Oleh :
1. Vian Puput Wijaya B04100189
2. Rafika Putri Anggraini B04100190
3. Venny Febriyany B04100192
4. Nurul Masyita Khusna B04100193
5. Rizka Fitri Syarafina B04100194
6. Sistha Pangastuti B04100195
Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah mengetahui prinsip kerja dari obat
stimulansia SSP dan gejala klinis yang menyertainya.
TINJAUAN PUSTAKA
Obat yang termasuk golongan obat stimulansia pada umumnya ada dua
mekanisme yaitu: Memblokade system penghambatan dan meninggikan
perangsangan synopsis.
Sensasi yang ditimbulkan akan membuat otak lebih jernih dan bisa
berpikir lebih fokus. Otak menjadi lebih bertenaga untuk berpikir berat dan
bekerja keras, namun akan muncul kondisi arogan yang tanpa sengaja muncul
akibat penggunaan zat ini. Pupil akan berdilatasi (melebar). Nafsu makan akan
sangat ditekan. Hasrat ingin pipis juga akan ditekan. Tekanan darah bertendensi
untuk naik secara signifikan. Secara mental, pengguna akan mempunyai rasa
percaya diri yang berlebih dan merasa lebih senang.
Obat stimulansia ini bekerja pada system saraf dengan meningkatkan
transmisi yang menuju atau meninggalkan otak. Stimulan dapat meningkatkan
denyut jantung, suhu tubuh dan tekanan darah. Pengaruh fisik lainnya adalah
menurunkan nafsu makan, pupil dilatasi, banyak bicara, agitasi dan gangguan
tidur. Bila pemberian stimulant berlebihan dapat menyebabkan kegelisahan, panic,
sakit kepala, kejang perut, agresif dan paranoid. Bila pemberian berlanjut dan
dalam waktu lama dapat terjadi gejala tersebut diatas dalam waktu lama pula. Hal
tersebut dapat menghabat kerja obat depresan seperti alcohol, sehingga sangat
menyulitkan penggunaan obat tersebut. (Pendi, 2009)
Caffein
Caffein adalah suatu obat stimulasi yang bersifat psikoaktif dari golongan
xanthine-alkaloid yang berwarna putih. Caffeine dimetabolisme di hati oleh
sitokrom P450 oksidasemenjadi tiga metabolit, yaitu paraxanthine, theobromine
dan theophyline. Obat ini dapat menembus sawar otak dan mempengaruhi
pembuluh darah di otak, sehingga badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan
pelepasan adrenalin ke tubuh dan membuat sel-sel selau aktif dan terjaga. Obat ini
juga memanipulasi pelepasa dopamine di otak dan membuat perasaan menjadi
tenang dan “melayang”.(Anonim, 2008)
Penambahan caffeine terus menerus akan memblokade kerja adenosine
karena molekul caffeine yang mirip dengan adenosine dan menempati reseptor
adenosine (hormone ini melambatkan kerja syaraf menjelang waktu istirahat).
Gejala overdosis caffeine tidak seperti obat stimulansia yang lain. Dimulai dari
tingkat yang paling rendah adalah halusinasi, disorientasi dan disinhibisi. Pada
dosis yang lebih tinggi lagi akan menyebabkan rhabdomyolisis (kerusakan dari
jaringan otot). (Anonim, 2010)
Amphetamin
Amphetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem
saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba
yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.
Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan
suatu senyawa yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas,
attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin
meningkatkan pelepasan katekolamin yang mengakibatkan jumlah
neurotransmiter golongan monoamine (dopamin, norepinefrin, dan serotonin) dari
saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan
diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,
meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan
menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-
efek tersebut menjadi berlebihan.
Cardiazole
Cardiazole termasuk dalam obat analeptika yang mampu menstimulasi
bagian sistem saraf tertentu, terutama pusat pernafasan dan pusat vasomotor
dalam medulla oblongata. Pada dosis tinggi cardiazol dapat menyebabkan
spasmus otot.
Mekanisme kerja obat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi obat, spesies
hewan, fator endogen (usia, berat badan, jenis kelamin, kesehatan hewan), diet
terkait dengan komposisi pakan, cara pemberian, temperatur serta musim.
Penggunaan cardiazole 1% pada dosis rendah (100 mg/kgBB) tidak
mengakibatkan kematian. Tingkat kematian 50% dapat ditemukan pada pemberian
cardiazole 1% dengan dosis 200 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB, sedangkan tingkat
kematian 75% ditemukan pada pemberian dengan dosis 800 mg/kgBB. Pada dosis
yang lebih rendah hanya menujukkan konvulsi dan bila dilanjutkan pada dosis
yang tinggi maka akan mengalami konvulsi dan kematian.(Winata, 2010)
Striknin
Striknin termasuk obat yang bekerja sebagai stimulan medula spinalis dan
konvulsinya disebut konvulsi spinal. Striknin merupakan alkaloid utama dalam
nuxvormica, tanaman yang banyak tumbuh di India. Striknin merupakan
penyebab keracunan tidak sengaja. Striknin bekerja dengan cara mengadakan
antagonisme kompetitif terhadap transmiter penghambatan yaitu glisin di daerah
penghambatan postsinaps. Striknin menyebabkan pada semua bagian sistem
syaraf pusat. Obat ini merupakan konvulsan kuat dengat sifat kejang yang khas.
Pada hewan konvulsi berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota gerak.
Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat yang
merangsang neuron pusat. Sifat khas lainnya adalah kontraksi ekstensor yang
simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik seperti pendengaran,
penglihatan, perabaan. Setiap rangsangan sensorik dapat menimbulkan motorik
hebat. Pada stadium awal terjadi gerakan ekstensi yang masih terkoordinasi dan
akhirnya terjadi konvulsi tetani.
METODOLOGI
a. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan adalah spoit 1 mL, jam dan kandang hewan.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah katak, mencit, cafein, stiknin,
cardiazole, dan amphetamin.
b. Cara Kerja
Stimulansia cortex cerebri
1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi nafas, dan jantung).
2. Cafein disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccus
limphaticus femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2
mL, dan seterusnya.
3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi pada
katak.
5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medulla
oblongata dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dari
obat tersebut.
Stimulansia cortex cerebri
1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis mencit normal (aktivitas tubuh, refleks,
salvias, defekasi, tonus otot, frekuensi nafas dan jantung).
2. Amphetamin disuntikkan secara SC pada daerah punggung dengan dosis
bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2 mL dan seterusnya.
3. Perubahan fisiologis mencit diamati setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
Stimulansia medulla oblongata
1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi nafas, dan jantung).
2. Cardiazole disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccus
limphaticus femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2
mL, dan seterusnya.
3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi pada
katak.
5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medulla
oblongata dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dari
obat tersebut.
Stimulansia medulla spinalis
1. Dilakukan pemeriksaan fisiologis katak normal (posisi tubuh, refleks, rasa
nyeri, tonus, frekuensi nafas, dan jantung).
2. Striknin disuntikkan secara SC pada daerah abdominal melalui saccus
limphaticus femoralis dengan dosis bertingkat mulai 0,05 mL, 0,1 mL, 0,2
mL, dan seterusnya.
3. Perubahan fisiologis katak diamati setiap 5 menit pada setiap dosis
penyuntikan.
4. Pemberian obat dan pengamatan dihentikan setelah terjadi konvulsi pada
katak.
5. Bagian otak dari katak dirusak satu per satu dari cortex cerebri, medulla
oblongata dan medulla spinalis untuk mengetahui titik tangkap kerja dari
obat tersebut.
PEMBAHASAN
Stimulansia cortex cerebri (caffein)
Dosis Posisi Rasa Frek. Frek.
Menit Refleks Tonus Konvulsi
(mL) tubuh nyeri nafas jantung
Normal 450 +++ +++ +++ 124 92 -
0 0,05 450 +++ +++ +++ 120 116 -
5 0,1 450 +++ +++ +++ 116 100 -
10 0,2 450 +++ +++ +++ 100 76 -
15 0,4 300 +++ +++ +++ 76 88 -
20 0,8 450 ++ +++ +++ - - +
Striknin merupakan konvulsan kuat dengan sifat kejang yang khas. Pada
hewan coba konvulsi ini berupa ekstensif tonik dari badan dan semua anggota
gerak. Gambaran konvulsi oleh striknin ini berbeda dengan konvulsi oleh obat
yang merangsang langsung neuron pusat. Sifat khas lainnya dari kejang striknin
ialah kontraksi ekstensor yang simetris yang diperkuat oleh rangsangan sensorik
yaitu pendengaran, penglihatan, dan perabaan. Konvulsi seperti ini juga terjadi
pada hewan yang hanya mempunyai medula spinalis secara langsung. Atas dasar
ini efek striknin dianggap berdasarkan kerjanya pada medula spinalis dan
konvulsinya disebut konvulsi spinal. Berdasarkan hasil percobaan yang telah
dilakukan, katak yang diinjeksi dengan striknin dengan dosis 0,05ml dan 0,1ml
belum menunjukkan adanya konvulsi setelah didiamkan selama 5 menit. Pada
dosis striknin 0,2ml yang diinjeksikan, setelah didiamkan selama 5 menit katak
mulai menunjukkan konvulsi ketika disentuh. Untuk menguji titik tangkap kerja
dari striknin dilakukan perusakan cortex cerebri pada awalnya namun katak masih
mengalami konvulsi begitu juga ketika medulla oblongatanya yang dirusak.
Ketika medulla spinalisnya yang dirusak katak tidak mengalami konvulsi lagi,
yang menunjukkan titik tangkap kerja dari striknin adalah medulla spinalis.
SIMPULAN
Cafein dan amphetamine bekerja pada cortex cerebri. Cafein dapat
menembus sawar otak dan mempengaruhi pembuluh darah di otak, sehingga
badan dan otak “tidak bisa tidur”, menyebabkan pelepasan adrenalin ke tubuh dan
membuat sel-sel selau aktif dan terjaga srhingga menghasilkan perasaan tenang
dan “melayang”. Amphetamine dapat menghilangkan rasa kelelahan dan penat,
Amphetamine memicu pelepasan noradrenalin dan menghambat re-uptakenya.
Cardiazole bekerja pada medulla oblongata dengan menghambat sistem
GABA-nergik, sehingga akan meningkatkan eksibilitas sistem syaraf pusat.
Sedangkan striknin bekerja pada medulla spinalis. Striknin bekerja pada medulla
spinalis dengan cara mengadakan antagonisme kompetitif terhadap transmiter
penghambatan yaitu glisin di daerah penghambatan postsinaps dan merupakan
konvulsan kuat dengat sifat kejang yang khas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2008. caffeine.[terhubung berkala]. http://medical-
dictionary.thefreedictionary.com/_/dict.aspx?word=caffein.(23 maret
2013)