Anda di halaman 1dari 5

Depresan dan Stimulan

A. Depresan dan Stimulan

Kebanyakan orang pasti sudah pernah mengalami stress, depresi atau penyakit psikologis
lainnya. Biasanya dokter memberi resep yang membuat perasaan pasien menjadi lebih baik
atau rileks. Salah satu gangguan kecil yang serupa adalah susah tidur.

kelompok obat yang”Obat penenang adalah depresan yang tergolong pada disebut
'benzodiazepine'. Obat-obat ini diresepkan oleh para dokter untuk mengurangi stres,
kecemasan, untuk membantu orang tidur dan kegunaan kedokteran lainnya.
(http://www.bisnet.or.id, kamis 21 November 2008 pukul 14.12)

Orang memiliki kecenderungan menggunakannya umumnya seorang pekerja berat yang


dikejar oleh waktu sehingga waktu istirahat menjadi sangat berharga baginya. Atau seorang
yang mengalami strees berat sehingga diperlukan obat penenang untuk menyetabilkan
emosinya. Sebaliknya dengan stimulan.

Tuntutan pekerjaan yang menumpuk waktu nyang begitu mendesak membuat orang
mengambil jalan pintas dengan memaksakan diri dan menyokong tubuh dengan suplemen
suplemen tertentu. Namun walau stamina terjaga konsentrasi dan semangat kerja tetap tidak
terpenuhi. Yang paling sering dilakukan pekerja keras untuk menyikapinya dengan cara
merokok atau meminum kopi yang kental. Menurut penelitia nikotin dalam rokok dan kafein
dalam kopi merupakan zat yang tergolong dalam zat kimia yang disebut stimulant.

“Stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat kewaspadaan di dalam rentang waktu
singkat. Stimulan biasanya menaikkan efek samping dengan menaikkan efektivitas, dan
berbagai jenis yang lebih hebat seringkali disalahgunakan menjadi obat yang ilegal atau
dipakai tanpa resep dokter.” (http://id.wikipedia.org, Senin 1 desember 2008 pukul 14.57)

B. Macam dan Ragam

Ada banyak golongan dari anti depresan menurut jenis dan cara kerja obat tersebut, yaitu :

1. Golongan penghambat pelepasan selektif contohnya Serotonin Citalopram, Fluoxetine,


Paroxetine, Sertraline, Fluvoxamine

2. Golongan Trisiklikcontohnya Amitriptyline, Imipramine, Nortriptyline, Clomitramine

3.Golongan penghambat pelepasan Serotonin dan Norepineprin Venlafaxine, Duloxetine


4. Golongan penghambat pelepasan Norepineprin dan Dopamin Bupropion, belum tersedia di
Indonesia

5. Golongan kombinasi penghambat pelepasan dan reseptor blocker Trazodone dan


Nefazodone belum tersedia di Indonesia, tetapi Maprotiline dan Mirtazpine sudah tersedia.

6. Golongan penghambat Monoamin oksidase Moclobemide.

7. Golongan Tetrasiklik Amoxapine, Maprotiline

Lainnya ;Tianeptine, mempunyai struktur mirip trisiklik dan bekerja dengan meningkatkan
pengambilan serotonin secara selektif.

Bebarapa zat yang memiliki efek stimulan antaralain:

1. Amfetamin, dikenal dengan nama "speed", "ice", "shabu", "meth", dll, adalah suatu kelas
stimulan sintetis yang kuat, dengan efek-efek yang sangat mirip dengan kokain tetapi jauh
lebih bertahan lama

2. Kokain , senyawa sintetis yg memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat. Didapatkan
dari tanaman Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan

3. Kafein, senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan seperti biji kopi, teh,
dll. Memiliki rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung,
dan pernafasan

4. Nikotin, sebuah senyawa kimia organic yang ditemukan secara alami di berbagai macam
tumbuhan seperti tembakau dan tomat, berasal dari hasil biosintesis di akar dan
diakumulasikan di daun.

Penggunaan

Depresan dalam dunia medis biasa digunakan sebagai pengobatan gangguan panik, stress,
depresi, gangguan ansietas dan pada anak-anak berguna untuk mengatasi gangguan defisit
perhatian, bulimia serta narkolepsi

Penggunaan stimulan lebih komplesks daripada depresan. Potensi yang ditimbulkan yaitu
menaikkan kegiatan sistem saraf simpatetik, sistem saraf pusat (CNS), atau kedua-duanya
sekaligus. Beberapa stimulan menghasilkan sensasi kegirangan tau kesenagan yang
berlebihan, khususnya jenis-jenis yang memberikan pengaruh terhadap CNS. Stimulan juga
dipakai di dalam terapi untuk pemelihara kewaspadaan, penawar rasa lelah dalam situasi
yang sulit tidur (misalnya saat otot-otot bekerja keras), sebagai penawar keadaan tidak
mengurangi kewaspadaan atau kesadaran (seperti di dalam narkolepsi), untuk menurunkan
bobot tubuh (phentermine), dan memperbaiki kemampuan berkonsentrasi bagi orang-orang
yang sulit memusatkan perhatian seperti ADHD. Terkadang stimulan dipakai untuk
memompa ketahanan, produktivitas dan juga untuk menahan nafsu makan.

D. Efek yang ditimbulkan


“Obat penenang (Depresan) yang kini mudah didapatkan di warung-warung bukan di apotik
saja obat ini memberikan dampak berbeda pada tiap orang. Tergantung dari besarnya dosis,
berat tubuh, umur, dan bagaimana obat tersebut dipakai sesuai suasana sipemakai”
(http://www.radarbanjarmasin.com, Senin 24 november 2008 15.37)

Bila di lihat dari segi positifnya depresan dapat menenangkan pemakainya, membuat hati
menjadi tentran dan kita seakan lepas dari segala permasalahan hidup. Akan tetapi depresan
juga memiliki dampak dampak negative seperti mula, pusing , pandangan kabur dan lain lain.
Secara khusus juga obat obat depresan memiliki efek sesuai dengan obat obatan dan kondisi
pasien pengguna obat tersebut.

“Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang minum antidepresan mungkin
lebih berpikir atau berencana untuk mencelakakan diri sendiri atau bunuh diri dibanding
dengan yang tidak minum antidepresan.” (http//medicastore.com, Senin 24 november 2008
pukul 14.23)

Meskipun menekan kerja otak dang menenangkan batin depresan tidak berkerja dengan baik
pada remaja dan anak-anak. Sebaliknya obat ini dapat menimbulkan kelakuan menyimpang
pada remaja dan anak anak, mengakibatkan gangguan kemampuan si anak dalam belajar,
mengurangi semangat hidup anak, anak menjadi tidak peka terhadap perlakuan seperti
perhatian dan kasihsayang, dan hal terburuk yang akan terjadi bila anak anak atau remaja
mencoba untuk mengakhiri kehidupannya. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk
mengawasi setiap perilaku anak-anak dan remaja saat menggunakan obat anti depresan ini.

Gangguan seksual yang terjadi pada pemakain obat penenang adalah berupa gangguan
menstruasi pada wanita, sepert siklus menjadi tidak lancar seperti saat kondisi normal
sebelum mengkonsumsi obat.. Pada ibu hamil, obat penenang dapat mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin. Hal ini juga dapat diteruskan ibu lewat ASI yang akan
diberikan pada buah hatinya. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan pemakaian obat
antidepresan bagi ibu hamil dan menyusui.

Stimulan juga berdampak buruk bagi kesehatan, apalagi jika disalah gunakan. Peggunaan
obat stimulant jangka panjang dapat menimbulkan peningkatan tekanan darah, peningkatan
denyut jantung, nafsu makan berkurang, kecanduan, dll.

Daftar Pustaka

1. http://antidepresan-psikofarmaka.blogspot.com

2. http://www.bisnet.or.id

3. http//medicastore.com

4. Martono, Lidya Harlina dan Satya Joewana. 2006. Menangkal narkoba dan Kekerasan.
Jakarta: Balai Pustaka

5. http://www.radarbanjarmasin.com

6. http://id.wikipedia.org

http://www.yakita.or.id

PENATALAKSANAAN pada PASIEN WANITA 49 TAHUN dengan


GANGGUAN DEPRESI RINGAN

Dibuat oleh: Akmal Falah,Modifikasi terakhir pada Sat 12 of May, 2012 [08:53 UTC]

Abstrak Gangguan depresi merupakan salah satu bentuk gangguan mood seperti hilangnya
energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, dan pikiran
tentang kematian atau bunuh diri. Depresi adalah suatu kondisi yang dapat disebabkan oleh
defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik neurotransmiter (noradrenalin, serotonin,
dopamin) pada sinaps neuron di SSP. Mekanisme Kerja obat antidepresi adalah menghambat
reuptake aminergik neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine
oksidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada celah sinaps neuron
tersebut. Golongan SSRI merupakan obat lini pertama karena mempunyai efek samping yang sangat
minimal. Keyword : Depresi, defisiensi aminergik neurotransmiter Kasus Seorang wanita, 49
tahun dating ke RSJ Soeroyo Magelang dengan keluhan badan terasa lemas dan pegal-pegal, kepala
pusing, dan perut terasa perih. Keluhan ini sudah hamper 6 bulan pasien rasakan. Keluhan hilang
timbul dan memberat ketika pasien banyak pikiran dan teringat almarhum kedua naknya yang
meninggal 6 bulan yang lalu. Pasien merasa sedih dan selalu merasa bersalah karena tidak bias
menjaga anakanya hingga anaknya meninggal karena kecelakan. Pasien juga sering terbangun tengah
malam dan sulit untuk melanjutkan tidurnya. Dari pemeriksaan fisik menunjukan dalam batas
normal. Pada pemeriksaan psikiatri pada pasien tampak afek depresif. Diagnosis gangguan episode
depresif ringan (F32.0). Terapi Fluoxetin 20 mg 1X1 pagi hari. Diskusi Setelah diagnosa depresi sudah
ditegakkan, maka perlu penatalaksanaan dengn segera pada pasien depresi dikarenakan menurut
penelitian 15 % pasien yang tidak tertangani akan berpotensi untuk percobaan bunuh diri.
Penatalaksanaan pada pasien depresi terdiri non farmakologi (psikoterapi dan ECT) dan farmakologi
(psikofarmaka). Untuk psikofarmaka dengan menggunakan obat antidepresan. Mekanisme Kerja obat
antidepresi adalah menghambat reuptake aminergik neurotransmitter dan menghambat
penghancuran oleh enzim monoamine oksidase sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik
neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut. Golongan obat anti depresan adalah : Lini
pertama - Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti : sertraline, paroxetine,
fluvoxamine, fluxetine dan citalopram. Mekanisme kerja golongan ini dengan menghambat secara
selektif re-uptake serotonin. Efek samping golongn ini sangat minimal, sehingga lebih efektif dan
lebih aman dibanding dengn golongan lain. - Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine,
clomipramine dan opipramol. Lini Kedua : - Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan
mirtazepine. Lini Ketiga : - Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine
Oxsidase-A), seperti : moclobemide. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset
efek primer (efek klinis) sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta
waktu paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari). Ada lima proses dalam pengaturan
dosis, yaitu : 1.Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV, 100 mg/hari pada
hari V dan VI. 2. Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7 sampai 15 hari (miggu
II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300 mg/hari. 3. Stabilizing Dosage (dosis stabil),
dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan. Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal)
kemudian diturunkan sampai dosis pemeliharaan. 4.Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama
3-6 bulan. Biasanya dosis pemeliharaan ½ dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
5. Tapering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating dosage. Misalnya
amytriptylin 150 mg/hari à 100 mg/hari selama 1 minggu, 100 mg/hari à 75 mg/hari selama 1
minggu, 75 mg/hari à 50 mg/hari selama 1 minggu, 50 mg/hari à 25 mg/hari selama 1 minggu.
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian sindrom depresi
kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis pemeliharaan dianjurkan dosis
tunggal pada malam hari (single dose one hour before sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik.
Untuk golongan SSRI diberikan dosis tunggal pada pagi hari setelah sarapan. Kesimpulan
Penatalaksanaan dengan antidepresan pada pasien dengan gangguan depresi disesuaikan dengan
taraf gejalanya dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Pemberian anti depresan golongan SSRI
seperti fluoxetin sangat dianjurkan karena merupakan terapai lini pertama dimana golongan SSRI
memiliki efek samping yang sangat minimal. Daftar Pustaka Pedoman Penggolongan Diagnostik
Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1993. Kaplan H.I, Sadok B.J. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 1998 :
227-229 Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari PPGDJ-III, Jakarta,
1996 : 65 Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William & Walkins. 5th Edition,
USA, 1998 : 1285 Maslim R, Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik III, Jakarta, 2007
Penulis Akmal Falah. 20060310152. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa, RSJ Soeroyo Magelang

Anda mungkin juga menyukai