Anda di halaman 1dari 10

Serambi Akademica Vol. 8, No.

3, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Penderita


Hipertensi di UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat Tahun 2019

Susanti1, Rasima2

1,
Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh
Prodi Keperawatan Meulaboh
2,
Staf Pengajar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Aceh
Prodi Keperawatan Aceh Selatan
Emal: dexanayra@gmail.com

ABSTRAK
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan, keadaan
emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan atau
kejadian dalam hidupnya. Kecemasan yang dialami penderita hipertensi berdampak
pada kualitas tidur yang dirasakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada penderita hipertensi di UPT
Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Desain
dalam penelitian menggunakan survey analitik dengan pendekatan Crossectional
study. Sampel sebanyak 43 orang yang diambil dengan menggunakan teknik
accidental sampling. Alat ukur untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan
Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan alat alat ukur untuk mengukur kualitas
tidur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI). Hasil penelitian yang
dilakukan dengan uji chi-square di dapatkan adanya hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur dengan p value=0.005 (p<0.05). Dari 23 responden dengan
tingkat kecemasan ringan memiliki kualitas tidur baik sebanyak 17 orang (73.9%),
sedangkan dari 20 responden dengan tingkat kecemasan berat memiliki kualitas
tidur buruk sebanyak 13 orang (65.0%). Nilai OR 5.262 memiliki makna bahwa
responden dengan tingkat kecemasan ringan berpeluang 5.262 kali memiliki
kualitas tidur baik dibanding dengan yang memiliki tingkat kecemasan berat. Dapat
disimpulkan bahwa kualitas tidur pada penderita dengan hipertensi di dapat
ditingkatkan dengan melakukan pengelolaan kecemasan yang dialami penderita.
Diharapkan kepada manajemen UPT Puskesmas Cot Seumeureung dapat
meningkatkan informasi, dan edukasi tentang kecemasan dan kualitas tidur
terutama pada penderita hipertensi.
Kata Kunci: Tingkat Kecemasan, Hipertensi, Kuaitas tidur

PENDAHULUAN
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (jangka waktu lama). Penyakit ini adalah salah
stu jenis penyakit yang sangat berbahaya. Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah
peningkatan tekanan darah didalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut

387
Susanti, Rasima

darah dari jantung dan dialirkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Tekanan darah
tinggi (hipertensi) bukan berarti emosi yang berlebihan, walaupun emosi dan stres dapat
meningkatkan tekanan darah untuk sementara waktu.
Seseorang dikatakan terkena hipertensi mempunyai tekanan dara sistolik ≥ 140
mmHg dan tekanan darah diastoltik ≥ 90 mmHg. Seseorang dikatakan terkena hipertensi
tidak hanya dengan 1 kali pengukuran, tetapi 2 kali atau lebih pada waktu yang berbeda.
Waktu yang paling baik saat melakukan tekanan darah adalah saat istirahat dan dalam
keadaan duduk atau berbaring. Hipertensi adalah salah satu faktor resiko untuk terjadinya
stroke, serangan jantung,gagal jantung, dan merupakan penyebab utama terjadinya gagal
jantung kronis.
Sejalan dengan bertambahnya usia hampir setiap orang mengalami kenaikan
tekanan darah. Tekanan darah sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun, sedangkan
tekanan darah diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang
secara perlahan/bahkan menurun drastis. Jumlah penderita hipertensi di dunia terus
meningkat setiap tahunnya, diperkirakan pada 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
terkena hipertensi. Diperkirakan juga setiap tahun ada 9,4 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasi. Data WHO 2015 menunjukkan sekitar 1,13 miliar orang di
dunia menderita hipertensi.
Di Indonesia, berdasarkan dara Riskesdas 2013 dan diperbaharui dengan data
Riskesdas 2018, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 25,8%, prevalensi tertinggi
terjadi di Bangka Belitung (30,%) dan yang terendah di Papua (16,8%). Prevalensi
penderita hipertensi pada usia lebih dari 18 tahun di Indonesia terus meningkat sejak lima
tahun terakhir, dari 25.8% menjadi 34.1% (Riskesdas 2018). Sementara itu, data Survei
Indikator Kesehatan Nasional (Sirkesnas) tahun 2016 menunjukkan peningkatan
prevalensi hipertensi pada penduduk usia 18 tahun ke atas sebesar 32,4%. Selain itu,
menurut data BPJS Kesehatan, biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap
tahunnya, yakni Rp. 2,8 triliun pada 2014, Rp. 3,8 triliun pada 2015, dan Rp. 4,2 triliun
pada 2016.
Di Indonesia banyaknya penderita Hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi
hanya 4% yang merupakan hipertensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa,
50% diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga
mereka cenderung untuk menjadi hipertensi berat karena tidak menghindari dan tidak
mengetahui faktor risikonya, dan 90% merupakan hipertensi esensial. Faktor resiko yang
dapat menyebabkan hipertensi yang lebih berat seperti obesitas, keturunan, gaya hidup,
dan stress yang dialami oleh individu. Penderitaan yang terus berlanjut dan menetap
menimbulkan kecemasan pada penderita hipertensi.
Kecemasan merupakan unsur kejiwaan yang menggambarkan perasaan,
keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang pada saat menghadapi kenyataan
atau kejadian dalam hidupnya. Kecemasan (ansietas) adalah suatu keadaan emosional
yang tidak menyenangkan, yang ditandai oleh rasa ketakutan serta gejala fisik yang
menegangkan serta tidak diinginkan. Kecemasan ditandai dengan gejala fisik, seperti :
kegelisahan, anggota tubuh bergetar, banyak berkeringat, sulit bernafas, jantung berdetak
kencang, merasa lemas, panas dingin, mudah marah atau tersinggung.
388
Serambi Akademica Vol. 8, No. 3, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

Menurut Pramana dkk (2016) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kecemasan adalah umur, jenis kelamin, dan pendidikan.
Gejala behavior seperti berperilaku menghindar dan terguncang, serta gejala
kognitif seperti : khawatir tentang sesuatu, perasaan terganggu akan ketakutan terhadap
sesuatu yang terjadi dimasa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang menakutkan akan
segera terjadi, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, pikiran terasa
bercampur aduk atau kebingungan, sulit berkonsentrasi. Berdasarkan gejala- gejala
tersebut, kecemasan dikelompokkan menjadi kecemasan ringan, sedang, berat dan panik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu: jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, Lingkungan/Sanitasi, Sosial Budaya, Keadaan Fisik, Potensi Stressor,
Maturasi (Kematangan), Teori Psikologis. Dampak lebih lanjut yang dialami penderita
hipertensi akibat kecemasan adalah terjadinya gangguan tidur baik untuk memulai tidur
maupun mempertahankan kualitas tidur.
Alat ukur yang digunakan dalam mengukur tingkat kecemasan adalah Hamilton
Anxiety Rating Scale (HARS). HARS dibuat oleh M. Hamilton pada tahun 1959 yang
terdiri atas 14 pertanyaan tentang suasana hati, ketegangan, ketakutan, insomnia,
konsentrasri, depresi, tonus otot, sensori somatik, gejala kardiovaskuler, gejala sistem
respirasi, gejala sistem gastrointestinal, gejala sistem genitourinaria, gejala otonom dan
perilaku. Masing-masing kelompok dalam 14 kategori ini dibagi menjadi beberapa
item pertanyaan. Kategori yang dihasilkan adalah cemas ringan, sedang dan berat.
Digunakan untuk populasi dewasa, remaja dan anak-anak.
Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisiologis. Tidur adalah
suatu keadaan dimana kesadaran seseorang akan sesuatu menjadi turun, namun aktivitas
otak tetap memainkan peran yang luar biasa dalam mengatur fungsinya, seperti mengatur
fungsi pencernaan, aktivitas jantung dan pembuluh darah, serta fungsi kekebalan dalam
memberikan energi pada tubuh dan dalam pemrosesan kognitif, termasuk penyimpanan,
penataan, dan pembacaan informasi yang disimpan dalam otak, serta perolehan informasi
saat terjaga. (Mubarak,2014)
Tidur mempunyai fungsi restoratif, yaitu fungsi pemulihan kembali bagian-bagian
tubuh yang lelah, merangsang pertumbuhan, serta pemeliharaan kesehatan tubuh. Proses
tidur jika diberi waktu yang cukup dan lingkungan yang tepat akan menghasilkan tenaga
yang luar biasa. Lebih lanjut, tidur dapat memulihkan, meremajakan, dan memberikan
energi bagi tubuh dan otak selain itu tidur yang baik dapat meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit. Kurang tidur dalam jangka waktu yang panjang dapat menyebabkan
kerusakan otak, bahkan kematian (Asmadi, 2014).
Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kualitas tidur yang baik
penting bagi kesehatan. Penderita yang sedang sakit sering kali membutuhkan tidur dan
istirahat yang lebih banyak dari pada penderita yang sehat dan biasanya penyakit
mencegah beberapa penderita untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang adekuat.
Lingkungan rumah sakit atau fasilitas perawatan jangka panjang dan aktivitas pemberi
layanan sering kali membuat penderita sulit tidur (Potter & Perry, 2014).

389
Susanti, Rasima

Banyak faktor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, salah satu
diantaranya adalah kecemasan. Kecemasan sering kali mengganggu tidur. Seseorang yang
pikirannya dipenuhi dengan masalah pribadi dan merasa sulit untuk rileks saat akan
memulai tidur. Kecemasan meningkatkan kadar norepinefrin dalam darah melalui
stimulasi sistem saraf simpatis. Perubahan kimia ini menyebabkan kurangnya waktu tidur
tahap IV NREM dan tidur REM serta lebih banyak perubahan dalam tahap tidur lain dan
lebih sering terbangun (Asmadi, 2014).
Selain kondisi fisik, tidur juga mempengaruhi kondisi mental seseorang, tidur yang
kurang dapat mempengaruhi suasana hati seseorang tidur yang baik merupakan kunci
untuk merasa nyaman dan bahagia. Tidur yang buruk, sebaliknya, dapat mengakibatkan
kelelahan, mudah tersinggung, mudah marah dan depresi klinis periode kekurangan tidur
yang panjang, terkadang menyebabkan disorganisasi ego, halusinasi dan waham selain itu,
orang yang kekurangan tidur REM mungkin menunjukkan sikap mudah tersinggung dan
letargi (merasa kehilangan energi dan antusiasme) (Asmadi, 2014).
Kualitas tidur menurut Hidayat (2014), adalah kepuasan seseorang terhadap tidur,
sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan
gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau
mengantuk. Kualitas tidur yang baik sepertinya terjadi dengan sendirinya tidak perlu
menghadapinya dengan tidak bisa istirahat atau dengan kecemasan dan tidak perlu
meminum obat apapun untuk mengalaminya (Chopra, 2003 dalam Hidayat 2014).
Sehingga apabila seseorang sudah terpenuhi kualitas tidurnya, maka tidak akan muncul
perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata,
kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk.
Hasil penelitian Roshifanni (2016), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara pola tidur dengan kejadian hipertensi di Puskesmas tanah Kalikedinding
Surabaya (p = 0,000, α = 0,05). Hasil ananlisnya menyebutkan resiko menderita hipertensi
pada orang yang mempunyai pola tidur buruk 9,02 kali lebih besar dibandingkan orang
yang mempunyai pola tidur baik.
Hasil pendataan awal pada UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan
Samatiga didapatkan bahwa penderita hipertensi yang berobat rutin ke UPT Puskesmas
Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga sejak bulan Januari sampai dengan Desember
2018 sebanyak 653 orang, Januari sampai Mai 2019 sebanyak 270 orang. Penderita
hipertensi umumnya memeriksakan tekanan darah, dan konseling tentang kondisi
kesehatannya termasuk keluhan tentang gangguan tidur yang sering dialami karena
berbagai gejala yang sering muncul pada hipertensi.
Gangguan tidur yang biasanya dirasakan penderita adalah sulit untuk memulai
tidur, dan juga keluhan tentang tidak dapat mempertahankan tidur setelah terjaga. Bila
malam hari terjaga dari tidur keluhan yang dirasakan seperti tidak data tidur lagi sampai
pagi, sehingga jumlah jam tidur jadi berkurang. Perawatan pada penderita hipertensi yang
berobat UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga dilakukan melalui
pemberian farmakologi dan non farmakologi. Perawatan non farmakologi yang biasanya
390
Serambi Akademica Vol. 8, No. 3, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

dilakukan di UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga diantaranya


memberikan pendidikan kesehatan pada penderita hipetensi tentang keluhan yang
dialaminya, seperti nyeri kepala yang sering dirasakan, gangguan tidur baik memulai tidur
maupun terjaga setelah tidur dan tidak bisa tidur lagi dengan pulas, kelemahan, keletihan,
dan ketidakmampuan untuk beraktivitas bila gejala-gejala hipertensi muncul.
Berdasarkan gangguan yang sering dialami penderita maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada
penderita hipertensi di UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga
Kabupaten Aceh Barat tahun 2019.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada pasien hipertensi di UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey analitik. Adapun desain
penelitian yang digunakan adalah cros-sectional yaitu pengukuran variabel independen
dan dependen dilakukan pada waktu yang sama (Sugiyono, 2012)..
Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat Agustus 2019 dengan sampel 43 orang. Metode
pengumpulan data diperoleh melalui penyebaran kuesioner tentang kecemasan
menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), dan kualitsa tidur
menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Indeks (PSQI). Metode analisis data
dilakukan melalui analisis univariat, dan bivariat.

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian
Analisis univariat
Hasil analisis univariat Karakteristik responden Penderita Hipertensi di UPT
Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat
pada tabel 1. berikut:

Tabel 1. Distribusi Karakteristik responden Penderita Hipertensi di UPT Puskesmas Cot


Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat tahun 2019 (n=43)

Kategori Frekuensi Persentase


Umur (tahun)
a. 27-35 18 41.9%
b. 36-45 14 32.6%
c. > 45 11 25.5%

Total 43 100 %

391
Susanti, Rasima

Jenis Kelamin
a. Laki-laki 30 69.8%
b. Perempuan 13 30.2%
Total 43 100 %
Tingkat Pendidikan
a. SD 12 27.9%
b. SMP 9 20.9%
c. SMA 15 34.9%
d. Sarjana 7 16.3%
Total 43 100 %
Pekerjaan
a. IRT 11 25.6%
b. Swasta 9 20.9%
c. Petani 17 39.5%
d. PNS 6 14.0%
Total 43 100 %
Lama Sakit
a. 1 tahun 24 55.8%
b. > 1 Tahun 19 44.2%
Total 43 100 %
(sumber: data diolah)

Dari hasil penelitian didapatkan terbanyak responden berumur 27-35 tahun


sebanyak 18 orang (41.9%), dan sebahagian kecil berumur > 45 tahun sebanyak 11 orang
(25.5%), berjenis kelamin laki-laki sebanyak 30 orang (69.8%), memiliki tingkat
pendidikan SMA sebanyak 15 orang (34.9%), dan sebahagian kecil memiliki tingkat
pendidikan SMP sebanyak 9 orang (20.9%), pekerjaan sebagai petani sebanyak 17 orang
(39.5%), dan sebahagian kecil memiliki pekerjaan PNS sebanyak 6 orang (14%),
merasakan lamanya sakit selama 1 tahun sebanyak 24 orang (55.8%), dan sebahagian
kecil merasakan lamanya sakit selama > 1 tahun sebanyak 19 orang (44.2%).

Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Kecemasan di UPT


Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat tahun
2019 (n=43)
Kategori Frekuensi Persentase
Tingkat Kecemasan
a. Ringan 23 53.5%
b. Berat 20 46.5%
Total 43 100 %
(sumber: data diolah)

392
Serambi Akademica Vol. 8, No. 3, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden memiliki tingkat


Kecemasan ringan sebanyak 23 orang (53.5%), dan sebahagian kecil tingkat Kecemasan
berat sebanyak 20 orang (46.5%).

Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden berdasarkan Kualitas Tidur di UPT


Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat tahun
2019 (n=43)
Kategori Frekuensi Persentase
Kualitas Tidur
a. Baik 24 55.8%
b. Buruk 19 44.2%
Total 43 100 %
(sumber: data diolah)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terbanyak responden memiliki kualitas tidur


baik sebanyak 24 orang (55.8%), dan sebahagian kecil tingkat kualitas tidur buruk
sebanyak 19 orang (44.2%)

Analisis Bivariat
Analisis bivariate dalam penelitian ini adalah hubungan kecemasan dengan kualitas
tidur pasien responden.
Tabel 4. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pasien Hipertensi di UPT
Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat tahun
2019 (n=43)

Variabel Kualitas Tidur Total P OR


value
Baik Buruk
N % N % N %
Kecemasan 0.024* 5.262
a. Ringan 17 73.9 6 26.1 23 100
b. Berat 7 35.0 13 65.0 20 100

Keterangan: * p value < 0.05


Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan uji chi-square di dapatkan adanya
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur dengan p value=0.024 (p<0.05). Dari
23 responden dengan tingkat kecemasan ringan memiliki kualitas tidur baik sebanyak 17
orang (73.9%), sedangkan dari 20 responden dengan tingkat kecemasan berat memiliki
kualitas tidur buruk sebanyak 13 orang (65.0%). Nilai OR 5.262 memiliki makna bahwa
responden dengan tingkat kecemasan ringan berpeluang 5.262 kali memiliki kualitas tidur
baik dibanding dengan yang memiliki tingkat kecemasan berat.
393
Susanti, Rasima

PEMBAHASAN
Kecemasan menurut Stuart (2016) merupakan sesuatu yang tidak jelas dan
berhubungan dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya dan merupakan suatu
respon emosi yang tidak memiliki suatu obyek yang spesial. Kecemasan dapat dialami
oleh semua orang disetiap usia.
Hasil penelitian pada penelitian ini terdapat pada tabel 4 yang menggambarkan
bahwa dengan uji chi-square di dapatkan adanya hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur dengan p value=0.024 (p<0.05). Dari 23 responden dengan tingkat
kecemasan ringan memiliki kualitas tidur baik sebanyak 17 orang (73.9%), sedangkan dari
20 responden dengan tingkat kecemasan berat memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 13
orang (65.0%). Nilai OR 5.262 memiliki makna bahwa responden dengan tingkat
kecemasan ringan berpeluang 5.262 kali memiliki kualitas tidur baik dibanding dengan
yang memiliki tingkat kecemasan berat.
Kecemasan pada pasien hipertensi dapat terjadi karena bergabai faktor seperti
faktor fisik dimana pada pasien hipertensi akan mengalami berbagai gangguan fungsi
tubuh dan keluhan-keluhan yang berhubungan dengan kondisi kesehatannya, sehingga
mudah menimbulkan kecemasan. Disamping itu kecamasan terhadap kesembuhan dan
kelangsungan pengobatan juga dapat dialami oleh pasien dengan hipertensi.
Hasil penelitian memilki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwati,
Atun Raudotul Ma’rifah, Susio Maryati (2014), dengan metode penelitian ini adalah
deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan
teknik Accidental sampling dengan jumlah responden 40 responden. Data diambil dengan
memeberikan lembar kuisioner HRS-A (Hamilton Rating Scale for Anxiety) untuk
mengukur tingkat kecemasan dan PSQI (Pittsbrugh Sleep Quality Index) untuk mengukur
kualitas tidur. Hasil uji statistik dengan Uji Spearman Rank (rho) didapatkan nilai p value
0,008 (p value< α) dan korelasi (rho) sebesar 0,412. Hasil ini menunjukkan adanya
hubungan antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien kanker payudara.
Selain itu juga memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Annaas
Budi Setyawan (2017) menggunakan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel
dilakukan dengan purposive random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 53
responden, dan analisa bivariat dengan uji statistik Chi Square dengan taraf signifikan α
0,05. Hasil uji statistik diperoleh nilai p=0,000 yang berarti p<α (0,05) ada hubungan
antara tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada pasien pre operasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur. Hal ini menggambarkan bahwa kualitas tidur pada pasien dengan hipertensi
sangat erat hubungannya dengan kecemasan yang dialami pasien hipertensi. Oleh karena
itu diharapkan kepeda tenaga kesehatan untuk dapat memberikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya pengelolaan kecemasan sehingga dapat meingkatkan kualitas tidur
pasien khususnya pada pasien hiperteni yang terdapat di wilayah kerja UPT puskesmas
Cot Seumeureung .

394
Serambi Akademica Vol. 8, No. 3, pISSN 2337–8085
Jurnal Pendidikan, Sains, dan Humaniora Juni 2020 eISSN 2657- 0998

PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan tentang hubungan tingkat
kecemasan dengan kualitas tidur pasien hipertensi di UPT Puskesmas Cot Seumeureung
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat, maka dapat disimpulkan bahwa dengan uji
chi-square di dapatkan adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur dengan
p value=0.024 (p<0.05). Dari 23 responden dengan tingkat kecemasan ringan memiliki
kualitas tidur baik sebanyak 17 orang (73.9%), sedangkan dari 20 responden dengan
tingkat kecemasan berat memiliki kualitas tidur buruk sebanyak 13 orang (65.0%). Nilai
OR 5.262 memiliki makna bahwa responden dengan tingkat kecemasan ringan berpeluang
5.262 kali memiliki kualitas tidur baik dibanding dengan yang memiliki tingkat
kecemasan berat.

Saran
1. Kepada Akademis
Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang berarti karena dapat
dimanfaatkan untuk menambah teori pelayanan dengan penangan kecemasan,
memberikan informasi empiris mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan
kualitas tidur pada pasien hipertensi di Kerja UPT Puskesmas Cot Seumeureung
Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat
2. Kepada praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi
peningkatan pegetahuan tentang hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur
pada pasien hipertensi di Kerja UPT Puskesmas Cot Seumeureung Kecamatan
Samatiga Kabupaten Aceh Barat

DAFTAR PUSTAKA
Annaas Budi Setyawan (2017). Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur
Pasien Pre Operasi di Ruang Angsoka Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Jurnal Ilmiah Sehat Bebaya. Vol. 1. No.2. Mai 2017
Asmadi, 2014, Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien.Jakarta: Salemba Medika.
Depkes RI, 2019. http://www.depkes.go.id/article/view/18051600004/hipertensi-
membunuh-diam-diam-ketahui-tekanan-darah-anda.html
Hidayat (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsepdan Proses
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Kemenkes, 2015. https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4101603/semester-i-2018-
hipertensi-jadi-penyakit-paling-banyak-dialami-penduduk-ri
Mubarak. W. I. & Chayatin, N. (2014). Buku ajar kebutuhan dasar manusia: teori
& aplikasi dalam praktik
Potter & Perry, 2014. Fundamental Keperawatan.Jakarta: EGC.

395
Susanti, Rasima

Pramana dkk (2016). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kejadian Hipertensi Di Panti
Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung. Jurnal Keperawatan BSI. Vol. 7. No.1
http://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk
Price dan Wilson, 2015. Patofisologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta. EGC
Purwati, Atun Raudotul Ma’rifah, Susio Maryati (2014), Pengaruh Penyuluhan
Kesehatan Terhadap Pengetahuan Perilaku Klien Hipertensi Di Puskesmas
Bahu Manado. Jurnal Keperawatan. Vol. 2. No. 2
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/index
Riskesdas 2018. https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/327481-prevalensi-hipertensi-di-
indonesia-hampir-40-menkes-meminta-masyarakat-hidup-sehat
Roshifanni (2016), Risiko Hipertensi Pada Orang Dengan Pola Tidur Buruk (Studi Di
Puskesmas Tanah Kalikedinding Surabaya). Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 4
No. 3. 408–419
Smelzer and Bare, 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth (8
ed.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G. W dan Sundeen, S. J (2008) Pengantar keperawatan jiwa. jakarta : EGC
Sugiono (2012). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabet

396

Anda mungkin juga menyukai