“ LUKA BAKAR ”
OLEH :
ANDI ERNIDAR
NIM. YP 081. G.001
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya serta memberikan kekuatan dan kesehatan kepada saya untuk menyelesaikan hasil
makalah yang berjudul “LUKA BAKAR ” ini sesuai dengan waktunya.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal ini
disebabkan disamping terbatasnya Literatur dan juga karena keterbatasan kemampuan dari saya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca guna penyempurnaan dalam makalah ini.
Hasil makalah ini terwujud atas dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih banyak
kepada Dosen Mata Kuliah selaku Pembina STIKES Karya Kesehatan Kendari yang telah
member petunjuk, nasehat, bimbingan, dan motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata saya berharap semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat dan dapat diterima
oleh semua pihak.
Penulis
ii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat).
B. Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melelui konduksi
atau radiasi elektromagnitik.
1. Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena
adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan
keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan
jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan
penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
3. Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah
pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik,
kontraktur, dan deformitas lainnya.
C. Patofisiologi
1. Respon kardiovaskuiler
2. Respon Renalis
Dengan menurunnya volume inravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun
mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal
ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon
endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi
abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebgai mekanisme pertahanan dari organisme yang
masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk
kedalam luka.
1. Berdasarkan penyebab
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
Luka bakar minor seperti yg didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992)adalah :
Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10
% pada anak-anak.
Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
Luka tidak sirkumfer.
Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.
E. Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu :
a. Rule of nine
Komplikasi
o Hypertropi jaringan.
o Kontraktur.
Penatalaksanaan medis
Pemeriksaan Penunjang
a. Diagnosa medis
b. pemeriksaan dignostik
F. Intervensi
G. Nutrisi
1. Jenis Diet Dan Cara Pemberian
Diet TETP dihitung dengan menggunakan salah satu rumus, pemberian secara berta-
hap, porsi kecil dan sering.
Strategi pemberian t.u luas luka bakar >50%
o Hari 0-2: perenteral
o Hari 2-3: peroral ½ dari kebutuhan
o Hari 3-6: ¾ dari kebutuhan
o Hari 7-25: sesuai kebutuhan
o Sth hari ke 25: kebutuhan protein diturunkan
Bentuk makanan diberikan secara bertahap, dapat dimulai dari makanan cair,
makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa
Evaluasi hasil terapi cairan dan nutrisi de-ngan memantau:
o asupan makanan dan minuman,
o kembung /muntah,
o perubahan klinis setiap hari
2. Kebutuhan energi sehari
Curreri formula: (24 kcal x BB) + (40 kcal x % luas luka bakar)
Galveston formula: 1800/m2 + 2200/m2 luka bakar. (untuk anak ≥ 3 tahun)
Polk formula untuk anak < 3th: (60 kcal x BB) + (35 kcal x % luas luka bakar)
Kebutuhan kalori basal (Harris Benedict) + faktor stress (Bessey) terbagi 4 tingkat:
a. Keb. Basal
Laki-laki = 66.5+3.7 BB+5 TB-6.8 U
Perempuan = 655 + 9.6 BB + 1.8 TB – 4.7 U
b. Faktor stres (Bessey, 1996)
o LB 20% - 29% = 1.5 – 1.69
o LB 30% - 39% = 1.7 – 1.84
o LB 40% - 49% = 1.85 – 1.99
o LB 50% - 60% = 2.0
3. Kebutuhan protein
20-25% total kalori atau 2-3 g/kgBB (Molnar & Stinnett)
1 g N per 100 – 150 kcal (Snelling)
Untul luas luka bakar >30% dianjurkan 1 g N per 100 kcal.
Untuk anak-anak 1 g N per 130 kcal atau 50% diatas RDA atau 2,5 – 3 g/kgBB
Pemberian protein tinggi perlu disertai pemantauan fungsi ginjal: BUN, creatinin dan
keseimbangan cairan.
Asam amino esensial & arginin dpt meningkatkan imunitas & proses penyembuhan.
Glutamin dpt mencegah pertumbuhan bakteri
4. Kebutuhan lemak
5. Kebutuhan karbohidrat
Suplemen fosfor dan magnesium dlm ben-tuk parenteral untuk mencegah iritasi lam-
bung pada luka bakar berat.
Suplementasi zink dianjurkan sebesar 220 mg dlm bentuk zink sulfat karena zink me-
rupakan kofaktor metabolisme energi dan sintesis protein.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat).
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida
dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut
pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi.
B. Saran
Pada penderita luka bakar sebaiknya bentuk makanannya diberikan secara bertahap,
dapat dimulai dari makanan cair, makanan saring, makanan lunak dan makanan biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Sunita A. DR. 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.