Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi, Vera Yuli Erviana, Slamet Arifin
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi, Vera Yuli Erviana, Slamet Arifin
Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Negeri Yogyakarta, IKIP PGRI Wates, SDN Tanjungtirto
nurwangid2003@yahoo.com, ali_mustadi@uny.ac.id, vhera_uny@yahoo.co.id,
masarifinspd@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesiapan guru Sekolah Dasar (SD) dalam mene-
rapkan Kurikulum 2013 khususnya dalam pembelajaran tematik-integratif di Daerah Istimewa Yogya-
karta (DIY). Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian survei. Populasi penelitian adalah guru
kelas I dan IV yang terdapat di wilayah DIY. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah
sebanyak 182 guru SD yang berasal dari 49 SD negeri dan 15 SD swasta yang dijadikan pilot project
berdasarkan data dari Kemdikbud DIY. Hasil penelitan menunjukkan bahwa persentase kesiapan guru
SD di DIY dalam melaksanakan pembelajaran tematik-integratif pada Kurikulum 2013 sebesar
75,85% (siap), dilihat dari aspek kesiapan yaitu aspek Behavioral Readiness diperoleh persentase se-
besar 80% (sangat siap), aspek Emotive-Ettitudinal sebesar 78,39% (sangat siap) dan aspek Cognitive
Readiness sebesar 71,18% (siap). Sedangkan kesiapan guru SD di setiap kabupaten diperoleh hasil
persentase sebagai berikut: Sleman 76,13% (sangat siap), Yogyakarta 78,72% (sangat siap), Bantul
73,16% (siap), Gunungkidul 75,54% (siap), dan Kulon Progo 75,42% (siap).
Kata Kunci: Kesiapan guru, tematik-integratif, kurikulum 2013
Abstract
This study aims to describe the readiness of elementary school teachers in implementing curri-
culum 2013, based on thematic-integrative learning in Yogyakarta Province. This is a survey study.
The research population were elemantary school teachers of class I and IV in DIY. The research
sample consisted of 289 elemantary school teachers from 49 public schools and 15 private elementary
schools which used as pilot project based on the data from Kemdikbud. The result shows that the
percentage of elementary school teachers readiness in to implementing thematic-integrative learning
is 75.85% (ready): the precentage of readiness behavioral aspects is 80% (well prepared), emotive
ettitudinal aspect is 78.39% (well prepared) and cognitive readiness aspects is 71.18% (ready). While
the readiness of elementary school teachers in each district are follows: Sleman 76.13% in the
category of (well prepared), Yogyakarta 78.72% in the category of (well prepared), Bantul 73.16% in
the category of (ready), Gunungkidul 75.54% in the category of (prepared ), and Kulon Progo 75.42%
in the category of (ready).
Keywords: Elemantary school teachers readiness, thematic-integrative, kurikulum 2013
Berdasarkan latar belakang masalah kesiapan kognitif terdiri dari: (1) memiliki kete-
yang diuraikan tersebut, rumusan masalah yang rampilan kognitif dan berpikir kritis yang pen-
diambil yaitu tentang kesiapan guru SD di DIY ting untuk melakukan tugasnya, (2) sadar akan
terhadap penerapan Kurikulum 2013. Berdasar- kekuatan dan kekurangan, (3) sudah membuat
kan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yng hubungan antara tugas yang dilakukan dengan
ingin dicapai pada penelitian ini adalah men- kenyataan di lapangan, (4) sadar akan nilai diri
deskripsikan kesiapan guru SD di DIY terhadap dan kemauan untuk menjalankan tugas, dan (5)
penerapan Kurikulum 2013. mampu mengintegrasikan konsep-konsep dan
Kesiapan berasal dari kata “siap” men- alat-alat dari berbagai disiplin keilmuan, (c)
dapat awalan ke- dan akhiran -an. Dalam Behavioral Readiness atau kesiapan perilaku
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003), men- terdiri dari: (1) bersedia menjalankan fungsi ke-
jelaskan kesiapan adalah suatu keadaan bersiap- mitraan dengan rekan-rekan mereka dalam
siap untuk mempersiapkan sesuatu. Thorndike bekerja dan fasilitator, dan (2) mahir mengatur
(Bower, 2000, p.27), menyatakan kesiapan da- waktu untuk mencapai tujuan yang sesuai
lam hukum kesiapan (law of readiness) sebagai dengan tugasnya.
berikut. Kesiapan guru sangat penting karena
dalam tujuan Kurikulum 2013, diantaranya
Thordike recognized several forms of
mendorong peserta didik mampu lebih baik
readines; if a strong desire for an action
dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar,
sequence is aroused, then the smooth carry-
dan mengkomunikasika-mempresentasikan, apa
ing out of that sequence is satisfying; if that
yang mereka peroleh setelah menerima materi
action sequence is thwarted or blocked from
pembelajaran.
completion, then such blocking is annoying;
Kemdikbud (2013, p.9) menjelaskan
if an action is fatigued (tired out) or
pembelajaran tematik-integratif merupakan
satiated, then forcing a further repetition of
pendekatan pembelajaran yang mengintegrasi-
act is annoying.
kan berbagai kompetensi dari berbagai mata
Artinya bahwa menurut Thorndike ada pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegra-
beberapa kondisi yang akan muncul pada hu- sian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu
kum kesiapan ini, diantaranya: (a) jika individu integrasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
siap untuk bertindak dan mau melakukannya, dalam proses pembelajaran dan integrasi berba-
maka ia akan merasa puas, (b) jika individu siap gai konsep dasar yang berkaitan. Pembelajaran
untuk bertindak, tetapi ia tidak mau melaku- tematik-integratif memberikan kesempatan
kannya, maka timbulah rasa ketidakpuasan, (c) kepada peserta didik untuk menghubungkan
jika belum ada kecenderungan bertindak, na- pengalaman dan pengetahuan sehingga peserta
mun ia dipaksa melakukannya, maka melaku- didik lebih mudah menyelesaikan masalah dan
kannya akan menjengkelkan, dan (d) jika suatu memenuhi kebutuhan mereka akan pengetahuan
organisme didukung oleh kesiapan yang kuat (Huber & Hutchings, 2008, p.1).
untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan Kemdikbud (2013, p.9) menjelaskan
tingkah laku akan menimbulkan kepuasan pembelajaran tematik-integratif merupakan
individu sehingga asosiasi cenderung diperkuat. pendekatan pembelajaran yang mengintegrasi-
Kesiapan akan dapat kita capai apabila ada kan berbagai kompetensi dari berbagai mata
harapan, dan usaha dalam bentuk perbuatan pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegra-
yang berulang-ulang hingga mencapai tujuan sian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu
yang diinginkan yaitu berupa kesuksesan. integrasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan
Menurut Bandura dkk (Maddox, dkk, dalam proses pembelajaran dan integrasi ber-
2000, p.277), menjelaskan kesiapan terdiri dari bagai konsep dasar yang berkaitan. Tema ini
tiga bagian: (a) Emotive Attitudeinal Readiness menjadi alat pemersatu materi yang beragam
atau kesiapan sikap dan emosi terdiri dari: (1) dari berbagai mata pelajaran. Pembelajaran
kesiapan emosional diasumsikan sebagai tang- tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang
gung jawab untuk melakukan suatu tugas; (2) dirancang dan dikemas berdasarkan tema-tema
antusiasme terhadap suatu tugas, (3) kemauan tertentu dan dalam pembahasannya tema-tema
beradaptasi dengan tugas sewaktu-waktu, (4) ditinjau dari berbagai mata pelajaran.
kenyamanan dan kemandirian dalam menjalan- Keterampilan-keterampilan belajar me-
kan tugas, dan (5) mengapresiasi nilai intrinsik nurut Fogarty (1991, p.77) meliputi keteram-
dalam suatu tugas, (b) Cognitive Readiness atau pilan berpikir (tinking skill), keterampilan sosial
(social skill) dan keterampilan mengorganisir pembelajaran relevan dengan kondisi di lapang-
(organizing skill). Fogarty (1991, p.xv) menye- an; guru memiliki kemauan yang ditunjukkan
butkan ada 10 model pembelajaran terpadu melalui kesadaran diri akan ketidakpahaman
yang terintegrasi antara lain: (1) fragmented; Kurikulum 2013; dan guru mampu meng-
(2) connected; (3) nested; (4) sequenced; (5) gabungkan konsep-konsep dan alat-alat dari
shared; (6) webbed; (7) threaded; (8) berbagai mata pelajaran, dan (c) Aspek Beha-
integrated; (9) immersed; dan (10) networked. vioral Readiness atau kesiapan perilaku yang
Selanjutnya, Fogarty (1991, p.76) dimaksudkan dalam penelitian ini adalah guru
menambahkan: bersedia menjalankan fungsi kemitraan dengan
rekan kerja, dan guru mampu mengatur waktu
The integrated curricular model represents
dalam mencapai tujuan yang sesuai dengan
a cross displinary approach similar to the
tugas.
shared model. The integrated model blends
Berdasarkan uraian tersebut, maka
the four major disciplines by setting
pertanyaan penelitiannya adalah (a) Bagaimana
curricular priorities in each and finding the
kesiapan guru SD di DIY dalam menerapkan
overlapping skills, concepts, and attitude in
Kurikulum 2013? dan (b) Bagaimana kesiapan
all four.
guru SD disetiap kabupaten berdasarkan aspek
Model ini merupakan pembelajaran Emotive-Attitudeinal Readiness, Cognitive
terpadu yang menggunakan pendekatan antar Readiness dan Behavioral Readiness terhadap
bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara penerapan Kurikulum 2013?
menggabungkan bidang studi dengan cara
Metode Penelitian
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan
keterampilan, konsep, dan sikap yang saling Penelitian ini termasuk jenis penelitian
tumpang tindih di dalam beberapa bidang studi. survei yang bertujuan untuk mengetahui
Pada model ini tema yang berkaitan dan tum- kesiapan guru sekolah dasar dalam pelaksanaan
pang tindih merupakan hal terakhir yang ingin pembelajaran tematik-integratif pada Kuriku-
dicari dan dipilih oleh guru dalam tahap peren- lum 2013. Desain penelitian ini menggunakan
canaan program. Pertama kali guru harus pendekatan kuantitatif. Informasi yang terkum-
menyeleksi konsep-konsep, keterampilan dan pul dapat dijadikan sebagai dasar atau landasan
sikap yang diajarkan dari beberapa bidang stu- untuk membuat rekomendasi dalam mendukung
di, selanjutnya dipilih beberapa konsep, kete- kebijakan atau keputusan tentang pelaksanaan
rampilan dan sikap yang memiliki keterhubung- pembelajaran tematik-integratif.
an yang erat dan tumpang tindih di antara Penelitian survei ini mengacu pada
berbagai bidang studi. langkah-langkah penelitian survei yang dikemu-
Berdasarkan teori yang dikemukakan kakan Rea dan Parker (Sukmadinata, 2010,
sebelumnya, kesiapan dalam penelitian ini p.90) sebagai berikut: (1) identification of the
terdiri dari tiga aspek antara lain: (a) aspek focus of the study and method of research, (2)
Emotive-Attitudeinal Readines atau kesiapan the research schedule and budget, (3) esta-
sikap dan emosi yang dimaksudkan dalam blishment of an information based, (4) the
penelitian ini adalah guru bertanggung jawab sampling frame, (5) determination of sample
dalam proses pembelajaran; guru berkeinginan size and sampel selection, (6) design of the
kuat dalam melaksanakan pembelajaran; guru survey instrument, (7) pretest of survey ins-
mampu beradaptasi dengan rekan, tugas, ling- trument, (8) selection and training interview,
kungannya; guru mandiri dalam menjalankan (9) implementation of the survey, (10) codifi-
tugas, dan mengapresiasi terhadap penerapan cation of the completed questionnaires and
pembelajaran melalui penerapan berbagai computerized data entry, and (11) data
sumber belajar dan metode yang sesuai dengan analiysis and final report.
Kurikulum 2013, (b) aspek Cognitive Readiness Penelitian ini akan dilaksanakan di
atau kesiapan kognitif yang dimaksudkan dalam SD wilayah DIY yang meliputi empat Kabu-
penelitian ini adalah guru berpikir kritis yang paten dan satu Kota. Waktu penelitian dilak-
ditunjukkan mampu membuat peserta didik sanakan mulai bulan Juni 2013 sampai
aktif, kreatif dalam mengembangkan ide, sesuai denganbulan Oktober 2013.
dengan tingkat kecerdasan dan penalaran peser- Pelaksanaan penelitian kesiapan guru
ta didik; guru sadar akan kelebihan dan keku- terhadap Kurikulum 2013 ini dilaksanakan
rangan Kurikulum 2013; guru menilai bahwa dengan jumlah responden sebanyak 182 orang
Kesiapan Guru SD dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di DIY 179
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi, Vera Yuli Erviana, Slamet Arifin
guru. Jumlah responden tersebut diambil dari dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat
jumlah populasi guru sebanyak 289 orang guru. Sugiyono yang menyatakan bahwa, angket
Populasi penelitian ini adalah guru SD di DIY merupakan teknik pengumpul data yang efisien
dan sampel penelitiannya ditentukan meng- bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang
gunakan tabel Krejcie Morgan sebagai berikut. akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan
dari responden. Lebih lanjut angket juga cocok
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel SD
digunakan bila jumlah responden cukup besar
Setiap Kabupaten
dan tersebar di wilayah yang luas. Peneliti
Populasi Sampel menggunakan teknik angket terbuka karena
Kabupaten
Guru SD Guru SD dirasa perlu sebagai instrumen pendukung
KotaYogyakarta 102 48 terhadap angket tertutup. Angket terbuka digu-
Sleman 54 34 nakan sebagai teknik pengumpulan data untuk
Bantul 66 48 penguatan data yang dikumpulkan melalui
Kulonprogo 23 16 angket tertutup.
Gunungkidul 43 36 Dari hasil angket yang diperoleh akan
Total 289 182 dilakukan skoring dengan rentang 1-4. Instru-
men pengumpulan data dalam penelitian ini
Teknik pengumpulan data yang diguna- adalah lembar angket dan pedoman wawancara
kan dalam penelitian ini adalah angket yang dengan kisi-kisi sebagai berikut.
berupa angket tertutup dan angket terbuka.
Pemilihan angket sebagai alat pengumpul data
Tabel 2. Kisi-Kisi Angket Kesiapan Guru Sekolah Dasar
Butir
No Sub Variabel Indikator
Positif (+) Negatif (-)
1 Emotive Attitudinal tanggung jawab 1,2
antusias 3
kemauan beradaptasi 4
kemandirian 5
mengapresiasi nilai instrinsik dalam suatu tugas 6
2 Cognitive Readines berpikir kritis 7
sadar akan kekurangan dan kelebihan 8 9
berpikir secara kontekstual 10
sadar akan nilai diri dan kemauan 11
mampu mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan 12
3. Behavioral Readines menjalankan fungsi kemitraan 13,14
mahir mengatur waktu 15
Jumlah 15
Berdasarkan Tabel 4 tersebut, diper- memadai. Persentase terbesar dari aspek Cog-
oleh hasil persentase kesiapan guru sekolah nitive Readiness yaitu di Kota Yogyakarta
dasar dalam pelaksanaan pembelajaran tematik- sebesar 73,78%, sedangkan untuk Kabupaten
integratif pada Kurikulum 2013 di Kabupaten Sleman sebesar 71,69%, Kabupaten Gunung-
Bantul, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupa- kidul sebesar 70,27%, Kabupaten Kulon Progo
ten Kulon Progo berada pada rentang 50%-75% sebesar 69,53% dan Kabupaten Bantul sebesar
yang berarti siap, sedangkan Kabupaten Sleman 69,44%. Kemampuan dan pemahaman guru
dan Kota Yogyakarta berada pada rentang 76%- dalam pembelajaran tematik-integratif, sadar
100% yang berarti sangat siap. Secara keselu- akan nilai diri dan kemauan, kemampuan
ruhan kesiapan guru di Daerah Istimewa Yog- mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan
yakarta adalah siap. Hal ini berdasarkan hasil pola pikir kontekstual yang tinggi menjadikan
persentase kesiapan guru sebesar 75,85% yang guru-guru sekolah dasar di Kota Yogyakarta
berarti siap. siap untuk melaksanakan pembelajaran tematik-
Kesiapan guru berdasarkan setiap integratif sehingga persentase yang diperoleh
aspek kesiapan yang ada di wilayah Daerah juga terbesar. Sama halnya dengan aspek
Istimewa Yogyakarta adalah sebaga berikut. Emotive-Ettitudinal dan Cognitive Readiness,
pada aspek Behavioral Readiness perolehan
Tabel 5. Persentase Setiap Aspek Kesiapan di
persentase terbesar pada Kota Yogyakarta yaitu
Daerah Istimewa Yogyakarta
sebesar 84,55%, sedangkan Kabupaten Gu-
Nilai Skor Prosentase nungkidul sebesar 81,31%, Kabupaten Kulon
Kriteria Kategori
Jawaban (%) Progo 79,69%, Kabupaten Sleman 78,92% dan
Sangat Kabupaten Bantul 75,69%. Tingginya persen-
Emotive 3443 78,392
siap tase Kota Yogyakarta pada aspek Behavioral
Cognitive 3126 71,175 Siap Readiness dikarenakan berjalannya fungsi
Behaviora Sangat kemitraan dengan baik pada sekolah maupun
1759 80,100
l siap guru, yaitu antarguru selalu melakukan evaluasi
Total 8328 75,847 Siap terhadap proses pembelajaran yang telah dilak-
Persentase kesiapan guru sekolah dasar sanakan, melakukan diskusi antarguru, melaku-
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik- kan refleksi dan keteraturan dalam mengatur
integratif pada Kurikulum 2013 berdasarkan waktu yang tersedia.
dari aspek yang menjadi perhatian peneliti, Persentase kesiapan guru sekolah dasar
aspek Behavioral Readiness merupakan aspek dalam pelaksanaan pembelajaran tematik-
yang memiliki persentase terbesar yaitu integratif pada kurikulum 2013 secara umumdi
80,10%, sedang aspek Emotive-Ettitudinal se- setiap kabupaten diperoleh hasil persentase
besar 78,39% dan aspek Cognitive Readiness sebagai berikut: Sleman 76,13% (sangat siap),
sebesar 71,18%. Artinya, dari aspek Behavioral Yogyakarta 78,72% (sangat siap), Bantul
Readiness dan Emotive-Ettitudinal kesiapan gu- 73,16% (siap), Gunungkidul 75,54% (siap), dan
ru dalam melaksanakan pembelajaran tematik- Kulon Progo 75,42% (siap). Secara keseluruhan
integratif termasuk kategori sangat siap, kesiapan guru di Daerah Istimewa Yogyakarta
sedangkan dari aspek Cognitive Readiness ter- adalah siap. Hal ini berdasarkan hasil persen-
masuk kategori siap. Namun, persentase secara tase kesiapan guru sebesar 75,85% yang berarti
keseluruhan dari ketiga aspek termasuk pada siap.
kategori siap yaitu sebesar 75,85%. Kesiapan guru dalam melaksanakan
Persentase dari aspek Emotive-Ettitudi- Kurikulum 2013 juga didukung dari hasil
nal di Kota Yogyakarta merupakan persentase angket terbuka yang diberikan pada guru dari
terbesar yaitu 80,75%, diikuti oleh Kabupaten segi kesiapan Emotive-Ettitudinal, Cognitive
Sleman dan Kulon Progo sebesar 79,17%, Ka- Readiness dan Behavioral Readiness. Hasil dari
bupaten Gunungkidul 77,93% dan Kabupaten segi kesiapan Emotive-Ettitudinal adalah: (a)
Bantul 75%. Tingginya persentase pada Kota guru bertanggung jawab dalam melaksanakan
Yogyakarta pada aspek tersebut dikarenakan Kurikulum 2013; (b) antusiasme mencari infor-
adanya tanggung jawab, antusiasme, kemauan masi mengenai pelaksanaan pembelajaran de-
beradaptasi dan kemandirian yang tinggi pada ngan cara mengikuti sosialisasi, pelatihan, dik-
guru-guru dan sekolah dasar selain itu didukung lat, dan membaca buku pegangan; (c) mau ber-
dengan adanya sarana dan prasarana yang adaptasi dengan Kurikulum 2013; (d) berusaha
mandiri, dan (e) mengapresiasi nilai instrinsik
Kesiapan Guru SD dalam Pelaksanaan Pembelajaran Tematik-Integratif pada Kurikulum 2013 di DIY 181
Muhammad Nur Wangid, Ali Mustadi, Vera Yuli Erviana, Slamet Arifin
dalam suatu tugas melalui penerapan berbagai guru jika dilihat dari setiap aspek kesiapan
sumber belajar dan metode yang sesuai dengan adalah sebagai berikut: (a) kesiapan guru dari
Kurikulum 2013. aspek Emotive-Ettitudinal di masing-masing
Hasil analisis angket terbuka dari segi kabupaten dan kota di Daerah Istimewa Yogya-
kesiapan Cognitive Readiness adalah (a) guru karta adalah 80,75% di Kota Yogyakarta,
menilai bahwa pembelajaran tematik-integratif 79,17% di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo,
sudah tepat untuk anak sekolah dasar; (b) guru 77,93% di Kabupaten Gunungkidul, dan 75%
sadar akan kekurangan Kurikulum 2013; (c) Kabupaten Bantul di Kabupaten Bantul. Ber-
guru sadar akan kelebihan Kurikulum 2013; (d) dasarkan presentase tersebut kesiapan guru dari
pelaksanaan pembelajaran sudah disesuaikan aspek Emotive-Ettitudinal di Kota Yogyakarta,
dengan lingkungan, budaya, sosial sekitar; (e) Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo,
sadar akan nilai diri dan kemauan ditunjukan dan Kabupaten Gunungkidul pada kategori
melalui kesadaran diri akan ketidakpahaman sangat siap dan di Kabupaten Bantul pada kate-
terhadap Kurikulum 2013, dan (f) mampu gori siap; (b) kesiapan guru dari aspek Cog-
mengintegrasikan berbagai disiplin keilmuan. nitive Readiness yaitu di Kota Yogyakarta
Hasil analisis angket terbuka dari segi sebesar 73,78%, sedangkan untuk Kabupaten
kesiapan Behavioral Readiness adalah (a) Sleman sebesar 71,69%, Kabupaten Gunung-
kesiapan menjalankan kemitraan dengan teman kidul sebesar 70,27%, Kabupaten Kulon Progo
sejawat dan (b) mahir mengatur waktu dalam sebesar 69,53% dan Kabupaten Bantul sebesar
melaksanakan Kurikulum 2013. Hoover (1990) 69,44%. Berdasarkan presentase tersebut ke-
menyatakan bahwa ada lima tahap dalam meng- siapan dari aspek Cognitive Readiness pada
implementasikan kurikulum yaitu: menentukan masing-masing kabupaten berada pada kategori
kebutuhan untuk adaptasi kurikulum, meng- siap, dan (c) kesiapan dari aspek Behavioral
identifikasi elemen-elemen yang diminta dalam Readiness perolehan persentase terbesar pada
beradaptasi, memilih teknik mengajar dan ma- Kota Yogyakarta yaitu sebesar 84,55%, sedang-
najemen perilaku, mengimplementasikan kuri- kan Kabupaten Gunungkidul sebesar 81,31%,
kulum, dan memonitor perkembangan adaptasi Kabupaten Kulon Progo 79,69%, Kabupaten
yang dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian Sleman 78,92% dan Kabupaten Bantul 75,69%.
yang diperoleh tentang kesiapan guru dalam Berdasarkan presentase tersebut kesiapan guru
menerapkan kurikulum 2013, guru sudah me- dari aspek Behavioral Readiness di Kota Yog-
laksanakan beberapa tahap dalam mengimple- yakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon
mentasikan kurikulum menurut Hoover. Tahap- Progo, dan Kabupaten Gunungkidul pada kate-
tahap yang sudah dilaksanakan guru adalah gori sangat siap dan di Kabupaten Bantul pada
menentukan kebutuhan untuk adaptasi kuriku- kategori siap. Tetapi kesiapan guru ini bukan
lum, mengidentifikasi elemen-elemen yang berarti guru tidak memerlukan bantuan apapun.
diminta dalam beradaptasi, memilih teknik Pada pertanyaan dalam angket nomor 5,
mengajar dan manajemen perilaku. Hal ini mengenai kebutuhan guru dalam bantuan dan
ditunjukan dengan kesiapan emotive-ettitudinal pendampingan dalam melaksanakan Kurikulum
yaitu pada aspek kemauan beradaptasi. Ber- 2013 sebagian besar guru menjawab masih
dasarkan hasil penelitian di atas aspek kemauan membutuhkan bantuan dan pendampingan.
beradaptasi dinyatakan sangat siap dengan
Daftar Pustaka
persentase sebesar 79,05%.
Arifin, Zaenal. (2010). Evaluasi pembelajaran.
Simpulan
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Berdasarkan hasil penelitian yang dila-
Danim, S. (2010). Perkembangan peserta didik.
kukan di Daerah Istimewa Yogyakarta tentang
Bandung: Alfabeta
kesiapan guru sekolah dasar dalam melaksana-
kan pembelajaran tematik-integratif sesuai Depdiknas. (2006). Strategi pembelajaran yang
dengan Kurikulum 2013, dapat disimpulkan mengaktifkan siswa. Jakarta:
bahwa: (1) kesiapan guru SD di DIY dalam Depdiknas.
menerapkan pembelajaran tematik-integratif Depdiknas. (2000). Kamus besar bahasa
sudah siap (75,847%). Tingkat kesiapan guru indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai
yang paling tinggi berada di Kota Yogyakarta, Pustaka.
dan tingkat kesiapan guru yang paling rendah
berada di kabupaten Bantul, dan (2) kesiapan
Feldman, S.R. (2012). Discovering the life Mardapi, Djemari. (2007). Teknik penyusunan
span. USA: Pearson Prentice Hall. instrumen tes dan nontes. Yogyakarta:
Mitra Cendikia.
Fogarty, R. (1991). How to integrate the
curricula. Palatine: Skylight Publising Nazir, M. (2005). Metode penelitian. Bogor:
Inc. Ghalia Indonesia.
Hoover, J.J. (1990). Curriculum adaption: a Maddox, N. et. all. (2000). Learning Readiness:
five-step process for classroom An Underappreciated Yet Vital
implementation. Journal of Intervention Dimension In Experiential Learning.
in School and Clinic Vol 25:407. Jornal of Developments in Business
Simulation & Experiential Learning.
Huber & Hutchings. (2008). Integrative
Learning: Mapping The Terrain Sisdiknas. (2012). Uji Publik Kurikulum 2013:
International. Journal for The Penyederhanaan, Tematik-
Scholarship of Teaching & Learning Integratif.http://www.kemdiknas.go.id/
Vol.2 No.1. kemdikbud/uji-publik-kurikulum-2013-
1. Diakses pada tanggal 10/03/2013
Irianto, Y B. (2011). Kebijakan pembaruan
pukul 09.00 WIB.
pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sugiyono. (2008). Metode penelitian
Kemdikbud. (2013). Kompetensi Dasar SD/MI
pendidikan: pendekatan kuantitatif,
Versi Maret 1.
kualitatif, dan R&D. Bandung:
Kerlinger, F.N. (2006). Asas-asas penelitian Alfabeta.
behavioral edisi ketiga. Yogyakarta:
Sukandi. (2003). Belajar aktif dan terpadu.
Gadjah Mada University Press.
Surabaya: Duta Graha Pustaka.
Kon Chon Min, dkk. (2012). Teachers'
Sukmadinata, N.S. (2010). Metode penelitian.
Understanding and Practice towards
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Thematic Approach in Teaching
Integrated Living Skills (ILS) in Tim Pustaka Yustisia. (2007). Panduan lengkap
Malaysia. International Journal of KTSP. Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Humanities and Social Science. Vol. 2
Trianto. (2010). Model pembelajaran terpadu:
No. 23 December 2012.
konsep, landasan, dan implementasinya
Kyriacou, C. (2009). Effective teaching in pada kurikulum tingkat satuan
school (theory and practice). United pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi
Kingdom: Nelson Thornes. Aksara.
Trianto. (2012). Model pembelajaran terpadu.
Jakarta: Bumi Aksara.