Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN KASUS BLOK ELEKTIF

PENGARUH INSOMNIA DALAM PENYALAHGUNAAN NAPZA

Disusun Oleh:
AIRIZA ASZELEA ATHIRA
1102010011

Kelompok Bidang Kepeminatan Drug Abuse


Tutor: Endah Purnamasari, dr, SpPK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI


2014-2015

Laporan Kasus: Pengaruh Insomnia dalam Penyalahgunaan NAPZA

Abstrak:
Latar Belakang

Berbagai macam alasan seseorang untuk melakukan penyalahgunaan


NAPZA mulai dari dorongan dari diri sendiri untuk mencoba, faktor
lingkungan, dan faktor keluarga. NAPZA dengan golongan antidepresan
sering disalahgunakan

dengan

alasan

sulit tidur dan kemudian

penyalahgunaan ini berakibat ketergantungan.


Laporan Kasus

Nn. K, 38 tahun, dengan riwayat penggunaan NAPZA sejak tahun 1997


dan sedang dalam proses detoksifikasi yang sudah dijalani selama 2
minggu di RSKO Cibubur. Jenis NAPZA yang digunakan yaitu jenis
putaw. Nn. K menggunakan putaw dengan alasan bisa membuatnya tidur.

Diskusi

Banyak pemicu seeorang dalam penyalahgunaan NAPZA. Biasanya alasan


yang digunakan adalah karena seseorang ingin merasa tenang dan
memiliki gangguan tidur sehingga ingin tidur nyenyak. Efek yang timbul
dari penggunaan putaw adalah memberikan rasa tenang dan bisa tidur
karena mekanisme kerja putaw adalah menekan sistem syaraf pusat dan
menurunkan fungsional kerja tubuh.

Kesimpulan

Insomnia bisa menjadi salah satu alasan yang digunakan untuk


mengonsumsi NAPZA, tetapi pada dasarnya insomnia dapat diobati
dengan mengetahui apa faktor yang mendasari insomnia dan melakukan
terapi yang tepat.

Kata Kunci: insomnia, penyalahgunaan NAPZA, putaw

LATAR BELAKANG
Narkoba merupakan zat yang digunakan sebagai obat untuk kepentingan ilmiah
jika dosis yang dipakai sesuai dengan aturan dan pengawasan tenaga medis. Namun, saat
ini banyak orang yang menyalahgunakan obat-obatan tersebut sebagai media penenang
tanpa dosis yang sesuai sehingga menyebabkan ketergantungan.
Pada umumnya alasan anak/remaja menggunakan NAPZA sehingga terlibat
penyalahgunaan hingga ketergantungan NAPZA karena adanya kepercayaan bahwa
NAPZA dapat mengatasi semua persoalan (26,7%), sebagai pernyataan ketidakpuasan
atau

kekecewaan

terhadap

orangtua,

sekolah

atau

keadaan

(44,1%),

untuk

menghilangkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, kemurungan, sukar tidur, dan


kesakitan (88,1%), rasa ingin tahu dan ikut-ikutan (62,7%), untuk memperoleh
kesenangan dan kenikmatan (36,1%), agar dapat diterima oleh teman kelompok sebaya
(17,3%), untuk mennghilangkan rasa rendah diri dan supaya bisa bergaul (34,7%), dan
alasan lainnya. (Hawari, 2006).
Putaw (heroin) adalah zat anti depresan yang berasal dari substansi tanaman
poppy yang diolah menjadi bubuk berwarna putih atau cokelat dan bersifat adiktif
karena zat tersebut sangat cepat diserap otak. Pemakaian putaw dapat mengakibatkan
keguguran, infeksi hati, dan kematian, serta beresiko terinfeksi HIV dan hepatitis
(http://www.nlm.nih.gov/).
Sifat putaw sebagai anti depresan inilah yang menjadi alasan bagi penderita
insomnia untuk mengonsumsi narkoba tersebut. Menurut pengakuan pasien, konsumsi
putaw dapat memberikan efek tenang dan mengantuk.
PRESENTASI KASUS
Nn. K 38 tahun, belum menikah, beragama Islam tinggal di daerah Sumur
Batu Jakarta Pusat sudah 2 minggu berada di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Cibubur. Pendidikan terakhir pasien yaitu SMA tetapi pasien pernah melanjutkan kuliah
di salah satu Universitas Swasta di Jakarta Pusat sampai semester 6 namun tidak
dilanjutkan. Sebelum menjalankan rehabilitasi di Rumah Sakit Ketergantungan Obat
Cibubur, pasien pernah melakukan rehabilitasi di Badan Narkotika Nasional (BNN) dan
di Wisma Adiksi.

Nn. K pertama kali mencoba narkoba jenis putaw pada tahun 1997 saat
masih berada di bangku kuliah. Alasan pasien menggunakan putaw karena keinginan
sendiri tanpa ada paksaan dari teman, tetapi pasien mengaku menderita insomnia dan
dengan menggunakan putaw pasien merasa tubuhnya lebih enak dan pasien bisa tidur
dengan tenang saat malam hari. Pasien pernah mencoba narkoba jenis lain seperti ganja,
ekstasi dan shabu-shabu tetapi ia tidak merasa cocok dengan narkoba jenis tersebut
karena tidak membuat pasien bisa tidur. Nn. K mengaku hanya cocok menggunakan
putaw dan alprazolam. Pasien sudah 2 kali tertangkap polisi saat menggunakan putaw
dan pernah mendekam di Rumah Tahanan Pondok Bambu selama 6 bulan dan 1 tahun 4
bulan. Saat menjadi tahanan di Pondok Bambu pasien melakukan pemeriksaan darah
dan urin, disitu pasien akhirnya mengetahui bahwa ia menderita penyakit HIV dan
Hepatitis C.
Orang tua Nn.K awalnya tidak mengetahui jika anaknya menggunakan
narkoba. Orang tuanya mulai curiga ketika pasien terlihat sering tidur selama dirumah.
Pada tahun 1998 orang tua pasien memaksa pasien untuk melakukan tes urine dan
akhirnya orang tua mengetahui bahwa pasien positif menggunakan narkoba jenis putaw.
Orang tua pasien akhirnya memasukan pasien ke Badan Narkotika Nasional untuk di
rehabilitasi. Setelah bersih dari narkoba dan keluar dari BNN ternyata rasa untuk
menggunakan putaw masih kembali dan akhirnya pasien kembali mengkonsumsi barang
terlarang tersebut dengan alasan ingin merasakan tidur tenang. Pasien akhirnya harus
direhabilitasi kembali di Wisma Adiksi tetapi keluar dari sana pasien masih tetap
menggunakan narkoba sampai akhirnya pasien sadar dan sudah tidak ingin
mengkonsumsi narkoba. Orang tua pasien akhirnya memasukan pasien ke Rumah Sakit
Ketergantungan Obat Cibubur untuk di detoksifikasi dan di rehabilitasi. Setelah
menjalani rehabilitasi di RSKO pasien berencana untuk magang disana. Keluarga pasien
juga mendukung sepenuhnya untuk kebaikan pasien.
DISKUSI
Narkoba (narkotika dan obat/bahan berbahaya) atau NAPZA (Narkotika,
Psikotropika, dan Zat adiktif lain) adalah obat, bahan, atau zat bukan makanan, yang jika
diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan, berpengaruh pada kerja otak.
Narkoba (NAPZA) dapat mengubah perasaan, pikiran, dan perilaku pengguna.
Penyalahgunaan narkoba (NAPZA) adalah penggunaan narkoba bukan untuk tujuan

pengobatan, dalam jumlah berlebih, secara teratur dan berlangsung cukup lama. Narkoba
(NAPZA) dapat menyebabkan rasa ketergantungan akibat dari penggunaan narkoba
yang berat sehingga jika mengurangi atau berhenti menggunakan narkoba akan timbul
gejala putus narkoba (sakau). (Martono, 2006).
Insomnia adalah gangguan tidur berupa kesulitan untuk tidur, sering terbangun di
malam hari, bangun terlalu pagi, dan merasa lelah saat bangun di pagi hari. Insomnia
terbagi atas 2 jenis, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder. Insomnia primer
adalah insomnia yang tidak berhubungan dengan kondisi kesehatan penderita,
sedangkan insomnia sekunder adalah insomnia yang berhubungan dengan kondisi
kesehatan penderita, seperti asma, depresi, kanker, dan mulas. Faktor penyebab
terjadinya insomnia akut ada banyak, contohnya seperti tingkat stress yang signifikan
yang dipicu oleh hilangnya pekerjaan, kematian seseorang yang dicintai, dan perceraian,
atau bisa juga disebabkan karena penyakit yang diderita, adanya ketidaknyamanan fisik
dan emosi. Sedangkan, faktor penyebab insomnia kronik adalah depresi. (Louise, 2014)
Terapi insomnia dapat dilakukan dengan farmakologi dan non-farmakologi,
namun fokus utama untuk mengobati insomnia adalah dengan mengetahui faktor
penyebab yang mendasari seseorang sulit tidur. Identifikasi faktor penyebab insomnia itu
yang kemudian bisa mempermudah menangani insomnia. Terapi farmakologi insomnia
bisa diberikan golongan benzodiazepin dan obat-obat antidepresan. Pengobatan dengan
antidepresan sering diresepkan oleh dokter karena harganya yang relatif murah dan
pemberiannya yang tidak terjadwal. Namun, obat-obatan inilah yang biasanya sering
disalahgunakan bagi beberapa orang. Efek dari penggunaan antidepresan dan
benzodiazepin yang tidak sesuai dengan dosis yang tidak sesuai adalah bisa
menyebabkan ketagihan. Pada penggunaan benzodiazepin dalam dosis tinggi (yang
terutama digunakan untuk mendapatkan daya sedasi), benzodiazepin akan sangat
menekan produksi inhibitor endogen yang ada dalam tubuh. Jika penggunaannya
dihentikan secara mendadak, zat endogen tersebut tidak dapat kembali ke tingkat semula
sebelum ditekan oleh konsumsi benzodiazepin. Akibatnya akan terjadi efek penarikan
atau yang biasa dikenal dengan withdrawal effects. Kadar endogen yang tidak dapat
kembali ke tingkat semula ini akan memperparah keadaan. Akan tetapi penderita akan
kembali merasa nyaman saat kembali menggunakan obat tersebut. Karena merasa
nyaman setelah penggunaan kembali obat inilah yang menyebabkan ketergantungan
psikologis dan fisik terhadap benzodiazepin. Hal ini yang menjadi awal ketergantungan.
Semakin lama dipakai, maka akan terjadi efek kompulsif pada pengguna. Yang lama
5

kelamaan akan menjadi ketergantungan fisik akibat produksi endogen tubuh yang sangat
berkurang karena tertekan oleh penggunaan benzodiazepin. (Sholehah, 2013).
Ketergantungan Nn.K pada NAPZA jenis putaw dan alprazolam yang merupakan
golongan dari benzodiazepin disebabkan oleh penyakit insomnia yang ia derita, akan
tetapi karena tanpa resep dokter dan dosis yang tidak tepat maka menyebabkan
ketergantungan yang mengakibatkan penyalahgunaan. Putaw (heroin) adalah hasil
pengolahan tanaman poppy yang berfungsi sebagai zat anti depresan. Zat ini pada
umumnya digunakan sebagai obat penenang dalam dunia kesehatan. Akan tetapi, seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan, zat ini sering disalahgunakan dalam dosis yang tidak
tepat sebagai jalan pintas untuk mengurangi insomnia.
Selain dengan terapi farmakologis yang akhirnya kadangkala disalahgunakan
penggunaannya dan menyebabkan ketergantungan, insomnia bisa juga diatasi dengan
terapi non-farmakologi. Penanganan terapi non farmakologi terdiri dari cognitive and
behavioral therapy meliputi: sleep hygine, sleep restriction atau pembatasan tidur,
relaxation therapy atau terapi relaksasi dan stimulus control therapy. Sleep hygine
adalah salah satu komponen terapi perilaku untuk insomnia. Beberapa langkah
sederhana dapat diambil untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur pasien.
Langkah langkah ini meliputi: mencuci muka, sikat gigi, buang air kecil sebelum tidur,
tidur sebanyak yang dibutuhkan, berolahraga secara rutin minimal 20 menit sehari,
idealnya 4-5 jam sebelum waktu tidur, hindari memaksa diri untuk tidur, hindari
caffeine, alkohol, dan nikotin 6 jam sebelum tidur , hindari kegiatan lain yang tidak ada
kaitannya dengan tidur. Sleep Restriction ialah terapi dengan membatasi waktu di tempat
tidur hanya untuk tidur sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Terapi ini disebut
pembatasan tidur. Hal ini dicapai dengan rata-rata waktu di tempat tidur dihabiskan
hanya untuk tidur. Pasien dipaksa untuk bangun pada waktu yang ditentukan walaupun
pasien masih merasa mengantuk. Ini mungkin membantu tidur pasien yang lebih baik
pada malam berikutnya karena kurang tidur dari malam sebelumnya. Maka tujuannya
adalah untuk menigkatkan efisiensi tidur sampai setidaknya 85%. Awalnya pasien
disarankan ke tempat tidur hanya pada saat tidur. Kemudian mereka diijinkan untuk
meningkatkan waktu terjaga di tempat tidur 15 20 menit permalam setiap minggu,
Relaxation therapy meliputi relaksasi otot progresif, latihan pernafasan dalam serta
meditasi. Relaksasi otot progresif melatih pasien untuk mengenenali dan mengendalikan
ketegangan dengan melakukan serangkaian latihan , pada latihan perrnafasan dalam
maka pasien diminta untuk menghirup dan menghembuskan nafas dalam perlahan
6

lahan. Stimulus control therapy terdiri dari beberapa langkah sederhana yang dapat
membantu pasien dengan gejala insomnia, dengan pergi ke tempat tidur saat merasa
mengantuk, hindari menonton TV, membaca, makan di tempat tidur. ( Sholehah, 2013)
Pada kasus Nn.K ini sebenarnya bisa diterapkan terapi non-farmakologis untuk
menangani insomnianya daripada ia harus mengonsumsi obat-obat terlarang tanpa
konsultasi dengan dokter.
Dalam Islam Para ulama sepakat haramnya mengkonsumsi narkoba ketika bukan
dalam keadaan darurat. Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Narkoba sama halnya
dengan zat yang memabukkan diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama. Bahkan
setiap zat yang dapat menghilangkan akal, haram untuk dikonsumsi walau tidak
memabukkan
(Majmu Al Fatawa, 34: 204).
Dalil-dalil yang mendukung haramnya narkoba:
Pertama: Allah Taala berfirman,

Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk (QS. Al Arof: 157). Setiap yang khobaits terlarang dengan ayat ini.
Di antara makna khobaits adalah yang memberikan efek negatif.
Kedua: Allah Taala berfirman,

Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan (QS. Al


Baqarah: 195).

Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha


Penyayang kepadamu (QS. An Nisa: 29).

Dua ayat di atas menunjukkan akan haramnya merusak diri sendiri atau membinasakan
diri sendiri. Penyalahgunaan narkoba sudah pasti merusak badan dan akal seseorang.
Sehingga dari ayat inilah kita dapat menyatakan bahwa narkoba itu haram.
Kadang beberapa jenis obat-obatan yang termasuk dalam napza atau narkoba
dibutuhkan bagi orang sakit untuk mengobati luka atau untuk meredam rasa sakit. Ini
adalah keadaan darurat. Dan dalam keadaan tersebut masih dibolehkan mengingat
kaedah yang sering dikemukakan oleh para ulama,


Keadaan darurat membolehkan sesuatu yang terlarang
Imam Nawawi rahimahullah berkata, Seandainya dibutuhkan untuk mengkonsumsi
sebagian narkoba untuk meredam rasa sakit ketika mengamputasi tangan, maka ada dua
pendapat di kalangan Syafiiyah. Yang tepat adalah dibolehkan.

KESIMPULAN
Banyak alasan seseorang dalam melakukan penyalahgunaan NAPZA. Biasanya
dimulai dari keinginan diri sendiri untuk mencoba sesuatu yang baru dan akhirnya
menyebabkan ketergantungan. Namun ternyata gangguan tidur seperti insomnia pun bisa
menjadi alasan seseorang melakukan penyalahgunaan NAPZA terutama jenis
antidepresan yang bisa membuat seseorang merasa tenang dan mengantuk. Insomnia itu
sendiri sebenarnya bisa diterapi dengan tepat apabila kita mengetahui faktor utama yang
mendasari seseorang tersebut terkena insomnia.

SARAN
Penderita insomnia seharusnya tidak melakukan penyalahgunaan NAPZA
dengan alasan ingin bisa tidur. Mereka bisa mengkonsultasikan penyakit mereka pada
tenaga kesehatan agar bisa diterapi dengan tepat.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rumah Sakit Ketergantungan Obat


(RSKO) Cibubur atas kesempatan belajar yang diberikan kepada penulis dan kontribusi
besarnya dalam penyusunan laporan ini, dr. Endah Purnamasari, SpPK, sebagai
pembimbing kelompok Drug Abuse dalam bimbingan penulisan laporan, dr. Nasruddin
Noor, Sp.KJ sebagai pengampu kepeminatan Drug Abuse, dr. Werda Indriati, SpS, atas
panduan penyusunan Case Report, Kepada Koordinator Penyusun dan Pelaksana Blok
Elektif, DR.drh. Hj. Titiek Djannatun, dan dr. Hj.RW.Susilowati,Mkes, dan juga
terimakasih untuk kelompok kepeminatan Drug Abuse dalam kerjasamanya.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2006. Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAZA (Narkotika, Alkohol &


Zat adiktif). Jakarta: BP. FKUI.
Louis R. Chanin, MD on August 21, 2014. The National Sleep Foundation. American
Insomnia

Association.

Di

akses

dari

http://www.webmd.com/sleep-

disorders/guide/insomnia-symptoms-and-causes
Martono. 2006. 16 Modul Latihan Pemulihan Pecandu Narkoba Berbasis Masyarakat.
Jakarta: PT. Penerbitan dan Percetakan Balai Pustaka.
National

Institute

on

Drug

Abuse.

Di

akses

dari

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/heroin.html
Sholehah, RL. 2013. Penanganan Insomnia. Universitas Udaya, Bali
Zainal Abidin bin Asy Syaikh bin Azwin Al Idrisi Asy Syinqithiy, 1432 H, An Nawazil
fil Asyribah. hal. 205-229 ; Dar Kunuz Isybiliya: Abduh Tuasikal, 1433 H,
Narkoba

dalam

Pandangan

Islam.

KSU,

Riyadh,

KSA:

http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/narkoba-dalam-pandangan-islam.html

10

Anda mungkin juga menyukai