Anda di halaman 1dari 15

Tugas : DIETETIKA II

“ LUKA BAKAR ”

OLEH :

ANDI ERNIDAR
NIM. YP 081. G.001

STIKES KARYA KESEHATAN KENDARI

PROGRAM STUDI S1 GIZI

2011
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya untuk menyelesaikan hasil
makalah yang berjudul “LUKA BAKAR ” ini sesuai dengan waktunya.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan disamping terbatasnya Literatur dan juga karena keterbatasan kemampuan dari saya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca guna penyempurnaan dalam makalah ini.

Hasil makalah ini terwujud atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih banyak
kepada Dosen Mata Kuliah selaku Pembina STIKES Karya Kesehatan Kendari yang telah
member petunjuk, nasehat, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima
oleh semua pihak.

Kendari, 06 Juli 2011

Penulis

ii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat).

B. Etiologi

Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi
atau radiasi elektromagnitik.

Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :

1. Fase akut

Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.

2. Fase sub akut

Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Patofisiologi

Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga


air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat
berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik
) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini
adalah :

1. Respon kardiovaskuiler

Perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melelui kebocoran kapiler


mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti
dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi
pada organ mayor edema menyeluruh.

2. Respon Renalis

Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal

3. Respon Gastro Intestinal

Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal
ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi.

4. Respon Imonologi

Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.

D. Klasifikasi luka bakar

Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan


perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, kedalaman luka, dan
keseriusan luka, yakni :

1. Berdasarkan penyebab

o Luka bakar karena api


o Luka bakar karena air panas
o Luka bakar karena bahan kimia
o Luka bakar karena listrik
o Luka bakar karena radiasi
o Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).

2. Berdasarkan kedalaman luka bakar

a. Luka bakar derajat I


 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bulae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi
disertai proses eksudasi.
 Dijumpai bulae.
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi.
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas kulit
normal.

Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

 Derajat II dangkal (superficial)

 Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.


 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh.
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.

 Derajat II dalam (deep)

 Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.


 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
sebagian besar masih utuh.
 Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya
penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
 Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
mengalami kerusakan.
 Tidak dijumpai bulae.
 Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah
dibanding kulit sekitar.
 Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
 Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik
mengalami kerusakan/kematian.
 Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar
luka.
3. Berdasarkan tingkat keseriusan luka

American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:

Luka bakar mayor

 Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
 Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
 Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
 Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.

Luka bakar moderat

 Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
 Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.

Luka bakar minor

Luka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992)adalah :

 Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10
% pada anak-anak.
 Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
 Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
 Luka tidak sirkumfer.
 Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
E. Ukuran luas luka bakar

Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :

a. Rule of nine

 Kepala dan leher : 9%


 Dada depan dan belakang : 18%
 Abdomen depan dan belakang : 18%
 Tangan kanan dan kiri : 18%
 Paha kanan dan kiri : 18%
 Kaki kanan dan kiri : 18%
 Genital : 1%

Komplikasi

o Hypertropi jaringan.
o Kontraktur.

Penatalaksanaan medis

o Penanggulangan terhadap shock


o mengatasi gangguan keseimbangan cairan
o Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
 24 jam I : Ciran Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB. ½ bagian diberikan dalam 8
jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan). ½ bagian lagi diberikan dalam 16
jam berikutnya.
 24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
 Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
o Mengatasi gangguan pernafasan
o Mengataasi infeksi
o Eksisi eskhar dan skin graft.
o Pemberian nutrisi
o Rahabilitasi
o Penaggulangan terhadap gangguan psikologis.

Pemeriksaan Penunjang

a. Diagnosa medis
b. pemeriksaan dignostik

 laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum,


Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila
diperlukan), dan lain – lain.
 Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
 EKG
 CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari
30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
 Dan lain-lain.

F. Intervensi

o Awasi tanda-tanda vital


R/ memberikan pedoman untuk pengantian cairan dan mengkaji respon kardiovaskuler
o Awasi haluaran urine dan berat jenis
R/ secara umum penggantian cairan harus dititrasi untuk meyakinkan rata-rata haluaran
urine
o Pertahankan pencatatan komulatif jumlah dan tipe pemasukan cairan
R/ mencegah ketidakseimbangan dan kelebihan cairan
o Timbang BB tiap hari
R/ penggantian cairan tergantung pada BB pertama dan perubahan selanjutnya
o Berikan penggantian cairan IV yang dihitung, elektrolit, plasma, dan membantu
mencegah komplikasi.
R/ resusitasi cairan menggantikan kehiangan cairan / elektrolit, plasma, albumin.
o Aw
o asi pemeriksaan laboratorium (Hb, Ht, elektrolit)
R/ kebutuhan penggantian cairan dan elektrolit

G. Nutrisi
1. Jenis Diet Dan Cara Pemberian
 Diet TETP dihitung dengan menggunakan salah satu rumus, pemberian secara berta-
hap, porsi kecil dan sering.
 Strategi pemberian t.u luas luka bakar >50%
o Hari 0-2: perenteral
o Hari 2-3: peroral ½ dari kebutuhan
o Hari 3-6: ¾ dari kebutuhan
o Hari 7-25: sesuai kebutuhan
o Sth hari ke 25: kebutuhan protein diturunkan
 Bentuk makanan diberikan secara bertahap, dapat dimulai dari makanan cair,
makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa
 Evaluasi hasil terapi cairan dan nutrisi de-ngan memantau:
o asupan makanan dan minuman,
o kembung /muntah,
o perubahan klinis setiap hari
2. Kebutuhan energi sehari
 Curreri formula: (24 kcal x BB) + (40 kcal x % luas luka bakar)
 Galveston formula: 1800/m2 + 2200/m2 luka bakar. (untuk anak ≥ 3 tahun)
 Polk formula untuk anak < 3th: (60 kcal x BB) + (35 kcal x % luas luka bakar)
 Kebutuhan kalori basal (Harris Benedict) + faktor stress (Bessey) terbagi 4 tingkat:
a. Keb. Basal
Laki-laki = 66.5+3.7 BB+5 TB-6.8 U
Perempuan = 655 + 9.6 BB + 1.8 TB – 4.7 U
b. Faktor stres (Bessey, 1996)
o LB 20% - 29% = 1.5 – 1.69
o LB 30% - 39% = 1.7 – 1.84
o LB 40% - 49% = 1.85 – 1.99
o LB 50% - 60% = 2.0
3. Kebutuhan protein
 20-25% total kalori atau 2-3 g/kgBB (Molnar & Stinnett)
 1 g N per 100 – 150 kcal (Snelling)
 Untul luas luka bakar >30% dianjurkan 1 g N per 100 kcal.
 Untuk anak-anak 1 g N per 130 kcal atau 50% diatas RDA atau 2,5 – 3 g/kgBB
 Pemberian protein tinggi perlu disertai pemantauan fungsi ginjal: BUN, creatinin dan
keseimbangan cairan.
 Asam amino esensial & arginin dpt meningkatkan imunitas & proses penyembuhan.
 Glutamin dpt mencegah pertumbuhan bakteri

4. Kebutuhan lemak

 Membatasi lemak 25 – 30%

 Pemberian lemak yg tinggi tanpa memper-hatikan komposisi lemak dpt menyebabkan


penurunan respon imun dan peningkatan ke-rentanan terhadap infeksi

 Pemberian omega 3 dpt meningkatkan respon imun.

 MCT lebih mudah teroksidasi

5. Kebutuhan karbohidrat

 Pd pemberian TPN dianjurkan membatasi pemberian glucosa 5 – 7 mg/kgBB/menit,


kelebihannya tdk dioksidasi ttp diubah menjadi lemak.

 Lipogenesis menyebabkan kenaikan konsumsi O2 dan produksi CO2, memicu


hiperglikemia, dan diuresis osmotik.

 Untuk makanan oral pemberian karbohidrat 50 – 60% dari total kalori

6. Kebutuhan vitamin dan mineral

 Vitamin C dianjurkan 2 x 500 mg perhari, untuk sintesis kolagen dan meningkatkan


fungsi imun.
 Vitamin A dianjurkan suplemen 5000 IU per 100 kcal nutrisi enteral, untuk fungsi
imun dan epitelisasi.

 Suplemen Calsium kadang-kadang diperlu-kan pada luka bakar > 30%

 Suplemen fosfor dan magnesium dlm ben-tuk parenteral untuk mencegah iritasi lam-
bung pada luka bakar berat.

 Suplementasi zink dianjurkan sebesar 220 mg dlm bentuk zink sulfat karena zink me-
rupakan kofaktor metabolisme energi dan sintesis protein.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat).
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida
dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut
pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.

B. Saran

Pada penderita luka bakar sebaiknya bentuk makanannya diberikan secara bertahap,
dapat dimulai dari makanan cair, makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.
DAFTAR PUSTAKA

Sunita A. DR. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai