Anda di halaman 1dari 33

SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh:

Aditya Nur Firmansyah

(712017036)

Pembimbing:

dr. Meidian Sari, Sp.KJ.


DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA
RUMAH SAKIT DR. ERNALDI BAHAR
PROVINSI SUMATERA SELATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2018
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus berjudul

SKIZOFRENIA PARANOID

Dipersiapkan dan disusun oleh:

Aditya Nur Firmansyah

(712017036)

Pembimbing:

dr. Meidian Sari, Sp.KJ.

Telah diterima dan disahkan sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan
Ujian Akhir Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
Rumah Sakit DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang periode 19 Maret 2018 - 15 April 2018.

Palembang, April 2018

Dosen Pembimbing

ii
dr. Meidian Sari, Sp.KJ.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
“Skizofrenia Paranoid” sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Ujian Akhir
Kepaniteraan Klinik Senior di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Rumah Sakit
DR. Ernaldi Bahar Provinsi Sumatera Selatan. Shalawat dan salam selalu tercurah
kepada Rasullullah Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat dan
pengikutnya sampai akhir zaman.

Dalam penyelesaian laporan kasus ini, penulis mendapat bantuan, bimbingan


dan arahan, maka dari itu kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada:

1. dr. Meidian Sari, Sp.KJ., selaku dosen pembimbing.

2. Orang tua yang telah banyak membantu dengan doa yang tulus dan
memberikan bantuan moral maupun spiritual.

3. Rekan Tim sejawat seperjuangan dan semua pihak yang turut membantu
dalam menyelesaikan laporan kasus ini.

iii
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang telah
diberikan dan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua dan
perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga selalu dalam lindungan
Allah SWT. Aamiin.

Palembang, April 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman Judul...............................................................................................

Halaman Pengesahan .................................................................................... i

Kata Pengantar .............................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................ iii

BAB I. Laporan Kasus .................................................................................. 1

BAB II. Diskusi ............................................................................................. 14

Daftar Pustaka ............................................................................................... 18

iv
Lembar Follow Up ........................................................................................ 19

v
BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI PENDERITA

Nama : Tn. SYA

Usia : 39 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Cerai Hidup

Suku / Bangsa : Palembang / Indonesia

Pendidikan : Tamat SD

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Agama : Islam

Alamat : Desa Mangun Jaya, Kayu Agung, OKI

Datang ke RS : Senin, 2 April 2018, Pukul 14:30 WIB

Cara ke RS : Diantar keluarga menggunakan mobil

Tempat Pemeriksaan : Instalasi Gawat Darurat RS. Dr. Ernaldi Bahar Palembang.

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Riwayat psikiatri diperoleh dari:

1. Autoanamnesis dengan penderita pada Senin, 2 April 2018, Pukul 14:30


WIB.

2. Alloanamnesis dengan Ibu penderita pada Senin, 2 April 2018, Pukul 15:10
WIB.

1
A. Sebab Utama

Pasien gaduh-gelisah dan Menyerang Ayah Kandung Pasien

B. Riwayat Perjalanan Penyakit

a) Alloanamnesis

Pasien datang ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Ernaldi Bahar


dibawa keluarga karena mengamuk dan menyerang ayah kandungnya karena
pasien curiga orang tersebut mentertawakan pasien. Keluarga mengatakan
bahwa pasien tidak pernah ada masalah dengan ayahnya. Pasien mengamuk
menghancurkan barang-barang perabotan dirumahnya. Pasien sudah mulai
marah-marah sejak 1 minggu yang lalu Sebelum Masuk Rumah Sakit (SMRS),
selain itu pasien sering berbicara sendiri dan bicara tidak jelas dan tidak
nyambung. Pasien terkadang tertawa-tawa sendiri. Pasien mengaku
mempunyai ilmu sakti yang didapat dari orang lain dan pasien tidak
mengetahui siapa itu. Pasien mengaku bahwa mendapatkan bisikan-bisikan
yang memberinya ilmu tersebut. Pasien masih mau makan dan minum. Pasien
tidak mau mandi. Pasien juga sering tidur malam dan tekadang mengeluh
susah untuk tidur, biasanya hanya tidur selama 4 jam. Pasien sering keluyuran
menggangu tetangga sekitar. Pasien tidak bekerja lagi. Pasien pernah dirawat
Masuk Rumah Sakit (MRS) di RS Ernaldi Bahar sebelumnya tahun 2016,
2015. Sewaktu pulang dari RS, pasien tidak mengkonsumsi obat dan tidak
kontrol lagi ke dokter. Pasien sudah putus obat. Keluarga pasien juga
mengaku bahwa pasien menggunakan pil ekstasi, ganja, shabu dan heroin
pada Desember 2001 dan berhenti menggunakannya pada tahun yang sama.
Sejak 6 bulan yang lalu, pasien memang sudah sering berbicara-bicara sendiri
dan marah-marah sendiri ketika tidak dituruti kehendaknya seperti pergi
keluar rumah.

Bulan Juli 2016 keluarga pasien mengatakan bahwa pernah dirawat di


Rumah Sakit Ernaldi Bahar di ruang Merpati. Pasien saat itu dibawa ke IGD
karena mengamuk dan menghancurkan televisi di rumahnya. Pasien juga

2
mengancam orangtuanya dengan senjata tajam. Sebelumnya pasien juga
sering keluyuran keluar rumah tanpa menggunakan pakaian (telanjang) dan
menggangu tetangganya. Keluarga juga mengatakan memang susah tidur.
Pasien juga menuduh tetangganya mengambil barang pasien sehingga pasien
marah-marah dengan tetangganya. Pasien saat itu juga sering berbicara-bicara
sendiri. Pasien dirawat di Rumah Sakit (RS) selama hampir 1 mingguan, saat
keluar dari RS pasien kembali tidak meminum obat.

Tahun 2015 keluarga pasien juga mengatakan pernah dirawat di Rumah


Sakit Ernaldi Bahar lagi karena mengamuk dan mau membakar rumahnya.
Pasien saat itu sering mendengar bisikan-bisikan yang menyuruh membakar
rumah tersebut. Pasien pernah terjun dari rumah lantai 2 karena melihat
dibawahnya terdapat air. Pasien juga mengaku keturunan Jawa murni, padahal
keluarganya tidak ada yang bersuku Jawa. Pada tahun ini juga pasien bercerai
dengan istrinya setelah menikah selama 1 bulan, alasan berpisah tidak
diketahui.

Tahun 2001 saat pasien berumur 25 tahun, pasien pernah menggunakan


pil ekstasi, ganja, shabu-shabu dan heroin, dan dibawa ke IGD Rumah Sakit
Jiwa Pusat Provinsi Sumatera Selatan (RS Ernaldi Bahar Lama) karena
marah-marah dan mengancam tetangganya bila tidak memberikan uang,
mengoceh-ngoceh dan tangan bergerak-gerak sendiri.

b) Autoanamnesis

Pasien mengaku bahwa kesal dengan ayahnya karena tidak tau kenapa.
Pasien menyangkal jika menghancurkan barang-barang dirumah. Pasien juga
mengaku bahwa dia mempunyai ilmu sakti, ketika ditanya ilmu sakti apa,
pasien tidak mau menyebutkannya. Ilmu sakti itu didapatkan dari bisikan
yang didengarnya. Pasien menyangkal menggangu tetangganya. Pasien tidak
mau minum obat karena mengaku sehat dan tidak sakit. Pasien mengaku tidak
menggunakan narkoba lagi, terakhir menggunakan pasien menjawab “sudah
lama sekali setelah pulang dari Rumah Sakit di sana”.

3
III. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA

A. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya

Pasien sebelumnya pernah dirawat di Rumah Sakit Ernaldi Bahar pada


bulan Juli 2016 dengan diagnosis F20.0 Skizofrenia Paranoid dan tahun 2015
dengan diagnosis F20.0 Skizofrenia Paranoid. Pasien juga pernah dirawat di
Rumah Sakit Jiwa Pusat Provinsi Sumatera Selatan (RS Ernaldi Bahar Lama)
pada tahun 2001 kerena penggunaan zat psikoaktif dengan diagnosis F19
Gangguan Mental dan Perilaku akibat Penggunaan Zat Multipel dan
Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya . Pasien setiap hari tidak minum obat
sesuai anjuran dokter yang didapat saat pulang dari Rumah Sakit.

B. Riwayat Kondisi Medis Umum

1. Riwayat trauma kapitis tidak ada

2. Riwayat asma tidak ada

3. Riwayat demam tinggi tidak ada

4. Riwayat kejang tidak ada

5. Riwayat stroke tidak ada

6. Riwayat diabetes mellitus tidak ada

7. Riwayat hiper/hipotiroid tidak ada

8. Riwayat alergi tidak ada

C. Penggunaan Zat Psikoaktif

Pasein pernah memakai zat psikoaktif yaitu opioid, ekstasi, ganja,


shabu-shabu dan tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol.

4
D. Timeline Perjalanan Penyakit Pasien

Tahun 2001 Tahun 2015 Juli 2016 6 Bulan MRS April 2018

(MRS Jiwa Pusat) (MRS Ernaldi Bahar) (MRS Ernaldi Bahar) Oktober 2017 (MRS Ernaldi Bahar)

-Marah-marah dan -Mengamuk -Mengamuk -Mengoceh -Mengamuk


mengancam orang sendiri
-Halusinasi Auditorik -Mengancam orang -Mengancam ayah
lain kandungnya
lain menggunakan -Sering
-Mengoceh-ngoceh -Halusinasi Visual senjata tajam marah-marah
-bicara-bicara sendiri
-Tangan -Waham Bizzare -bicara-bicara sendiri
(Kebesaran) -Tertawa-tertawa
bergerak-gerak sendiri
-Keluyuran telanjang
sendiri
-Susah tidur -Halusinasi auditori

-Halusinasi auditorik -Waham persekutorik

-Waham persekutorik

IV. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat Premorbid

1. Bayi : Menurut keluarga pasien lahir spontanl, cukup bulan,

ditolong oleh dokter di Rumah Sakit.

2. Anak : Menurut keluarga, pasien tidak pernah mengalami demam

5
tinggi dan kejang (step), pasien banyak teman dan mudah

bergaul

3. Remaja : Menurut keluarga, pasien pemalu, mudah bergaul, banyak

teman, mudah marah (emosi).

4. Dewasa : Menurut keluarga, pasien mudah marah dan pendiam

B. Situasi Hidup Sekarang

Pasien saat ini tidak bekerja, pasien tinggal dengan ayah dan ibu kandung
dan adik-adiknya, kehidupan ekonomi pasien menengah.

C. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga dengan gejala penyakit yang sama disangkal.

Keterangan:

: Pasien bernama Tn. SYA usia 39 Tahun

: Cerai

6
D. Riwayat Pendidikan

Menurut keluarga pasien, pasien saat SD sering tidak naik kelas dan saat
SMP tidak tamat dan diberhentikan.

E. Riwayat Pekerjaan

Pasien tidak bekerja

F. Riwayat Pernikahan

Pasien cerai dengan istri setelah menikah selama 1 bulan pada tahun 2015,
alasan bercerai tidak diketahui

G. Agama

Pasien beragama Islam

H. Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan orang tua dan adik-adiknya. Dengan status


ekonomi menegah kebawah. Penghasilan dari ayahnya yang berkerja sebagai
pegawai swasta dan kakaknya sebagai pegawai swasta.

I. Riwayat Pelanggaran Hukum

Pasien belum pernah berurusan dengan pihak berwajib.

V. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

A. Deskripsi Umum

1. Penampilan

7
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berusia 39 tahun, pada saat
wawancara pasien menggunakan baju kaos berwarna abu-abu, celana
training berwarna coklat dan memakai sandal. Perawatan diri kurang
bersih, penampilan sesuai.

2. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Pasien tampak gelisah dan perhatian mudah teralihkan.

3. Sikap terhadap pemeriksa

Kontak dengan pemeriksa ada, pasien kooperatif terhadap pemeriksa.

B. Mood dan Afek

1. Mood : Distimik Disforik

2. Afek : Menyempit

C. Pembicaraan

1. Spontanitas : Spontan

2. Kualitas : baik

3. Kuantitas : Cenderung Logore

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi dan ilusi :

- Halusinasi auditorik ada → suara seperti memberi ilmu sakti

- Halusinasi lain (visual, taktil) tidak ada

8
2. Depersonalisasi dan derealisasi tidak ada.

E. Pikiran

1. Proses dan bentuk pikiran : asosiasi longgar

a) Kontinuitas : kontinu

b) Hendaya berbahasa : tidak ada

2. Isi Pikiran

a) Bentuk fikir : Koheren

b) Gangguan isi pikiran :

i. Waham kebesaran (delusion of Grandiosty) ada,

ii. Waham persekutorik ada

F. Kesadaran dan Kognisi

1. Tingkat kesadaran : Compos Mentis Terganggu

2. Orientasi :

a) Waktu : Baik

b) Tempat : Baik

c) Orang : Baik

3. Daya Ingat : Baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : Terganggu

5. Kemampuan membaca dan menulis : Pasien dapat membaca

6. Kemampuan visuospasial : Pasien dapat menjelaskan

perjalanan dari rumah ke RS.

9
Ernaldi Bahar.

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik, pasien makan, minum dan

mandi bisa sendiri.

G. Pengendalian Impuls

Pasien tampak gelisah pada proses tanya jawab yang dilakukan dan tidak
terdapat gerakan involunter

H. Daya Nilai

1. Penilaian realita : RTA terganggu

2. Tilikan : Derajat 1, pasien menyangkal ataupun sama sekali

tidak merasa sakit

VI. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

Pemeriksaan dilakukan pada hari Jumat, 30 Maret 2018

A. Status Internus

1. Kesadaran : Compos Mentis Terganggu

2. Tanda Vital : TD: 135/76 mmHg, N: 100 x/menit, RR: 20 x/menit,

T: 36,8 oC

3. Kepala : Normocephali, Konjungtiva palpebra anemis (-),

Sklera ikterik (-), mulut kering (-), mata cekung (-).

4. Thorax : BJ I dan II Normal, Gallop (-), Murmur (-), Vesikuler

normal (+), Wheezing (-), Ronkhi (-).

5. Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan epigastrium (-), BU (+) normal


10
Pembesaran hepar dan lien (-).

6. Ekstremitas : hangat, edema (-), sianosis (-), CRT < 2 detik.

B. Status Neurologikus

1. GCS : 15

E : membuka mata spontan (4)

V : bicara spontan (5)

M : gerakan sesuai perintah (6)

2. Fungsi sensorik tidak terganggu.

3. Fungsi Motorik tidak terganggu.

4. Ekstrapiramidal sindrom tidak ditemukan gejala.

5. Refleks fisiologis normal.

6. Refleks patologis tidak ditemukan.

VII. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

1. Pasien datang ke IGD RS Ernaldi Bahar bersama kakak dan ibunya pada
tanggal 2 April 2018. Pasien datang karena mengamuk, dan menyerang ayah
kandungnya.

2. Pasien menyerang ayah kandungnya karena merasa bahwa ayahnya


mentertawakan pasien (waham persekutorik).

3. Pasien tidak memiliki masalah pada kesadaran, daya ingat, fungsi kognitif
dan orientasi, memori serta pengetahuan umum pasien baik.

4. Mood Distimik Disforik dan Afek menyempit.

11
5. Pasien pernah mengkonsumsi narkotika pada tahun 2001 dan berhenti
penggunaannya pada tahun yang sama.

6. Pasien mengalami halusinasi auditorik, pasien merasa bisikan tersebut


memberinya ilmu sakti.

7. Pasien merasa mempunyai ilmu sakti, tetapi tidak diberi tahu ilmu sakti
seperti apa.

8. Pasien berbicara sendiri saat di IGD.

9. Di keluarga pasien tidak ada yang memiliki keluhan serupa.

10. Ada gangguan aktivitas tidur pada malam hari.

11. Pasien telah berpisah dengan istrinya tahun 2015 setelah menikah selama 1
bulan.

12. Pasien lahir normal di rumah sakit, tidak memiliki riwayat demam tinggi dan
kejang (step), tidak memiliki masalah tumbuh kembang, ada masalah dalam
pendidikan, memiliki banyak teman dan mudah bergaul.

13. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit fisik.

14. Pasien tinggal bersama ayah dan ibu kandung serta adik-adiknya di rumah
milik sendiri. Penghasilan berasal dari orangtuanya sebagai pegawai swasta
dan kakaknya sebagai pegawai swasta. Pasien berobat menggunakan jaminan
kesehatan BPJS.

15. Keluarga pasien saat ini mendukung kesembuhan pasien, terutama kakak
pasien.

VIII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Aksis I:

 Bedasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang telah dilakukan, tidak


terdapat penyakit yang menyebabkan disfungsi otak. Hal ini dapat dinilai
dari tingkat kesadaran, daya ingat atau daya konsentrasi, serta orientasi

12
yang masih baik, sehingga pasien ini bukan penderita Gangguan Mental
Organik (F.0).

 Dari anamnesis diketahui bahwa dahulu tahun 2001 pasien mempunyai


riwayat penggunaan zat-zat terlarang atau Napza dan tidak menggunakan
lagi pada tahun yang sama. Dengan demikian, pasien ini bukan penderita
Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1)

 Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan dalam menilai realita berupa
adanya halusinasi dan delusi, maka pasien ini menderita gangguan
psikotik (F.2)

 Halusinasi dan delusi yang dialami pasien sudah terjadi lebih dari 1 bulan
yang lalu, sehingga termasuk kedalam skizofrenia (F.20)

 Halusinasi auditori dan waham persekutorik yang menonjol sehingga


memenuhi kriteria umum skizofrenia paranoid (F.20.0)

Aksis II:

Pada pasien untuk diagnosis multiaksial aksis II, pasien memiliki ciri
kepribadian yang mudah marah, dan kecendrungan untuk menyimpan dendam dan
kecurigaan yang kuat dan berulang termasuk ciri kepribadian paranoid.

Aksis III:

Pada diagnosis multiaksial aksis III tidak ditemukan adanya gangguan kondisi
medik umum yang menyertai penderita. Maka aksis III tidak ada diagnosis.

Aksis IV:

13
Pada penderita untuk aksis IV saat ini yaitu masalah berkaitan dengan
keluarga.

Aksis V:

Pada aksis V didapatkan Global Assessment of Functioning (GAF) Scale saat


datang ke Rumah Sakit yaitu 40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan
realita dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi.

IX. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : F20.0 Skizofrenia Paranoid

Aksis II : Ciri Kepribadian Paranoid

Aksis III : Tidak ada Diagnosis

Aksis IV : Masalah dengan Keluarga

Aksis V : GAF 40-31

X. DAFTAR MASALAH

A. Organobiologik

Tidak ditemukan faktor genetik gangguan kejiwaan.

B. Psikologik

Pasien mengalami halusinasi auditorik, waham kebesaran, waham


persekutorik dan perubahan mood.

C. Lingkungan dan Sosial Ekonomi

Pasien tinggal dengan ibu kandungnya dan 4 saudaranya.

14
XI. PROGNOSIS

A. Quo ad Vitam : dubia

B. Quo ad Functionam : dubia

C. Quo ad Sanationam : dubia

XII. RENCANA PENATALAKSANAAN

A. Psikofarmaka

- Chlorpromazin 100mg, 1 x 1

- Haloperidol 5 mg, 2 x 1

- THP 2 mg, 2 x 1

B. Psikoterapi

1. Terhadap Penderita

a) Memberikan psikoterapi edukatif, yaitu memberikan informasi dan


edukasi tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor
penyebab (stressor), cara pengobatan, prognosis dan risiko
kekambuhan agar pasien tetap taat minum obat dan segera datang ke
dokter bila gejala serupa muncul dikemudian hari. Adanya efek
samping obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.

b) Memberikan psikoterapi suportif, yaitu memberikan intervensi


langsung dan dukungan untuk meningkatkan rasa percaya diri
individu, perbaikan fungsi sosial.

2. Terhadap Keluarga

a) Informasi dan edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,


gejala, kemungkinan penyebab, dampak, faktor-faktor pemicu

15
kekambuhan dan prognosis sehingga keluarga dapat memberikan
dukungan kepada pasien.

b) Meminta keluarga untuk mendukung pasien, mengajak pasien


berinteraksi dan beraktivitas serta membantu hubungan sosial pasien
ketika pasien sudah kembali ke rumah.

c) Meminta keluarga untuk selalu mengingatkan pasien untuk kontol


rutin dan minum obat secara teratur.

d) Dapat membantu mengurangi dan menghadapi stres.

16
BAB II

DISKUSI

Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik dengan gangguan


dasar pada kepribadian, distorsi proses pikir, waham yang aneh, gangguan
persepsi, afek yang abnormal. Meskipun demikian, kesadaran pasien tetap jernih.
Pasien mengalami hendaya berat dalam menilai realitas. Diagnosis gangguan
skizofrenia dapat ditegakan berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan
Diagnostik Gangguan Jiwa III) yang berpedoman pada DSM-IV. Pedoman
diagnostik:

Harus ada sedikitnya satu gejala berikut amat jelas (dan biasanya dua gejala
atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam / jelas):

A. “thought echo” : isi pikirannya sendiri yang berulang / bergema dalam


kepalanya

“thought insertion or withdrawal” : isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion), atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu (withdrawal).

17
“thought broadcasting” : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain /
umum mengetahuinya.

B. “delusion of control” : waham dirinya dikendalikan oleh kekuatan tertentu

“delusion of influence” : waham dirinya dipengaruhi oleh kekuatan dari luar

“delusion of pasivity” : waham dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap


suatu kekuatan dari luar

“delusion of perception” : pegalaman inderawi yang tak wajar yang


bermakna, sifat mistik dan mukjizat.

C. Halusinasi auditorik : suara berkomentar terus menerus / mendiskusikan


perihal pasien sendiri.

D. Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
wajar, misal: perihal keyakinan agama dan politik, mampu mengendalikan
cuaca, berkomunikasi dengan makhluk asing.

Atau paling sediki dua gejala dibawah ini harus ada secara jelas:

E. Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa aja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide-ide berlebihan (over-valued
issue) yang menetap, atau apaila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus.

F. Arus pikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation),


yang berkaibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.

G. Perilaku katatonik, keadaan gaduh gelisah (ex-citement), posisi tubuh tertentu


(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.

H. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, respon
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan
penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; akan

18
tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
medikasi neuroleptika.

I. Adanya gejala-gejala khas tersebut telah berlangsung satu bulan atau lebih
(tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)

J. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam keseluruhan
(overall quality) dari beberapa aspek perilaku probadi (personal behavior),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat
sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan penarikan
diri secara sosial.1.

Pada gangguan skizofrenia paranoid, diagnosis dapat ditegakan berdasarkan


PPDGJ III, F20.0 sebagai berikut:

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.

2. Tambahan : halusinasi dan / atau waham harus menonjol:

a) Suara-suara yang mengancam pasien atau memberi perintah atau


halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit,
mendengung atau tertawa.

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau sifat seksual :


halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c) Waham dikendalikan, dipengaruhi atau dellusion of passivity dan


keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam adalah yang paling
khas.

d) Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, gejala


katatonik tidak menonjol.1.

Pada pasien ini ditemukan gejala-gejala skizofrenia paranoid berupa


halusinasi auditori dan waham persekutorik yang menonjol. Oleh karena itu
pasien ini termasuk dalam diagnosis skizofrenia paranoid

Pengobatan dengan gangguan skizofrenia diobati dengan antipsikotik. Obat


antipsikotik dibagi dalam dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu

19
dopamine receptor antagonist atau antipsikotika generasi I (tipikal) dan
serotonin-dopamine antagonist atau antipsikotika generai II (atipikal). Obat
APG-I berguna terutama untuk mengontrol gejala-gejala positif. APG-II
bermanfaat baik untuk gejala positif maupun negatif.2.

Pada pasien ini diberikan Chlorpromazin 1 x 100mg, Haloperidol 2 x 5 mg,


dan Trihexyphenidyl 2 x 2 mg. Chlorpromazin dan Haloperidol merupakan APG-I
yang bersifat D2 antagonis yang sangat poten. Efek terhadap sistem otonom dan
efek antikolinergiknya sangat minimal. Obat Trihexyphenidyl merupakan
antikolinergik untuk mengurangi efek samping dari EPS (Ekstrapiramidal
Sindrom).

Obat APG-I memberikan efek antipsikotika dengan jalan menurunkan


aktivitas dopamin. Haloperidol dan Chlorpromazin dapat meningkatkan
metabolisme dopamin pada daerah yang kaya dopamin. Hal ini menunjukan
bahwa kedua zat ini bekerja sebagai dopamin antagonis. Obat APG-I bersifat
sedasi sehingga ia lebih efektif untuk pasien yang lebih agitatif. Dosis APG-I
dapat menimbulkan sindrom immobilitas yaitu tonus otot meningkat dan
menimbulkan efek samping EPS. Efek samping EPS diantaranya parkinsonisme
(rigiditas, bradikinesia, tremor) dalam bentuk ringan dapat terlihat seperti
penurunan gerakan spontan, ekspresi wajah topeng, pembicaraan tidak spontan
dan kesulitan dalam memulai aktivitas atau disebut dengan akinesia, selain itu
Distonia Akut yaitu spasme otot yang menetap atau intermiten, otot yang sering
menetap spasme yaitu otot badan, leher dan kepala, serta menyebabkan involunter.
Efek samping EPS yang lain adalah Akatisia, ini yang paling membuat
penderitaan. Manifestasi klinik yang paling sering yaitu ketidakmampuan pasien
untuk duduk diam, sering merubah-rubah posisi ketika duduk, jalan ditempat, kaki
tidak bisa diam dan pasien merasa gelisah. Dalam profilaksis EPS, antikolinergik
seperti THP dapat diberikan bila pasien berisiko untuk terkena efek samping ini.2

Selain menggunakan terapi psikofarmaka, pasien juga ditunjang dengan


psikoterapi. Dalam hal ini diberikan melalui edukasi terhadap penderita agar
memahami tentang penyakit yang diderita, faktor risiko, gejala, faktor penyebab
(stresor), cara pengobatan, prognosis dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat

20
minum obat dan segera datang ke dokter bila gejala serupa muncul dikemudian
hari. Dijelaskan juga bahwa pengobatan berlangsung lama, adanya efek samping
obat dan pengaturan dosis hanya boleh diatur oleh dokter.3.

Hal lain yang dilakukan adalah dengan intervensi langsung dan dukungan
untuk meningkatkan rasa percaya diri individu, perbaikan fungsi sosial dan
pencapaian kualitas hidup yang baik sehingga memotivasi penderita agar dapat
menjalankan fungsi sosialnya dengan baik. Keluarga penderita juga diberikan
terapi keluarga dalam bentuk psikoedukasi berupa penyampaian informasi kepada
keluarga mengenai penyebab penyebab penyakit yang dialami penderita serta
pengobatannya sehingga keluarga dapat memahami dan menerima kondisi
penderita untuk minum obat dan kontrol secara teratur serta mengenali
gejala-gejala kekambuhan secara dini.3.

DAFTAR PUSTAKA

21
1. Maslim, R. 2013. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari
PPDGJ-III dan DSM-V. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika
Atma Jaya.

2. Elvira, S. 2015. Buku ajar psikiatri edisi kedua. Jakarta: FK UI

3. Yani, Fitri. 2015. Kelainan mental gangguan psikotik. Lampung. Jurnal


Unila.

22
TABEL FOLLOW UP

3 April 2018 S: pasien masih merasa ada yang ngebisikinnya tetapi


sudah berkurang dan mengatakan pasien sudah sehat
Bangsal Merpati

O: KU baik, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), susah diarahkan,
halusinasi auditori berkurang, TD: 120/80 mmHg,

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid (Riwayat Perilaku


Kekerasan)

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

4 April 2018 S: Pasien tidak ada keluhan lagi, tidak mendengar

23
Bangsal Merpati bisikan, ingin pulang karena pasien sudah merasa sehat
sekali

O: Kooperatif, tenang, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid (Riwayat Perilaku


Kekerasan)

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

5 April 2018 S: Pasien mengatakan ingin pulang, dan tidak ada


keluhan lain
Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

24
THP 2 x 2mg

6 April 2018 S: Pasien mengaku tidak akan memukul bapaknya lagi.

Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

7 April 2018 S: Pasien mengaku tidak akan menggangu orang lag dan
tidak ada keluhan lain.
Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

8 April 2018 S: Pasien mengaku tidak ada keluhan lagi.

Bangsal Merpati

25
O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,
tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

9 April 2018 S: Pasien mengaku tidak ada keluhan lagi.

Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

10 April 2018 S: Pasien mengaku tidak ada keluhan lagi.

Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

26
A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

11 April 2018 S: Pasien mengaku tidak ada keluhan lagi dan mau
pulang.
Bangsal Merpati

O: Kooperatif, afek sesuai, mood eutimik, emosi stabil,


tampak mengantuk, kontak (+), halusinasi auditori (-)

A: F20.0 Skizofrenia Paranoid

P: Chlorpromazin 1 x 100mg

Haloperidol 2 x 5mg

THP 2 x 2mg

27

Anda mungkin juga menyukai