

BAGAIMANAKAH SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN SYARAT


MATERIIL YANG LAYAK AGAR SUATU PERKARA PIDANA DAPAT
DILIMPAHKAN DENGAN ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT DARI
SUDUT PANDANG MASING-MASING PANAELIS

NO NAMA JABATAN/ INSTANSI KET


1 Faduhusi Zendrato, SH., MH Kepala BNNK Tebing Tinggi Ketua

2 Nurul Mawaddah Arwi, SE Penyidik BNNK Tebing Tinggi Sekretaris


3 dr. Iwan Syahri Putra Dokter Madya RSUD dr. Kumpulan Pane Tebing Tim Medis
Tinggi
4 Halimatus Sakdiyah Lubis, S.Psi Analis Kesehatan RSUD dr Kumpulan Pane Tim Medis
Tebing Tinggi
5 dr. Siti Risky Alqoriah, M.Kes Dokter Klinik Pratama BNNK Tebing Tim Medis
6 Syahril, SH., MH Kasi Pemberantasan BNNK Tebing Tinggi Tim Hukum
7 Cahyadi, SH Kasat ResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
8 MHD Amin KBO SatResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
9 Fauzan Azmi, SH Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tim Hukum
Tebing Tinggi
10 Said Reza Pahlevi , SH Kasubsi Eksekusi dan Eksaminasi pada Seksi Tim Hukum
Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tebing
Tinggi
11 Dhania Nuramita, SH., MH Jaksa Fungsional pada Seksi Tindak Pidana Tim Hukum
Umum Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
12 Ulan Damayanti, SH Pembimbing Kemasyarakatan Pertama Pos Tim Hukum
BAPAS Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Tebing Tinggi
13 Rino Hutabarat, A.Md.Kom Pengolah Data Intelijen Tebing Tinggi Verifikator

16
7/28/2020

TIM ASESMEN TERPADU (TAT)


BNNK TEBING TINGGI
TAHUN 2020

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

1
7/28/2020

SIE PEMBERANTASAN

Melaksanakan tugas di Bidang Pencegahan,


Pemberantasan, Penyalahgunaan, dan Peredaran
Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan
Bahan Adiktif lainnya (P4GN)

 Melakukan Asesmen Terpadu pada Pelaku


Tindak Pidana Narkotika

1. Undang-undang No.35 Tahun 2009 tentang Narkotika.


2. PERATURAN BERSAMA
KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA
JAKSA AGUNG REPUBLIK INDOSNESIA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 01/PB/MA/III/2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :11 TAHUN 2014
NOMOR :03 TAHUN 2014
NOMOR :PER-005/A/JA/03/2014
NOMOR : 1 TAHUN 2014
NOMOR :PERBER/01/III/2014

3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

4.SEMA NO 4 TAHUN 2010 TENTANG PENEMPATAN PENYALAHGUNA, KORBAN PENYALAHGUNA DAN


PECANDU NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI MEDIS DAN SOS
5. PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER – 029 / A / JA/ 12 / 2015 TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

6. SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014 TANGGAL 22 AGUSTUS 2014

2
7/28/2020

Overload di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS),

Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
 sebanyak 119.341 orang

Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.

NPS (NEW PSYCHOACTIVE SUBSTANCES)

SAAT INI (2020) TELAH BEREDAR 950 JENIS BARU NPS DI


DUNIA DAN DI INDONESIA SUDAH DITEMUKAN 76 NPS
DITETAPKAN SESUAI PERMENKES NO 44 TAHUN 2019

3
7/28/2020

MASYARAKAT TAKUT MELAPOR KE IPWL)

• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

4
7/28/2020

PECANDU NARKOTIKA DAN PENYALAH


GUNA???

Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”

Penyalah Guna Narkotika


Pasal 1 (15)
“Orang yang menggunakan Narkotika tanpa hak atau
melawan hukum”

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Ketentuan Hukum terhadap Penyalahguna


dan Pecandu Narkotika

Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;

(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103

(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial

Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi

Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

5
7/28/2020

PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.

TUJUAN PERATURAN BERSAMA


Mewujudkan Koordinasi dan Kerjasama Secara Optimal Penyelesaian
Permasalahan Narkotika

Menurunkan Jumlah Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika


Melalui Program Pengobatan, Perawatan dan Pemulihan dan Tetap
Melaksanakan Pemberantasan Peredaran Gelap Narkotika;

Menjadi Pedoman Teknis Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban


Penyalahgunaan Narkotika sebagai Tersangka, Terdakwa, dan Narapidana
Dalam Menjalani Rehabilitasi;dan

Terlaksananya Proses Rehabilitasi Dalam Setiap Proses Peradilan Hingga


Pemidanaan Secara Sinergis dan Terpadu.

Mengurangi Jumlah Tersangka atau Terdakwa Yang Ditempatkan di Dalam Lapas


atau Rutan Yang Sudah Over Kapasitas atau Kelebihan Kapasitas

6
7/28/2020

PERATURAN KEPALA BNN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA


PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA
KE DALAM LEMBAGA REHABILITASI

Peraturan Kepala BNN ini merupakan tindak lanjut dari Peraturan


Bersama Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN sebagai
peraturan teknis bagi Badan Narkotika Nasional sebagai Focal Point
dalam rangka Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga Rehabilitasi
Bahwa Pecandu Narkotika dan/atau Korban Penyalahgunaan
Narkotika yang ditetapkan sebagai Tersangka atau Terdakwa
dalam perkara Tindak Pidana Narkotika selama proses
peradilan perlu penanganan secara khusus melalui
penempatannya ke dalam lembaga Rehabilitasi guna memperoleh
pengobatan dan perawatan dalam rangka pemulihan.

Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.

7
7/28/2020

SURAT TELEGRAM KAPOLRI NOMOR : STR/701/VIII/2014


TANGGAL 22 AGUSTUS 2014
 TAT SBGMANA TLH DIATUR DLM PASAL 8 PERBER THN 2014 ADALAH:
a. TIM DOKTER (DOKTER DAN PSIKOLOG )
b. TIM HUKUM (POLRI, BNN, JAKSA DAN KEMENKUMHAM)
c. TIM HUKUM UNTUK PENANGANAN ANAK MELIBATKAN BAPAS.
d. TIM TAT DITEMPATKAN OLEH SATKER SETEMPAT DG PENGESAHAN SKEP DARI KA BNNP ATAU KA BNN
KAB/KOTA,
e. PENYIDIK POLRI APABILA MELAKUKAN PENYIDIKAN TERHADAP PECANDU DAN LAHGUN AGAR MLGKPI
BERKASNYA DGN DILAMPIRI REKOM DARI TIM TAT.
f. TAT TGKAT MABES POLRI ( KASUBDIT TIP NAR), TGKAT POLDA (KASUBDIT RESNAR), POLRES(KASAT RES
NAR)

 TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI

 BIAYA YG DITIMBULKAN SELAMA PENYIDIKAN DITANGGUNG OLEH BNN

 TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.

 PELAKSANAAN REHAB AGAR BENAR-BENAR DIDASARKAN PD PERTIMBANGAN BHWA PELAKU ADALAH


LAHGUN NARKOTIKA (PECANDU) ATAU KORBAN LAHGUN DAN BUKAN DIDASARKAN PD JUMLAH ATAU
BESAR KECILNYA BB YG DISITA SERTA BKN PELAKU PENGEDAR ATAU JARINGAN EDAR GELAP NARKOTIKA.

SEMA 4 Tahun 2010

Bahwa penerapan pemidanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103


UU 35/2009 tentang Narkotika hanya dapat dijatuhkan pada klasifikasi
Tindak pidana sebagai berikut:
• Terdakwa pada saat ditangkap Penyidik dalam keadaan tertangkap tangan
• Pada saat tertangkap tangan ditemukan barang bukti pemakaian 1 (satu) hari
dengan rincian sesuai ketentuan dalam SEMA 4 Tahun 2010
• Surat Uji Laboratorium positif menggunakan berdasarkan permintaan
penyidik
• Surat Keterangan Dokter Jiwa/Psikiater Pemerintah yang ditunjuk oleh Hakim
dan
• Tidak terdapat bukti bahwa yang bersangkutan terlibat dalam peredaran gelap
Narkotika.

8
7/28/2020

INDIKATOR BARANG BUKTI


DALAM SEMA 4 TAHUN 2010

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA


NOMOR PER-029 / A /12/ 2015
TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENANGANAN PECANDU
NARKOTIKA DAN KORBAN PENYALAHGUNAAN
NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI

Dalam menangani Perkara Narkotika dimana Tersangka/Terdakwa adalah


Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika yang sedang ditangani
pada proses dan tahap penuntutan, Penuntut Umum dapat :

 Menempatkan terdakwa dan / atau anak sebagai pecandu narkotika dan


korban penyalahgunaan narkotika di lembaga rehabilitasi medis dan / atau
sosial sesuai dengan rekomendasi Tim Asesmen Terpadu.
 Dalam hal terdakwa dan / atau anak dikualifikasikan sebagai pecandu
narkotika dan korban penyalahgunaan narkotika,yang dibuktikan dengan
Berita Acara Pemeriksan Hasil Laboratorium dan hasil Asesmen Tim
Asesmen Terpadui,yang ditangkap atau tertangkap tangan dengan barang
bukti dalam jumlah tertentu atau tanpa barang bukti,wajib diterapkan Pasal
127 Undang-Undang No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.

9
7/28/2020

UU No 8/1981 Tentang KUHAP

Pasal 21 ayat (4) huruf a : Penahanan tersebut


hanya
dapat dikenakan terhadap tersangka atau
terdakwa
yang melakukan tindak pidana percobaan
maupun
pemberian bantuan hukum dalam tindak pidana
tersebut dalam hal : Tindak pidana itu diancam
dengan Pidana Penjara Lima Tahun Atau Lebih;

Penjelasan Pasal 21 ayat (4) huruf b,


menyatakan
bahwa tersangka atau terdakwa pecandu
narkotika
sejauh mungkin ditahan di tempat tertentu yang
sekaligus merupakan tempat perawatan,

Pengguna Narkoba Lebih Baik Direhabilitasi Daripada Dipenjara

Bagaimana Paradigma Baru Penanganan Kasus


Narkoba Di Indonesia ?
Terintegrasi,
Komprehensif,
Seimbang

Kesehatan HUKUM

Memberikan pendidikan/diseminasi Menerapkan UU TP Narkotika


informasi pencegahan kepada
masyarakat Penerapan TP pencucian uang
mendorong masyarakat menjadi subjek kepada jaringan/sindikat
P4GN
Mendorong para pengguna dan
pelaku kejahatan narkotika!
keluarga pengguna narkotika untuk
melaporkan diri ke IPWL Melakukan Kerjasama nasional dan
Re-orientasi terhadap pengguna internasional yang kuat
narkoba/pecandu yang berhubungan
dengan hukum pada tindakan Memperkuat interdiksi!
rehabilitasi

10
7/28/2020

PERKA NOMOR 11 TAHUN 2014


MEKANISME
TEMB. KA. BNN

PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan

DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim

disertai alasan penolakan DITOLAK


Dalam hal akan menempatkan pecandu, terlebih dahulu
melaporkan kepada PN setempat untk mendapatkan penetapan

11
7/28/2020

TIM TERDIRI DARI :

1. BNNK TEBING TINGGI


2. POLRES TEBING TINGGI
3. KEJAKSAAN NEGERI TEBING TINGGI
4. LAPAS KELAS II B TEBING TINGGI
5. DINAS KESEHATAN TEBING TINGGI

STRUKTUR ORGANISASI TIM ASESMENT TERPADU (TAT)


BNN KOTA TEBING TINGGI TA 2020
KETUA

Sekretaris

Anggota Anggota

Tim Hukum Tim Medis


1. BNN Kota Tebing Tinggi
1. BNNK Tebing Tinggi
(Dokter dan Psikologi)
2. Polres Tebing Tinggi

2. Dinkes Kota Tebing Tinggi


3. Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi ( Dokter dan Psikologi)

4. Lapas Kelas II B Tebing Tinggi

12
7/28/2020

Tugas dan Wewenang Tim Medis


1. Asesmen dan analisis medis, psikososial, serta
merekomendasi rencana terapi dan rehabilitasi seseorang
yang ditangkap dan/atau tertangkap tangan
2. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara
profesional dan memegang teguh kode etik profesi.
3. Melaksanakan asesmen, pemeriksaan fisik dan psikis.
4. Menentukan kriteria tingkat keparahan penggunaan
narkotika sesuai dengan jenis kandungan yang dikonsumsi,
situasi dan kondisi ketika ditangkap pada tempat kejadian
perkara.
5. Menentukan derajat keparahan masalah medis, dukungan
hidup, penggunaan narkotika, riwayat legal, riwayat keluarga
dan sosial serta status psikiatrik, dan
6. Menentukan diagnosa kerja sesuai dengan pedoman PPDGJ III
(Penggolongan Pedoman Diagnosa Gangguan Jiwa III)

Tugas dan Wewenang Tim Hukum


1. Bekerja sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya secara profesional
dan memegang teguh kode etik profesi.
2. Melakukan analisis dalam kaitan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor narkotika dan penyalahgunaan narkotika ;
a. Pencocokan identitas tersangka, antara lain : foto , sidik jari, ciri-ciri
fisik, dan nama/ alias, dengan data jaringan narkotika yang ada di
database BNNP dan Polri.
b. Analisis data inteligen terkait, jika ada
c. Riwayat keterlibatan pada tindak kriminalitas
d. Telaahan atas Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Tersangka yang terkait
dengan perkara lainnya
e. Telaahan atas penerapan pasal-pasal UU No.35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan SEMA No.4 Tahun 2010 tentang Penempatan
Panyalahguna Narkotika Ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial dan SEJA SE-002/A/JA/02/2013 tentang Penempatan
Korban Penyalahguna Narkotika Ke Lembaga Rehabilitasi Medis dan
Rehabilitasi Sosial.

13
7/28/2020

OPTIMALISASI TAT

TAT yang Optimal dapat dicapai jika :


• Ada evaluasi kinerja aparat penegak hukum
• Diklat terpadu anggota TAT
• Peningkatan fasilitas dan anggaran TAT
• Konsistensi rujukan tersangka/anak untuk dianalisis TAT
sehingga tidak tebang pilih
• Adanya persamaan persepsi dalam pelaksanaan TAT.

OPTIMALISASI PELAKSANAAN TAT :

PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.

14
7/28/2020

Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.

REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR

HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial

1. Masih terdapat pemahaman yang


tidak sama antara para anggota
TAT;
2. Tidak ada anggaran untuk
mengantarkan klien ke tempat
Rehabilitasi pada tahap
pemeriksaan tingkat penyidikan –
persidangan (karena jauh);
3. Keamanan dalam tempat
rehabilitasi;
4. Tidak ada anggaran dalam
pelaksanaan eksekusi dimana
tempat rehabilitasi tidak berada di
dalam kota;
5. Anggota TAT bukan anggota yang
mendapat pelatihan / sosialisasi
tentang pelaksanaan TAT

15
7/28/2020

PEMERIKSAAN PERKARA DI PENGADILAN DENGAN


ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT (APS) PADA PERKARA
TP NARKOTIKA PASAL 127 TUNGGAL :
GUNA MENJALANKAN ASAS PERADILAN YANG SEDERHANA, CEPAT,
DAN BIAYA RINGAN, BEBERAPA APARAT PENEGAK HUKUM SEPERTI
BNN DAN KEJAKSAAN DALAM KEBIJAKANNYA SUDAH
MEMERINTAHKAN JAJARANNYA UNTUK MELIMPAHKAN PERKARA
TP NARKOTIKA DENGAN PASAL TUNGGAL 127 DENGAN ACARA
PEMERIKSAAN SINGKAT.

BAGAIMANAKAH SYARAT-SYARAT ADMINISTRASI DAN SYARAT


MATERIIL YANG LAYAK AGAR SUATU PERKARA PIDANA DAPAT
DILIMPAHKAN DENGAN ACARA PEMERIKSAAN SINGKAT DARI
SUDUT PANDANG MASING-MASING PANAELIS

NO NAMA JABATAN/ INSTANSI KET


1 Faduhusi Zendrato, SH., MH Kepala BNNK Tebing Tinggi Ketua

2 Nurul Mawaddah Arwi, SE Penyidik BNNK Tebing Tinggi Sekretaris


3 dr. Iwan Syahri Putra Dokter Madya RSUD dr. Kumpulan Pane Tebing Tim Medis
Tinggi
4 Halimatus Sakdiyah Lubis, S.Psi Analis Kesehatan RSUD dr Kumpulan Pane Tim Medis
Tebing Tinggi
5 dr. Siti Risky Alqoriah, M.Kes Dokter Klinik Pratama BNNK Tebing Tim Medis
6 Syahril, SH., MH Kasi Pemberantasan BNNK Tebing Tinggi Tim Hukum
7 Cahyadi, SH Kasat ResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
8 MHD Amin KBO SatResNarkoba Polres Tebing Tinggi Tim Hukum
9 Fauzan Azmi, SH Kasi Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tim Hukum
Tebing Tinggi
10 Said Reza Pahlevi , SH Kasubsi Eksekusi dan Eksaminasi pada Seksi Tim Hukum
Tindak Pidana Umum Kejaksaan Negeri Tebing
Tinggi
11 Dhania Nuramita, SH., MH Jaksa Fungsional pada Seksi Tindak Pidana Tim Hukum
Umum Kejaksaan Negeri Tebing Tinggi
12 Ulan Damayanti, SH Pembimbing Kemasyarakatan Pertama Pos Tim Hukum
BAPAS Lembaga Pemasyarakatan Kelas II B
Tebing Tinggi
13 Rino Hutabarat, A.Md.Kom Pengolah Data Intelijen Tebing Tinggi Verifikator

16

Anda mungkin juga menyukai