1
7/28/2020
SIE PEMBERANTASAN
3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI
2
7/28/2020
Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
sebanyak 119.341 orang
Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.
3
7/28/2020
• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.
Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
4
7/28/2020
Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”
Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi
Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman
5
7/28/2020
PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
6
7/28/2020
Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.
7
7/28/2020
TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI
TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.
8
7/28/2020
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.
9
7/28/2020
Kesehatan HUKUM
10
7/28/2020
PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan
DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim
11
7/28/2020
Sekretaris
Anggota Anggota
12
7/28/2020
13
7/28/2020
OPTIMALISASI TAT
PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.
14
7/28/2020
Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.
REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR
HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
15
7/28/2020
16
7/28/2020
1
7/28/2020
SIE PEMBERANTASAN
3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI
2
7/28/2020
Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
sebanyak 119.341 orang
Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.
3
7/28/2020
• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.
Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
4
7/28/2020
Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”
Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi
Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman
5
7/28/2020
PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
6
7/28/2020
Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.
7
7/28/2020
TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI
TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.
8
7/28/2020
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.
9
7/28/2020
Kesehatan HUKUM
10
7/28/2020
PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan
DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim
11
7/28/2020
Sekretaris
Anggota Anggota
12
7/28/2020
13
7/28/2020
OPTIMALISASI TAT
PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.
14
7/28/2020
Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.
REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR
HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
15
7/28/2020
16
7/28/2020
1
7/28/2020
SIE PEMBERANTASAN
3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI
2
7/28/2020
Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
sebanyak 119.341 orang
Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.
3
7/28/2020
• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.
Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
4
7/28/2020
Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”
Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi
Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman
5
7/28/2020
PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
6
7/28/2020
Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.
7
7/28/2020
TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI
TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.
8
7/28/2020
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.
9
7/28/2020
Kesehatan HUKUM
10
7/28/2020
PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan
DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim
11
7/28/2020
Sekretaris
Anggota Anggota
12
7/28/2020
13
7/28/2020
OPTIMALISASI TAT
PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.
14
7/28/2020
Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.
REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR
HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
15
7/28/2020
16
7/28/2020
1
7/28/2020
SIE PEMBERANTASAN
3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI
2
7/28/2020
Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
sebanyak 119.341 orang
Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.
3
7/28/2020
• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.
Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
4
7/28/2020
Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”
Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi
Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman
5
7/28/2020
PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
6
7/28/2020
Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.
7
7/28/2020
TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI
TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.
8
7/28/2020
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.
9
7/28/2020
Kesehatan HUKUM
10
7/28/2020
PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan
DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim
11
7/28/2020
Sekretaris
Anggota Anggota
12
7/28/2020
13
7/28/2020
OPTIMALISASI TAT
PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.
14
7/28/2020
Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.
REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR
HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
15
7/28/2020
16
7/28/2020
1
7/28/2020
SIE PEMBERANTASAN
3. PERKA NO 11 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENANGANAN TERSANGKA DAN/ATAU TERDAKWA PECANDU DAN KORBAN
PENYALAHGUNA NARKOTIKA KEDALAM LEMBAGA REHABILITASI
2
7/28/2020
Berdasarkan data SMS Lap dan SDP Ditjenpas Per 20 Juli 2020;
Jumlah Napi & Tahanan Di Seluruh Indonesia: 241.288 orang.
Jumlah Napi dan Tahanan Narkoba
sebanyak 119.341 orang
Berarti Hampir 50 % dari Napi dan tahanan seluruh Indonesia berlatar belakang
tindak pidana Narkotika.
3
7/28/2020
• Masyarakat takut
melaporkan diri ke
Institusi Penerima
Wajib Lapor (IPWL),
meskipun secara
hukum tidak
dipidana, dan
mendapatkan
perawatan.
Kebijakan Nasional!
Sesuai Dengan Tujuan UU/35 Tahun 2009 Tentang
Narkotika Tercantum Dalam Pasal 4
1. menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan
pelayanan kesehatan dan /atau pengembangan IPTEK;
2. mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa
Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
3. memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor
narkotika;
4. menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan
sosial bagi penyalahguna dan pecandu narkotika.
4
7/28/2020
Pecandu Narkotika
Pasal 1 (13)
“Orang yang menggunakan atau menyalahgunakan
Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada
Narkotika, baik secara fisik maupun psikis”
Ps. 127
(1) Setiap Penyalah Guna :
a. Narkotika golongan I bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 tahun
b. Narkotika golongan II bagi diri sendiri dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 tahun dan
c. Narkotika golongan III bagi diri sendiri dipidana penjara paling lama 1 tahun mencegah, melindungi
dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari penyalahgunaan narkotika;
(2) Dalam memutus perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Hakim wajib memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54, Pasal 55 dan Pasal 103
(3) Dalam hal penyalah guna sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dibuktikan atau terbukti sebagai
korban penyalah guna tersebut wajib menjalani rehabilitasi medis dan rehabilitasi sosial
Ps. 54
Pecandu dan korban penyalah guna narkoba wajib di rehabilitasi
Ps. 103
Hakim dapat memutuskan dan menetapkan pecandu dan korban penyalah guna narkoba
untuk menjalani Pengobatan dan/atau perawatan, masa menjalani pengobatan dan/atau
perawatan diperhitungkan sebagai masa menjalani hukuman
5
7/28/2020
PERATURAN BERSAMA
1. Rapat Koordinasi Pimpinan Mahkumjakpol, Kementerian
Kesehatan dan BNN pada tanggal 24 Juli 2013 Rencana
Program Rehabilitasi bagi Pecandu dan Korban
Penyalahgunaan Narkotika Ke Dalam Lembaga
Rehabilitasi Medis dan Sosial, yang dihadiri oleh Ketua
Mahkamah Agung, Menteri Hukum dan HAM, Menteri
Kesehatan, Jaksa Agung, Kapolri dan Kepala Badan
Narkotika Nasional, yang menghasilkan beberapa
kesepakatan.
2. Rapat Mahkumjakpol, Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial dan Badan Narkotika Nasional
bersepakat untuk membuat Peraturan Bersama untuk
dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan tugas di
lapangan.
6
7/28/2020
Sebelum Peraturan Kepala BNN Nomor 11 Tahun 2014 ini lahir sudah
ada Peraturan Kepala BNN Nomor 2 Tahun 2011 yang mengatur
Penanganan Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan
Narkotika. Meskipun demikian terdapat perbedaan dan paradigma
yang lebih komprehensif dalam penanganannya seperti:
1. Permohonan Asesmen sebelumnya dilakukan oleh keluarga saat
ini permohonan dilakukan oleh Penyidik.
2. Tim Asesmen sebelumnya hanya dari Badan Narkotika Nasional
saat ini menjadi Tim Asesmen Terpadu yang terdiri dari berbagai
instansi terkait sesuai dengan ketentuan Peraturan Bersama
Mahkumjakpol, Kemenkes, Kemensos dan BNN.
3. Pelaksanaan Asesmen terdiri dari Asesmen Medis dan Asesmen
Hukum.
4. Koordinasi Tim Asesmen Terpadu berjenjang dari Badan Narkotika
Nasional, Badan Narkotika Nasional Provinsi dan Badan Narkotika
Nasional Kabupaten/Kota.
5. Anggaran proses Asesmen dan Rehabilitasi yang sedang berjalan
dibebankan pada BNN sedangkan terhadap rehabilitasi yang
sudah mempunyai kekuatan hukum tetap dibebankan pada
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Sosial.
7
7/28/2020
TSK PECANDU DAN KORBAN LAHGUN SELAMA REHAB MEDIS DAN SOS FAKTOR PENGAMANAN MENJADI
TANGGUNG JAWAB LEMBAGA REHAB DAN BERKOORDINASI DGN POLRI
TERHADAP TSK TERTGKP TGN , DLM PROSES UNGKAPNYA MELALUI UNDER COVER BUY (UCB) ,
CONTROLLED DELIVERY (CD) , ANALIS IT DAN PENGEMBGN KSS , TETAP DITERAPKAN PSL 111, 112, 114 DAN
PASAL 132 UU NO 35 THN 2009 TTG NARKOTIKA DAN TSK TDK DPT DITEMPATKANDITEMPAT REHAB.
8
7/28/2020
Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 04 Tahun 2010 tanggal 7 April 2010, tentang
Penempatan Penyalah Guna, Korban Penyalahgunaan dan Pencandu Narkotika ke
dalam Lembaga Rehablitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial jo. Surat Edaran Mahkamah
Agung Nomor 03 tahun 2011 tanggal 29 Juli 2011, tentang penempatan Korban
Penyalahgunaan Narkotika di dalam lembaga rehabilitasi medis dan rehabilitasi
sosial, antara lain sebagai berikut: Kelompok Methamphetamine (shabu) 1 gram,
kelompok MDMA (ekstasi) 2,4 gram = 8 butir, Kelompok Heroin 1,8 gram, Kelompok
Kokain 1,8 gram, Kelompok Ganja 5 gram, Daun Koka 5 gram, Meskalin 5 gram,
Kelompok Psilosybin 3 gram , Kelompok LSD (d-Lysergic acid diesthylamide) 2 gram,
Kelompok PCP (Phencyclidine) 3 gram, Kelompok Fentanil 1 gram, kelompok
Metadon 0,5 gram, Kelompok Morfin 1,8 gram, Kelompok Petidin 0,96 gram,
Kelompok Kodein 72 gram dan Kelompok Bufrenorfin 32 mg.
9
7/28/2020
Kesehatan HUKUM
10
7/28/2020
PERMOHONAN LOKET
PENYIDIK POLRI / BNN SECARA SEKRETARIAT
TERTULIS
TAT
Permohonan tertulis dilampiri BAP TSK dan
Saksi, resume singkat, Hasil test urine dan
surat penangkapan
DITERIMA
REHABILITASI
ASESMEN
diberikan dalam bentuk Surat TAT
Keterangan yang ditandatangani
oleh Ketua Tim
11
7/28/2020
Sekretaris
Anggota Anggota
12
7/28/2020
13
7/28/2020
OPTIMALISASI TAT
PASAL 4
TUJUAN UU NARKOTIKA
a. Menjamin ketersediaan Narkotika untuk
kepentingan pelayanan kesehatan dan/atau
pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi;
b. Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan
bangsa Indonesia dari penyalahgunaan
Narkotika;
c. Memberantas peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika; dan
d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis
dan sosial bagi Penyalah Guna dan Pecandu
Narkotika.
14
7/28/2020
Pengaturan
Rehabilitasi medis dan sosial bagi
Penyalahguna dan Pecandu Narkotika.
REKOMENDASI
KOMPETEN REHABILITASI :
: • PENYALAHGUNA
1.TIM • PENGEDAR
HUKUM
2.TIM MEDIS
Pasal 54 UU 35 TAHUN 2009
Pecandu dan korban penyalahgunaan
Narkotika wajib menjalani rehabilitasi
medis dan rehabilitasi sosial
15
7/28/2020
16