Anda di halaman 1dari 22

TERAPI ZIKIR AL-FATIHAH UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF

PECANDU NARKOBA DALAM MASA REHABILITASI

AL-FATIHAH ZIKIR THERAPY TO ENHANCE SUBJECTIVE WELLBEING AMONG


DRUGS ABUSER ON REHABILITATION

Lainatul Mudzkiyyah
H.Fuad Nashori
Rr. Indahria Sulistyarini
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Email: kaklinakarim@gmail.com

ABSTRAK

This Research aimed to find the influence of Al-Fatihah zikir therapy to enhance subjective wellbeing among
drugs abuser on rehabilitation. The subjects of this research were 4 residents with age ranging from 14-20
years old. The experimental design of this research was one group pretest and posttest design,
whichcompare condition before and after treatment. Subjective well being was conducted with SWLS (The
Satisfaction with Life Scale) for life satisfaction aspect from Diener (1993), and PANAS (Positive and
Negative Affect Scale) for affective aspect from Watson (1988). The result showed that al-Fatihah zikir
therapy can enhance subjective well-being among drugs abuser on rehabilitation. This was signaled by
enhancing life satisfaction and positively affect aspects after the treatment. Life satisfaction aspect enhanced
significantly after follow-up (2 weeks), in which it was found that sig. value was 0.033 (p<0.05). Affective
aspect enhanced significantly after follow-up (2 weeks) after the treatment of al-Fatihah zikir therapy, in
which it was found that sig. value was 0.033 (p<0.05).

Key words: Al-Fatihah zikir therapy, Subjective well-being, Life satisfaction, Possitive affect, Negative affect

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi dzkir Al-Fatihah dalam meningkatkan
kesejahteraan subjektif pecandu narkoba yang sedang dalam masa rehabilitasi.Subjek penelitian berjumlah 4
residen yang berusia antara 14-20 tahun. Desain eksperimen dalam penelitian ini adalah one group pretest
and posttest design, yaitu membandingkan keadaan sebelum diberikan perlakuan dengan sesudah diberikan
perlakuan pada satu kelompok yang sama.Kesejahteraan subjektif diukur dengan menggunakan skala SWLS
(The Satisfaction with Life Scale)untuk aspek kepuasan hidup yang diadaptasi dari Diener (1993).Sementara,
untuk aspek afek afektif menggunakan skala PANAS dari Watson (1988).Hasil penelitian menunjukkan terapi
zikir Al-Fatihah dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif pecandu narkoba yang sedang dalam masa
rehabilitasi.Peningkatan tersebut diketahui dari meningkatkan aspek kepuasan hidup, dan afek yang
positif.Aspek kepuasan hidup meningkat secara signifikan setelah dua minggu diberikan terapi zikir al-
Fatihah (follow-up) yang diketahui dari skor sig. 0.033 (p<0.05).Aspek afektif, juga mengalami
peningkatankearah positifsecara signifikan setelah dua minggu diberikan terapi zikir al-Fatihah (follow-up)
yang diketahui dari skor sig. 0.034 (p<0.05).

Kata kunci: Terapi Zikir Al-Fatihah, Kesejahteraan Subjektif, Kepuasan Hidup, Afek Positif, Afek Negatif.

1
Drug Abuse atau penyalahgunaan pengguna narkoba dari usia 10 tahun,
obat-obatan merupakan penyalahgunaan bahkan pengguna ini diketahui meningkat
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan 2,5% (Ian, 2013). Dari persebaran terse-
Bahan / Zat Adiktif lainnya) di luar tujuan but bisa tampak bahwa korban penyalah-
pengobatan yang mengakibatkan keter- gunaan ini semakin merentang begitu
gantungan dan terganggunya kesehatan juga dengan dampak yang ditimbulkan-
fisik, mental, dan kehidupan social nya.
individu (Joewono, 2004). Isu ini menjadi Akibat penyalahgunaan zat, sese-
semakin memprihatinkan mengingat orang mengalami kesulitan melepaskan
angka pengguna meningkat dari tahun ke diri dari zat (Nevid, 2005). Hal ini
tahun (BNN & Pusat Penelitian Kesehatan dikarenakan individu akan mengalami
Universitas Indonesia, 2008). Prevalensi gejala withdrawl syndrome (gejala putus
pengguna narkoba tahun 2008 mencapai zat saat berhenti dari penggunaan zat).
3,1 juta sampai 3,6 juta (1,99%), tahun Selain itu, secara psikologis individu juga
2011 sebanyak 3,7 juta hingga 4,7 juta mengalami rasa panik, cemas, dan kesa-
(2,2%) (Survey nasional Peyalahgunaan kitan. Oleh karena itu, penggunaan zat
Narkoba, 2011). Pada tahun 2013, jumlah menjadi semakin kompulsif untuk mene-
pengguna di Yogyakarta mencapai 87.432 kan rasa sakitnya (Cooper, dalam Durrand
orang, namun dari tahun 2004-2014 & Barlow, 2006).
hanya tercatat 34.467 orang yang meng- Kondisi tidak menyenangkan juga
ikuti rehabilitasi (Syahputra, Sulistyowati dialami oleh penyalahguna zat saat men-
& Saubani, 2014). Distribusi tersebut jalani masa rehabilitasi. Mereka cende-
terhitung mengkhawatirkan, karena pada rung mengalami gejolak emosi atau
tahun 2011 pengguna narkoba mencapai ketidakstabilan emosi akibat putus zat
68.000 orang atau 2,8%. Menurut Budi (abstinen). Dalam temuannya, Pranoto
Harso, Kepala BNN DIY, apabila kasus ini dan Astuti (Rosyidah & Nurdibyanandaru,
tidak ditangani dengan serius, maka pre- 2010) menunjukkan bahwa pengguna zat
valensi pecandu narkoba bisa mencapai dalam masa pemulihan kebanyakan
109.675 orang atau 3,37% di tahun 2015 mengalami perubahan emosional. Selama
(Maharani, 2013). masa rehabilitasi, residen (pecandu narko-
Ditinjau dari segi usia, menurut ba yang sedang mengikuti rehabilitasi)
Anang, kepala Badan Narkotika Nasional mengalami masa-masa yang sulit. Mereka
(BNN), pengguna narkoba berkisar pada tidak mampu menahan perilaku negatif-
usia-usia produktif dari usia 15 tahun nya karena sulit menoleransi perasaan
hingga 65 tahun (Kertopati & Yulika, dengan baik. Kondisi tersebut disebabkan
2014). Namun, pada tahun 2013, Kusman oleh ketergantungannya secara fisik akan
Suryakusumah, Deputi Rehabilitasi Badan zat, penyakit umum yang diderita,
Narkotoka Nasional (BNN) mendapati gangguan suasana hati, frustrasi, kecemas-

2
an, serta perasaan kebosanan. Akibatnya, pada diri sendiri. Perasaan tersebut
secara efektif mereka menghindari keti- dilatarbelakangi oleh peristiwa di masa
daknyamanannya dengan menggunakan lalu yang tidak menyenangkan (seperti
obat-obatan sebagai coping (Leon, 2000). penggunaan obat-obatan, terlibat kasus
Leon (2000) menerangkan bahwa kriminal, serta perilaku seks bebas yang
para residen sering diliputi oleh perasaan- diyakini menjadi sebab tertular virus
perasaan bersalah, baik perasaan bersalah HIV). Penyakit fisik yang diderita oleh
kepada diri, keluarga, masyarakat, komu- residen turut memengaruhi mood residen
nitas, maupun kepada Tuhan. Sebagai sehari-hari.Kesulitan dan kebingungan
coping-nya, mereka cenderung menggu- dalam menyelesaikan emosi cenderung
nakan emosi marah dan permusuhan un- menjadikan residen kembali mengguna-
tuk pertahanan diri dari konfrontasi, keti- kan obat-obatan. Zat tersebut disalah-
daknyamanan, ketakutan, rasa sakit, keke- gunakan untuk mengurangi afek negatif
cewaan, dan kesedihan. Gangguan disfo- yang dirasakan seperti rasa sedih,
ria juga sering terjadi seperti hilangnya kebosanan, perasaan malu. Oleh karena
minat maupun perasaan terhadap situasi itu, afek negatif yang meliputi residen
afektif yang umum yang ditandai dengan menjadi pemicu residen untuk kembali
keluhan-keluhan somatik serta gangguan relapse.
mood. Selain itu, mereka juga mengalami Persoalan-persoalan yang dialami
anhedonia (kehilangan kapasitas untuk residen cenderung membuat residen
menikmati kesenangan). Oleh karena itu, diliputi emosi-emosi negatif dibanding
kecenderungan bunuh diri memiliki rerata positifnya. Penilaian terhadap kehidupan
yang relatif tinggi di kalangan residen. juga cenderung negatif. Kondisi tersebut
Kasus yang terjadi di panti reha- menandakan bahwa kesejahteraan subjek-
bilitasi narkoba PSPP (Panti Sosial tif residen bisa dikatakan rendah. Menurut
Pamardhi Putra) menunjukkan para Diener dan Lucas (Eid & Larsen, 2008),
residen cenderung mengalami gangguan individu yang memiliki tingkat kesejah-
suasana hati yang buruk, depresif, sedikit teraan subjektif yang tinggi akan menun-
minat untuk beraktivitas secara fisik, jukkan perasaan yang sangat bahagia,
banyak berdiam diri di kamar, serta sangat puas dengan hidup, dan punya
memiliki kecenderungan tidur sepanjang pengalaman kecemasan yang rendah.
hari. Afek residen juga lebih sering Sementara itu, Huppert (2006) juga men-
terlihat datar. Beberapa residen pernah jelaskan bahwa kebahagiaan dipahami
melakukan percobaan untuk bunuh diri sebagai suatu keadaan bahwa seseorang
karena merasa putus asa dengan kehi- terhindar dari penderitaan dan gangguan
dupan yang dijalaninya. Selain itu, mental, seperti kecemasan dan depresi.
mereka juga sering merasa dikejar akan Seseorang dikatakan mempunyai kesejah-
perasaan bersalah, terutama bersalah teraan subjektif yang tinggi jika orang

3
tersebut merasakan kepuasan dalam hagiaan. Tingginya tingkat kebahagiaan
hidup, sering merasakan afek positif dan juga turut memengaruhi intensi yang ting-
jarang merasakan afek negatif. Individu gi untuk berhenti melakukan penyalah-
yang memiliki afek positif cenderung gunaan narkoba. Dengan demikian, pene-
merasa bersemangat, aktif, dan waspada litian dengan pendekatan keagamaan
karena ditandai dengan adanya energi penting dilakukan untuk meningkatkan
yang tinggi, konsentrasi penuh, dan kesejahteraan subjektif (kebahagian) pada
kenyamanan dan tidak disertai oleh pecandu yang sedang mengikuti masa
kesedihan dan keletihan (Baumgardner & rehabilitasi.
Chrothers, 2010). Selama masa rehabilitasi, para
Kiaei dan Abolghasemi (2014) pecandu mendapatkan intervensi yang
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa berbasis komunitas dengan menggunakan
terdapat hubungan negatif antara kualitas pendekatan psikososial yang dikenal
hidup, kebahagiaan, dan efikasi diri dengan TC atau therapeutic community.
terhadap craving zat pada pengguna. Tahapan yang dilakukan dalam intervensi
Artinya, semakin tinggi kualitas hidup, ini ialah detoksifikasi, habilitasi, dan
kebahagiaan, dan efikasi diri pengguna rehabilitasi. Dalam pelaksanaannya taha-
zat maka semakin rendah individu pan-tahapan terapi tersebut menitikberat-
merasakan craving zat. Temuan tersebut kan pada pendekatan perilaku bagaimana
menunjukkan bahwa secara tidak lang- residen mampu hidup adaptif di masya-
sung tingginya kebahagiaan hidup rakat dan bebas dengan zat. Sementara,
seseorang memberikan pengaruh terha- khasanah perkembangan psikologis resi-
dap pecandu untuk tidak kembali relapse. den serta coping emosi residen belum
Selain itu, menurut hasil surve, individu mendapatkan penanganan yang maksimal
yang beragama lebih sedikit mengkon- untuk mengatasi afek negatif dan pening-
sumsi alkohol dan menunjukkan kebaha- katan kepuasan hidupnya. Selain itu,
giaan yang lebih tinggi dibandingkan terapi psikologi dengan kekhasan spiritual
dengan individu yang tidak beragama keagamaan yang berbasis Islam juga
atau atheis (Massin & Kopp, 2010). belum pernah diberikan. Oleh karena itu,
Handoyo dan Rusli (2008) juga mema- intervensi psikologi dengan basis sipiritual
parkan bahwa seorang penyalahguna keagamaan Islam perlu dilakukan sebagai
yang memiliki komitmen beragama yang penguat sumberdaya internal residen
tinggi akan memiliki determinan intensi sebagai coping untuk mengatasi permasa-
yang tinggi pula untuk berhenti menya- lahannya.
lahgunakan narkoba setelah ia berhenti Intervensi psikologis ini dirancang
menjalani program rehabilitasi. sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
Dapat digarisbawahi bahwa agama berdasarkan kekhasan individu, yaitu nilai
memberikan dampak positif pada keba- keagamaan Islam. Bagi umat Islam, salah

4
satu keimanan yang penting adalah perca- serta meningkatkan kesejahteraan sub-
ya pada wahyu Allah sebagai sumber jektif (Wahyunita, 2013).
pengetahuan yang sempurna (Hasan, Berbeda dengan bacaan zikir yang
2006). Individu yang memiliki keyakinan lain, dalam intervensi ini zikir diambil
agama yang kuat akan menunjukkan dari salah satu surat yang paling masyhur
kepuasan hidup, kebahagiaan personal dalam al Qur’an, yaitu surat al-Fatihah.
yang lebih besar, dan terkena dampak Surat al-Fatihah dipilih dalam bacaan zikir
yang lebih kecil dari kejadian traumatik karena di dalam surat al-Fatihah terkan-
dibandingkan dengan orang-orang yang dung doa yang lengkap, mantera, serta
tidak mau terlibat dengan agama (Taylor, obat (penyembuh) (Shihab, 2005). Surat
1995). Agama memiliki peranan penting al-Fatihah juga merupakan pembuka dari
dalam mengelola stres, agama dapat setiap kebaikan, asas dari segala yang
memberikan individu pengarahan atau ma’ruf, surat yang dibaca berulang-ulang
bimbingan, dukungan, dan harapan, dalam shalat, serta perbendaharaan ayat-
seperti halnya pada dukungan emosi nya menyangkut segala sesuatu. al-
(Pargament, dalam Utami, 2012). Fatihah menyembuhkan segala macam
Agama Islam mengajarkan kepada penyakit, mencukupi manusia dalam
pemeluknya bermacam-macam ritual un- mengatasi keresahan, melindungi dari
tuk kebahagiaan hidup umatnya. Menurut segala keburukan, dan menjadi mantera
agama Islam, zikir merupakan salah satu dalam menghadapi kesulitan (Shihab,
ritual yang memiliki unsur terapeutik 2005). Surat ini menetapkan pujian segala
(Sangkan, 2002).Efek yang didapatkan sifat kesempurnaan, pangagungan kesyu-
dari berzikir yaitu dapat melenyapkan kuran kepada Allah, pemberi nikmat, dan
kegelisahan, keresahan dan kecemasan menjadi inti dari do’a yang di dalamnya
dalam hati. Menurut Firman Allah SWT dimohonkan pertolongan, dan nikmat
dalam surat Ar-Ra’d ayat 28 “… (yaitu) untuk menempuh jalan yang lurus dan
orang-orang yang telah beriman dan hati terhindar dari jalan orang yang binasa
mereka menjadi tentram dengan (Shihab, 2005).
mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan Surat Al-Fatihah juga di pilih berda-
mengingat Allah hati menjadi tentram” sarkan kebesaran keutamaannya yang
(Adz-Dzakiy, 2008). Manifestasi zikir tidak terdapat pada surat lain, maupun
secara emosional dapat memunculkan bacaan-bacaan yang lain. Selain itu,
emosi-emosi positif, seperti perasaan terdapat keunikan yang hanya ada pada
cinta, bahagia, dan nikmat (Subandi, suratal-Fatihah. Setiap ayat suratal-Fatihah
2009); memberikan ketenangan, ketentra- yang dibaca akan di jawab langsung oleh
man, tidak cemas, stres, dan depresi (a Allah. Oleh karena itu, terdapat dialog
state of well being) (Haryanto, 2002); langsung dari hamba dan Tuhan (Allah)
(Makhdlori, 2008). Dalam kondisi

5
kepasrahan yang total, maka suratal- perlakuan dibandingkan sebelum diberi-
Fatihah ini dapat digunakan sebagai zikir, kan perlakuan terapi zikir Al-Fatihah. 3)
dan pembuka dari segala sesuatu yang Ada peningkatan afek yang lebih positif
masih tertutup, dan menghilangkan kesu- pada pecandu narkoba yang sedang
litan. Penelitian sebelumnya menunjuk- dalam masa rehabilitasi dari sebelum
kan bahwa secara signifikan membaca diberikan perlakuan dibandingkan dengan
suratal-Fatihah dengan metode reflekstif setelah diberikan perlakuan terapi zikir
intuitif dapat menurunkan stres dan dapat Al-Fatihah.
meningkatkan imunitas (Yulianto, 2013).
Selain itu, terapi refleksi Al-Fatihah (ART) METODE PENELITIAN
juga dapat menjadi intervensi tunggal
bagi klien muslim (Purwoko, 2013). Desain Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, Pendekatan yang digunakan dalam
maka penelliti ingin mengetahui penga- rancangan penelitian ialah pendekatan
ruh terapi zikir Al-Fatihah dalam mening- eksperimen dengan desain one group
katkan kesejahteraan subjektif pada pe- pretest and posttest design (Sugiyono,
candu narkoba dalam masa rehabili-tasi. 2013). Rancangan ini digunakan untuk
Hipotesis dari penelitian ini adalah 1) mengetahui suatu pengaruh intervensi
Terapi zikir Al-Fatihah dapat mening- yang hasilnya diperoleh dengan memban-
katkan kesejahteraan subjektif pecandu dingkan keadaan sebelum diberikan per-
narkoba dalam masa rehabilitasi. 2) Ada lakuan (prates) dengan sesudah diberikan
peningkatan kepuasan hidup pada perlakuan (pascates). Rancangan peneli-
pecandu narkoba yang sedang dalam tian ini dapat dilihat sebagaimana berikut!
masa rehabilitasi setelah diberikan

Tabel 1. Tabel Rancangan penelitian


Prates Perlakuan Pascates Tindak lanjut
O1 X O2 O3

Keterangan:
O1 : Pengukuran kesejahteraan subjektif sebelum diberikan perlakuan (prates).
O2 : Pengukuran kesejahteraan subjektif setelah diberikan perlakuan (pascates).
O3 : Pengukuran kesejahteraan subjektif pada masa tindak lanjut.
X : Perlakuan terapi zikir al-Fatihah.

Subjek Penelitian 2 perempuan), dengan karakteristik (1)


Subjek yang terlibat dalam peneli- subjek berusia remaja 14 tahun – 20
tian ini berjumlah 4 orang (2 laki-laki, dan tahun, (2) tidak sedang mengalami

6
gangguan mental berat (psikosis), (3) lima aitem pernyataan yang mengandung
beragama Islam, (4) sedang mengikuti tujuh pilihan jawaban, yaitu “sangat tidak
program rehabilitasi, dan (5) masuk dalam setuju”, “tidak setuju”, “agak setuju”,
kategori subjek dengan kesejahteraan “ragu-ragu”, “agak setuju”, “setuju”,
subjektif rendah hingga sedang, diketahui sangat setuju”. Skor untuk masing-masing
dari skor SWLS (sangat tidak puas hingga jawaban adalah 1 (sangat tidak setuju), 2
sedikit tidak puas), dan skala skor PANAS (tidak setuju), 3 (agak setuju), 4 (ragu-
menunjukkan skor afek negatif yang lebih ragu), 5 (agak setuju), 6 (setuju), 7 (sangat
tinggi dibanding afek positif. setuju). Lima penyataan tersebut mengu-
Awal dari terapi zikir al-Fatihah kur pandangan kognitif individu terhadap
diikuti oleh lima peserta, namun pada kehidupan yang tengah dijalani. Skor total
pertemuan ketiga salah satu peserta tidak diperoleh dengan menjumlahkan skor
dapat mengikuti sesi terapi, sehingga pada lima aitem yang akan menghasilkan
peserta tersebut dinyatakan gugur.Peserta skor antara 5-35. Interpretasi skor The
yang tersisa yaitu dua laki-laki, dan dua Satisfaction with life Scale (SWLS) adalah
perempuan. 5-9 (sangat tidak puas), 10-14 (tidak puas),
15-19 (sedikit tidak puas), 20 (netral), 21-
Metode Pengumpulan Data 25 (cukup puas), 26-30 (cukup puas), 26-
Metode pengumpulan data yang 30 (puas), dan 31-35 (sangat puas).
digunakan dalam penelitian ini adalah Pengukuran kedua terkait dengan
skala, wawancara, dan observasi. Skala kesejahteraan subjektif adalah pengukur-
yang digunakan untuk mengukur kese- an pada emosi positif (positive affect) dan
jahteraan subjektif pada subjek penelitian emosi negatif (negative affect) melalui
adalah The Satisfaction with LifeScale Positive Affect Negative Affect Schedulle
(SWLS) yang diadaptasi dari Diener dkk (PANAS) yang dikembangkan oleh
(1993) untuk dimensi kepuasan hidup dan Watson dkk (1988). PANAS banyak digu-
skala Positive Affect Negative Affect nakan juga dalam pengukuran kesejah-
Schedule (PANAS) yang diadaptasi dari teraan subjektif (Gallagher dkk, 2008).
Watson dkk (1988) untuk mengukur Alat ukur ini mengungkapkan derajat afek
dimensi afek positif dan afek negatif. positif dan afek negatif yang dimiliki oleh
Skala kepuasan hidup diadaptasi dari The individu. Alat ukur ini terdiri atas 20
Satisfaction with life Scale (SWLS) dari aitem, yaitu 10 item mengukur kadar afek
Diener dkk dengan koefisien reliabilitas positif dan 10 aitem mengukur kadar afek
0,87. Skala ini juga digunakan dalam negatif. Koefisien reliabilitas dari afek
penelitian di Indonesia oleh Wibisono positif adalah 0,86, dan koefisien dari
(2010) dengan koefisien reliabilitas alpha afek negatif adalah 0,87. Di Indonesia
sebesar 0,70. Pengukuran kesejahteraan skala ini digunakan oleh Zuhdiyati (2010)
subjektif melaui SWLS ini menggunakan di mana koefisien alpha sebesar 0,73

7
untuk afek positif dan 0,83 pada afek Intervensi
negatif. Oleh karena itu, setiap aitem Prosedur penelitian eksperimen ini
dalam skala tersebut layak digunakan terbagi: (1) persiapan penelitian, yang
sebagai alat ukur. Skor total pada skala meliputi (a) analisis kebutuhan melalui
yang digunakan adalah dengan cara asesmen kepada residen, dan konselor
menjumlahkan skor pada semua aitem. adiksi, (b) penyusunan modul intervensi,
Perbedaan antara skor total pada afek (c) menyiapkan alat dan materi, (d) seleksi
positif dan subtotal pada afek negatif terapis, ko-terapis, observer, (e) membe-
dihitung untuk mendapatkan skor afek rikan pembekalan pelatihan terapi zikir al-
yang seimbang. Fatihah kepada terapis, ko-terapis, dan
Selain pemberian skala, dilakukan observer, (f) seleksi peserta pelatihan. (2)
juga wawancara dan observasi. Wawan- pengukuran awal (prates), (3) pelaksanaan
cara dilakukan untuk mendapatkan data intervensi, (4) pengukuran akhir (pasca-
secara kualitatif. Wawancara dilakukan tes), serta (5) pengukuran tindak lanjut.
kepada subjek penelitian, dan konselor Modul intervensi terapi zikir al-
subjek.Wawancara dilakukan di awal Fatihah mengacu pada konsep psikoterapi
penelitian sebelum subjek mendapatkan Islam dengan pendekatan psikologi
terapi, di tengah-tengah penelitian (sela- Islami. Modul terapi zikir al-Fatihah ini
ma mendapatkan terapi), dan di akhir disusun sendiri oleh peneliti dengan
penelitian (setelah mendapatkan terapi), landasan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai
dan pada saat follow-up (tindak lanjut). pedoman atau sumber paling benar, suci,
Observasi dilakukan melalui penga- dan lengkap untuk menyelesaikan masa-
matan terhadap subjek baik sebelum lah. Peneliti menggunakan ritual ibadah
diberikan terapi, pada saat pelaksanaan agama Islam seperti zikrullah, dan bacaan
terapi, dan setelah diberikan terapi. al-Qur’an (khusus pada surat al-Fatihah)
Sasaran observasi adalah kondisi harian sebagai metode untuk penyucian diri,
subjek berupa afek harian, ekspresi, dan pelepasan diri dari bekasan-bekasan dosa
perilaku. Beberapa aspek yang diperhati- dan kedurhakaan serta pengaruh-penga-
kan sesi terapi adalah partisipasi subjek, ruh negatif-negatif lainnya.
keaktifan subjek, kesungguhan subjek Ayat surat al-Fatihah digunakan se-
dalam mengerjakan tugas, dan perhatian bagai terapi dengan metode zikir sebagai
subjek terhadap materi yang disampaikan. implementasinya. Di dalam pelaksana-
Sebagai tambahan, pengambilan annya, materi intervensi didahului psiko-
data dilakukan dengan lembar evaluasi edukasi, praktik yang dipandu terapis,
pelaksanaan intervensi. Lembar evaluasi sharing, hingga praktik mandiri, serta eva-
diberikan kepada subjek setelah selesai luasi. Jumlah pertemuan dalam intervensi
membahas seluruh topik proses terapi. ini dilakukan sebanyak tiga kali. Lafadz
zikir yang digunakan, yaitu lafadz Allah,

8
Astaghfirullahal a’dziim, dan ayat-ayat pelaksanaan yang harus disesuaikan
surat al-Fatihah (Bismiillahirrahmanir- dengan jumlah subjek penelitian.
rahiim, Alhamdulillahirabbil alamin, Sebelum digunakan dalam pene-
Arrahmanirrahiim, Maliki yaumiddin, litian, terlebih dahulu modul diujicoba-
Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in, kan kepada dua residen yang memiliki
Ihdinasshiraathal mustaqim, Shiraathal- kemiripan karakteristik dengan subjek
ladziina an’amta alaihim, Ghoiril penelitian.Uji coba modul dilaksanakan
maghdlubi alaihim, waladholliin), dalam dua kali pertemuan. Berdasarkan
Aamiin. uji coba tersebut, subjek mengungkapkan
Sebelum digunakan sebagai inter- dirinya telah mendapatkan banyak
vensi penelitian, terlebih dahulu modul manfaat dari terapi tersebut. Subjek dapat
ini dikonsultasikan kepada pembimbing memahami materi yang disampaikan
penelitian serta professional judgement terkait suratal-Fatihah yang digunakan
dari praktisi dan akademisi yang berkon- sebagai terapi. Selain itu, subjek juga
sentrasi di bidang Psikologi Klinis serta tidak merasa kesulitan dalam memprak-
mendalami Psikologi Islami. Secara kon- tikkan zikir al-Fatihah dalam kehidupan
ten, modul terapi ini tidak perlu dilakukan sehari-hari, sehingga modul tersebut
perubahan, kecuali hanya setting dari dapat digunakan sebagai intervensi dalam
penelitian.

9
Tabel 2. Rancangan Sesi Modul Terapi Zikir Al-Fatihah
Pertemuan Sesi Acara
1 I Opening (Building Rapport, doa, penjelasan tujuan, informed
consent)
II Psikoedukasi tentang terapi zikir Al-fatihah (overview singkat)
III Sharing pengalaman (pengalaman terburuk & pengalaman
terindah)
IV Mengambil Hikmah
Praktek mandiri
2 I Review pertemuan sebelumnya
II Pemaknaan terapi zikir Al-fatihah
Ayat I – 7
“Bismillahirrahmanirrahim”
“Alhamdulillahirabbil ‘alamiin”
“Arrahmaanirrahiim”
“Maaliki Yaumiddiin”
“ Iyyaka na’budu waiyyaaka nasta’iin”
“Ihdinasshiraatal mustaqiim”
“shiraatalladziina an’amta ‘alaihim-Ghoiril maghdluubi ‘alaihim-
waladdhaallin” “aamiin”
III Praktik berzikir ayat I - VII
IV Mengambil hikmah
V “Praktek mandiri”
3 I Review dari pertemuan sebelumnya
II Praktik zikir al-fatihah
III Pengambilan hikmah
IV Evaluasi keseluruhan
V Closing

Intervensi yang dilaksanakan dalam setelah intervensi dilakukan pengambilan


penelitian ini sudah sesuai dengan data pascates. Kemudian, tindak lanjut
prosedur rancangan modul penelitian. dilaksanakan 2 minggu setelah pemberian
Dalam pelaksanaannya tidak ada perlakuan.
perubahan yang berarti kecuali waktu
pelaksaan yang mundur dari jam yang Teknik Analisis Data
sudah ditetapkan. Intervensi dilaksanakan Analisis data kuantitatif yang
sebanyak tiga kali pertemuan. Segera digunakan dalam penelitian ini adalah uji

10
statistik non parametrik, dengan teknik Kaidah normalitas yang digunakan adalah
Wilcoxon test. p > 0.05, maka sebaran data normal. Jika
p < 0.05, sebaran data dikatakan tidak
HASIL PENELITIAN normal. Uji normalitas dilakukan pada
skala kesejahteraan subjektif dengan
Hasil Uji Asumsi menggunakan teknik Shapiro-wilk karena
Uji asumsi yang dilakukan dalam jumlah subjeknya sedikit. Hasil uji
penelitian ini adalah uji normalitas. Uji normalitas bisa dilihat pada tabel
normalitas bertujuan untuk melihat sebagaimana berikut:
normal tidaknya sebaran data penelitian.

Tabel 3. Hasil Uji Normalitas pada skala kesejahteraan subjektif


Prates Pascates Tindak Lanjut
SWLS PANAS SWLS PANAS SWLS PANAS
S-W 0.865 0.998 0.887 0.781 0.990 0.941
P > 0.05 0.279 0.995 0.369 0.072 0.957 0.660
Satus Normal Normal Normal Normal Normal Normal
sebaran
Keterangan:
S-W : Shapiro-Wilks

Hasil uji normalitas masing-masing kesejahteraan subjektif pada pecandu


aspek pada skala kesejahteraan subjektif narkoba yang sedang dalam masa
pada subjek penelitian saat prates, rehabilitasi sebelum dan sesudah
pascates, dan tindak lanjut dinyatakan diberikan terapi zikir Al-Fatihah.
dalam sebaran yang normal. Hal tersebut Kesejahteraan subjektif pecandu narkoba
bisa dilihat pada besarnya signifikansi di meningkat setelah mendapatkan terapi
atas 0,05 atau p > 0,05. zikir Al-Fatihah dibandingkan sebelum
mendapatkan terapi zikir Al-Fatihah.
Hasil Uji Hipotesis Hasil dari uji hipotesis mengenai
Uji coba hipotesis pada penelitian pengaruh terapi zikir Al-Fatihah terhadap
ini menggunakan teknik statistic kesejahteraan subjektif pecandu dalam
Wilcoxon. Hipotesis yang diajukan dalam masa rehabilitasi dapat dilihat pada
penelitian ini adalah ada perbedaan analisis Wilcoxon sebagaimana berikut:

11
Tabel 4. Uji Hipotesis dengan Wilcoxon
Aspek Pengukuran Mean Uji Hipotesis
Z Sig.
Kepuasan Prates – Pascates 12.25 -1.826 0.034
hidup 25.25
Prates – Tindak lanjut 12.25 -1.841 0.033
28.00
Afekif Prates – Pascates -6.50 -1.841 0.033
16.75
Prates – Tindak lanjut -6.50 -1.826 0.034
16.00

Berdasarkan tabel di atas dapat -1.841 dengan p = 0.033 (p < 0.05).


diketahui kondisi kesejahteraan subjektif Artinya, perubahan (peningkatan) skor
peserta terapi beradasarkan perubahan kepuasan hidup dari sebelum perlakuan
masing-masing aspek dari kesejahteraan dan masa tindak lanjut menunjukkan
subjektif.Aspek kepuasan hidup peserta perubahan yang signifikan.
terapi dari sebelum diberikan perlakuan Pada aspek afektif, afek peserta
dan setelah diberikan perlakuan menun- menunjukkan adanya perubahan pening-
jukkan adanya perubahan. Perubahan katan dari sebelum diberikan perlakuan
tersebut tampak dari skor z = -1.826 dengan setelah diberikan perlakuan. Hal
dengan signifikansi p = 0.034 (p < ini diketahui dari skor mean sebelum
0.05). Artinya, aspek kepuasan hidup me- diberikan perlakuan sebesar -6.50 kemu-
nunjukkan perbedaan yang signifikan dari dian setelah diberikan perlakuan sebesar
sebelum diberikan perlakuan dan setelah 16.75. Tingkat signifikasi dari perubahan
diberikan perlakuan. Kepuasan hidup pe- ini bisa dilihat dari skor z = -1.841
serta menunjukkan peningkatan dari sebe- dengan p = 0.33 (p < 0.05). Artinya,
lum diberikan perlakuan dengan setelah Ada perubahan peningkatan afek secara
diberikan perlakuan. Peningkatan ini signifikan sebelum diberikan perlakuan
dapat dilihat dari skor mean yang sebe- dan sesudah diberikan perlakuan. Pada
lumnya adalah 12.25 kemudian menjadi masa tindak lanjut, skor mean pada aspek
25.25 setelah diberikan perlakuan. Kemu- afektif juga mengalami peningkatan yaitu
dian pada masa tindak lanjut, kepuasan 16.00 dibandingkan dengan sebelum
hidup peserta juga menunjukkan pening- perlakuan. Tingkat signifikansi afek positif
katan. Peningkatan ini bisa dilihat dari pada masa tindak lanjut bisa dilihat dari
skor mean menjadi 28.00. Peningkatan skor z = -1.826 dan p = 0.034 (p <
kepuasan hidup dari sebelum perlakuan 0.05). Artinya, terdapat peningkatan afek
dan masa tindak lanjut memiliki skor z =

12
yang signifikan dari sebelum diberikan zikir al-Fatihah. Peningkatan kesejahtera-
perlakuan dengan masa tindak lanjut. an subjektif bisa dilihat dari peningkatan
Berdasarkan penjelasan uji hipotesis rerata skor dari masing-masing aspek
di atas, dapat disimpulkan bahwa ada kesejahteraan subjektif pecandu narkoba.
perubahan pada aspek-aspek kesejah- Dengan demikian, hipotesis penelitian
teraan subjektif berupa meningkatnya yang berbunyi terapi zikir al-Fatihah dapat
kepuasan hidup, dan afek yang lebih meningkatkan kesejahteraan subjektif
positif dari sebelum perlakuan dan setelah pecandu narkoba yang sedang mengikuti
perlakuan. Begitu juga, pada masa tindak rehabilitasi, dapat diterima.
lanjut aspek-aspek tersebut juga menun- Beradasrkan uji hipotesis dengan
jukkan perubahan dibandingkan dari se- menggunakan Wilcoxon, hasil dari
belum diberikan perlakuan. Oleh karena peningkatan masing-masing aspek dapat
itu, perubahan tersebut menunjukkan diketahui sebagaimana berikut. Rerata
bahwa ada perbedaan kesejahteraan kepuasan hidup meningkat dari 12.25
subjektif pecandu narkoba yang sedang (sebelum perlakuan) menjadi 25.25
mengikuti rehabilitasi setelah diberikan (setelah perlakuan). Peningkatan tersebut
terapi zikir Al-Fatihah. Kesejahteraan menunjukkan signifikasi sebesar p =
subjektif pecandu narkoba menunjukkan 0.034 (p<0.05). Artinya, kepuasan hidup
peningkatan setelah diberikan terapi zikir pecandu narkoba menunjukkan pening-
al-Fatihah. Begitu juga, pada saat masa katan yang signifikan setelah diberikan
tindak lanjut, kesejahteraan subjektif juga terapi zikir al-Fatihah. Begitu juga, setelah
menunjukkan peningkatan dibandingkan masa tindak lanjut, kepuasan hidup
pada saat sebelum diberikan terapi zikir pecandu narkoba yang mengikuti rehabili-
al-Fatihah. tasi juga menunjukkan peningkatan rerata
menjadi 28.00 (tindak lanjut) dibanding
PEMBAHASAN saat sebelum mendapatkan perlakuan.
Penelitan ini bertujuan untuk Taraf signifikansi dari peningkatan tindak
mengetahui pengaruh terapi zikir al- lanjut dengan sebelum perlakuan adalah
Fatihah terhadap kesejahteraan subjektif p = 0.033 (p<0.05). Artinya, kepuasan
pecandu narkoba yang sedang dalam hidup pecandu narkoba yang sedang
masa rehabilitasi.Hasil penelitian ini mengikuti rehabilitasi meningkat secara
menunjukkan bahwa ada pengaruh terapi signifikan pada masa tindak lanjut
zikir al-Fatihah terhadap kesejahteraan dibandingkan dengan sebelum diberikan
subjektif pecandu narkoba yang sedang terapi zikir al-Fatihah.
dalam masa rehabilitasi. Kesejahteraan Aspek afektif pada pecandu narko-
subjektif pecandu narkoba yang sedang ba setelah mendapatkan perlakuan juga
mengikuti rehabilitasi dapat meningkat meningkat dibandingkan dengan sebelum
setelah mendapatkan perlakuan terapi diberikan perlakuan. Skor rerata domain

13
afektif sebelum diberikan perlakuan, yaitu learning approach) menyatakan bahwa
-6.50 kemudian meningkat menjadi 16.75 proses yang paling dasar dalam pengu-
setelah perlakuan, dengan taraf signifi- bahan sikap manusia adalah atensi,
kansi p = 0.033 (p<0.05). Artinya, pemahaman, penerimaan, dan retensi
domain afektif pecandu narkoba mening- (Azwar, 2007). Kesemuanya merupakan
kat secara signifikan setelah diberikan proses perantara internal yang dipenga-
terapi zikir Al-Fatihah. Begitu juga pada ruhi oleh karakteristik sumber pesan
saat masa tindak lanjut, rerata skor afek (terapis), pesan itu sendiri (materi), subjek
positif menunjukkan peningkatan diban- penelitian (target dari perilaku yang ingin
dingkan saat sebelum diberikan perlakuan diubah), metode penyampaian, dan
yaitu -6.50 (sebelum perlakuan), menjadi monitoring yang membantu mempermu-
16.00 (tindak lanjut). Peningkatan terse- dah subjek dalam mengaplikasikan materi
but memiliki taraf signifikansi p = 0.033 dalam kegiatan sehari-hari. Grieshaber
(p<0.05). Artinya, peningkatan tersebut (Umniyah & Afiatin, 2009) menyebutkan
dapat dikatakan signifikan. bahwa modul, trainer, partisipan dan
Secara kualitatif, subjek penelitian fasilitas juga merupakan faktor yang
juga menunjukkan adanya perubahan memengaruhi keberhasilan pelatihan,
yang dirasakan baik secara kognitif dimana dalam penelitian ini mengguna-
maupun emosi. Secara kognitif, subjek kan setting terapi.
menjadi lebih bermakna hidupnya, men- Keempat subjek penelitian menun-
jadi mengerti akan tujuan hidup, akan jukkan peningkatan yang beragam terha-
mengisi kehidupan dengan hal-hal yang dap masing-masing aspek kesejahteraan
positif, menjadi mengerti bagaimana me- subjektifnya.Keberhasilan yang dialami
nyelesaikan masalah tidak dengan keke- masing-masing subjek bisa dikatakan
rasan, serta dapat berfikir lebih positif. cukup bervariasi. Menurut Cohen dan
Secara emosi, subjek menjadi lebih Milgram (Sukmana, 2003), manusia
tenang, dapat mengontrol emosi, merasa mempunyai kemampuan yang terbatas
diperhatikan Allah, merasa lebih dekat dalam memproses berbagai informasi
dengan Allah, merasa ingin meningkatkan yang berasal dari lingkungan. Para subjek
spiritual, serta keinginan untuk menja- penelitian tentu saja memiliki kemam-
lankan shalat menjadi lebih tinggi. Secara puan yang beragam dalam menerima
aplikasi, subjek juga menjadi lebih ringan materi.Ada yang dapat menerima secara
dalam menjalankan shalat lima waktu. utuh, dan ada yang sebagian. Perhatian
Perubahan peningkatan kesejahtera- individu terhadap rangsang tidak bersifat
an subjektif pada subjek penelitian konstan dan mungkin selama beberapa
disebabkan adanya proses pembelajaran waktu hilang (Cohen, dalam Sukmana,
yang didapatkan selama mengikuti terapi. 2003).
Pendekatan belajar-pesan (message-

14
Variasi peningkatan kesejahteraan domain afektif, subjek 3 menunjukkan
subjektif terjadi pada keempat subjek. adanya peningkatan afek setelah dibe-
Subjek 1 (IV) yang menunjukkan skor rikan terapi zikir al-Fatihah, dan semakin
yang semakin meningkat pada pascates, meningkat pada masa tindak lanjut.
dan tindak lanjut pada aspek kepuasan Subjek 4 sangat jarang memprak-
hidup dan komponen afektif. Peningkatan tikkan zikir al-Fatihah dalam keseharian-
kesejahteraan subjektif tersebut dilatar- nya. Hasil yang didapatkan oleh subjek 4,
belakangi oleh kesungguhan subjek 1 subjek menunjukkan peningkatan pada
dalam melaksanakan hasil dari terapi aspek kepuasan hidup dari pascates dan
dalam kehidupan sehari-hari secara kon- semakin meningkat pada masa tindak
sisten.Berbeda dengan subjek 1, subjek 2 lanjut.Namun, pada aspek afektif subjek
menunjukkan kenaikan skor pada aspek menunjukkan peningkatan skor pada
kepuasan hidup setelah pascates, namun masa pascates, kemudian menurun pada
mengalami penurunan skor pada masa masa tindak lanjut.Meskipun masing-
tindak lanjut.Skor aspek afektif naik masing subjek mengalami peningkatan
secara signifikan pada pascates, namun kesejahteraan subjektif yang beragam,
cenderung meneurun pada masa tindak secara keseluruhan para subjek penelitian
lanjut.Pada subjek 2, pelaksanaan materi menunjukkan kenaikan kesejahteraan
terapi dalam kehidupan sehari-hari subjektif secara signifikan setelah men-
semakin menurun dari tingkat intensitas dapatkan terapi zikir al-Fataihah.
pelaksanaannya. Namun, subjek masih Berdasarkan penelitian yang telah
melakukan zikir al-Fatihah di salah satu dilakukan, terapi zikir al-Fatihah dapat
waktu shalat di setiap harinya. meningkatkan kesejahteraan subjektif
Pelaksanaan zikir al-Fatihah yang pecandu narkoba yang sedang dalam
menurun pada subjek turut memengaruhi masa rehabilitasi. Peningkatan kesejah-
konsistensi kenaikan maupun penurunan teraan subjektif ini ditandai oleh beberapa
masing-masing aspek kesejahteraan sub- manfaat yang didapatkan peserta seperti
jektif. Hal ini juga terjadi pada subjek 3 memiliki semangat yang kuat, mampu
dan subjek 4. Subjek 3 menunjukkan mengelola emosi, Allah menjadi tempat
perhatian materi terapi dengan masih kembali dan meminta pertolongan,
mempraktekkan zikir al-Fatihah dalam meningkatnya keinginan untuk beribadah,
kehidupan sehari-hari setelah waktu terhindar dari rasa sedih, gelisah,
shalat dan menjelang tidur dengan keresahan, dan ketegangan. Manfaat-
intensitas tidak setiap hari. Hasil yang manfaat tersebut dapat tercapai karena
didapatkan subjek 3 menunjukkan aspek individu mampu mengingat Allah dalam
kepuasan hidup yang meningkat setelah setiap aktivitas-aktivitasnya (Lulu, 2002;
perlakuan dan semakin meningkat pada Shihab, 2006; Adz-Dzakiy, 2008).
masa tindak lanjut. Begitu juga pada Sebagaimana yang diungkapkan Dahlan

15
(2010), ketenagan, optimisme, dan keba- Lichstein dkk (1999) menyatakan
hagiaan akan tercapai apabila individu bahwa membaca al-Qur’an merupakan
mampu membaca dan menghayati secara bagian dari ritual aktivitas membaca kitab
berulang ayat-ayat surat al-Fatihah secara suci yang dapat menurunkan distres dan
terus menerus. Serupa dengan yang pencapaian titik ketenangan ketika meng-
dijelaskan oleh Rakhmat (2008), bahwa hadapi kesulitan. Saat individu melakukan
ayat-ayat al-Qur’an dapat menjadi media relaksasi dengan al-Qur’an, maka hati,
terapi bagi seseorang. Hal ini sebagai- jiwa, dan pikiran hanya terfokus mengi-
mana difirmankan Allah ‘Azza Wa jalla ngat Tuhan Yang Maha Kuasa. Hal ini
dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 57: menjadikan seseorang berserah diri pada
“Wahai manusia, sesungguhnya sudah sesuatu yang lebih kuat sehingga menjadi
datang dari Tuhanmu Al-Qur’an yang cara penambah energi. Keuntungannya,
mengandung pengajaran, penawar bagi pada saat individu benar-benar konsen-
penyakit batin (jiwa), tuntunan serta trasi dan khusyu’, maka ia sejenak akan
rahmat bagi orang-orang yang beriman.” melupakan permasalahannya, sehingga
Proses inilah yang membatu subjek dalam pikiran menjadi tenang dan jernih
meningkatkan kesejahteraan subjektifnya (Dossey, 1997). Pargament dkk (1999)
ditinjau dari segi materi terapi. dalam hasil penelitiannya mengukuhkan
Hasil penelitian ini juga didukung bahwa partisipan yang melakukan koping
oleh pendapat Koenig (Safaria, 2011) dengan berfokus pada emosi dan spiritual
bahwa praktek religius dan pengalaman melaui meditasi, kontemplasi, ritual, dan
religius membuat seseorang mampu membaca kitab suci menunjukkan
untuk menumbuhkan emosi positif terkait penurunan distres dan mencapai titik
kesehatan mental. Hasil studi dari ketenangan ketika menghadapi kesulitan.
Seybold dan Hill (Papalia dkk, 2008) juga Bahkan Carlson (Pargament dkk, 1999)
menyatakan adanya asosiasi positif antara menemukan bahwa beribadah dan mela-
religiositas dengan well-being, kepuasan kukan aktivitas yang bersifat kebaktian
pernikahan, dan keberfungsian psikologis; lebih efektif menurunkan stres daripada
serta asosiasi yang negatif dengan bunuh melakuan relaksasi otot.Koping ini dapat
diri, penyimpangan, kriminalitas, penggu- mengendalikan stres yang dialami pada
naan alkohol, dan penggunaan obat- situasi-situasi yang tidak dapat dikontrol.
obatan terlarang. Selain itu, Rakhmat Kondisi tenang yang didapatkan
(2012) juga setuju bahwa kegiatan dari proses yang dilakukan dapat mene-
keagamaan yang dilakukan oleh seseoang kan kerja system syaraf simpatetis dan
akan memengaruhi kesehatan mental dan mengaktifkan kerja sistem syaraf para-
kebahagiaan psikologis. Semakin tinggi simpatetis (Saleh, 2010). Sikap pasif yang
koping religius, semakin tinggi kebaha- dilakukan dengan tunduk dan kepasrahan
giaan psikologis. saat berzikir semakin memberikan respon

16
relaksasi yang berlipat. Sikap pasrah Perubahan keadaan ini akan terlihat pada
inilah kemudian menimbulkan sikap wajah yang berseri-seri, rileks, bahkan
penerimaan sehingga ketegangan yang tertidur (Hamid dkk, 2012). Hal inilah
ditimbulkan oleh permasalahan hidup yang juga ditunjukkan oleh subjek 1.
dapat ditolerir dengan sikap ini Menurut pengakuan beberapa orang yang
(Purwanto, 2006). Selain itu, jawaban ada disekitar subjek, subjek menunjukkan
langsung Allah untuk setiap ayat al- wajah yang lebih cerah dan berseri-seri
Fatihah yang dibaca menjadikan individu setelah mengikuti proses terapi zikir.
seperti diperhatikan, karena terdapat Subjek 2 juga beberapa kali mengantuk
dialog antara hamba dan Tuhan (Arifin, saat menjalani proses zikir al-fatihah yang
1976). Dari dialog tersebut, proses zikir dipandu oleh terapis karena merasa
yang dilakukan semakin khusyu’, karena sangat nyaman dan rileks. Oleh karena
kata-kata yang bermakna dan dapat itu, secara teoritis maupun secara aplikatif
diresapi membuat pikiran menjadi fokus. terapi zikir al-Fatihah dapat meningkatkan
Bahkan, mekanisme bacaan al-Qur’an kesejahteraan subjektif pecandu narkoba
sendiri dapat mengubah perasaan yang sedang dalam masa rehabiliasi.
disfungsional individu tanpa melalui Penelitian yang sudah dilakukan
proses kognitif (Purwoko, 2013). menunjukkan adanya keterbatasan.
Mekanisme reaksi relaksasi pada Keterbatasan ini terletak pada minimnya
tubuh saat proses zikir berlangsung, yaitu subjek penelitian. Peneliti mendapatkan
terjadi pengecilan pembuluh darah otak keterbatasan dalam menemukan subjek
akibat respon kimiawi. Suplai darah penelitian karena akses untuk mendapat-
(penurunan kadar oksigen dan glukosa) ke kan subjek penelitian cukup sulit dan
jaringan otak mengalami penurunan. terbatas. Sedikitnya jumlah subjek yang
Keadaan ini yang kemudian segera dires- terlibat dalam penelitian menjadikan tidak
pon oleh otak dengan refleks menguap adanya kelompok kontrol sebagai
yang secara besar-besaran memasukkan pembanding. Implikasinya adalah terda-
oksigen melalui paru-paru menuju otak pat kelemahan pada hasil kesimpulan
disertai pelebaran diameter pembuluh penelitian. Tidak adanya kelompok kon-
darah.Akibatnya, suplai oksigen dan glu- trol pada penelitian berpengaruh terhadap
kosa ke dalam jaringan otak meningkat validitas internal (pengaruh dari variabel
pesat. Kondisi ini akan merevitalisasi bebas terhadap variabel tergantung)
semua unsur seluler dan mikroseluler dalam hal ini adalah terapi zikir al-Fatihah
yang berdampak pada kekuatan dan daya terhadap peningkatan kesejahteraan
hidup sel otak. Selain itu pasokan oksigen subjektif pada pecandu narkoba yang
dalam jumlah besar menjadikan mitokon- mengikuti rehabilitasi (Seniati dkk, 2011).
dria sebagai pusat pernafasan sel akan Oleh karena itu, Perubahan yang dialami
kembali aktif dan bekerja normal. oleh subjek penelitian apakah benar-

17
benar disebabkan adanya perlakuan atau Pada masa tindak lanjut aspek afektif juga
faktor lain. Namun, dalam hal ini peneliti menunjukkan peningkatan dibandingkan
telah berusaha melakukan kontrol dengan sebelum diberikan tetapi zikir al-
terhadap variabel-variabel yang mungkin Fatihah.
dapat memengaruhi validitas internal,
seperti tingkat fase rehabilitasi yang sama, Rekomendasi
fase primary, berusia remaja, dan belum Ada sejumlah rekomendasi yang
pernah mendapatkan intervensi psikologis hendak disampaikan peneliti. Pertama,
sebelumnya. para peserta penelitian diharapkan dapat
mempraktikkan zikir al-Fatihah secara
SIMPULAN DAN REKOMENDASI rutin, karena tingkat intensitas memprak-
tekkan zikir tersebut dapat menjaga
Simpulan dinamika emosi lebih stabil, mening-
Hasil penelitian yang sudah dilaku- katkan afek positif, meminimalisir afek
kan menunjukkan bahwa ada pengaruh negatif, pandangan hidup yang positif,
terapi zikir al-fatihah kesejahteraan sub- serta kepuasan hidup yang tinggi. Inten-
jektif pecandu narkoba yang sedang sitas rutin tersebut, bisa dilakukan setelah
mengikuti rehabilitasi. Kesejahteraan sub- selesai shalat baik shalat fardlu maupun
jektif pecandu narkoba dapat meningkat sunnah, serta saat subjek mengalami
secara signifikan setelah diberikan perla- kondisi psikologis yang tidak nyaman.
kuan berupa zikir al-Fatihah, dan masih Kedua, diharapkan untuk penelitian
dikatakan meningkat pada masa tindak replikasi selanjutnya, peneliti dapat
lanjut dibandingkan dengan sebelum menambah jumlah peserta penelitian
diberikan perlakuan. Dengan demikian sehingga ada pembanding dari kelompok
hipotesis dalam penelitian ini dapat penelitian.
diterima. Ketiga, untuk instansi yang bersang-
Meningkatnya kesejahteraan subjek- kutan diharapkan terapi zikir Al-Fatihah
tif dapat diketahui dari peningkatan ini dapat menjadi terapi pelengkap reha-
aspek-aspek kesejahteraan subjektif sete- libilitasi narkoba di PSPP. Selanjutnya,
lah diberikan terapi zikir al-Fatihah. Aspek pihak PSPP dapat memfasilitasi praktisi
kepuasan hidup meningkat secara signi- yang ada diinstansi untuk mengikuti
fikan setelah diberikan terapi zikir al- pelatihan terapi zikir Al-Fatihah supaya
Fatihah. Begitu juga aspek kepuasan terapi ini dapat diterapkan dan
hidup meningkat setelah masa tindak dikembangkan sebagai terapi pelengkap
lanjut, dibandingkan dengan sebelum di PSPP.
diberikan terapi zikir al-Fatihah. Aspek
afektif juga meningkat secara signifikan
setelah diberikan terapi zikir al-Fatihah.

18
DAFTAR PUSTAKA Diener, E., & Pavot, W. (1993). Review of
the satisfaction with life scale.
Adz-dzakiy, M.H.B. (2008). Kecerdasan psychological assesment, 5 (2),
kenabian: prophetic intelligence 164-172.
mengembangkan potensi robbani
melalui peningkatan kesehatan Durrand, M.V & Barlow,D.H. (2007).
ruhani. Yogyakarta: Pustaka Al- Intisari psikologi abnormal edisi
Furqon. keempat buku kedua. Pustaka
Pelajar: Yogyakarta.
Azwar, S. (2007). Sikap manusia: teori
dan pengukurannya. Yogyakarta: Dossey, L.M.D. (1997). Healing Words.
Pustaka Pelajar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Arifin, B. (1976). Samudra Al-fatihah. PT. Eid, M., & Larsen, R.J. (2008). The science
Bina Ilmu: Surabaya. of subjective well being. New York:
The Guildford Press.
Azwar, S. (2003). Metode penelitian.
Yogyakarta: Pustaka pelajar. Gallagher.E. N. & Brodrik, D. A.
(2008).Social support and
Bahreisy, H.S. & Bahreisy, S. (1992). emotional intelligence as predictors
Terjemahan singkat tafsir ibnu of subjective well being.Personality
kastir jilid i cetakan keempat. PT. and Individual Differences, 44,
Bina Ilmu: Surabaya. 1551-1561.

BNN. (2008). Survei penyalahgunaan Hamid, A., Anwar, Z., & Fasikhah, S.S.
narkoba di indonesia: studi (2012). Metode zikir untuk mengu-
kerugian ekonomi dan sosial akibat rangi stress pada wanita single
narkoba, tahun 2008. Jakarta: parent.Proceding seminar nasional
badan narkotika nasional bekerj- psikologi islami. Malang: UMM.
asama dengan pusat penelitian
kesehatan universitas indonesia. Haryanto, S. (2002). Psikologi Shalat:
kajian aspek-aspek psikologis
BNN. (2011). Ringkasan Eksekutif Survei ibadah shalat. Yogyakarta: Mitra
Nasional Perkembangan Penyalah- Pustaka.
gunaan Narkoba di Indonesia
Tahun 2011 (Kerugian Sosial dan Handoyo, R.T. & Rusli, E. (2008).
Ekonomi). Hubungan Komitmen Beragama
dengan Intensi Berhenti Menyalah-
Dahlan, H.Z. (2010).Tafsir al-fatihah & gunakan Narkoba Pasca Program
juz 30. Yogyakarta: UII Press. Rehabilitasi.JPS. 14, 03, 253-263.

19
Hasan, A.B.B.P. (2006). Psikologi methode.United State of America:
Perkembangan Islami. Jakarta: PT. Springer Publishing Company.
Raja Grafindo Persada.
Lichstein, K.L. Peterson, B.A. Riedel, B.W
Ian, JPNN. (2013) . Pengguana narkoba (1999). Relaxation to Assist Sleep
meningkat 2,5% usia 10- 20 tahun. medication Withdrawl.Behavioral
Diakses dari http://www.jpnn.com/ modivication, 23, 379-402.
read/2013/04/12/167147/Pengguna- London: Sagepublication. The
Narkoba-Usia-10-20-Tahun-Mening- Online version at:http://bmo.
kat-2,5-Persen- diupload pada sagepub.com/sgi/content/abstract/2
Jum’at, 12 April 2013. 3/3/379-402

Joewana, Satya,M.D. 2003. Gangguan Maharani, S. (2013). Pecandu Narkoba di


Mental dan Perilaku Akibat Yogyakarta Diprediksi Naik.Diakses
penggunaan Zat Psikoaktif Penya- dari http://www.tempo.co/read/news/
lahgunaan NAPZA/ NARKOBA 2013/01/28/058457472/Pecandu-
Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Narkoba-di-Yogyakarta-Diprediksi-Naik
Kedokteran EGC. diupload pada senin, 28 januari
2013.
Kertopati, L., & Yulika, N.C. (2014). BNN:
Pengguna Narkoba Di Indonesia Makhdlori, M. & Lihyati, I. (2013).
Capai 4,2 Juta Orang Kebanyakan Fadhilah-fadhilah ajaib surat
Pengguna Berada Dalam Usia alfatihah. Sabil: Bandung.
Produktif. http://nasional.news.viva.
co.id/news/read/516363-bnn-- Massin, S., & Kopp, P. (2010).Alcohol
pengguna-narkoba-di-indonesia- Consumption and happiness: An
capai-4-2-juta-orang. Diupload pada Empirical Analysis Using Russian
Kamis, 26 Juni 2014, 18:54. Panel Data. http://ces.univ-
paris1.fr/membre/seminaire/S2I/pdf/
Kompas.com. (2012). Pengguna narkoba Massin_10.pdf.
5,8 juta tahun 2012.
http://nasional.kompas.com/read/20 Nevid, 2005.
12/10/31/14280327/Pengguna.Nark
Pargement, K.I dan Cole, B. (1999). The
oba.5.8.Juta.Tahun.2012 diakses
Vigil: Religion and the search for
(2014/27/08).
control in the hospital .Journal of
Leon, G.D. (2000). The therapeutic health psychology, 4, 3, 327 -341.
community, theory, model, and London: Sage Publication. Online:
http://hpq.sagepub.com/cgi.content/
abstract/4/3/327

20
Purwanto, S. (2006). Pengaruh pelatihan Sholeh, A.Y. (2010).Mengapa dan
religious untuk mengurangi bagaimana Shalat tahajjud
gangguan insomnia.Tesis (Tidak menyehatkan tinjauan dari aspek
dipublikasikan). Yogyakarta: UGM. psikoneuroimunologi, Makalah
seminar.
Purwoko, S.B. (2013). Terapi refleksi Al-
Fatihah (Al-Fatihah reflection Subandi, M. A. (2009). Psikologi zikir.
therapy). Psikologika. 18, 2, 129- Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
141.
Sugiyono. (2013). Metode penelitian
Rakhmat, J. (2012). Psikologi agama. kuantitatif kualitatif dan R & D.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Bandung: Alfabeta.

Rosyidah, R., & Nurdibyanandaru. D. Syahputra,W., Sulistyawati, L., & Saubani,


(2010)..Dinamika emosi pecandu A. (2014). Rehabilitasi pecandu
narkotika dalam masa pemulihan narkoba.Diakses dari
.Fakultas Psikologi Universitas www.Republikaonline.com
Airlangga Surabaya. 2010. INSAN. diupload pada Selasa, 14 oktober
12 (2), Agustus, 113 – 118. 2014.

Safaria, T. (2012). Peran Koping Religius Tim Penerjemah. (2009). Al-Qur’an dan
sebagai moderator dari job terjemahannya. PT. Sygma
insecurity terhadap stres kerja pada Examedia Arkanleema: Jakarta.
staff Akademik. Jurnal Humanitas,
2, 155-170. Papalia, D, E., Old, S.W. & Feldman, R.D.
(2008). Human Development.
Seniati, L., Yulianto, A., & Setiadi., B.N. Jakarta: Kencana.
(2011). Psikologi eksperimen.
Jakarta: PT. Inteks. Taylor. S.E. (1995).Health Psychology.
Mc. Graw Hill: Singapore.
Shihab, M.Q. (2005).Tafsir al-Mishbah
pesan, esan dan keserasian Al- Utami, M.S. (2012). Religiositas, koping
Qur’an Volume 1 surah Al-fatihah religius, dan kesejahteraan
dan surah Al-Baqarah.Jakarta: Subjektif. Jurnal Psikologi. 29, (01),
Lentera Hati. 46-66.

Shihab, M.Q. (2006). Wawasan Al-Qur’an Umniyah.,& Afiatin, T. (2009). Pengaruh


tentang zikir dan doa. Jakarta: pelatihan Pemusatan Perhatian
Lentera Hati. terhadap Peningkatan Empati

21
Perawat. Jurnal Intervensi Psikologi, kerja wanita (TKW) Ditinjau dari
1, 1, 17-40. penerimaan diri, keberfungsian
keluarga, dan pola koping positif.
Watson, D., Clark, L.A., & Tellengen, A. Tesis (Tidak Diterbitkan).
(1988). Development and Yogyakarta: Universitas Islam
validation of brief measure of Indonesia.
positive and negative affect: The
PANAS Scale. Journal of Personality Yulianto, V. (2013).Pengaruh membaca
& Social Psychology, 54 (6), 1063- Alfatihah reflektif intuitif untuk
1070. menurunkan stres dan
meningkatkan imunitas.Tesis (Tidak
Wahyunita, D. (2013). Pelatihan relaksasi diterbitkan). Yogyakarta: Universitas
zikir untuk meningkatkan Gajah Mada.
Kesejahteraan Subjektif Wanita
yang mengalami Infertilitas.Tesis Zuhdiyati, D.R. (2011). Pelatihan
(Tidak diterbitkan). Yogyakarta: pemaafan untuk meningkatkan
Universitas Islam Indonesia. subjective wellbeing pada remaja
yang orangtuanya bercerai. Tesis
Wibisono, S. (2010). Subjective well (Tidak diterbitkan), Yogyakarta:
being pada remaja yang Universitas Islam Indonesia.
ditinggalkan ibunya menjadi tenaga

22

Anda mungkin juga menyukai