Anda di halaman 1dari 9

Gambaran Resiliensi pada Mantan Pengguna Narkoba

di Rumah Singgah PEKA


Chi Ikanovitasari
Universitas Bunda Mulia
chika12novitasari@gmail.com

Abstrak
Relapse merupakan perilaku penggunaan kembali narkoba setelah menjalani penanganan secara re-
habilitasi yang ditandai dengan adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah periode putus
zat. Mantan pengguna narkoba yang tidak mampu menahan keinginan atau sugesti untuk memakai
kembali narkoba akan mengalami stres atau frustasi. Oleh karena itu, resiliensi dibutuhkan oleh
mantan pengguna narkoba agar dapat menghadapi masalah, tekanan dan tantangan dalam hidupnya,
memerankan perannya dalam masyarakat, dan tidak mengalami relapse. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui gambaran resiliensi pada mantan pengguna narkoba dan faktor-faktor yang
mempengaruhi resiliensi tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif jenis
fenomenologi dengan metode observasi dan wawancara untuk mengumpulkan data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tiga subjek memiliki sumber I Have, I Am, dan I Can, satu subjek memiliki
sumber I Have dan I Am, serta satu subjek lainnya hanya memiliki sumber I Have. Subjek yang
memiliki sumber I Have, I Am, dan I Can dipengaruhi oleh faktor kecerdasan emosi, pengendalian
impuls, optimisme, empati dan self efficacy.
Kata kunci: Resiliensi, mantan pengguna narkoba, relapse.

Abstract
Relapse is the condition when someone re-consume the drug after they having a drug rehabilitation
that can be marked by their thoughts, behaviors, and addictive feeling after they withdrawal from
drug. Former drug user that can’t resist the urge or suggestion to re- use the drug will feel stress or
frustration. Therefore, the resilience is needed for former drug user in order to face the problems,
pressures and challenges in their life, playing their roles in society, and not relapsed. The aim of this
research is to describing a resilience in former drug user, and any factor that can influence the
resilience it self . This research using a qualitative methods with phenomenological type by using a
observation and interviewing technique to collecting sample data. The result of this research showed
that three of five subject have I Have, I Am, and I Can sources of resilience. One subject have I Have
and I Am sources of resilience. Meanwhile the other subject only have I Have source of resilience.
Subjects that having I Have, I Am, and I Can sources of resilience affected by many factors like
emotional intelligence, impulse control, optimism, emphaty, and self efficacy.
Keyword : Resilience, former drug user, relapse

1. PENDAHULUAN narkoba berada dikisaran 2,20% atau sekitar


1.1 Latar Belakang 4.098.029 orang dari total populasi penduduk
Seiring berkembangnya zaman, Indonesia yang berusia 10 – 59 tahun (Badan
penyalahgunaan narkoba semakin menimbulkan Narkotika Nasional, 2015).
keresahan di kalangan masyarakat maupun Usia paling dinamis dan produktif adalah
pemerintah. Jumlah penyalahgunaan narkoba mereka yang tergolong dewasa muda yaitu
berdasarkan Laporan Akhir Survei Nasional berusia antara 20 hingga 40 tahun. Menurut
Perkembangan Penyalahgunaan Narkoba tahun Santrock, dewasa muda termasuk masa transisi,
anggaran 2014 memperkirakan ada sebanyak 3,8 baik transisi secara fisik, intelektual, maupun
juta sampai 4,1 juta orang atau sekitar 2,10% peran sosial (Dariyo, 2004). Kepala Humas
sampai 2,25% dari total seluruh penduduk BNN, Kombes Sumirat Dwiyanto
Indonesia yang berisiko terpapar narkoba di mengungkapkan sebanyak 70% pengguna
tahun 2014. Menurut hasil penelitian yang narkoba di Indonesia saat ini adalah pekerja di
dilakukan BBN bekerjasama dengan Puslitkes- usia produktif. Sebanyak 22% lainnya adalah
UI tahun 2015, angka prevalensi penyalahgunaan
pelajar dan mahasiswa, sedangkan 8% adalah terpengaruh untuk menggunakan narkoba
kategori lain (Ihsanuddin, 2014). kembali (dalam Setyowati, dkk, t.th). Stigma
NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika negatif pun masih ada di tengah masyarakat
dan Zat Adiktif lainnya) atau narkoba merupakan terhadap para penyalahguna atau bahkan para
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau mantan penyalahguna narkoba. Stigma adalah
bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis pandangan masyarakat terhadap suatu hal atau
yang dapat menyebabkan penurunan atau individu, termasuk pecandu narkoba (Ferrygrin,
perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan 2016). Banyak pecandu narkoba yang menjadi
dapat menyebabkan ketergantungan (Pusat Data pelacur, penipu, penjahat, bahkan pembunuh.
dan Informasi Kementrian Kesehatan RI, 2014). Kejahatan itu tak jarang dilakukan terhadap
Narkoba memiliki tiga sifat yang sangat saudara bahkan ayah dan ibunya sendiri (dalam
membahayakan, yaitu adiksi (membuat pemakai Suryaman, dkk, 2013).
ketagihan dan tidak dapat berhenti), toleran Hal inilah yang membuat pecandu semakin
(membuat tubuh pemakai untuk menyesuaikan sulit untuk mendapatkan bantuan dan dukungan
diri dengan narkoba sehingga dosis pemakaian yang mereka butuhkan. Hal tersebut membuat
narkoba semakin tinggi), dan habituasi (membuat para pecandu narkoba menjadi terpojok sehingga
pemakai selalu teringat, terkenang dan terbayang walaupun mereka sudah berhenti namun tetap
kenikmatan narkoba). Sifat-sifat inilah yang diperlakukan sama oleh masyarakat. Tidak
menyebabkan pengguna narkoba yang sudah sedikit pecandu narkoba yang telah pulih dan
pulih kelak bisa kambuh atau relapse kembali ke masyarakat merasa rendah diri dan
(Ariwibowo, 2013). tidak nyaman karena berbagai stigma negatif
Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) yang ditujukan kepada dirinya, bahkan dari
menunjukkan pada tahun 2006 di lembaga Balai keluarganya sendiri (Ferrygrin, 2016).
Kasih Sayang Pamardi Siwi BNN terdapat 38 Menurut Asisten Program Manajer di
kasus relapse berkali-kali dan masuk kembali ke Rumah Singgah PEKA, yaitu Steven Moniaga,
lembaga rehabilitasi yang sama. Tahun 2007 masalah yang akan dihadapi oleh mantan
tingkat relapse mencapai 95%, bahkan ada pengguna narkoba adalah ketika mereka sudah
residen yang masuk untuk ke empat kalinya ke keluar dari rehabilitasi dan kembali ke
lembaga rehabilitasi tersebut. Tahun 2008 lingkungan masyarakat. Mereka harus dapat
menunjukkan data relapse di Indonesia mencapai menyesuaikan diri di lingkungan keluarga dan
90% (dalam Syuhada, 2015). Pada tahun 2013, masyarakat, memerankan kembali peran mereka
BNN menyatakan tingkat kekambuhan atau dalam lingkungan masyarakat, meningkatkan
relapse mantan pecandu narkoba di Indonesia kualitas hidup mereka, serta menghadapi stigma
tinggi. Dari sekitar 6.000 pecandu yang ikut negatif dari masyarakat terhadap mantan
menjalani rehabilitasi per tahunnya, sekitar 40% pengguna narkoba (Komunikasi Pribadi, 9
akhirnya kembali lagi menjadi pecandu September 2016).
(Ariwibowo, 2013). Salah satu tempat rehabilitasi yang
Relapse merupakan perilaku penggunaan membekali para pecandu narkoba sehingga siap
kembali narkoba setelah menjalani penanganan kembali ke lingkungan masyarakat adalah
secara rehabilitasi yang ditandai dengan adanya Rumah Singgah PEKA. Rumah Singgah PEKA
pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah merupakan sebuah pusat rehabilitasi berbasis
periode putus zat. Relapse juga dapat terjadi masyarakat yang ada di kota Bogor. Rumah
apabila individu bergaul kembali dengan teman- Singgah PEKA tidak memaksakan para pecandu
teman pemakai narkoba atau bandarnya. Individu narkoba untuk melakukan terapi untuk total
tidak mampu menahan keinginan atau sugesti abstinence atau putusnya penggunaan zat sama
untuk memakai kembali narkoba dan individu sekali, namun Rumah Singgah PEKA
mengalami stres atau frustasi (dalam Syuhada, mengedepankan peningkatan kualitas hidup para
2015). pecandu tanpa memaksa mereka menjalani total
Penelitian Hawari (2003) juga menunjukkan abstinence. LP, yaitu Program Manager di
bahwa kekambuhan pada mantan pecandu Rumah Singgah PEKA menuturkan bahwa
disebabkan oleh faktor teman (58,36%), faktor banyak tempat rehabilitasi di Indonesia memiliki
“sugesti” (craving) 23,21%, dan faktor frustrasi tujuan untuk membuat pecandu berhenti
atau stres 18,43%. Individu yang berada dalam menggunakan narkoba, namun tidak memikirkan
lingkungan yang beresiko (lingkungan pergaulan bagaimana setelah pecandu keluar dari tempat
pengguna narkoba) akan mengalami rentan rehabilitasi. Hal tersebut berujung pada mantan
pecandu kembali ke lingkungan lama dan sehingga individu merasa dicintai dan
akhirnya relapse atau kambuh lagi. Para klien diterima. Aspek-aspeknya yaitu:
akan diberikan tempat untuk tidur, makan,  Mempercayai hubungan
bahkan pendidikan soft skills dan keterampilan Individu memerlukan sebuah hubungan
untuk mengembalikan fungsi sosial mereka tanpa yang dapat dipercaya antara individu dengan
dipungut biaya (dalam Sulaiman, 2016). orang lain. Orang tua, keluarga dan teman-
Salah satu cara untuk mengelola masalah teman mencintai dan menerimanya. Individu
yang ada dan membuat ketahanan diri yaitu membutuhkan kasih sayang serta dukungan
dengan adanya resiliensi (dalam Safitri, 2015). emosional dari orang sekitarnya.
Resiliensi merupakan proses mengatasi masalah  Struktur dan aturan di rumah
seperti gangguan, kekacauan, tekanan atau Peraturan yang diberikan pada dirinya
tantangan hidup, yang pada akhirnya membekali didalam rumah (keluarga), peraturan
individu dengan perlindungan tambahan dan tersebut berguna sebagai suatu tanda bahwa
kemampuan untuk mengatasi masalah sebagai individu masih merupakan bagian penting
hasil dari situasi yang dihadapi (dalam Suyasa & dalam hubungan keluarga di rumah,
Wijaya, 2006). sehingga sebagai anggota keluarga, individu
Resiliensi dibutuhkan oleh mantan diharapkan bisa untuk mentaati peraturan
penyalahguna dan pemakai narkoba untuk yang berlaku di rumah.
menghadapi berbagai tantangan hidup yang ada.  Role model
Resiliensi juga dapat membantu mantan Suatu panutan atau model yang dapat di
penyalahguna narkoba untuk kembali contoh individu dari orang lain, yang
memerankan perannya dalam masyarakat, didasari oleh rasa kagum. Sehingga individu
mampu memaknai hidupnya dengan lebih baik, termotivasi untuk dapat belajar dari orang
mampu kembali meniti kehidupan untuk tersebut. Hal ini dapat dilakukan oleh orang
mencapai tujuan dan harapan dalam hidupnya, tua, orang dewasa lain, kakak, dan teman
serta tidak mengalami kekambuhan atau relapse sebaya.
lagi (dalam Safitri, 2015).  Dorongan untuk menjadi otonom
Berdasarkan penjelasan di atas, maka Suatu dorongan yang diberikan oleh orang
peneliti tertarik untuk meneliti mengenai lain terhadap individu sehingga individu
gambaran resiliensi pada mantan pengguna dapat belajar menjadi individu yang otonom
narkoba yang berusia 20 hingga 40 tahun di atau mandiri. Orang dewasa, terutama orang
Rumah Singgah PEKA. tua mendorong anak untuk melakukan
segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan
1.2 Tujuan Penelitian orang lain dan berusaha mencari sendiri
Penelitian ini mempunyai tujuan untuk bantuan yang mereka perlukan untuk
mengetahui gambaran resiliensi pada mantan menjadi otonom.
pengguna narkoba dan mengetahui faktor-faktor  Akses pada kesehatan, pendidikan,
yang mempengaruhi resiliensi pada mantan keamanan, dan kesejahteraan
pengguna narkoba di Rumah Singgah PEKA. Individu secara pribadi maupun keluarga,
dapat mengandalkan layanan yang konsisten
untuk memenuhi kebutuhan yang tidak bisa
2. KAJIAN PUSTAKA dipenuhi oleh keluarganya yaitu rumah sakit
2.1 Resiliensi dan dokter, sekolah dan guru, layanan sosial
Menurut Grotberg (2003) resiliensi adalah dan yayasan serta layanan sejenisnya.
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk b. I Am
menghadapi, mengatasi, mempelajari, atau Sumber-sumber yang dimiliki individu
berubah melalui berbagai kesulitan yang tidak berupa potensi diri yang positif, seperti
dapat dihindari dalam kehidupan. perasaan, sikap, dan keyakinan. Aspek-
Menurut Grotberg (1995), resiliensi aspeknya yaitu:
memiliki tiga sumber, yaitu:  Perasaan dicintai dan perilaku menarik
a. I Have Individu menyadari bahwa orang menyukai
Sumber-sumber yang dimiliki individu dan mengasihi dia. Mereka akan bersikap
berasal dari dukungan, baik dari keluarga baik terhadap orang-orang yang mengasihi
maupun lingkungan sekitar individu, dan mencintainya. Individu dapat mengatur
sikap dan perilakunya jika menghadapi  Komunikasi
respon-respon yang berbeda ketika berbicara Individu dituntut untuk melakukan interaksi
dengan orang lain. sosial agar dapat menyatakan setiap ekspresi
 Mencintai, empati, dan alturistik perasaan kepada orang lain dengan cara
Perasaan dalam diri individu untuk berkomunikasi secara langsung. Individu
mengasihi, menyayangi, berempati dan mampu mengekspresikan pemikiran dan
senang membantu orang lain tanpa pamrih perasaan kepada orang lain dan dapat
meskipun dirinya sendiri sedang dalam mendengarkan apa yang dikatakan orang
masa-masa sulit. Individu peduli akan apa lain serta merasakan perasaan orang lain.
yang terjadi pada orang lain dan  Pemecahan masalah
menyatakan kepedulian itu melalui tindakan Individu menggunakan kemampuan
dan kata-kata. Individu mengasihi orang lain pemecahan permasalahan yang dia hadapi
dan menyatakan perasaan kasih sayangnya secara kreatif. Individu mempunyai
terhadap orang lain. ketekunan untuk bertahan dengan suatu
 Bangga terhadap diri sendiri masalah hingga masalah tersebut dapat
Perasaan bangga dan puas terhadap diri terpecahkan. Individu dapat menilai suatu
sendiri. Individu mengetahui dia adalah masalah, penyebab munculnya masalah dan
seseorang yang penting dan merasa bangga mengetahui bagaimana cara
pada dirinya sendiri dan menentukan apa memecahkannya.
yang bisa dilakukan untuk mengejar  Mengelola perasaan dan rangsangan
keinginannya. Individu tidak akan Perilaku untuk mengatur setiap emosi dan
membiarkan dirinya diremehkan atau dorongan pada diri individu agar tidak
direndahkan oleh orang lain. Ketika melukai dirinya sendiri dan orang lain.
individu mempunyai masalah dalam hidup, Individu dapat mengatur perasaannya dan
kepercayaan diri dan self esteem membantu menyatakannya dengan kata-kata dan
mereka untuk dapat bertahan dan mengatasi perilaku yang tidak melanggar perasaan dan
masalah tersebut. hak orang lain atau dirinya sendiri.
 Otonomi dan tanggung jawab  Mencari hubungan yang dapat dipercaya
Perilaku bertanggung jawab dalam diri Individu akan mencari suatu hubungan yang
individu sehingga individu tetap memiliki erat dan dapat dipercaya dengan orang lain
perilaku yang otonom sebagai individu yang pada diri individu sendiri, dimana hubungan
mandiri dan tetap bertanggung jawab penuh yang dimaksud berguna sebagai sarana
atas dirinya sendiri. Individu dapat individu untuk meminta bantuan jika
melakukan sesuatu dengan caranya sendiri memiliki suatu permasalahan yang
dan menerima konsekuensi serta mengerti memerlukan diskusi dengan orang lain.
batasan kontrol mereka terhadap berbagai  Mengukur tempramen diri sendiri dan orang
perilaku. lain
 Harapan, keyakinan, dan kepercayaan Individu memahami tempramen mereka
Perasaan penuh harapan dan suatu sendiri (bagaimana bertingkah, merangsang,
keyakinan dalam diri individu yang bersifat dan mengambil resiko atau diam, reflek dan
positif dan membangun. Individu percaya berhati-hati) dan juga terhadap tempramen
bahwa ada harapan baginya dan ada orang- orang lain. Hal ini menolong individu untuk
orang serta institusi yang dapat dipercaya. mengetahui berapa lama waktu yang
Individu merasakan suatu perasaan benar diperlukan untuk berkomunikasi, membantu
dan salah, mempunyai rasa percaya diri dan individu untuk mengetahui kecepatan untuk
keyakinan dalam moralitas dan kebaikan, bereaksi dalam berbagai situasi.
serta dapat menyatakan hal ini sebagai Individu tidak membutuhkan semua aspek
kepercayaan kepada Tuhan. dalam ketiga sumber resiliensi untuk menjadi
c. I Can resilien, namun jika hanya memiliki satu saja
Sumber-sumber ini berasal dari tidak cukup (Grotberg, 1995).
keterampilan sosial dan interpersonal
individu dengan cara berinteraksi, dan 2.2 NAPZA
kemampuan untuk memecahkan masalah. NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika,
Aspek-aspeknya yaitu: dan Zat Adiktif lainnya) mengacu pada
sekelompok zat yang umumnya mempunyai seperti terlibat dengan dunia di sekitar kita
resiko pada pemakainya yaitu kecanduan (Willig, 2008).
(adiksi). NAPZA merupakan bahan atau zat yang
bila masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi 3.2 Karakteristik Subjek
tubuh terutama susunan syaraf pusat atau otak Dalam penelitian ini, karakteristik subjek
sehingga bilamana disalahgunakan akan yang dilibatkan adalah mantan pengguna narkoba
menyebabkan gangguan fisik, psikis atau jiwa, yang berusia antara 20 hingga 40 tahun, baik
dan fungsi sosial (Sofiyah, 2009). laki-laki maupun perempuan dan telah menjadi
NAPZA dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: mantan pengguna narkoba minimal selama 3
a. Narkotika bulan di Rumah Singgah PEKA.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal
dari tanaman atau bukan tanaman, baik 3.3 Jumlah Subjek
sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat Jumlah subjek sangat tergantung dengan apa
menyebabkan penurunan atau perubahan yang ingin diketahui peneliti, karena jumlah
kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat subjek penelitian mensyaratkan persiapan
mengurangi rasa nyeri dan dapat matang agar perolehan data dapat maksimal.
menimbulkan ketergantungan. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti
b. Psikotropika menetapkan jumlah subjek sebanyak lima subjek.
Psikotropika adalah zat atau obat bukan
narkotika, baik alamiah maupun sintetis 3.4 Teknik Sampling
yang memiliki khasiat psikoaktif melalui Teknik sampling yang digunakan untuk
pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat menentukan sampel dalam penelitian ini adalah
yang menyebabkan perubahan khas pada teknik homogen. Homogen adalah teknik
aktivitas normal dan perilaku. penentuan sampel dengan mengambil sejumlah
c. Zat adiktif lainnya kecil kasus homogen dan agar peneliti dapat
Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain mendeskripsikan subkelompok tertentu secara
narkotika dan psikotropika yang dapat mendalam (Poerwandari, 2011).
menimbulkan ketergantungan, contoh
rokok, alkohol, thinner, lem kayu, bensin,
cat, dan lain-lain yang bila dihirup, dihisap, 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
dan dicium dapat memabukkan
(Partodiharjo, t.th). Jenis
Inisial Usia
Kelamin
SH 35 thn Laki-laki
3. METODE PENELITIAN DEE 28 thn Perempuan
3.1 Rancangan Penelitian AJ 22 thn Perempuan
Metode penelitian ini mengunakan MR 30 thn Laki-laki
penelitian kualitatif dimana pada penelitian ini JF 32 thn Laki-laki
menghasilkan dan mengelola data yang sifatnya
deskriptif seperti wawancara, observasi, catatan Subjek H, A, dan J memiliki semua aspek
lapang dan lain-lain. Data yang terkumpul dalam sumber I Have, I Am, dan I Can. Subjek D
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak memiliki semua aspek dalam sumber I Have dan
mengunakan angka (Poerwandari, 2011). Dasar I Am, serta memiliki empat aspek dalam sumber I
penelitian kualitatif tersebut digunakan untuk Can, yaitu komunikasi, mengelola perasaan dan
mengetahui gambaran resiliensi pada mantan rangsangan, mencari hubungan yang dapat
pengguna narkoba, sehingga memerlukan data- dipercaya, dan mengukur tempramen diri sendiri
data yang diperoleh melalui observasi dan dan orang lain. Sedangkan subjek R memiliki
wawancara serta data yang diperoleh dari semua aspek dalam sumber I Have, memiliki dua
berbagai sumber. Jenis penelitian ini termasuk aspek dalam sumber I Am, yaitu perasaan dicintai
penelitian fenomenologi. Fenomenologi tertarik dan perilaku menarik, serta mencintai, empati,
pada yang dialami oleh manusia dalam konteks dan alturistik, serta memiliki dua aspek dalam
tertentu dan pada waktu tertentu, bukan dalam sumber I Can, yaitu yaitu mengelola perasaan
laporan abstrak tentang sifat dunia pada dan rangsangan serta mengukur tempramen diri
umumnya. Fenomenologi berkaitan dengan sendiri dan orang lain.. Individu tidak
fenomena yang muncul pada manusia, kesadaran
membutuhkan semua aspek dalam ketiga sumber Sesuai dengan kasus pada subjek R,
resiliensi untuk menjadi resilien, namun jika dukungan sosial keluarga terhadap proses dan
hanya memiliki satu saja tidak cukup (Grotberg, hasil setelah rehabilitasi dapat menguatkan
1995). keadaan sober penyalahguna narkoba setelah
Subjek H, D, A, R, dan J memiliki semua direhabilitasi. Soberity adalah perasaan
aspek dalam sumber I Have atau memiliki ketenangan jiwa pada saat tidak mabuk atau
dukungan dari luar. Dukungan tersebut mereka menggunakan narkoba. Penyalahguna yang
dapatkan dari keluarga maupun teman-teman dalam keadaan sober adalah seorang yang sudah
mereka, sehingga mereka diterima, dipercayai tidak menggunakan narkoba lagi, menghindari
dan cintai oleh orang-orang disekitar mereka. tempat yang mencurigakan, dan menghargai
Semua subjek juga memiliki role model dan abstinence. Mantan pengguna narkoba
akses pada kesehatan, pendidikan, keamanan, menguatkan keadaan sober dengan menolong
dan kesejahteraan. Role models dapat orang lain yang menggunakan narkoba, dan ikut
menginspirasi individu dalam berperilaku ketika masuk dalam komunitas yang mendukung,
mereka mampu terlepas dari kesulitan dan seperti konselor tetap memantau mantan
menjadikan hal tersebut sebagai bahan pelajaran penyalahguna narkoba melalui orangtua atau
ketika menghadapi kesulitan. Individu juga akan mantan penyalahguna narkoba sendiri, serta
merasa aman ketika mengetahui bahwa dirinya menyediakan tempat bagi mantan penyalahguna
mempunya berbagai layanan yang dapat narkoba untuk menjadi konselor setelah selesai
digunakan ketika dibutuhkan (dalam Safitri, menjalani rehabilitasi. Hal ini mengubah self
2015). Subjek A dan R memang belum lama derogation menjadi self esteem melalui hal-hal
berhenti menggunakan narkoba, namun mereka yang kuat,dan menjadi self representasi yang
mampu mengontrol keinginan mereka untuk positif. Hal ini yang diharapkan mampu
menggunakan narkoba, dan menurut mereka mempertahan keadaan sober pada mantan
narkoba bukanlah kebutuhan mereka lagi. penyalahguna narkoba (dalam Nurhidayati dan
Semua aspek dalam sumber I Am dimiliki Nurdibyanandaru, 2014).
oleh subjek H, D, A, dan J. Mereka merasa Subjek H, A, dan J memiliki semua aspek
percaya diri dan bangga kepada diri mereka dalam sumber I Can. Mereka mampu
sendiri, serta memiliki keyakinan bahwa masa berkomunikasi dengan baik, menghadapi
depan mereka akan baik-baik saja. Mereka juga masalah yang dialami dalam kehidupan sehari-
dapat bertanggung jawab terhadap apa yang hari mereka, mampu untuk mengontrol diri
mereka lakukan. Setiap individu bertanggung mereka ketika keinginan menggunakan narkoba
jawab atas masa depannya, dan individu timbul, dan mereka dapat mengambil keputusan
mempunyai kepercayaan behawa sesuatu hal untuk berhenti menggunakan narkoba di saat
akan berjalan baik dan mempunyai masa depan yang tepat. Semakin individu mudah
yang bagus (dalam Safitri, 2015). Sedangkan menyampaikan perasaan, pikiran, dan
subjek R hanya memiliki dua aspek dalam kepercayaan baik verbal maupun non verbal
sumber I Am, yaitu perasaan dicintai dan perilaku maka individu semakin sukses dan resilien.
menarik, serta mencintai, empati, dan alturistik. Individu yang resilien juga mempunyai
Subjek R senang bekerja sebagai konselor di fleksibilitas dan kemampuan mengidentifikasi
Rumah Singgah PEKA, karena dengan begitu ia penyebab masalah yang dihadapi secara
dapat membantu orang lain yang bermasalah signifikan (dalam Safitri, 2015).
dengan narkoba dan hukum. Subjek R cenderung Namun subjek D dan R cenderung kurang
kurang memiliki aspek bangga terhadap diri dalam memiliki sumber I Can. Subjek D
sendiri, otonomi dan tanggung jawab, dan memiliki empat aspek yaitu komunikasi,
harapan, keyakinan, dan kepercayaan. Subjek R mengelola perasaan dan rangsangan, mencari
merasa bahwa ia tidak percaya diri dan merasa hubungan yang dapat dipercaya, dan mengukur
menyesal atas apa yang pernah ia lakukan ketika tempramen diri sendiri dan orang lain. Subjek D
masih menggunakan narkoba. Subjek R juga cenderung kurang memiliki aspek pemecahan
meragukan kemampuan yang ia miliki, dan ia masalah, karena D belum dapat menemukan
merasa bahwa ia tidak layak dan tidak mampu solusi untuk masalah yang ia hadapi, yaitu
melakukan apa yang orang lain bisa lakukan. R mengalami penolakan dari Rumah Sakit ketika ia
merasa belum menjadi orang yang dapat berobat karena ia menderita HIV. Sedangkan
bertanggung jawab, terutama dalam memenuhi subjek R memiliki dua aspek yaitu mengelola
kebutuhan anaknya. perasaan dan rangsangan serta mengukur
tempramen diri sendiri dan orang lain. Subjek R untuk mengelola emosinya. Ketika A merasa
cenderung kurang memiliki aspek komunikasi, marah terhadap sesuatu, A akan berdiam diri,
pemecahan masalah, dan mencari hubungan yang pergi, atau tidur hingga kemarahannya reda.
dapat dipercaya. Subjek R belum dapat Setelah kemarahan A reda, A akan
menemukan solusi untuk masalah yang ia hadapi, membicarakan mengenai apa yang membuatnya
terutama dalam hal keuangan. Subjek R tidak marah.
suka menceritakan masalah yang ia hadapi Reivich dan Shatte (2002), memaparkan
kepada orang lain, karena menurutnya yang tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi,
mengetahui solusi untuk masalahnya adalah yaitu (1) emotion regulation (regulasi emosi)
dirinya sendiri. Meminta bantuan kepada orang adalah kemampuan untuk tetap tenang di bawah
lain merupakan suatu tanda kekuatan dan kondisi yang menekan, (2) impulse control
kesehatan mental seseorang. Apabila individu (pengendalian impuls) adalah kemampuan
mencari bantuan, maka individu akan individu untuk mengendalikan keinginan,
memperoleh berbagai informasi, ide, perasaan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul
dan menemukan kenyamanan (dalam Safitri, dari dalam diri, (3) optimism berarti individu
2015). yang resilien adalah individu yang optimis,
Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa
pada mantan pengguna narkoba yaitu kecerdasan depan kita cemerlang, (4) causal analysis yang
emosi. Semakin tinggi kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan individu untuk
yang dimiliki, maka semakin tinggi pula mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari
resiliensi yang dimiliki. Penelitian yang permasalahan yang mereka hadapi, (5) empathy
dilakukan oleh Gottman (1997) menunjukkan yang sangat erat kaitannya dengan kemampuan
bahwa dengan mengaplikasikan kecerdasan individu untuk membaca tanda-tanda kondisi
emosional dalam kehidupan akan berdampak emosional dan psikologis orang lain, (6) self-
positif baik dalam kesehatan fisik, keberhasilan efficacy adalah hasil dari pemecahan masalah
akademis, kemudahan dalam membina hubungan yang berhasil, self-efficacy merepresentasikan
dengan orang lain, dan meningkatkan resiliensi. sebuah keyakinan bahwa kita mampu
Penelitian lain yang dibuktikan oleh Alcoholic memecahkan masalah yang kita alami dan
Anonymous dan program pemulihan lainnya yang mencapai kesuksesan, (7) reaching out yang
didasarkan pada lebih 200 pasien pecandu heroin menunjukkan bahwa resiliensi lebih dari sekedar
dapat disembuhkan tanpa menggunakan obat- bagaimana seorang individu memiliki
obatan tetapi dengan mengajarkan kecerdasan kemampuan untuk mengatasi kemalangan dan
emosional, yaitu kemampuan untuk menangani bangkit dari keterpurukan, namun lebih dari itu
perasaan, meredakan kecemasan, melenyapkan resiliensi juga merupakan kemampuan individu
kemurungan, meredakan amarah cenderung akan meraih aspek positif dari kehidupan setelah
menghilangkan keinginan untuk menggunakan kemalangan yang menimpa. Setiap orang
obat terlarang. Agar individu mampu mengontrol sebenarnya memiliki faktor-faktor pembentuk
emosinya, maka individu harus mengerti bahwa resiliensi dalam dirinya, hanya saja tidak semua
setiap tindakan membawa konsekuensi, baik orang mampu mempergunakan faktor-faktor
pada diri sendiri maupun pada orang lain. tersebut secara optimal. Subjek dalam hal ini
Individu yang resilien tidak terlibat dalam terlihat mampu mengoptimalkan faktor-faktor
perilaku yang negatif karena mampu pembentuk resiliensi yang ada pada dirinya. Hal
mempertimbangkan konsekuensi dari tiap ini terlihat dari kemampuannya mengontrol
perilakunya dan membuat keputusan yang benar emosi, mengidentifikasi permasalahan, rasa
(dalam Setyowati, dkk, t.th). Hal ini sesuai empati, efikasi diri serta meraih lebih dari apa
dengan kasus pada subjek J. Ketika J memiliki yang ia harapkan sebelumnya, yang berarti
masalah, J akan mencari tahu apakah ia harus subjek tidak hanya mampu bangkit dari
melakukan problem focused coping atau emotion permasalahan yang ada namun juga menjadi
focus coping. Saat ini J merasa sudah mengenal lebih berkembang (Poetry, dkk, t.th).
dirinya sendiri, sehingga ia dapat memilih solusi Regulasi emosi dimiliki oleh subjek A dan
yang tepat untuk masalah yang ia hadapi. J. Pengendalian impuls dimiliki oleh semua
Apabila J merasa bahwa masalah yang ia hadapi subjek, hal ini terbukti dengan semua subjek
belum atau tidak dapat ia selesaikan, maka J akan mampu mengendalikan keinginan mereka untuk
melakukan regulasi emosi, misalnya dengan menggunakan narkoba, menolak orang yang
melakukan hobby-nya. Subjek A juga mampu menawarkan narkoba kepada mereka, serta
merasa bahwa narkoba bukanlah kebutuhan jawab, berani dalam mengemukakan pendapat
mereka lagi. Sikap yang optimis dimiliki oleh dan perasaan, mampu mengambil pelajaran
subjek H, D, A, dan J. Mereka yakin bahwa berharga dari pengalaman di masa lalu, serta
mereka dapat terlepas dari narkoba dan memiliki dapat bertahan menghadapi permasalahan yang
masa depan yang baik. Empati dimiliki oleh dialami dengan cara yang positif (tidak
semua subjek, terbukti dari mereka senang dan menggunakan narkoba sebagai pelampiasan atau
ingin terus bekerja di Rumah Singgah PEKA pengalihan), serta mengikuti kegiatan konseling
untuk membantu orang lain yang memiliki atau konsultasi.
masalah dengan narkoba dan hukum. Self Untuk keluarga para mantan pengguna
efficacy dimiliki oleh subjek H, D, A, dan J, narkoba disarankan memiliki pengetahuan atau
terbukti dari keyakinan mereka bahwa mereka edukasi mengenai penggunaan narkoba dan
dapat melakukan sesuatu dengan baik dan masalah relapse pada mantan pengguna narkoba.
sukses, seperti terlepas dari narkoba, memiliki Selain itu, keluarga juga diharapkan mampu
masa depan yang baik, dapat melanjutkan kuliah, meningkatkan komunikasi dengan mantan
dan dapat membantu orang lain. pengguna narkoba, menghilangkan stigma
negatif terhadap mantan pengguna narkoba, dan
mendorong mereka menjadi individu yang
5. KESIMPULAN DAN SARAN resilien untuk mendukung proses pemulihan pada
Subjek H, A, dan J memiliki semua aspek mantan pengguna narkoba.
dalam sumber I Have, I Am, dan I Can. Subjek D Untuk tempat rehabilitasi, disarankan dapat
memiliki semua aspek dalam sumber I Have dan melibatkan keluarga dalam proses pemulihan
I Am, serta memiliki empat aspek dalam sumber I yang dijalani oleh pengguna narkoba, sehingga
Can, yaitu komunikasi, mengelola perasaan dan pengguna narkoba merasa didukung dan dicintai
rangsangan, mencari hubungan yang dapat oleh keluarganya. Selain itu tempat rehabilitasi
dipercaya, dan mengukur tempramen diri sendiri sebaiknya tidak hanya memperhatikan apakah
dan orang lain. Subjek R memiliki semua aspek pengguna narkoba sudah berhenti menggunakan
dalam sumber I Have, memiliki dua aspek dalam narkoba atau belum, namun juga memberikan
sumber I Am, yaitu perasaan dicintai dan perilaku pelatihan, konseling dan konsultasi untuk
menarik, serta mencintai, empati, dan alturistik, mempersiapkan pengguna narkoba kembali ke
serta memiliki dua aspek dalam sumber I Can, lingkungan masyarakat setelah selesai menjalani
yaitu mengelola perasaan dan rangsangan serta proses rehabilitasi dan mampu menghadapi
mengukur tempramen diri sendiri dan orang lain. berbagai masalah di kehidupan sehari-hari.
Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi
yaitu kecerdasan emosi, pengendalian impuls,
optimisme, empati dan self efficacy. DAFTAR PUSTAKA
Dalam penelitian ini masih banyak
kekurangan yang dimiliki, untuk itu bagi peneliti Ariwibowo, Kukuh. (2013, Juni). Stigma Negatif
selanjutnya yang ingin melakukan penelitian Menjadi Faktor Utara Mantan Pecandu
dengan variabel yang sama diharapkan dapat Relapse. Diunduh 4 Maret 2016 dari
lebih memperdalam teori-teori yang digunakan www.dedihumas.bnn.go.id.
dan memperdalam panduan wawancara sesuai Ariwibowo, Kukuh. (2013). 3 Sifat Jahat
dengan teori yang digunakan. Peneliti juga tidak Narkoba. Diunduh 4 Maret 2016 dari
memberikan kontrol pada karakteristik subjek www.dedihumas.bnn.go.id.
mengenai jenis narkoba yang digunakan, Badan Narkotika Nasional. (2016, Februari).
sehingga untuk penelitian berikutnya diharapkan Laporan Kinerja Badan Narkotika Nasional
dapat memberikan kontrol mengenai jenis Tahun 2015. Diunduh 4 Maret 2016 dari
narkoba yang digunakan untuk mengetahui www.bnn.go.id.
apakah jenis narkoba tersebut mempengaruhi Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan
resiliensi pada mantan pengguna narkoba. Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Untuk mantan pengguna narkoba, cara Ferrygrin. (2016). Menghapus Stigma Negatif
untuk mengembangkan resiliensi adalah dengan Masyarakat Terhadap Pengguna Narkoba.
menjalin komunikasi yang jujur dan terbuka Diunduh 29 Maret 2017 dari
dengan keluarga, teman-teman, dan masyarakat, www.dedihumas.bnn.go.id.
memiliki rasa bangga dan percaya diri, mampu Grotberg, E. H. (1995). A Guide to Promoting
menjadi individu yang mandiri dan bertanggung Resilience in Children: Strengthening the
Human Spirit. Senior Scientist Civitant Safitri, Lila Dini. (2015). Resiliensi pada Mantan
International Research Centre Universitas of Penyalahguna Napza. Jurnal Bimbingan dan
Alabama at Birmingham. Konseling Edisi 4.
Grotberg, E. H. (2003). Resilience for Today: Setyowati, Ana, dkk. (t.th). Hubungan Antara
Gaining Strength from Adversity. Wesport: Kecerdasan Emosional dengan Resiliensi
Preager Publisher. pada Siswa Penghuni Rumah Damai.
Ihsanuddin. (2014, Desember). BNN: 70 Persen Diterbitkan. Jurnal Psikologi.
Pengguna Narkoba adalah Pekerja Usia Sofiyah. (2009). Mengenal Napza dan
Produktif. Diunduh 4 Maret 2016 dari Bahayanya. Jakarta: Be Champion.
www.kompas.com. Sulaiman, Muhamad Reza. (2016, Juli). Ini Dia
Nurhidayati, Nuni dan Duta Nurdibyanandaru. Metode Rehabilitasi Narkoba Gaya Baru Ala
(2014). Hubungan antara Dukungan Sosial Rumah Singgah PEKA. Diunduh 29 Maret
Keluarga dengan Self Esteem pada 2017 dari www.detik.com
Penyalahguna Narkoba yang Direhabilitasi. Suryaman, Muhammad Ari, dkk. (2013).
Diterbitkan. Jurnal Psikologi Klinis dan Pengaruh Religiusitas Terhadap Resiliensi
Kesehatan Mental. Volume 03, Nomor 03. Pada Pasien Rehabilitasi Narkoba Yayasan
Partodiharjo, Subagyo. (t.th). Kenali Narkoba Rumah Damai Semarang. Jurnal Psikologi
dan Musuhi Penyalahgunaannya. Perkembangan dan Klinis.
Poerwandari, E. Kristi. (2011). Pendekatan Suyasa, P. Tommy Y. S. dan Farida Wijaya.
Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. (2006). Resiliensi dan Sikap Terhadap
Depok: LPSP3 UI. Penyalahgunaan Zat (Studi pada Remaja).
Poetry, Riezky Vieramadhani, dkk. (t.th). Diterbitkan. Jurnal Psikologi. Volume 4,
Resiliensi pada Mahasiswa Baru Penyandang Nomor 2.
Cerebral Palsy (CP). Jurnal Psikologi. Syuhada, Irwan. (2015). Faktor Internal dan
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Intervensi pada Kasus Penyandang Relaps
RI. (2014, Juni). Say No To Drugs, Say Yes Narkoba. Jurnal Psikologi.
To Life. Diunduh 26 Februari 2016 dari Willig, Carla. (2008). Introducing Qualitative
www.depkes.go.id Research in Psychology, Second Edition. New
York: McGraw Hill.

Anda mungkin juga menyukai