Anda di halaman 1dari 7

IMPLEMENTASI RELAKSASI DZIKIR TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DENGAN


HIPERTENSI DI DESA SUKASARI KALER TAHUN 2021

PROPOSAL

ARRY SUDIMAN
NIM. 18.004

AKADEMI KEPERAWATAN
YAYASAN PENDIDIKAN IMAM BONJOL (YPIB)
MAJALENGKA
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
Jalan Kasokandel Timur No.63 Kec. Kasokandel Kab. Majalengka 45453
telp/fax : (0233) 8666624
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan jiwa yaitu ketika
seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan
hidup serta dapat menerima orang lain sebagaimana seharusnya serta
mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri dan orang lain.Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2014 tentang Kesehatan
Jiwa, kesehatan jiwa yaitu kondisi yang menunjukkan individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. Menyadari kemampuan
diri sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan konstribusi dikalangan komunitas.
Menurut WHO(World Health Organization) tahun 2017, Depresi dan
kecemasan merupakan gangguan jiwa umum yang prevalensinya paling
tinggi. Ada lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia (3,6% dari populasi)
menderita kecemasan dan 322 juta orang di seluruh dunia (4,4% dari populasi)
menderita depresi dan hampir seluruhnya yang berasal dari wilayah Asia
Tenggara.
Menurut catatn Riset Kesehatan Dasar (Riskedsas) dari Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2018), prevalensi gangguan emosional pada
penduduk berusia 15 tahun ke atas meningkat dari 6% di tahun 2013 menjadi
9,8% di tahun 2018. Prevalensi penderita depresi di tahun 2018 sebesar 6,1%,
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi bunuh diri
pada penduduk berusia 15 tahun ke atas (N=722.329) sebesar 0,8% pada
perempuan dan 0,6% pada laki-laki. Menurut Dinas Kesehatan Jawa Barat
Arief Sutedjo mengungkapkan tercatat pada tahun 2017 sebanyak 11.360 dan
pada tahun 2018 ada 16.714 warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa.
Kondisi lanjut usia mengalami berbagai penurunan dalam segala aspek,
yang nantinya dapat memengaruhi kehidupan sosial. Hal itu biasanya
bersumber dari munculnya stressor psikososial yang mana dapat menyebabkan

1
2

stres dan apabila berkepanjangan dapat menuju masalah yang lebih serius
yaitu depresi. Diperkirakan bahwa stres dan depresi pada tahun 2020
akanmenjadi penyebab nomor dua dari disabilitas lansia di seluruh dunia.
Stres dapat mengganggu fungsi saraf parasimpatik, fungsi otot polos, saraf
simpatis,sekresi ekstern dan intern serta kesadaran seseorang yangdapat
meningkatkan risiko hipertensi.
Menurut Depkes RI (2013) prevalensi hipertensi di Indonesia sangat
tinggi yaitu 31,7% dari total penduduk dewasa. Prevalensi ini jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan negara Singapura 27,3%, Thailand 22,7% dan Malaysia
20%. Tingginya prevalensi ini disebabkan beberapa faktor. Salah satunya
faktor resiko yang utama meningkatnya hipertensi adalah perilaku atau gaya
hidup. Perilaku di Indonesia pada umumnya kurang makan buah dan sayur
93,6% dan 24,5% yang berusia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin
setiap hari. Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada
pelayanan primer kesehatan. Hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan
prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas
2013. Jika pada tahun 2014 penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa
maka terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi (Kemenkes RI
2014).
Di dunia memperkirakan kasus hipertensi mencapai angka 1 miliar, serta
2/3 diantaranya berada dinegara berkembang. Pasien hipertensi dewasa di
dunia sebanyak 972 juta (26%) orang. Angka tersebut terus meningkat tajam,
dan pendeita hipertensi pada dewasa diperkirakan tahun 2025 yakni 29%
orang (WHO, 2017). Di Indonesia sendiri angka hipertensi sangat tinggi,
yakni 31,7% dari total jumlah penduduk lansia (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Data hipertensi di Provinsi Jawa Barat tahun 2017 mencapai 57,5% dan
sebagian besar berakhir pada penyakit jantung sejumlah 40-60% atau stroke
sejumlah 15-30%. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka tahun 2018,
jumlah penduduk yang mengalami hipertensi tercatat sebanyak 137.857 orang
(37,87%) dari jumlah penduduk sejumlah 851.887 orang. Adapun jumlah
3

kasus hipertensi pada lansia paling banyak berada di UPTD Puskesmas Maja
yaitu sejumlah 483 lansia (42,0%) dari jumlah lansia sebanyak 912 orang.
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat menimbulkan kecemasan.
Tekanan mental atau kecemasan diakibatkan oleh kepedulian yang berlebihan
akan masalah yang sedang dihadapi (nyata) ataupun yang dibayangkan
mungkin terjadi. Kecemasan yang paling sering terjadi disebabkan karena
penyakit, salah satuny ahipertensi. Hipertensi merupakan penyakit yang
menyebabkan masalah-masalah baru, seperti stroke, gagal jantung, ginjal
danpastinya semua berdampak terjadinya kematian, sehingga perlu adanya
pencegahan lebih dini agar hipertensi tidak menyebabkan permasalahan
barubagi pasien. Permasalahan inilah yang membuat pasien dan keluarga
cemasakan keadaan pasien (Sarkamo, 2012)
Pengobatan hipertensi tidak hanya mengandalkan obat-obat dari dokter
maupun mengatur diet semata, penting pula untuk membuat tubuh kita selalu
dalam keadaan rileks. Kondisi rileks diperlukan untuk mengaktifkan system
saraf parasimpatis yang bekerja berlawanan dengan saraf simpatis, makatubuh
akan mereduksi produksi stress hormone. Pada umumnya orang yang sedang
menderita sakit diikuti oleh perasaan yang cemas dan jiwa yang tidak tenang.
Selain mengkonsumsi obat, berdoa dan berdzikir dapat menenangkan jiwa
individu. Adapun secara literal dzikir berarti mengingat, merupakan amaliah
yang terkait dengan ibadah ritual lainnya. Dzikir juga dapat dikatakan sebagai
suatu bentuk kesadaran yang dimiliki seseorang dalam menjalin hubungan
dengan sang pencipta . Dzikir memiliki daya relaksasi yang dapat mengurangi
ketegangan dan mendatangkan ketenangan jiwa. Setiap bacaan dzikir
mengandung makna yang sangat mendalam yang dapat mencegah timbulnya
ketegangan (Anggraini dan Subandi, 2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada bulan maret di
desa sukasari kaler dengan populasi 56 orang lansia dengan hipertensi yang
memeriksakan rutin ke puskesmas setempat,bahwa 4 orang di antaranya
mengalami kecemasan dikarenakan lansia tersebut takur hipertensi yang di
4

deritanya akan menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, bahkan akan


menjadi penyebab utama kematian.
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Implementasi Relaksasi Dzikir Terhadap Tingkat Kecemasan Pada
Lansia Dengan Hipertensi Di Desa Sukasari Kaler”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan pokok


dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi relaksasi dzikir
terhadap tingkat kecemasan pada lansia dengan hipertensi di Desa Sukasari
Kaler?”
1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka


penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi relaksasi dzikir
terhadap tingkat kecemasan pada lansia dengan hipertensi di Desa
Sukasari Kaler.
1.3.2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia dengan hipertensi


sebelum dilakukan relaksasi dzikir.
b. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia dengan hipertensi
sesudah dilakukan relaksasi dzikir
c. Mengetahui efektifitas relaksasi dzikir terhadap kecemasan pada
lansia yang mengalami hipertensi.
1.4. Ruang Lingkup
Penelitian ini adalah penelitian di bidang ilmu keperawatan jiwa,
khususnya dalam implementasi relaksasi dzikir terhadap tingkat kecemasan
pada lansia dengan hipertensi di Desa Sukasari Kaler.
5

1.5. Manfaat Penelitian


1.5.1 Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan pengetahuan dan
pengalaman serta keterampilan lapangan dalam penelitian khususnya
Implementasi relaksasi dzikir terhadap tingkat kecemasan pada lansia
dengan hipertensi.
1.5.2. Praktis
1.5.2.1 Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat yang
menderita kecemasan berlebih, agar bisa mampu menurunkan
tingkat kecemasan dengan hal yg positif seperti berdzikir,
berdoa, dll.
1.5.2.2 Bagi Puskesmas
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan kerja
bagi petugas puskesmas agar dapat meningkatkan pelayanan
kesehatan pada masyarakat.
1.5.2.3 Bagi Profesi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan atau sumber
informasi, alternatif intervensi dan terintegrasi dalam merawat
pasien dengan keluhan kecemasan berlebih terutama pada lansia
yang memiliki kecemasan terhadap penyakit kronis dan
kematian.
1.5.2.4 Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai pembelajaran bagi penulis
dalam melakukan penelitian terkait implementasi relaksasi
dzikir terhadap tingkat kecemasan pada lansia.
1.6. Sistematika Penelitian
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini terdapat sistematika penelitian
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah,
6

tujuan, ruang lingkup, manfaat, dan sistematika


penelitian.
BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi :
1. Konsep penyakit, meliputi : Definisi relaksasi,
manfaat relaksasi, macam-macam tekmik relaksasi.
Definisi dzikir, pengertian dzikir, fungsi dzikir, etika
berdzikir, bacaan dzikir. Definisi kecemasan, Teori
kecemasan, faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan, mekanisme koping terhadap kecemasan,
rentang respon kecemasan, tingkat kecemasan, faktor
resiko, alat ukur kecemasan, penatalaksanaan
kecemasan. Definisi lansia, batasan-batasan lansia,
ciri-ciri lansia. Definisi hipertensi, pengukuran
tekanan darah, etiologi, patofisiologi, manifestasi
klinis, pathway, pemeriksaan penunjang.
2. Konsep asuhan keperawatan, meliputi : Pengkajian
keperawatan, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan.
3. Konsep penelitian terkait.
4. Kerangka konsep.
BAB III : Metode penelitian yang meliputi jenis penelitian, variabel
penelitia, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik
pengumpulan data, tempat dan waktu penelitian, etika
penelitian.
BAB IV : Hasil dan pembahasan
BAB V : Simpulan dan saran

Anda mungkin juga menyukai