1
1. Status generalis
dalam pemeriksaan ortopedi secara umum, saat penderita datang pada kita
sudah merupakan suatu pemeriksaan awal menyeluruh secara sambil lalu
dengan melihat postur dan cara berjalan penderita.
Pemeriksaan fisik ortopedi yang dilakukan meliputi :
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama
Pemeriksaan bagian dengan keluhan utama yang dikeluhkan dilakukan
secar teliti. Tetapi harus diingat bahwa keluhan pada satu tempat
mungkin akibat dari kelainan pada tempat lain, sehingga tidak cukup
hanya dengan memeriksa pada tempat dengan keluhan utama.
Pemeriksaan kemungkinan nyeri kiriman dari sumber ditempat lain
( reffered pain )
Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-peralatan :
1. Stetoskop 5. Kapas
2. Refleks Hammer 6. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 7. Senter saku
4. Meteran 8. Geniometer
Pemeriksaan fisik sebenarnya sudah dimulai ketika penderita datang ke dokter
dengan mengamati penampakan umum penderita, raut muka, cara berjalan, cara
duduk dan cara tidur, proporsi tinggi badan terhadap anggota tubuh lainnya, keadaan
simetris bagian tubuh kiri dan kanan, cara berjalan dan tingkah laku, ekspresi wajah,
kecemasan serta reaksi emosional lainnya untuk melihat aspek-aspek emosional dan
somatis dari penderita.
Pemeriksaan fisik mempunyai nilai yang paling penting dalam memperkuat
penemuan-penemuan yang berhasil kita dapatkan dari riwayat dan anamnesis yang
telah kita buat dan menambah atau mengurangi pilihan diagnosis yang dapat kita
lakukan .
2
Pemeriksaan Fisik Ortopedi
2. Pemeriksaan Lokalis
Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan sebagai berikut:
Inspeksi (Look)
Palpasi (Feel)
Kekuatan otot (Power)
Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun pasif (Move)
Auskultasi
Uji-uji fisik khusus
Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki ruangan periksa. Pada
inspeksi secara umum diperhatikan raut muka penderita, apakah terlihat kesakitan.
Cara berjalan sekurang-kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur.
Inspeksi dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada :
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit.
b. Jaringan lunak yaitu pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan
lemak, fasia, kelenjar limfe.
c. Tulang dan Sendi
3
d. Sinus dan jaringan parut
Apakah sinus berasal dari permukaan saja, dari dalam tulang atau
dalam sendi.
Apakah jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi.
Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Suhu kulit, apakah lebih panas/dingin dari biasanya, apakah denyutan arteri
dapat diraba atau tidak.
b. Jaringan lunak; palpasi jaringan lunak dilakukan untuk mengetahui adanya
spasme otot, atrofi otot, keadaan membran sinovia, penebalan membran
jaringan sinovia, adanya tumor dan sifatnya, adanya cairan di dalam/ di luar
sendi atau adanya pembengkakan.
c. Nyeri tekan; perlu diketahui lokalisasi yang tepat dari nyeri, apakah nyeri
setempat atau nyeri yang bersifat kiriman dari tempat lain (referred pain).
d. Tulang; diperhatikan bentuk, permukaan, ketebalan, penonjolan dari tulang
atau adanya gangguan di dalam hubungan yang normal antara tulang yang satu
dengan lainnya.
e. Pengukuran panjang anggota gerak; terutama untuk anggota gerak bawah
dimana adanya perbedaan panjang merupakan suatu hal yang penting untuk
dicermati. Pengukuran juga berguna untuk mengetahui adanya
atrofi/pembengkakan otot dengan membandingkan dengan anggota gerak yang
sehat.
f. Penilaian deformitas yang menetap;pemeriksaan ini dilakukan apabila sendi
tidak dapat diletakkan pada posisi anatomis yang normal.
4
Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot yang dapat
diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakkan sendi.
Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi kekuatannya tidak dapat
melawan pengaruh gravitasi.
Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh gravitasi
tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan kemampuan otot terhadap tahanan
yang ringan.
Grade 5
Kekuatan otot normal.
Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif merupakan
pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri dan pergerakan pasif yaitu
pergerakan sendi dengan bantuan pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi dan keadaan ligamen
yang mempertahankan sendi. Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Pemeriksaan batas gerakan sendi harus dicatat pada setiap pemeriksaan ortopedi
yang meliputi batas gerakan aktif dan batas gerakan pasif.
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang merupakan patokan
untuk gerakan abnormal dari sendi. Dikenal beberapa macam gerakan pada sendi,
yaitu : abduksi, adduksi, ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi,
supinasi, fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
5
Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang dilakukan dan biasanya
dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada fraktur atau mendengar bising fistula
arteriovenosa.
6
Dorso Fleksi dan Plantar/palmar Fleksi
Dorso fleksi adalah gerakan dari jari-jari kaki atau ibu jari kaki dengan arah
permukaan ke dorsal sedangkan gerakan dorso fleksi pada jari-jari tangan dan
pergelangan tangan juga terhadap permukaan dorsal. Plantar fleksi adalah gerakan
pada jari kaki dan ibu jari kaki ke arah permukaan plantar kaki. Palmar fleksi
adalah gerakan pada jari tangan ke arah permukaan palmar.
7
permukaan depan anggota gerak ke dalam/ ke medial. Rotasi eksterna adalah
gerakan berputar dari permukaan anggota gerak ke arah luar/lateral.
8
Deformitas ini hanya terjadi pada kaki yang disebut sebagai pes kavus dan pes
planus. Pes kavus adalah lengkung telapak kaki meninggi dibandingkan dengan
yang normal. Kombinasi antara kalkaneus dan kavus disebut kalkaneokavus. Pes
planus adalah hilangnya arkus kaki menjadi rata sehingga membentuk kaki yang
disebut kaki ceper.
9
Varus adalah angulasi secara imajiner yang menunjukkan lingkaran imajiner
dimana penderita berada.
Koksa vara adalah berkurangnya sudut leher femur dan batang femur dari
normal misalnya sudutnya 90° (normal = 130°).
Kubitus varus adalah berkurangnya sudut normal dari sendi siku.
Genu varum (bow legs) adalah lutut berjauhan apabila kaki berdekatan
Talipes ekuinovarus, deformitas ini terjadi bersama dengan deformitas
plantar plantar fleksi dari pergelangan kaki. Kombinasi ini misalnya pada
ekuinus varus bawaan.
Metatarsus varus (metatarsus adduktus), deformitas adduksi dari kaki
depan terhadap kaki belakang .
Haluks varus, adalah deformitas adduksi dari ibu jari kaki terhadap sendi
metatarsofalangeal.
Valgus
Valgus adalah angulasi secara imajiner yang tidak ada hubungannya dengan
lingkaran imajiner dimana penderita ditempatkan.
Kubitus valgus, adalah bertambahnya carrying angle dari sendi siku.
Koksa valga, adalah bertambahnya sudut leher dan batang femur melebihi
normal (130°) misalnya 170°.
Genu valgum (knock knees), adalah bila lutut didekatkan maka kaki akan
berjauhan .
10
Metatarsus abduktus, adalah deformitas adduksi dari kaki depan terhadap
kaki belakang.
Hip valgus, adalah bertambahnya sudut antara aksis dari tungkai dan tumit
dalam posisi eversi.
Talipes kalkaneovalgus, adalah deformitas eversi pada kaki disertai dengan
kalkaneus atau deformitas dorsofleksi dari pergelangan kaki.
Haluks valgus, adalah deformitas abduksi dari ibu jari kaki terhadap
metarsofalangeal.
PEMERIKSAAN REGIONAL
Pemeriksaan ortopedi regional terdiri atas :
Pemeriksaaan Tulang Belakang
PEMERIKSAAN LEHER DAN VERTEBRA SERVIKALIS
Kelainan yang paling sering ditemukan pada leher ditemukan pada leher
adalah degenerasi vertebra servikalis dan osteoartritis sekunder pada diskus
intervertera servikalis yang dapat mengakibatkan prolapsus dari diskus dan
spondilosis servikal. Kelainan pada vertebra servikalis sering disertai dengan kelainan
pada pangkal pleksus brakialis yang menyebabkan nyeri, kelemahan otot atau
gangguan sensibilitas pada anggota gerak yang bersangkutan.
Pemeriksaan klinik rutin pada kelainan di daerah leher
1. Pemeriksaan lokal leher disertai pemeriksaan neurologik dan survei vaskuler dari
anggota gerak atas.
Inspeksi Status vaskuler anggota gerak
Kontur tulang apakah terjadi atas
deformitas Warna
Kontur jaringan lunak Suhu
Warna dan tekstur kulit Nadi
Ada jaringan parut atau sinus
Palpasi
Suhu kulit
Kontur tulang
Kontur jaringan lunak
11
Pergerakan Status neurologik anggota gerak
Fleksi-ekstensi 130° atas
Fleksi lateral 45° Sistem muskuler
Rotasi 80° Sistem sensoris
-Apakah ada rasa nyeri pada Keringat
saat digerakkan Refleks
-Apakah ada krepitasi bila
digerakkan
2. Pemeriksaan gejala yang bersifat simptomatik pada leher
Gangguan pada leher dapat berasal dari kelainan pada telinga atau tenggorokan.
Gejala pada anggota gerak atas melibatkan pleksus brakialis berupa gangguan
pada bahu, siku atau saraf torakal bagian perifer.
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan daerah bagian tubuh lainnya juga perlu dilakukan. Gangguan pada
leher bisa akibat manifestasi klinis dari suatu penyakit sistemik.
Anamnesis
Yang perlu diltanyakan pada anamnesis adalah :
Adakah hubungan antara gejala sekarang dengan keluhan pada leher sebelumnya
Apakah ada trauma pada leher
Apakah ada gejala kekakuan pada leher yang merupakan gejala awal prolapsus
diskus intervertebra servikalis
Nyeri pada anggota gerak atas harus diketahui sumbernya. Tekanan saraf pada
daerah servikal memberikan gambaran klinis sesuai dengan distribusi sarafnya.
Nyeri ini menjalar ke lengan atas dan bawah pada satu jari atau lebih. Gejala saraf
bisa berupa parestesia, rasa kram atau rasa seperti tertusuk jarum di tangan.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan leher, baju harus dibuka dan harus terlihat jelas bagian leher secara
keseluruhan. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dalam keadaan penderita berdiri
ataupun duduk.
12
Deformitas
Kolumna vertebra servikalis biasanya sedikit lordosis ke depan. Perubahan kurva ini
menjadi lurus atau melengkung ke belakang (kifosis) merupakan tanda adanya
kelainan yang mencurigakan. Juga diperhatikan deformitas vertebra ke lateral atau
rotasi.
Pergerakan
Gerakan pada leher yang diperiksa meliputi rotasi, fleksi lateral ke kanan/ ke kiri,
fleksi ekstensi. Gerakan fleksi dan ekstensi maksimal terjadi pada sendi oksipito-
atlantoid.
Pemeriksaan neurologik anggota gerak atas
Pemeriksaan neurologik perlu dilakukan pada kelainan di daerah leher karena lesi
pada daerah servikal sering menyebabkan gangguan pada pleksus brakialis.
Sistem muskuler. Otot bahu, lengan atas, lengan bawah dan tangan harus diperiksa
apakah ada kelemahan atau fasikulasi otot. Pemeriksaan meliputi tonus dan
kekuatan dari setiap otot dan membandingkannya dengan anggota gerak yang
berlawanan.
Sistem sensoris. Pemeriksaan sensibiltas penderita meliputi rasa raba dan tusuk.
Pada kasus tertentu juga dilakukan uji sensibilitas stimulus yang dalam, posisi
sendi, vibrasi, rasa panas dan dingin. Daerah lesi sesuai dengan distribusi saraf
yang mengalami gangguan sehingga bila terdapat gangguan sensori pada daerah
tertentu, maka kita dapat memperkirakan lesi terjadi pada saraf yang mana sesuai
dengan percabangan / distribusi dari saraf yang mengalami gangguan.
Kelenjar keringat. Keringat timbul bila terjadi hubungan serabut saraf sudomotor.
Refleks. Pemeriksaan refleks otot dilakukan dengan membandingkan refleks
biseps (C6), triseps (C7) dan brakioradialis (C6) dari lengan kiri dan kanan.
Refleks yang ditemukan menentukan apakah ada gangguan neurologis dan jika
ada apakah jenis upper motor neuron atau lower motor neuron dan asal dari akar
atau cabang saraf.
Pemeriksaan vaskuler anggota gerak atas
Kadang-kadang kelainan pada leher terjadi akibat gangguan pada arteri subklavia.
Sistem sirkulasi yang efisien dari tiap anggota gerak atas diperhatikan, dibandingkan
warna dan rasa hangat pada kedua sisi lengan, tangan dan jari, denyut radialis kiri dan
kanan dimana pemeriksaan pertama-tama pada saat anggota gerak dalam keadaan
13
diam, kemudian bahu ditekan dan dilakukan rotasi pada kaput anggota gerak yang
diperiksa.
Palpasi
14
Suhu kulit Fleksi lateral 35°
Kontur tulang Rotasi 45° :
Kontur jaringan lunak 1. Nyeri pada pergerakan
Nyeri lokal 2. Spasme otot
Pergerakan Sendi kostovertebral
Sendi spinal : -Jarak indikasi ekspansi
Tanda-tanda skiatika
Nyeri skiatika ditandai dengan penjalaran nyeri sepanjang persarafan nervus skiatika
pada tungkai bawah. Ada dua jenis skiatika yang diketahui. Apabila nyerinya hebat
dan menjalar dengan arah dan lokalisasi yang jelas pada kulit, apalagi bila disertai
kelainan motoris, sensoris dan refleks, maka hampir pasti ini merupakan kelainan
mekanik yang memberikan gangguan dari serabut saraf pleksus lumvalis atau sakralis.
15
Jenis skiatika lain berupa rasa nyeri yang samar-samar disertai distribusi nyeri yang
tidak jelas dan lebih menyerupai suatu nyeri kiriman akibat kelainan sendi/ligamen.
Penilaian deformitas
Setiap kelainan bentuk yang ditemukan baik pada inspeksi maupun palpasi harus
dicatat dengan baik. Deformitas tulang belakang dapat berbentuk kifosis, lordosis atau
skoliosis.
16
Pemeriksaan Sendi Bahu
Sendi bahu merupakan suatu sendi yang secara mekanik sangat kompleks dan
terdiri atas tiga komponen persendian yaitu sendi glenohumeral, sendi
akromioklavikular, sendi sternoklavikular. Sendi glenohumeral memungkinkan untuk
gerakan abduksi, fleksi dan rotasi di bawah kontrol otot skapulohumeral. Kedua sendi
lainnya bersama-sama memberikan pergerakan 90° berupa rotasi skapula terhadap
toraks dan sedikit perputaran anteroposterior skapula. Nyeri pada bahu dan lengan
harus dibedakan dengan seksama apakah kelainan ini berasal dari bahu sendiri atau
nyeri yang berasal dari vertebra servikalis atau toraks.
Pemeriksaan klinik rutin gangguan pada sendi bahu
1. Pemeriksaan lokal sendi bahu
Inspeksi Palpasi
Kontur tulang Suhu kulit
Kontur jaringan lunak Kontur tulang
Warna dan tekstur kulit Kontur jaringan lunak
Adanya jaringan parut atau sinus Nyeri lokal
Pergerakan
Membedakan pergerakan antara sendi glenohumeral dan sendi skapula pada
gerakan abduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral dan rotasi medial.
Nyeri pada saat pergerakan
Spasme otot
Krepitasi pada saat pergerakan
Kekuatan
Kekuatan otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Uji elevasi skapula, retraksi skapula, abduksi-rotasi skapula
Otot skapulo-humeral (mengontrol pergerakan sendi glenohumeral) yaitu
pergerakan abduksi 180°, adduksi 75°, fleksi 180°, ekstensi 60°, rotasi lateral 80°,
rotasi medial 80°.
Sendi akromioklavikular
Pemeriksaaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas.
Sendi sternoklavikula
Pemerikasaan pembengkakan, rasa panas, nyeri, nyeri bila digerakkan dan stabilitas.
17
2. Pemeriksaan gejala yang kemungkinan merupakan faktor ekstrinsik pada sendi
bahu.
Pemeriksaan ini penting untuk menerangkan gejala yang tidak ditemukan pada
pemeriksaan lokal.
Pemeriksaan meliputi :
Pemeriksaan leher dengan pleksus brakialis
Toraks, jantung dan pleura
Abdomen dan lesi subdiafragma
3. Pemeriksaan umum
Pemeriksaan umum bagian tubuh lainnya.
Anamnesis
Pada nyeri bahu harus ditentukan dengan jelas lokasi dan distribusi nyeri. Nyeri
biasanya berasal dari ujung akromion menjalar ke bawah pada lengan atas sampai
pada insersi otot deltoid. Jarang sekali nyeri pada bahu yang menjalar melewati sendi
siku.
Nyeri kiriman pada daerah bahu
Nyeri kiriman biasanya berupa iritasi dari pleksus brakialis, menjalar dari leher pada
bagian atas dari bahu kemudian ke lengan.
Gerakan sendi bahu
Pada pemerikasaan sendi bahu sangat penting diketahui berapa besar gerakan yang
terjadi pada sendi glenohumeral dan berapa besar gerakan rotasi skapula. Untuk
membedakannya maka pemeriksa perlu memegang atau memfiksasi bagian bawah
skapula. Dalam keadaan normal gerakan sendi bahu berupa abduksi yang terjadi dari
sebagian sendi glenohumeral dan sebagian dari rotasi sendi skapula sendiri. Kelainan
pada sendi bahu akan memberikan hambatan pada gerakan sendi glenohumeral tetapi
tidak pada gerakan skapula.
18
Estimasi kekuatan otot
Untuk memperkirakan besarnya kekuatan ada dua kelompok otot pada daerah bahu
yang harus dibedakan yaitu:
1. Otot servikoskapula dan otot torakoskapula
Otot servikoskapula dan otot torakoskapula mengontrol gerakan skapula. Fungsi
otot ini untuk gerakan elevasi skapula yaitu levator skapula dan bagian atas dari
otot trapezius.
Retraktor dari skapula yaitu otot rhomboid dan bagian tengah dari otot trapezius.
Abduktor rotator dari skapula yaitu otot seratus anterior, bagian tengah dan bagian
bawah dari otot trapezius. Untuk menguji perlu dilakukan pemeriksaan fungsi dan
kekuatan otot dengan pemeriksaan khusus.
2. Otot skapulohumeral
Kelompok otot ini mengontrol sendi glenohumeral yaitu gerakan yang berfungsi
untuk abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi lateral, rotasi medial.
Anamnesis
Harus diketahui dengan tepat lokasilisasi, distribusi dan asal dari nyeri. Nyeri pada
lengan atas mungkin merupakan nyeri yang berasal dari bahu. Pada sendi siku
sebaiknya ditanyakan adanya riwayat trauma sebelumnya misalnya trauma masih
kanak-kanak.
19
Gerakan sendi siku
Pada sendi siku terdapat dua komponen persendian yaitu antara humerus dengan ulna
dan antara ulna dengan radius yang memberikan kemungkinan gerakan fleksi dan
ekstensi serta rotasi pada lengan bawah. Gerakan fleksi dan ekstensi bervariasi antara
0-150 serta pronasi dan supinasi masing-masing sebesar 0-90 . gambar 4.23
Tahap-tahap pemeriksaan rutin kelainan lengan atas dan sendi siku
Pemeriksaan lokal dan sendi siku
Inspeksi
kontur tulang Palpasi
kontur jaringan suhu kulit
lunak kontur tulang
warna dan tekstur kontur jaringan
kulit lunak
adanya jaringan atau nyeri lokal
sinus
Pergerakan ( aktif dan pasif )
sendi humero-ulnar - pronasi 90
- fleksi 150 nyeri pada
- ekstensi 0 pergerakan
sendi radio-ulnar
- supinasi 80 krepitasi pada
pergerakan
Kekuatan pronasi 90
fleksi 150 Stabilitas
ekstensi 0 ligamentum lateral
supinasi 80 ligamentum medial
Nervus medianus
funfsi sensoris
fungsi motoris
( gerakan oponen )
kelenjar keringat
Nervus radialis
fungsi sensoris
fungsi motoris
(ekstensi pergelangan tangan, ibu jari, dan jari-jari)
Nervus ulnaris
fungsi sensoris
fungsi motoris
kelenjar keringat.
Ada tiga kelainan yang dapat menyebabkan uji Trendelenburg positi, yaitu:
1. Paralisis otot abduktor misalnya pada poliomielitis.
2. Origo dan insersi otot-otot abduktor terlalu berdekatan sehingga daya
kontraksinya hilang. Keadaan ini dapat terjadi pada semua kelainan yang
menyebabkan trokanter letak tinggi.
3. Hilangnya stabilitas pada komponen sendi panggul, misalnya fraktur leher
femur yang tidak menyambung.
Cara berjalan (gait)
Gait perlu diperhatikan pada waktu penderita berdiri dan berjalan. Apabila penderita
mengalami nyeri pada panggul atau panggul tidak stabil, biasanya penderita
menggunakan tongkat pada sisi yang sebaliknya.
Ada beberapa jenis karakteristik cara berjalan:
1. Cara berjalan antalgik, yaitu cara berjalan dengan berupaya mengurangi berat
untuk mengurangi nyeri
2. Cara berjalan kaki pendek
3. Cara berjalanTrendelenburg
Faktor intrinsik yang menyebabkan nyeri pada panggul
Pemeriksaan yang teliti dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan nyeri panggul
berasal dari tempat lain terutama yang berasal dari tulang belakang dan sendi
sakroiliaka. Pemeriksaan yang perlu dilakukan meliputi pemeriksaan neurologis dari
anggota gerak bawah, juga pemeriksaan abdomen dan panggul pemeriksaan rektal
dan pemeriksaan bimanual serta pemeriksaan sistem vaskuler.
Pemeriksaan Lutut
Stabilitas lutut sangat ditentukan oleh ligamentum dan otot kuadrisep. Otot
kuadrisep yang kuat dapat mengontrol stabilitas lutut walupun terdapat keregangan
dari ligamen.
Lutut sangat mudah mengalami trauma dan berbagai jenis artritis. Daerah lutut
juga termasuk daerah dimana terjadi pertumbuhan anggota gerak bawah (daerah yang
aktif) dan ini mungkin sebagai salah satu sebab daerah metafisis dari lutut sering
mengalami infeksi osteomielitis atau tumor-tumor ganas primer. Pemeriksaan
artroskopi belakangan ini memegang peranan dan merupakan pemeriksaan rutin yang
sering dilakukan dalam menegakkan diagnosis kelainan-kelainan lutut. Pembedahan
dengan teknik artroskopi digunakan sebagai prosedur rutin pada robekan meniskus
dan adanya benda asing dalam sendi. Keuntungan pembedahan dengan teknik ini
adalah tidak dilakukan operasi terbuka pada lutut, penyembuhan lebih baik dan masa
pemulihan serta perawatan diperpendek.
Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam menegakkan diagnosis sendi lutut misalnya pada
robekan meniskus. Dalam anamnesis harus ditanyakan kapan terjadinya trauma, hal-
hal yang terjadi sesudahnya serta mekanisme dari trauma. Keadaan yang perlu
ditanyakan yaitu apakah dapat menyelesaikan pertandingan waktu itu, apakah dapat
berjalan, dapat meluruskan atan membengkokkan lutut. Beberapa penderita dapat
dengan jelas mengutarakan lututnya menjadi terkunci(locking).
Menentukan kausa pembengkakan pada sendi
Pembengkakan yang difus pada lutut dapat diketahui dengan mudah dengan jalan
membandingkan kedua lutut.
Pembengkakan pada lutut terutama disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Penebalan tulang; penebalan tulang dapat diketahui dengan palpasi pada daerah
yang sakit lalu dibandingkan dengan yang normal. Penebalan dapat disebabkan
oleh infeksi, tumor atau kista tulang.
2. Efusi sendi; Efusi sendi bisa karena penimbunan cairan serosa, pus atau darah.
Cairan dalam sendi diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang disebut uji
fluktuasi. Pada pemeriksaan ini telapak tangan diletakkan di atas femur distal di
bagian atas dari patela pada daerah kantung supra-patelar sementara tangan
lainnya diletakkan pada sisi sebaliknya dimana ibu jari dan jari telunjuk pada
pinggir patela. Tekanan dilakukan oleh tangan yang di proksimal kantung supra-
patelar sehingga cairan terdorong ke dalam kantung persendian. Efusi yang terjadi
dapat dengan mudah dideteksi karena adanya impuls hidraulik pada jari-jari dan
ibu jari yang distal. Cairan di dalam sendi dapat pula dideteksi dengan cara
aspirasi.
3. Penebalan membran sinovia; Penebalan membran sinovia merupakan suatu
gambaran artritis inflamasi kronik. Penebalan membran umumnya terjadi di atas
patela dan dapat diraba pada palpasi dan biasanya lutut juga terasa hangat oleh
karena proses inflamasi yang ada.
Pemeriksaan rutin kelainan pada lutut
1. Pemeriksaan lokal pada lutut
Inspeksi Adanya jaringan parut atau
Kontur tulang sinus
Kontur jaringan lunak Palpasi
Warna dan tekstur kulit suhu kulit
Kontur tulang Nyeri lokal
Kontur jaringan lunak
Pergerakan (aktif dan pasif dan dibandingkan dengan lutut yang normal)
Fleksi Nyeri bila digerakkan
Ekstensi Krepitasi bila digerakkan
Kekuatan (membandingkan dengan tahanan dari pemeriksa)
Fleksi Uji rotasi Mc Murray
Ekstensi Cara berjalan (gait)
Stabilitas
Ligamentum medial Uji drawer; uji Lachman;
Ligamentum lateral uji pivot shift lateral
Ligamentum krusiatum Ligamentum krusiatum
anterior posterior
2. Pemeriksaan gejala yang mungkin merupakan akibat faktor ekstrinsik.
Pemeriksaan ini penting bila tidak ditemukan kelainan lokal pada pemeriksaan.
Pemeriksaan meliputi pemeriksaan tulang belakang dan panggul.
3. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan umum pada setiap anggota tubuh. Gejala lokal pada lutut dapat
ditimbulkan oleh adanya penyakit sistemik.