Anda di halaman 1dari 82

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS

TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III DI KLINIK


PRATAMA REKSA MEDIKA
KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2022

OLEH :
DEVI DWI SEPTALIANI
4201.0121.B.008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
CIREBON
2022
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS
TIDUR IBU HAMIL TRIMESTER III DI KLINIK
PRATAMA REKSA MEDIKA
KABUPATEN BEKASI
TAHUN 2022

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
Sarjana Keperawatan

OLEH :
DEVI DWI SEPTALIANI
4201.0121.B.008

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIREBON
CIREBON
2022
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PROPOSAL SKRIPSI

Skripsi dalam penelitian ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan


Tim Penguji Proposal Penelitian Prigram Studi Ilmu Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cirebon

Cirebon, November 2022

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Asiah, S.Kep., Ners., M.Kep Herlinawati, SKM., M.Kes


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Illahi Robbi, yang telah

memberikan rahmat dan Karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan proposal

penelitian dengan judul, “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas

TidurIbu Hamil Trimester III di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten

Bekasi Tahun 2022”.

Proposal penelitian ini penulis ajukan untuk memenuhi sebagian syarat

melakukan peneliian pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon.

Penulisan proposal penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan,

bantuan,dan dorongan berbagai pihak. Oleh karena itu,sudah sewajarnya

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan

setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Drs.H.E.Djumhana Cholil, MM., selaku ketua Yayasan Rise Cirebon.

2. Dr.Awis Hamid H.,M.MPd., selaku ketua STIKes Cirebon.

3. R.Nur Abdurahman, S.Kep.,Ns.,MH., selaku ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Cirebon.

4. Asiah, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing utama yang telah

menyediakan waktu, arahan, serta masukan yang sangat bermakna bagi

penulis dalam penyusunan skripsi penelitian.


5. Herlinawati, SKM., M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah

menyediakan waktu, arahan, dan masukan yang sangat bermakna bagi

penulis dalam penyusunan skripsi penelitian ini.

6. Ibu/ Bapak Kepala Klinik Pratama Reksa Medika yang telah memberikan

izin tempat untuk melakukan penelitian ini.

7. Firmanda Danu Trihatmojo & Kenzie Ibrahim Althaf yaitu suami dan anak

tercinta yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan.

8. Keluarga besar tersayang yang selalu memberikan doa dan menjadi

support system.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi penelitian ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang

bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

member kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi

penelitian ini.

Cirebon, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN....................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................vi
DAFTAR BAGAN...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang---------------------------------------------------------. .1
1.2 Rumusan Masalah-----------------------------------------------------. .5
1.3 Tujuan Penelitian------------------------------------------------------. .5
1.3.1 Tujuan Umum.......................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus......................................................................6
1.4 Ruang Lingkup---------------------------------------------------------. .6
1.5 Kegunaan Penelitian--------------------------------------------------. .6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................8


2.1 Konsep Dasar Tidur--------------------------------------------------. .8
2.2 Konsep Dasar Kehamilan------------------------------------------- 21
2.3 Konsep Dasar Kecemasan------------------------------------------- 27
2.4 Konsep Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur
Ibu Hamil Trisemster III-------------------------------------------- 37
2.5 Penelitian Terkait----------------------------------------------------- 38
2.6 Kerangka Teori-------------------------------------------------------- 40

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI


OPERASIONAL.............................................................................42
3.1 Kerangka Konsep----------------------------------------------------- 42
3.2 Hipotesis--------------------------------------------------------------- 42
3.3 Definisi Operasional------------------------------------------------- 43

BAB IV METODE PENELITIAN...............................................................45


4.1 Rancangan Penelitian------------------------------------------------- 45
4.2 Variabel Penelitian---------------------------------------------------- 45
4.3 Populasi dan Sample Penelitian------------------------------------- 45
4.3.1 Populasi...............................................................................45
4.3.2 Sampel.................................................................................46
4.4 Instrumen Penelitian--------------------------------------------------46
4.5 Metode Pengumpulan Data------------------------------------------47
4.6 Pengolahan Data-------------------------------------------------------48
4.7 Analisis Data-----------------------------------------------------------49
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian-----------------------------------------51
4.9 Etika Penelitian--------------------------------------------------------51
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................54
LAMPIRAN.....................................................................................................58
DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1. Definsi Operasional ..................................................................... 42


DAFTAR BAGAN

Bagan 2.6 Kerangka Teori ...............................................................................40

Bagan 3.1 Kerangka Konsep .............................................................................41


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Surat Izin Studi Pendahuluan.................................................59


Lampiran 2: Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Dari Tempat
Penelitian Terkait............................................................................................60
Lampiran 3: Kuesioner Kualitas Tidur (PSQI)...........................................61
Lampiran 4: Kuesioner Kecemasan (HARS)...............................................65
Lampiran 5: Daftar Kegiatan Penelitian......................................................68
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehamilan merupakan penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan

dilanjutkan dengan nidasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Maka, dapat disimpulkan bahwa kehamilan

merupakan bertemunya sel telur dan sperma di dalam atau diluar Rahim dan

berakhir dengan keluarnya bayi dan plasenta melalui jalan lahir(1).

Trimester ketiga merupakan masa pertumbuhan untuk janin. Pada masa ini

bayi dapat bertahan hidup meskipun kesempatan hidup akan lebih baik jika bayi

lahir sesuai dengan perkiraan .Kehamilan trimester ketiga jika usia kandungan 28-

36 minggu dan sudah minggu ke-36 dengan dua kali kunjungan (2).
Berdasarkan

Open Data Jabar wilayah Kabupaten Bekasi pada Tahun 2016-2020 terdiri dari

ibu hamil sebanyak 73.617 orang. Menurut Data Klinik Pratama Reksa Medika

Kabupaten Bekasi Selama bulan Mei – Desember Tahun 2018 sebanyak 431

orang ibu hamil yang terdiri dari 121 orang pada ibu hamil trisemster III , Pada

Januari – Desember tahun 2019 sebanyak 737 ibu hamil yang terdiri dari 311

orang ibu hamil trisemester III dan 426 orang ibu hamil trisemster I dan trisemster

II. Sedangkan Pada tahun 2020 sebanyak 765 orang ibu hamil yang terdari 351

orang ibu hamil trisemester III dan 414 orang ibu hamil trismester I dan II. Pada

Januari – Agustus 2021 sebanyak 430 orang ibu hamil terdiri 119 orang ibu hamil

1
2

trismester III dan 221 orang ibu hamil trisemster I dan II. Pada kehamilan

trimester tiga ibu hamil sudah mulai merasakan perasaan cemas, apalagi

menjelang persalinan pertama(3).

Kecemasan merupakan keadaan patologis yang ditandai dengan gejala

fisiologis dan gejala psikologis, gejala-gejala tersebut dapat terjadi berbeda pada

setiap orang dan situasi(4). Pada kehamilan, risiko terjadinya kecemasan akan

meningkat(5). Memasuki trimester ketiga, ibu hamil akan mempersiapkan dirinya

untuk menyambut peran serta tanggung jawab barunya sebagai ibu(6). Menurut

Huizink, pada ibu hamil dapat terjadi 3 bentuk kecemasan yaitu rasa takut

terhadap melahirkan, takut melahirkan anak yang cacat baik secara psikologis(6)

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2019 mencatat,

sekitar 13% ibu hamil mengalami gangguan kecemasan, umumnya depresi(7). Di

negara-negara berkembang, persentasenya bahkan bisa mencapai 19,8%(7)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Girijia pada tahun 2017 di India dari

500 sampel yang diteliti ditemukan sebanyak 8,4% mengalami kecemasan berat

pada trimester I, 0,40% pada trimester II dan 22% pada trimester III(8). Hal ini

menunjukkan bahwa tingkat kecemasan tertinggi terjadi pada trimester III(8)..

Menurut Depkes RI, di Indonesia pada tahun 2018 terdapat 373.000.000 orang ibu

hamil dan yang mengalami kecemasan dalam menghadapi persalinan ada

sebanyak 107.000.000 orang (28,7%)(7). Menurut data kunjungan Ibu Hamil di

Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi pada Tahun 2019 terdapat 311

orang ibu hamil trisemester III yang terdiri dari 101 orang ibu hamil primigravida

dan 210 ibu hamil multigravida yang mengalami kecemasan sebanyak 30 orang
3

ibu hamil trisemester III. Sedangkan pada tahun 2021 terdapat sebanyak 119

orang ibu hamil trismester III yang terdiri dari 50 orang ibu hamil primigravida

dan 69 orang ibu hamil multigravida yang mengalami kecemasan sebanyak 47

orang ibu hamil trisemster III(9).

Dampak kecemasan pada ibu hamil trisemster III berupa dampak yang

positif atau negatif. Dampak positif terjadi jika kecemasan muncul yaitu

memberikan kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu ibu hamil

membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang

sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul

pada tingkat tinggi dan menimbulkan simtom-simtom fisik yang dapat

menghalangi individu untuk berfungsi efektif dalam kehidupan sehari-hari

seperti meningkatnya detak jantung sehingga mengalami gangguan tidur .

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaaan lelah dan perasaan

mengantuk(10) . Kualitas tidur yang baik ditentukan oleh banyak hal, antara lain

waktu tidur dan seberapa nyenyak tidur (tidak ada gangguan saat tidur).

Gangguan tidur baik itu durasi tidur yang tidak mencukupi maupun kualitas tidur

yang buruk sangat sering terjadi pada ibu hamil.Kualitas tidur buruk pada ibu

hamil dapat menyebabkan ibu hamil mengalami kehamilan risiko tinggi, seperti

gangguan pertumbuhan janin dan depresi postpartum. Pada penelitian

systematic review yang dilakukan oleh Gultom dan Kamsatun, ditemukan

sebanyak 56,5% ibu hamil trimester tiga mengalami kualitas tidur yang buruk (11).

Penelitian yang dilakukan oleh Skouteris, dkk pada tahun 2016 diKota Tehran ,
4

Iran menyelidiki kualitas tidur dan tingkat kecemasan pada 273 wanita hamil

dan menunjukkan bahwa pada tibu hamil trisemester III ada korelasi kuat antara

skor yang diperoleh dari Beck Depression Inventory (BDI) dan Pittsburgh Sleep

Quality Index (PSQI)(12).

Data hasil polling tidur di Amerika oleh National Sleep Foundation

didapat bahwa ternyata wanita lebih banyak mengalami gangguan tidur

dibandingkan dengan laki – laki, yaitu 63% : 54 % (National Sleep Foundation,

2007)(13). Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007), 78%

wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur dan 97,3% dan wanita

hamil trimester tiga selalu terbangun dimalam hari. Rata-rata 3-11 kali setiap

malam(13). Prevalensi gangguan tidur di Indonesia pada ibu hamil cukup tinggi

sekitar 64%.(14). Ibu hamil yang mengalami sleep apnea sebesar 65%(14).

Sedangkan menurut Dinas Kesehatan provinsi jawa barat jumlah ibu hamil yang

mengalami gangguan tidur di Provinsi Jawa Barat tahun 2016 mencapai 53%(14).

Hasil penelitian Dewi Komalasari menunjukan bahwa 63% menunjukan tingkat

kecemasan normal dan 72,2% menunjukan kualitas tidur buruk (13)..

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis melalui wawancara

yang dilakukan pada tanggal 8 Oktober 2022 dilaksanakan diKlinik Pratama

Reksa Medika Kabupaten Bekasi terhadap 3 orang Ibu Hamil Trisemester III

didapatkan bahwa Ny A mengatakan tidur tidak terlalu nyenyak karena adanya

kekhawatiran akan janin yang sedang dikandung . Ny T mengatakan sulit

berkonsentrasi pada kehamilan trisemster III ini karena takut melahirkan anak

yang cacat baik secara psikologis sehingga Ny T selalu memikirkan hal teserbut
5

dan mengalami kesulitan tidur dimalam hari. Sedangkan Ny S mengatakan

ketika bangun tidur dipagi badan tidak terasa segar, badan terasa lelah karena

mengeluhkam adanya kecemasan saat memasuki trimester III dan menilai

kualitas tidur nya kurang baik. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Kecemasan

dengan Kualitas Tidur Pada Ibu Hamil Trimester III di Klinik Pratama Reksa

Medika Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang yang sudah peneliti jabarkan diatas ,

peneliti menemukan bahwa adanya beberapa masalah pada ibu hamil trimester III

yang mengalami gangguan kecemasan seperti rasa takut terhadap melahirkan,

takut melahirkan anak yang cacat baik secara psikologis dan mengeluhkan adanya

kecemasaan saat memasuki trimester III. Dari beberapa ibu hamil tersebut

mengalami kecemasan yang berlebihan sehingga mengalami gangguan tidur yang

akan berpengaruh pada buruknya kualitas tidur . Atas dasar permasalahan

tersebut, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: “Adakah hubungan

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trimester III di klinik pratama

reksa medika kabupaten bekasi tahun 2022?”.


6

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu

hamil trisemester III di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi Tahun

2022.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kecemasan Ibu hamil trisemester III di Klinik

Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi Tahun 2022

2. Untuk mengetahui kualitas tidur Ibu hamil trisemster III Klinik Pratama

Reksa Medika Kabupaten Bekasi Tahun 2022

3. Untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur

Ibu Hamil Trisemster III di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten

Bekasi Tahun 2022

1.4. Ruang Lingkup

Penelitiam ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan

dengan kualitas tidur ibu hamil trimester III di Klinik Pratama Reksa Medika

Kabupaten Bekasi Tahunn 2022. Data yang dikumpulkan merupakan data primer

menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). untuk mengukur

tingkat kecemasan dan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk

mengukur kualitas tidur. Penelitian ini akan dilakukan bulan Desember 2022.

Penelitian ini menggunakan metode analisis korelasi degan pendekatan cross


7

sectional. Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III yang

melakukan pemeriksaan di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi.

1.5. Kegunaan Penelitian

1.5.1. Guna Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, memperluas

wawasan dan pengalaman peneliti tentang Hubungan Tingkat Kecemasan dengan

Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester III di Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

1.5.2. Guna Praktis

1. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi dan menambah pengetahuan tentang hubungan

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trisemester III

apabila mengalaminya dapat melakukan hal hal untuk mengantisipasi

terjadinya hal tersebut sehingga dapat menjaga kualitas tidur yang baik.

2. Bagi Klinik Pratama Reksa Medika

Sebagai masukan dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dan sebagai

bahan informasi dalam memberikan penyuluhan serta asuhan keperawatan

mengenai hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu

hamil trimeester III .


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Tidur

2.1.1 Definisi Tidur

Tidur adalah proses yang berfungsi untuk memulihkan energi dan

kesejahteraan (15).
Tidur adalah proses yang diperlukan manusia untuk

pembentukan sel-sel tubuh yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang rusak (natural

healing mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk istirahat maupun untuk

menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimia tubuh. Tidur adalah status

perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi individu terhadap lingkungan

menurun (16).

2.1.2 Fungsi Tidur

Antara lain untuk melindungi tubuh, konservasi energi, restorasi otak,

(17). .
homeostasis, meningkatkan fungsi immunitas, dan regulasi suhu tubuh .

Tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ

tubuh manusia. Tidur dalam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktifitas

normal pada bagian jaringan otak (18).

2.1.3 Fisiologi Tidur

Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi

bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian yang bersiklus 24 jam

antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari, layu dan

45
46

segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, waspadanya manusia dan

binatang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari. Sistem yang

mengatur siklus atau perubahan dalam tidur adalah reticular activating

system(RAS) dan bulbar synchronizing regional(BSR) yang terletak pada batang

otak (15).

2.1.4 Pola Tidur

Pola tidur adalah model atau bentuk tidur dalam jangka waktu yang relatif

menetap dan meliputi jadwal jatuh (masuk) tidur dan bangun, irama tidur,

frekuensi tidur dalam sehari, mempertahankan kondisi tidur dan kepuasan tidur.

Pola tidur normal dipengaruhi oleh gaya hidup termasuk stres pekerjaan,

hubungan keluarga dan aktivitas sosial yang mengarah pada insomnia dan

penggunaan medikasi untuk tidur. Penggunaan jangka panjang medikasi tersebut

dapat mengganggu pola tidur dan selama tidur malam yang berlangsung rata-rata

tujuh jam, REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement)

terjadi berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami

REM, maka esok harinya ia akan menunjukkan kecenderungan untuk menjadi

hiperaktif, kurang dapat mengendalikan emosinya dan nafsu makan bertambah.

Sedangkan jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit(19).

Tidur dibagi ke dalam dua jenis, yaitu (20) :

1. NREM atau Pola Tidur Biasa


47

Tidur NREM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya

kegiatan dalam sistem pengaktivasi retikularis, disebut dengan tidur

gelombang lambat (slow wave sleep) karena gelombang otak bergerak

sangat lambat. Tidur NREM juga diartikan sebagai periode tidur dimana

tidak ada gerakan mata yang dapat diamati.

2. REM atau Pola Tidur Paradoksikal

Tidur REM merupakan jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran

abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun otak mungkin tidak

tertekan secara berarti.

2.1.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Tidur

Kebutuhan tidur setiap manusia memiliki perbedaan masing-masing baik dari

segi kualitas dan kuantitas tidur tentunya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Kualitas tersebut dapat menunjukkan adanya kemampuan individu untuk tidur dan

memperoleh jumlah istirahat yang cukup sesuai dengan kebutuhannya. Ada yang

kebutuhan tidurnya terpenuhi sepenuhnya namun, ada juga yang mengalami

gangguan tidur dalam istirahat tidurnya Hal-hal berikut ini yang dapat

mempengaruhi kebutuhan tidur setiap manusia, antara lain(21) :

1. Status Kesehatan

Seseorang yang memiliki status kesehatan yang baik akan mengalami

kebutuhan tidur yang baik pula, begitu sebaliknya seseorang yang


48

memiliki status kesehatan yang kurang baik akan mempengaruhi

kebutuhan tidur orang tersebut. Kondisi tubuh ketika mengalami sakit

tentunya sangat berpengaruh terhadap kuantitas dan kualitas tidur seperti,

penyakit yang disebabkan karena adanya infeksi (infeksi limpa)

memerlukan lebih banyak tidur untuk mengatasi keletihan. Ada pula

penyakit maag yang kambuh ketika di malam hari tentunya tidur yang

dibutuhkan akan sangat terganggu sehingga tidurnya tidak lelap dan

keesokan harinya dapat menyebabkan reaksi tubuh yang lemas karena

kurangnya waktu tidur yang dimilikinya ketika malam hari. Banyak juga

keadaan sakit lainnya yang menjadikan seseorang kurang tidur bahkan

tidak bisa tidur.

2. Keletihan

Keletihan akibat aktivitas yang tinggi tentunya memerlukan lebih banyak

waktu untuk tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah

dikeluarkan. Hal tersebut terlihat pada seseorang yang telah melakukan

aktifitas seperti pekerja kuli bangunan yang telah mencapai kelelahan

maka, orang tersebut akan lebih cepat untuk tertidur dikarekan tahap tidur

pada gelombang lambat diperpendek akibat reaksi tubuh yang kelelahan.

3. Stres Psikologis

Kondisi psikologis dapat terjadi pada seseorang akibat ketegangan jiwa.

Hal tersebut terlihat ketika seseorang yang memiliki masalah psikologis


49

mengalami kegelisahan sehingga sulit untuk memulai tidur. Pada keadaan

cemas seseorang mungkin meningkatkan kerja sistem simpatis sehingga

dapat mengganggu tidurnya. Stress emosional menyebabkan seseorang

menjadi tegang dan sering kali mengarah ke frustasi apabila tidak tidur.

Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur,

sering terbangun secara tiba-tiba dalam siklus tidur, dan stres yang

berkepanjangan dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk sehingga

berdampak secara psikologis dan emosionalnya.

4. Obat-obatan

Obat juga mempengaruhi proses tidur. Beberapa jenis obat yang dapat

mempengaruhi proses tidur adalah jenis golongan obat diuretic yang dapat

menyebabkan seseorang insomnia, jenis obat antidepresan yang dapat

menyebabkan kesulitan tidur karena menekan REM, golongan beta

blocker dapat berefek pada timbulnya insomnia, dan jenis golongan obat

psikotropika atau narkotika dapat menekan siklus REM sehingga mudah

mengantuk juga memiliki sifat ketergantungan yang dapat membahayakan

bagi tubuh.

5. Nutrisi dan Makanan

Terpenuhinya nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses tidur. Protein

yang tinggi dapat mempercepat terjadinya proses tidur, seperti susu. Susu

adalah salah satu sumber terbaik penghasil zat trypthophan sejenis asam
50

amino yang juga terdapat pada pisang, daging unggas, dan kacang-

kacangan. Asam amino tersebut akan diubah oleh tubuh menjadi dua jenis

hormon yang membantu tidur yakni serotonin dan melatonin. Susu juga

bisa menghangatkan tubuh, kondisi tubuh yang hangat akan membuat otot

menjadi lebih rileks dan memperlambat respons. Perlambatan respons dan

otot yang rileks ini memicu rasa kantuk sehingga menimbulkan rasa ingin

tidur. Selain susu, yogurt dan keju mengandung senyawa kimia tripofan

serta nutrisi yang tinggi dimana dapat membantu mengurangi stres

sehingga otak akan merasa lebih rileks dan membuat tubuh terasa lebih

cepat mengantuk. Namun, berbanding terbalik dengan jenis minuman atau

makanan yang mengandung kafein dimana dampak jika mengkonsumsinya

dapat mengalami kesulitan tidur dan gangguan tidur. Kafein bisa

menstimulasi pergerakan saraf sehingga menimbulkan peningkatan energi

yang ekstra.

6. Lingkungan

Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang dapat

mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat seseorang

tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tidur dan tetap tidur.

Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Suara yang

tenang dan tidak berisik juga mempengaruhi tidur. Cahaya atau penerangan

juga berpengaruh pada proses tidur ada yang menyukai tanpa cahaya

ketika tidur, remang-remang, dan ada pula yang menyukai cahaya atau
51

lampu yang tetap menyala selama tidur. Suhu salah satu hal yang sangat

berpengaruh terhadap proses dan kenyamanan tidur, suhu yang terlalu

hangat maupun yang terlalu dingin akan menyebabkan seseorang gelisah

sehingga mudah terbangun.

7. Gaya Hidup atau Kebiasaan

Rutinitas keseharian setiap orang dapat mempengaruhi pola tidur.

Contohnya seorang yang memiliki pekerja yang terus menerus setiap hari

dan shift malam, sering mengalami kesulitan menyesuaikan untuk

mengubah jadwal tidur. Gaya hidup dapat menurunkan kualitas dan

kuantitas tidur. Kelelahan juga akan mengakibatkan pola tidur seseorang

menjadi terganggu. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola

tidur meliputi, kerja berat yang tidak biasanya, dan perubahan waktu

makan malam. Perubahan kebiasaan ini tentunya sangat berpengaruh

terhadap kebutuhan tidur seseorang.

8. Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan atau keinginan seseorang untuk tidur

yang dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu, adanya keinginan untuk

menahan tidak tidur dapat menimbulkan gangguan proses tidur.

2.1.6 Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan


52

gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering

menguap atau mengantuk. Kualitas tidur menurut American Psychiatric

Association, didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan

berbagai domain, antara lain penilaian terhadap lama waktu tidur, gangguan tidur,

latensi tidur, disfungsi tidur pada siang hari, efisiensi tidur, kualitas tidur, dan

penggunaan obat tidur. Jadi apabila salah satu dari ketujuh domain tersebut

terganggu maka akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas tidur(20).

Kualitas tidur adalah suatu keadaan dimana tidur yang dijalani seseorang

menghasilkan kesegaran dan kebugaran disaat terbangun, kepuasan seseorang

terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan

lelahdan(22). Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif, seperti lamanya

tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek

subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur. Kualitas tidur adalah kepuasan

seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan

perasaan lelah, mudah merasa gelisah, lesu, kehitaman disekitar mata, konjungtiva

merah, mata perih, perhatian terpecah- pecah, sakit kepala dan sering menguap (23).

Kulitas tidur yang baik dapat meningkatkan kapasitas memori karena otak

akan lebih efektif untuk mengingat apa yang sudah di pelajari. Kualitas tidur

adalah kemampuan setiap orang untuk mempertahankan keadaan tidur dan untuk

mendapatkan tahap REM dan NREM yang seharusnya. Kurang tidur dapat

mengganggu kesehatan fisik dan psikis. Sedangkan dari segi psikis, kurang tidur

akan menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga individu


53

tersebut akan menjadi lesu, lambat menghadapi rangsangan, dan sulit

berkonsentrasi (24).

2.1.7 Komponen – Komponen Kualitas Tidur

Kualitas tidur dapat dilihat melalui tujuh komponen, yaitu(21) :

1. Kualitas tidur subjektif

Penilaian subjektif diri sendiri terhadap kualitas tidur yang dimiliki,

adanya perasaan terganggu dan tidak nyaman pada diri sendiri berperan

terhadap penilaian kualitas tidur.

2. Latensi tidur

Beberapa waktu yang dibutuhkan sehingga seseorang bisa tertidur, ini

berhubungan dengan gelombang tidur seseorang.

3. Efisiensi tidur

Didapatkan melalui persentase kebutuhan tidur manusia, dengan menilai

jam tidur seseorang dan durasi tidur seseorang, durasi tidur sehingga dapat

disimpulkan apakah sudah tercukupi atau tidak.

4. Penggunaan obat tidur

Obat tidur dapat menandakan seberapa berat gangguan tidur yang dialami,

karena penggunaan obat tidur di indikasikan apabila orang tersebut sudah


54

sangat terganggu pola tidurnya dan obat tidur dianggap perlu untuk

membantu tidur.

5. Gangguan tidur

Seperti adanya mengorok, gangguan pergerakan sering terganggu dan

mimpi buruk dapat mempengaruhi proses tidur seseorang.

6. Durasi tidur

Dinilai dari waktu mulai tidur sampai waktu terbangun, waktu tidur yang

tidak terpenuhi akan menyebabkan kualitas tidur buruk.

7. Daytime dysfunction

Adanya gangguan pada kegiatan sehari-hari diakibatkan oleh perasaan.

2.1.8 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur

Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur berbeda-beda tiap orang. Ada yang

kebutuhannya terpenuhi dengan baik, ada yang mengalami gangguan. Kualitas

dan kuantitas tidur seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain (21):

1. Status kesehatan/penyakit.

Seseorang dengan kondisi tubuh yang sehat akan dapat tidur dengan

nyenyak. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang akan

menyebabkan gangguan tidur. Disamping itu, siklus bangun tidur selama

sakit juga dapat mengalami gangguan. Misalnya, pada pasien yang


55

mengalami penyakit terminal, tentunya kondisi tersebut mempengaruhi

dari kebutuhan istirahat dan tidurnya dari penyakit yang dirasakannya

2. Lingkungan.

Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur.

Pada lingkungan yang tenang memungkinkan seseorang dapat tidur

dengan nyenyak dan sebaliknya. Sebagai contoh, temperatur yang tidak

nyaman (ramai, ribut, bising, dll) atau ventilasi yang buruk akan

menyebabkan seseorang sulit untuk tidur. Namun sebaliknya jika

lingkungan nyaman, akan membuat dan mempercepat tidur seseorang,

meskipun seiring waktu, individu bisa beradaptasi dan tidak lagi

terpengaruh dengan kondisi tersebut.

3. Kelelahan

Kelelahan yang disebabkan karena latihan fisik yang dilakukan selama 2

jam atau lebih sebelum waktu tidur akan memperoleh relaksasi, namun

pada tingkat kelelahan yang berlebihan menyebabkan kesulitan tidur.

Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang.

Semakin lelah seseorang, semakin pendek siklus tidur REM yang

dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali

memanjang.

4. Berat Badan Berlebih


56

Pada seseorang yang obesitas dapat menyebabkan gangguan pernafasan

karena terjadi penimbunan lemak yang berlebihan di bawah diafragma dan

pada dinding dada hingga menekan paru-paru . Pada saat tidur, gangguan

pernapasan ini bisa terjadi sehingga menyebabkan pernafasan berhenti

untuk sementara (Obstructive Sleep Apnea) mempengaruhi kualitas tidur

seseorang .

5. Stress Psikologis

Ansietas dan stres seringkali mengganggu tidur seseorang. Kondisi

ansietas dapat meningkatkan kadar Norepinefrin darah melalui stimulasi

sistem saraf simpatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur

NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur. Stres

yang berlanjut dapat mempengaruhi pola tidur seseorang yaitu kebiasaan

tidur yang buruk, karena stres memacu individu untuk tidur, terbangun

lebih sering selama 30 siklus tidur bahkan kelebihan waktu tidur.

6. Stimulan dan alkohol.

Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP

sehingga dapat mengganggu pola tidur. Sementara konsumsi alkohol yang

berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Alkohol menekan REM

secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol dapat menyebabkan

insomnia dan lekas marah, ketika pengaruh alkohol telah hilang, individu

seringkali mengalami mimpi buruk(21).


57

7. Diet atau nutrisi.

Terpenuhinya kebutuhan nutrisi yang cukup dapat mempercepat proses

tidur. Protein yang tinggi seperti pada keju, susu, daging, dan ikan tuna

dapat mempercepat proses tidur, karena adanya L-Triptofan yang

merupakan asam amino dari protein yang dicerna. Sebaliknya, minuman

yang mengandung kafein atau alkohol akan mengganggu tidur. Penurunan

berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnya terjaga

di malam hari. Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan

peningkatan total tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.

8. Merokok.

Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.

Akibatnya, perokok seringkali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun

dimalam .

9. Medikasi.

Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.

Hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV NREM, beta-bloker dapat

menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (misalnya,

meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM

dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari.

10. Motivasi.
58

Motivasi dapat mempengaruhi dan dapat menimbulkan keinginan untuk

tetap bangun dan menahan tidak tidur sehingga dapat menimbulkan

gangguan proses tidur, sebab keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat

menutupi perasaan lelah seseorang.

2.1.9 Alat Ukur Kualitas Tidur

Buysee et al melakukan penelitian tentang pengukuran kualitas tidur.

Buysee menggunakan instrument pengukuran kualitas tidur yang disebut

kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). PSQI adalah instrument efektif

yang digunakan untuk mengukur kualitas tidur dan pola tidur pada orang dewasa.

PSQI yang terdiri dari sembilan belas item pertanyaan yang meliputi tujuh

komponen, yakni kualitas tidur secara subjektif, latensi tidur, durasi tidur,

efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan disfungsi tidur pada

siang hari. Jumlah pertanyaan pada kuesioner PSQI yang hanya ditujukan untuk

menilai kualitas tidur secara subjektif berjumlah delapan belas pertanyaan. Setiap

dari nilai komponen tujuh tersebut diberi bobot yang sama dengan skala 0-3, 0

menunjukkan tidak ada kesulitan dan 3 menunjukkan kesulitan yang parah.

Jumlah skor untuk nilai tujuh komponen ini akan menghasilkan satu skor secara

keseluruhan, mulai dari 0 hingga 21. Skor secara global, skor yang lebih tinggi

menunjukkan kualitas tidur buruk, dan bila skor Pittsburgh Sleep Quality Index

(PSQI) secara keseluruhan > 5 maka seseorang tersebut memiliki kualitas tidur

yang buruk. Seseorang dikatakan memiliki kualitas tidur baik atau normal dengan

skor < 5, kualitas tidur ringan dengan skor 6-7, kualitas tidur sedang dengan skor

8-14, kualitas tidur buruk dengan skor 15-21. Kuesioner PSQI telah divalidasi
59

oleh University of Pittsburgh dengan sensitivitas 89.6% dan spesifisitas 86.5%.

Reliabilitas dari kuesioner ini juga telah diuji dengan nilai cronbach‟s alpha

sebesar 0.83 (25),(26).

2.2 Konsep Dasar Kehamilan

2.2.1 Definisi Kehamilan

Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis. Setiap wanita

yang memiliki organ reproduksi yang sehat atau telah mengalami menstruasi dan

melakukan hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya

sehat, sangat besar kemungkinannya terjadi kehamilan.Masa kehamilan dimulai

dari konsepsi sampai lahirnya bayi dengan lama 280 hari atau 40 minggu yang

dihitung dari haid terakhir dan di bagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama

dimulai dari konsepsi sampai tiga bulan, triwulan kedua dari bulan keempat

sampai enam bulan, triwulan ketiga bulan ketujuh sampai 9 bulan(27).

2.2.2 Perubahan fisiologi pada ibu hamil (28)

1. Rahim atau uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram

akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000

gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan

hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran

rahim karena pertumbuhan janin.

Sebagai gambaran dapat dikemukakan sebagai berikut:


60

1) Pada usia kehamilan 16 minggu, tinggi rahim adalah setengah dari

jarak simfisis dan pusat.

2) Pada usia kehamilan 20 minggu, fundus rahim terletak dua jari

dibawah pusat, sedangkan pada usia 24 minggu, tepat di tepi atas

pusat.

3) Pada usia kehamilan 28 minggu, tinggi fundus uteri sekitar 3 jari

diatas pusat atau sepertiga jarak antara pusat dan prosesus xifoideus.

4) Pada usia kehamilan 32 minggu, tinggi fundus uteri adalah setengah

jarak prosesus xifoideus dan pusat.

5) Pada usia kehamilan 36 minggu, tinggi fundus uteri sekitar satu jari di

bawah prosesus xifoideus, dan kepala bayi belum masuk pintu atas

panggul.

6) Pada usia kehamilan 40 minggu, fundus uteri turun setinggi tiga jari di

bawah prosesus xifoideus, oleh karena saat ini kepala janin telah

masuk pintu atas panggul.

2. Vagina

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-

biruan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.

3. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya


61

plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu.

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen,

progestron, dan somatromatropin.

5. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

1) Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-

palsenter.

3) Pengaruh hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran

darah:

(1) Volume darah

Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih

besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran

darah dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.

(2) Sel darah


62

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat

mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi

pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan

volume darah sehingga terjadi hemodilusiyang disertai anemia

fisiologis.

(3) Sistem respirasi

Pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk

dapat memenuhi kebutuhan oksigen.

(4) Sistem pencernaan

Oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung

meningkat dan dapat menyebabkan pengeluaran air liur

berlebihan, daerah lambung terasa panas, terjadi mual dan muntah

yang disebut morning sickness.

(5) Traktus urinarus

Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi

pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering

berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat

terasa penuh.

(6) Perubahan pada kulit


63

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi.

Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae gravidarum, areola mamae,

papila mamae, linea nigra, pipi (cloasma gravidarum)

(7) Metabolisme

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami

perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi

untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberikan ASI.

6. Plasenta

Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x20 cm dengan tebal

2,5 sampai 3 cm dan berat plasenta 500 g. Tali pusat yang

menghubungkan plasenta panjangnya 25-60 cm. Plasenta terbentuk

sempurna pada minggu ke 16 dimana desidua parietalis dan desidua

kapsularis telah menjadi satu. Plasenta merupakan akar janin untuk

menghisap nutrisi dan ibu dalam bentuk O2, asam amino, vitamin,

mineral, dan zat lainnya ke janin dan membuang sisa metabolisme janin

dan CO2.

2.2.3 Perubahan Psikologis Ibu Hamil(28)

1. Trimester I

1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.
64

2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan.

Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja.

3) Ibu akan selalu mencari tanda-tanda apakah ia benar-benar hamil.

Hal ini dilakukan sekedar untuk meyakinkan dirinya.

4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

5) Oleh karena perutya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia

seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain

atau malah mungkin dirahasiakan.

6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda-beda pada tiap

wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penuruna

2. Trimester II

1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormon

yang tinggi.

2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

3) Merasakan gerakan anak

4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran

5) Libido meningkat

6) Menuntut perhatian dan cinta


65

7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari

dirinya

8) Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainnya atau pada

orang lain yang baru menjadi ibu

9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran,

dan persiapan peran baru.

3. Trimester III

1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik

2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir tepat waktu.

3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

mnelahirkan, khawatir akan keselamatannya.

4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal,

bermimpi yang mencerminkan perhatian dan kekhawatirannya.

5) Merasa sendiri karena akan terpisah dari bayinya

6) Merasa kehilangan perhatian

7) Perasaan mudah terluka (sensitif)

8) Libido menurun
66

2.3 Konsep Dasar Kecemasan

2.3.1 Definisi Kecemasan

Sigmund Freud berpendapat bahwa kecemasan adalah kondisi yang tidak

menyenangkan, bersifat emosional dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah

sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang

mendekat. Kecemasan adalah suatu keadaan aprehensif atau keadaan khawatir

yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi. Suatu keadaan

emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang

tidak menyenangkan, dan perasaan aprehensif bahwa sesuatu yang buruk akan

terjadi(29).

Kecemasan merupakan suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan

mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan

mengatasi suatu masalah atau tidak adanya rasa aman(30). Perasaan yang tidak

menentu tersebut pada umumnya tidak menyenangkan yang nantinya akan

menimbulkan atau disertai perubahan fisiologis dan psikologis. Anxiety atau

kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan,

menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau

ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu

akibat peningkatan aktifitas otonomik(31).

Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tetapi belum mengalami


67

gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh dan perilaku dapat

terganggu, tetapi masih dalam batas-batas normal (32).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa

kecemasan merupakan suatu perasaan takut dan khawatir yang bersifat lama pada

sesuatu yang tidak jelas (subjektif) atau belum pasti akan terjadi dan berhubungan

dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya.

2.3.2 Teori Predisposisi Kecemasan

Stuart menyatakan ada beberapa teori yang telah dikembangkan untuk

menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan, diantaranya(33):

1. Teori psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud kecemasan dimulai pada saat bayi sebagai akibat

dari rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir. Kegelisahan berlanjut dengan

kemungkinan bahwa lapar dan haus mungkin tidak puas. Kecemasan

primer karena itu keadaan tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh

penyebab eksternal. Lingkungan mampu mengancam serta

memuaskan..Freud mengatakan struktur kepribadian terdiri dari tiga

elemen, yaitu id, ego dan superego. Id melambangkan dorongan insting

dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau

aku digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari id dan supergeo.

Menurut teori psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang

terjadi antara id dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego

tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi.


68

2. Teori interpersonal

Sullivan tidak setuju dengan Freud, ia mengatakan ansietas terjadi dari

ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan

trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan, perpisahan yang

menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu yang mempunyai

harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang

berat.

3. Teori prilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu

kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Para ahli

prilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini

bahwa individu yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut

berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada

kehidupan masa dewasanya.

4. Kajian keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahwa kecemasan dapat terjadi dan timbul

secara nyata akibat adanya konflik dalam keluarga.

5. Kajian biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus

untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas.

Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi terhadap

ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya


69

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

2.3.3 Teori Presipitasi Kecemasan

Faktor presipitasi dibedakan menjadi:

1. Faktor eksternal :

1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.

2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri

dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

2. Faktor internal :

1) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih mudah

mengalami gangguan akibat kecemasan daripada diri seseorang yang

lebih tua usianya.

2) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang ditandai dengan

kecemasan yang spontan dan episodik. Gangguan ini lebih sering

dialami wanita daripada pria. Perempuan memiliki tingkat kecemasan

yang lebih tinggi dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki.

Dikarenakan bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada

akhirnya peka juga terhadap perasaan kecemasan. Perbedaan ini bukan


70

hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga dipengaruhi oleh

faktor kognitif. Perempuan cenderung melihat hidup atau peristiwa

yang dialaminya dari segi detail, sedangkan laki-laki cara berfikirnya

cenderung global atau tidak detail. Individu yang melihat lebih detail,

akan juga lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi

yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar menekan

perasaannya.

3) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan akibat

kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri

orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius

dan ingin serba sempurna.

4) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih mudah

mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang

biasa dia tempati.

2.3.4 Jenis – Jenis Kecemasan(34)

Sigmund Freud menjabarkan 3 jenis kecemasan,yaitu :

1. Kecemasan Realistik (realistic anxiety)


71

Kecemasan realistik merupakan perasaan takut pada bahaya yang nyata

dan keberadaannya ada di dunia luar. Kecemasan realistik menjadi

pemicu munculnya kecemasan neurotik dan kecemasan moral.

2. Kecemasan Neurotik (neurotic anxiety)

Kecemasan neurotik adalah khayalan yang membuat individu ketakutan

terhadap hukuman atau konsekuensi yang diterima dari orang tua atau

figur penguasa lain. Ketakutan akan muncul meskipun orang tua belum

mengetahui pelanggaran yang dilakukannya dan meskipun orang tua

belum tentu akan memberikan hukuman ketika sudah mengetahui

kesalahan individu tersebut. Kecemasan neurotik terbentuk ketika

individu pernah melakukan kesalahan dan mendapat hukuman (realistis),

lalu kecemasan itu muncul ketika individu melakukan kesalahan yang

sama.

3. Kecemasan Moral (moral anxiety)

Kecemasan moral muncul ketika individu melanggar nilai moral orang

tua. Sepintas, kecemasan moral dan kecemasan neurotik terlihat sama.

Namun yang membedakan adalah adanya peran ego, super ego dan id.

Dalam kecemasan moral, super ego mempengaruhi individu untuk tetap

berfikir rasional, sedangkan individu yang mengalami kecemasan

neurotik dalam keadan distres yang terkadang panik sehingga mereka


72

tidak dapat berfikir jelas. Lalu id membuat penderita kecemasan neurotik

menjadi sulit untuk membedakan khayalan dan realita.

2.3.5 Tingkatan Kecemasan (35)

Stuart mengklasifikasikan kecemasan menurut tingkat keparahanya, yaitu:

1. Kecemasan Ringan

Kecemasan ini merupakan keadaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-

hari. Kecemasan ini dapat meningkatkan kehati-hatian , persepsi,

motivasi belajar, dan menghasilkan kreativitas dan pertumbuhan. Bentuk

aktualisasi pada kecemasan ringan adalah rasa lelah, mudah tersinggung,

mampu belajar, kesadaran yang tinggi , motivasi meningkat dan

kesesuain tingkah laku dengan situasi.

2. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang yaitu bentuk kecemasan yang menyebabkan seseorang

terfokus pada suatu permasalahan penting sehingga perhatian seseorang

menjadi selektif dan terarah pada suatu hal ditandai dengan perasaan lelah,

frekuensi nadi dan pernapasan meningkat, ketegangan otot meingkat,

persepsi, menyempit, bicara cepat dengan volume yang tinggi, penurunan

konsesntrasi, mudah tersinggung, cepat marah dan mudah menangis.

3. Kecemasan Berat

Kecemasan berat yang ditandai dengan kecenderungan memusatkan

pikiran pada suatu hak yang sesifik dan tidak dapat memperhatikan hal

lainya sehingga perlu arahan untuk memusatkan perhatianya. Bentuk

aktualisasi kecemasan ini antara lain sulit tidur, pusing dan sakit kepala,
73

mual sering buang air kecil, diare, perasaan berdebnar, lapang persepsi

menyempit, tidak efektif dalam belajar, terfokus pada diri sendiri, ingin

menghilangkam rasa cemas, kebingungan dan disorientasi.

4. Panik

Panik merupakan rasa takut dan kepikiran akibatr mengalami kendali,

dimana seseorang tidak dapat melakukan sesuatu meskipun dibei arahan .

tanda tanda yang muncul antara lain sulit bernapas, dilatasi pupil, bicara

inkoherens, tidak berespons terhadap instruksi sederhana, palpitasi,

berteriak, halusinasi dan delusi.

2.3.6 Gejala - Gejala Kecemasan

Menurut Ibrahim gejala tertentu yang ditemukan saat mengalami kecemasan

dan cenderung berbeda- beda pada setiap seseorang. Gejala yang terjadi pada

kcemasan antara lain (35):

1. Gejala Somatik meliputi : kejang, tremor, berkeringat, palpitasi, diare,

mual, mulut terasa kering, sulit mnelan dan kesulita bernapas

2. Gangguan Kognitif meliputi : sulit berkonsentrasi, waspada berlebihan,

hilang kontrol, bingung, timbul pikiran akan timbul adanya bencana yang

besar

3. Gangguan Perilaku meliputi :ekspresi ketakutan , muda tersinggung, naik

tekanan darah, malas bergerak dan menarik diri masyarakat

4. Gangguan Persepsi meliputi ; depersonalisasi dan derealisasi


74

5. Gejala Perifer meliputi : tekanan darah naik , palpitasi, melayang , diare,

takikardia, gelisah, tremor, midriasi pupil, gatal-gatal anggota gerah dan

urgensi.

2.3.7 Kecemasan pada Ibu Hamil

Trimester III disebut periode menunggu, penantian dan waspada sebab ibu

merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya. Namun pada periode ini

sebagian besar wanita hamil akan merasakan cemas karena sang ibu

mengkhawatirkan akan timbulnya tanda dan gejala persalinan serta

ketidaknormalan bayinya. Pada masa trimester III, calon ibu akan semakin peka

perasaanya. Tingkat kecemasan ibu akan semakin meningkat. Banyak calon ibu

yang sering berkhayal atau bermimpi tentang hal-hal negatif yang mungkin akan

terjadi kepada bayinya saat melahirkan nanti. Khayalan-khayalan tersebut seperti

kelainan letak bayi, tidak dapat melahirkan, atau bahkan janin akan lahir dengan

kecacatan(8). Ketidaknyamanan yang kembali terjadi pada trimester tiga

memberikan masalah psikologis bagi ibu misalnya ibu merasa aneh dengan

dirinya, kelihatan jelek dan tidak menarik(36).

2.3.8 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Max Hamilton pertama kali memperkenalkan skala pengukuran kecemasan

HARS yang telah digunakan secara luas dalam berbagai penelitian tentang

kecemasan (Hamilton Anxiety Rating Scale). HARS terdiri dari 14 item

pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang

dewasa(37):

1. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah


75

tersinggung.

2. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan

lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.

3. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada

kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur

tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk,

dan mimpi menakutkan.

5. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.

6. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

7. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk,

suara tidak stabil.

8. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat,

merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,

perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang

sekejap.

10. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas, napas pendek/ sesak.

11. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan,

nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung,


76

mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan turun, susah buang air

besar.

12. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,

amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah, dan

impotensi.

13. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing,

dan bulu roma berdiri.

14. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut

kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan

muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai

dengan kategori:

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentua derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan

hasil:

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-56 = Panik


77

2.4 Konsep Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Ibu

Hamil Trisemster III

Kecemasan merupakan keadaan patologis yang ditandai dengan gejala

fisiologis dan gejala psikologis, gejala-gejala tersebut dapat terjadi berbeda pada

setiap orang dan situasi. Pada kehamilan, risiko terjadinya kecemasan akan

meningkat. Memasuki trimester tiga, ibu hamil dapat merasa cemas akan

keselamatan dirinya maupun keselamatan bayinya. Saat merasa cemas, akan

terjadi peningkatan kadar noradrenergik akibat stimulasi sistem saraf simpatis

yang akan menyebabkan berkurangnya siklus rapid eye movement (REM),

sehingga meningkatkan frekuensi terbangun di malam hari dan menyebabkan

kualitas tidur yang buruk. Kecemasan dapat menurunkan kadar gamma amino-

butyric acid (GABA) sehingga seseorang akan sulit untuk menginisiasi tidur.

2.5 Penelitian Terkait

1. Penelitian Hartanti Wisnu Wardani, dkk (2018) berjudul “Tingkat

Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Ibu Hamil Primigravida Trisemester

III”. Design penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional pada 30

ibu hamil primigravida trimester III di RSUD Idaman Banjarbaru.


78

Instrumen penelitian menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

dan Pregnancy Related Anxiety Questionnaire-Revised 2 (PRAQ-R2).

Analisis data menggunakan uji korelasi Spearman menyatakan bahwa

tingkat kecemasan signifikan berhubungan dengan kualitas tidur ibu hamil

primigravida trimester III (p value=0,013, r=0,449). Tingkat kecemasan

mempengaruhi kualitas tidur ibu hamil primigravida trisemester III.

Semakin rendah tingkat kecemasan ibu hamil primigravida trimester III

maka semakin baik kualitas tidurnya(38).

2. Penelitian Nur Wasillah Ardilah, dkk (2018) berjudul “ Pengaruh Tingkat

Kecemasan Ibu Hamil Trisemster III Terhadap Kualitas Tidur”. Penelitian

ini bersifat deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional.

Populasinya adalah ibu hamil trimester III yang memeriksakan

kandungannya di Puskesmas Kecamatan Makasar. Sampel responden

diambil menggunakan teknik purposive sampling. Instrumennya yaitu

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) dan Zung Self-Rating Anxiety Scale

(ZSAS). Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan

uji Spearman Rank. Dari penelitian ini didapatkan hasil 38% responden

mengalami kecemasan normal dan 66% kualitas tidur buruk.

Kesimpulannya ialah adanya pengaruh tingkat kecemasan ibu hamil

trimester III terhadap kualitas tidur dengan p-value= 0,001 dan nilai r=

0,464. Saran peneliti, keluarga memberikan dukungan bagi ibu hamil, dan

pada penelitian selanjutnya disarankan meneliti tingkat cemas pada ibu

primipara(38).
79

3. Penelitian Piscolia Dynamurti Wintoro,dkk (2019) berjudul “Hubungan

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil irimester III di

Socokangsi Jatinom Klaten”. Desain penelitian deskriptif korelasional

dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini ibu hamil

trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi Jatinom, sebanyak 40

responden dengan teknik total sampling. Alat pengambilan data

menggunakan kuesioner Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS-A) untuk

mengukur tingkat kecemasan dan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

untuk mengukur kualitas tidur. Analisis data yang digunakan chi square.

Hasil : Penelitian ini menunjukkan ada hubungan tingkat kecemasan dengan

kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di BPM Siti Sujalmi Socokangsi

dengan P value sebesar 0,021(39).

2.6 Kerangka Teori

Kerangka Teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan

untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (amati) yang berkaitan

dengan kontek ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian(40):


80

Bagan 2.1 Kerangka Teori


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI

OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan sesuatu yang abstraksi dari suatu realitas agar

dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan

antar variabel (baik variabel yang diteliti maupun yang tidak diteliti (42).

Variabel Independen Variabel Dependen

Kecemasan Kualitas Tidur


81

Bagan 3.1 Kerangka konsep hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trisemester
III

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas rumusan penelitian yang akan dicari

jawabannya dalam penelitian(42).Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Ada

hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trisemster III di

Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati

dari sesuatu yang didefinisikan tersebut(42). Definisi operasional variabel dalam

penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Hasil Ukur Skala


Operasional Ukur Ukur
1 Independen Respon emosional Kuisioner Angket 1. Kecemasan Ordinal
: Tingkat yang tidak menentu HARS ringan jika
Kecemasan terhadap suatu skor 14-20
objek yang tidak 2. Kecemasan
jelas yang dialami sedang jika
oleh sebagian ibu skor 21-27
hamil. 3. Kecemasan
1. Perasaan berat jika
cemas skor 28-41
2. Ketegangan 4. Panik jika
3. Ketakutan skor 42-56
4. Gangguan tidur
5. Gangguan
Kecerdasan
6. Perasaan
Depresi
7. Gejala
Somatik(fisik
otot)
8. Gejala
82

Sensorik
9. Gejala
Kardiovaskule
r (jantung dan
pembuluh
darah)
10. Gejala
respiratory
(pernapasan)
11. Gejala
gastrointestinal
(pencernaan)
12. Gejala
urogenital
(kelamin dan
perkemihan )
13. Gejala
Autonom
14. Perilaku dan
sikap

2 Dependen: Keadaan dimana kuisioner Angket 1. Kualitas Ordinal


Kualitas tidur yang dijalani PSQI Tidur Baik
tidur ibu ibu hamil selama jika jawaban
hamil trisemster III. Yang responden
trisemster terdiri dari tujuh <
III komponen: mean/media
1. Kualitas tidur n5
subyektif 2. Kualitas
2. Tidur laten Kurang baik
3. Lama tidur jika jawaban
4. Efisiensi tidur responden
5. Gangguan >
tidur mean/media
6. Pemakaian n5
obat tidur
7. Disfungsi tidur
siang
4.1.1.1

4.1.1.2
83

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan survey analitik

yaitu metode pengumpulan data dengan menggunakan kuisioner untuk

mendapatkan data berupa tanggapan atau respon dari sampel penelitian (43). Desain

penelitian cross-sectinal dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui


84

hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur ibu hamil trisemester III di

Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten Bekasi Tahun 2022.

4.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian atau apa ysng menjadi titik perhatian suatu

penelitian(44). Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel independen

adalah kecemasan dan variabel dependen adalah kualitas tidur.

4.3 Populasi dan Sample Penelitian

4.3.1 Populasi

Populasi adalah suatu kesatuan yang terdiri dari atas subjek atau objek yang

mempunyai kualitas/karakteristik ternetu yang akan diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulanya(43). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trisemester

III yang melakukan pemeriksaan di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten

Bekasi berjumlah 40 orang.

4.3.2 Sampel

Sample merupakan bagian dari populasi yang dipilih untuk digunakan

dalam penelitian sedangkan teknik pengambilan sampel disebut dengan sampling.


(43).
Menurut Sugiyono teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah
85

sampel sama dengan populasi. Alasan mengambil total sampling karena jumlah

populasi yang kurang dari 100. Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah

sebanyak 40 orang ibu hamil trisemester III di Klinik Pratama Reksa Medika

Kabupaten Bekasi.

4.4 Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur skala kecemasan adalah

menggunakan kuisioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang terdiri dari

14 gejala kelompok masing-masing kelompok dirinci lagi dengan gejala – gejala

yang lebih spesifik.Sedangkan instrument penelitian data kuisioner kualitas tidur

berupa lembar kuisioner Pittsburgh Scale Quality Indeks (PSQI) serta alat

dokumen ( bolpoint) . Kuisioner ini terdiri dari 7 komponen yaitu kualitas tidur

subjektif, tidur laten, lama tidur, efisiensi tidur, gangguan tidur, penggunaan obat

tidur, dan disfungsi siang hari.

Dalam masing- masing kelompok gejala diberi penilaian skor 0-4 yang

artinya sebagai berikut :

1. Untuk kuesioner tingkat kecemasan

1) 0 = tidak ada gejala jika tidak ada gejala

2) 1 = gejala ringan jika terdapat 1 gejala yang ada

3) 2 = gejala sedang jika terdapat sebagian gejala yang ada

4) 3 = gejala berat jika terdapat lebih dari sebagian gejala yang ada

5) 4 = gejala berat jika terdapat semua gejala yang ada


86

Masing –masing skor dari gejala kelompok tersebut dijumlahkan dan dari

hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang

yaitu:

1) Skor 14-20 dikatagorikan sebagai kecemasan ringan

2) Skor 21-27 dikatagorikan sebagai kecemasan sedang

3) Skor 28-41 dikatagorikan sebagai kecemasan berat

4) Skor 42-56 dikatagorikan sebagai panik

2. Untuk kuesioner kualitas tidur

1) Kualitas Tidur Baik

2) Kualitas Tidur Buruk

Hasil pengukuran dikatagorikan :

1) Kualitas tidur baik jika jawaban responden mean/median < 5

2) Kualitas tidur kurang baik jika jawaban responden mean/median > 5

4.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. angket ini

diperoleh secara langsung dari responden menggunakan kuesioner

kecemasan/HARS. Uji validitas untuk kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale

(HARS) yang diadopsi dari peneliti Piscolia Dynamurti Wintoro,dkk yang

berjudul Hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil

trimester III di Socokangsi Jatinom Klaten. Uji validitas untuk kuisioner PSQI

(Pittsburgh Sleep Quality Index) yang diadopsi dari peneliti Eline Charla Sabatina

Bingan yang berjudul tingkat kecemasan berhubungan dengan kualitas tidur ibu
87

hamil Trimester III. Berdasarkan hal ini dinyatakan bahwa kuesioner adopsi dari

penelitian diatas sehingga tidak dilakukan uji validitas.

Uji realibilitas dari kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang

diadopsi dari peneliti Piscolia Dynamurti Wintoro,dkk yang berjudul hubungan

tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada ibu hamil trimester III di

Socokangsi Jatinom Klaten Tahun 2019.Uji reabilitas dari kuisioner PSQI

(Pittsburgh Sleep Quality Index) yang diadopsi dari peneliti Eline Charla Sabatina

Bingan yang berjudul tingkat kecemasan berhubungan dengan kualitas tidur ibu

hamil trimester III Tahun 2021 . Berdasarkan hal ini dinyatakan bahwa kuesioner

adopsi dari penelitian diatas sehingga tidak dilakukan uji reabilitas.

Setelah memperoleh surat izin penelitian dari Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Cirebon, peneliti menyampaikan surat izin pendahuluan

kepada kepala klinik reksa medika untuk mendapatkan izin penelitian di lahan.

Setelah mendapatkan surat balasan studi pendahuluan dari klinik reksa medika

pratama kemudian melakukan pengambilan data. Langkah awal penelitian,

pendekatan dilakukan kepada responden untuk mendapatkan persetujuan untuk

dijadikan objek penelitian atau sebagai responden. Data yang telah diperoleh dari

penilaian tingkat kecemasan dan kualitas tidur diolah menggunakan pengolah

data statistik SPSS.

4.6 Pengolahan Data


88

Pengolahan data adalah kegiatan untuk mengubah sejumlah data yang

ditetapkan menjadi suatu bentuk yang dapat di analisis dan diinterpretasikan.

Adapun langkah-langkah pokok dalam pengolahan data yaitu(45) :

1. Editing

Kegiatan untuk melihat atau mengecek kuesioner-kuesioner atau formulir

yang telah terisi, apakan isian kuesioner atau formulir dapat dibaca, apakah

semua pertanyaan telah dijawab, apakah ada ketidakserasian atau ketidak

konsistenan jawaban, apakah nomor sudah berurutan dan berbagai

kesalahan-kesalahan lainnya.

2. Coding

Kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka

atau bilangan. Kegunaan pengkodean adalah mempermudah pada saat

analisis data dan juga mempercepat pada saat memasukkan (entry) data ke

komputer.

3. Proccesing

Menstransfer atau memasukan data ke program komputer agar data dapat

disajikan dan dianalisis dengan baik. Semua data yang akan diproses

kemudian direkam dan disimpan dalam media penyimpanan data dengan

menggunakan format atau perangkat lunak atau peket program tertentu.

4. Cleaning
89

Data yang sudah dimasukkan ke dalam computer harus diperiksa kembali

dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, sehingga data yang masuk

ke program computer tersebut betul-betul sudah tidak terdapat kesalahan

lagi dan siap untukdianalisis.

5. Tabulating

Pengelompokan data yang sudah sesuai dengan penelitian kemudian

dimasukkan pada tabel.

6. Analysis Statistic

Penelitian ini menggunakan skala data ordinal, data yang dikumpulkan

pada penelitian ini di analisis secara deskriptif dengan menyajikan data

secara tabulasi menggunakan uji spearman rank dilakukan menggunakan

SPSS 24.

4.7 Analisis Data

Analisis data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan,

sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai

social, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah:

mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
90

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis, langkah terakhir tidak dilakukan(46).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Analisa univariat adalah suatu tekik analisa yang digunakan untuk

menggambarkan distribusi frekuensi suatu data penelitian(47).

Analisa univariat pada penelitian ini menggunakan skala persentase

dengan rumus sebagai berikut :

f
P= X 100 %
N

Keterangan :

P : Persentase

f : Frekuensi jawaban

N : Jumlah responden

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yang

diduga berhubungan atau memiliki korelasi(47).

Tujuan analisa ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara

variabel bebas dan variabel terikat, dengan menggunakan uji spearman

rank.

6∑d 2
rs=1−
n ( n 2−1 )

Keterangan :
91

rs
= Koefisien Korelasi Spearman

∑d2 = Total Kuadrat slisih antar ranking

n = Jumlah Sampel

Interpretasi:

1. bila nilai p value < 0,005 (α) maka ada hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen

2. bila p value > 0,005 (α) maka tidak ada hubungan bermakna antara

variabel dependen dengan variabel independen.

4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Klinik Pratama Reksa Medika Kabupaten

Bekasi yang akan dilakukan pada bulan September – Desember 2022.

4.9 Etika Penelitian

Etika penelitian yang saat ini diberlakukan pada berbagai studi pada

dasarnya menggunakan pendekatan deontologi (deontology approach). Pada

pendekatan ini, prinsip etika diterapkan pada seluruh proses penelitian serta

menghasilkan kerangka kerja umum dan universal sebagai pedoman pelaksanaan

penelitian. Berdasarkan pendekatan deontologi, terdapat empat prinsip dalam

penelitian kesehatan yaitu (48):


92

1. Menghargai otonomi partisipan (Respect For Autonomy)

Prinsip ini menjelaskan bahwa dalam melakukan riset kesehatan, peneliti

harus menghargai kebebasan atau independensi responden dalam

mengambil keputusan1. Berdasarkan The Belmont Report, prinsip ini

mengandung dua pandangan yaitu :

1) Individu harus dianggap sebagai orang yang memiliki otonomi

2) Orang dengan otonomi rendah harus mendapatkan perlidungan.

Strategi yang dilakukan untuk menjamin otonomi responden adalah

dengan memberikan inform consent sebelum dilakukan pengumpulan

data, memberikan hak kepada partisipan untuk mundur dari penelitian,

dan tidak ada pemaksaan dari peneliti.

3) Mengutamakan keadilan (Promotion of Justice)

Prinsip keadilan berkaitan dengan kesetaraan (equality) dan keadilan

(fairness) dalam memperoleh risiko dan manfaat penelitian, serta

memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dan diperlakukan secara

adil dan setara dalam penelitian.Terkait dengan penelitian, terdapat

tiga jenis keadilan yang didapat partisipan, yaitu :

(1). Keadilan berkaitan dengan perolehan sumberdaya (distributive

justice)
93

(2). Keadilan berkaitan dengan hak individu (right-based justice)

(3). Keadilan berkaitan dengan penghormatan

(4). Kesamaan dalam hukum (legal justice)

2. Memastikan kemanfaatan (Ensuring Beneficence)

Prinsip ini menyatakan bahwa penelitian yang dijalankan akan

memberikan sesuatu yang berguna bagi partisipan dan bagi komunitas

yang terdampak. Dalam prinsip beneficence terdapat dua aturan umum

yaitu :

1) Jangan membahayakan atau merugikan partisipan

2) Maksimumkan manfaat dan minimumkan kerugian.

Peneliti sebaiknya menilai risiko dan manfaat yang akan diperoleh

partisipan, maksud resiko disini adalah kemungkinan kerugian yang akan

terjadi dan kejadian kecelakaan yang mungkin terjadi seperti kecelakaan

dari sisi psikologis, fisik, hukum, sosial dan ekonomi.

3. Memastikan tidak terjadi kecelakaan (Ensuring Maleficence)

Prinsip ini menyatakan bahwa peneliti harus mencegah terjadinya

kecelakaan atau hal-hal yang tidak diharapkan dalam penelitian baik

secara fisik atau psikologis bagi partisipan. Terdapat dua konsep yang
94

dijalankan untuk memastikan bahwa penelitian memiliki risiko yang

rendah bagi partisipan yaitu:

1) Konsep anonim (Anonymity Concept)

Konsep ini menyatakan bahwa peneliti sebaiknya menghilangkan

seluruh informasi yang berkaitan dengan identitas responden saat

menyampaikan hasil penelitian dan menampilkan data, seperti nama

repsonden dan karakteristik lainnya. Proses ini disebut dengan

deidentification.

2) Konsep kerahasiaan (Confidentiality Concept)

Konsep ini menyatakan bahwa peneliti sebaiknya memastikan data

tersaji secara anonim, agar privasi partisipan terjaga serta data-data

yang berkaitan dengan partisipan seperti alamat dan lainnya tersimpan

dengan aman.
DAFTAR PUSTAKA

1. Puteri I. Literatur Review: Faktor Pendorong Keberhasilan Adaptasi Psikologis


Selama Kehamilan. Pap Knowl Towar a Media Hist Doc. 2020;6–35

2. Fitrayani P and S. Hubungan Sikap Dengan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil


Dalam Menghadapi Persalinan Di WIlayah Kerja Puskesmas Andowia
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2019; 2019

3. Astuti Y. Hubungan Karakteristik ibu Hamil Primigravida Trimester ketiga


dengan tingkat kecemasan di RSUD Pasar Rebo. Skripsi Univ Indones FIK
Jakarta; 2012

4. Adwas AA, Jbireal JM, Azab AE. Anxiety: Insights into Signs, Symptoms,
Etiology, Pathophysiology, and Treatment. East African Sch J Med Sci
[Internet]. 2019;2(10):580–91.[Diakses tanggal 23 Sptember 2022].
Available from:
https://www.researchgate.net/publication/336738068_Anxiety_Insights
_into_Signs_Symptoms_Etiology_Pathophysiology_and_Treatment

5. Biaggi A, Conroy S, Pawlby S, Pariante CM. Identifying the women at risk of


antenatal anxiety and depression: a systematic review (Revised); 2015

6. Rahmasita SA, Mahardika A, Jumsa MR. Pengaruh Tingkat Kecemasan


Terhadap Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester III Di Puskesmas Tanjung
Karang Mataram. Smart Soc Empower J. 2021;1(3):81

7. Sarmita S, Nurdin S, Fattah AH. Gambaran Kecemasan Ibu Hamil Di Wilayah


Kerja Puskesmas Cabenge Kabupaten Soppeng. J Pendidik Keperawatan
Dan Kebidanan. 2021;1(1):20–6

8. Situmorang sunny. Gambaran Tingkat Kecemasan dan Kualitas Tidur pada Ibu
Hamil Trimester III di tempat Praktek dr. Leo Simanjuntak, Sp.OG Medan.
2012;66:37–9

9. Bd. Ita Nashriva STr.Keb. Buku Kunjungan Ibu Hamil Trimester III di Klinik
Pratama Reksa Medika. Kabupaten Bekasi; 2019-2022

10. Montazeri Lemrasky M, Shamsalinia A, Nasiri M, Hajiahmadi M. The Effect


of Sleep Hygiene Education on the Quality of Sleep of Elderly Women.
Aging Med Healthc. 2019;10(1):32–8

11. Gultom DOV, Kamsatun. Gambaran Kualitas Tidur Ibu Hamil Trimester III:
Studi Literatur. J Kesehat Siliwangi. 2020;1(1):25–33.

54
55

12. Shariat M, Abedinia N, Noorbala AA, Raznahan M. The relationship between


sleep quality, depression, and anxiety in pregnant women: a cohort study. J
Sleep Sci. 2017;2(1–2):20–7

13. Komalasari D. Menurut data hasil survei National sleep Foundation (2007),
78% wanita hamil di Amerika mengalami gangguan tidur dan 97,3% dan
wanita hamil trimester tiga selalu terbangun dimalam hari. Rata-rata 3-11
kali setiap malam. 2022;23(4):1–16

14. Safriani I, Nufus H, Nurmayanti I. pengaruh senam yoga terhadap kualitas


tidur ibu hamil trimester III. Skripsi D-IV Kebidanan Sekol Tinggi Ilmu
Kesehat Insa Cendekia Med Jombang; 2017

15. Fatmawati R, Hidayah N. Gambaran Pola Tidur Ibu Nifas. Infokes J Ilm
Rekam Medis dan Inform Kesehat. 2019;9(2):44–7

16. Fatmawati R, Hidayah N. Efektifitas Boreh pada Pola Tidur Ibu Nifas.
Proceeding of The URECOL. 2019;529–38

17. Santy E, Sari USC, Maulina P. Perubahan Pola Tidur Bayi Usia 3 Sampai 12
Bulan Dengan Baby Spa. MIKIA Mimb Ilm Kesehat Ibu dan Anak
(Maternal Neonatal Heal Journal). 2019;89–94

18. Windayanti H, Astuti FP, Sofiyanti I. Hypnobreastfeeding Dan Kualitas Tidur


Pada Ibu Menyusui. Indones J Midwifery. 2020;3:151–9

19. Siallagan AM. Pola Tidur Ibu Pada Masa Kehamilan. Melahirkan dan Bayi,
Arcan, Jakarta.2010

20. Permatasari Anur. Hubungan Tingkat Stres Terhadap Kualitas Tidur Pada
Mahasiswa Tahun Pertama Dan Tahun Kedua Fakultas Kedokteran IUN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayahtullah
Jakarta; 2019

21. Yula IMT. Gambaran Pola Tidur Pada Mahasiswa Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Malang Di Masa Pandemi Covid 19 .
Universitas Muhammadiyah Malang; 2021

22. Khasanah, K., & HIdayati W. Kualitas Tidur Lansia Balai Rehabilitasi Sosial
“MANDIRI.” 2012;1:189–96

23. Hidayat AAA. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan
proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; 2009

24. Berman, A., Snyder, S. J., & Frandsen G (2016). Kozier & Erb’s Fundamental
of Nursing Concepts, Process, and Practice (Tenth Edit). New Jersey:
56

Pearson.
25. Buysse DJ, Reynolds III CF, Monk TH, Berman SR, Kupfer DJ. The
Pittsburgh Sleep Quality Index: a new instrument for psychiatric practice
and research. Psychiatry Res. 1989;28(2):193–213

26. Smyth, C. The Pittshburgh Sleep Quality Index. The Harford Institute for
Geriatric Nursing. New York University: Carole Smyth; 2012

27. Andriani Y, Astuti EP. Asuhan Kebidanan Berkesinambungan Padaa NY. N


Umur 26 Tahun Multigravida Dengan KEK DI PMB SRI Suyantiningsih
Kulonprogo Ngkasan. Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta;
2021

28. Simangunsong RK. Asuhan Kebidana Masa Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru
Lahir , Dan Keluarga Berencana Pada Ny E DI BPM GS Kota
Pematangsiantar; 2018

29. Nevid JS, Rathus SA, Greene B. Psikologi abnormal. Jakarta: Erlangga.
2005;96–101

30. Irda Sari. Analisis Dampak Pandemi Covid- 19 Terhadap Kecemasan


Masyarakat : Literature Review. Bina Gener J Kesehat. 2020;12(1):69–76

31. Suwanto M. Implementasi Metode Bayesian dalam Menentukan Kecemasan


pada HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Universitas Muhammadiyah
Jember; 2015

32. Laka OK, Widodo D, Rahayu W. Hubungan Hipertensi dengan Tingkat


Kecemasan pada Lansia di Posyandu Lansia Desa Banjarejo Kecamatan
Ngantang Malang. Nurs News J Ilm Keperawatan. 2018;3(1)

33. Asni Nur . Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Mahasiswa Keperawatan


FIKES UMP Menghadapi Praktek Klinik Keperawatan Universita
Muhammadiyah Purokerto; 2014

34. Yuliawati DW. Efikasi-Diri Pengambilan Keputusan Karir, Regulasi Diri Dan
Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja; 2020

35. Ns. Agustine Ramie. MK. Mekanisme Koping, Pengetahuan dan Kecemasan
Ibu Hamil Pada Masa Pandemi Covid 19. Yogyakarta: Grup Penerbitan CV
Budi Utama; 2022. 12–13 p.

36. Umawaitina HZ. Hubungan Antara Kecemasan Dan Stress Dengan Religious
Coping Pada Ibu Hamil Di Masa Pandemi Covid-19 Di Puskesmas
Wilayah Ciputat Tangerang Selatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta-
FIKES;2020
57

37. Chrisnawati G, Aldino T. Aplikasi pengukuran tingkat kecemasan berdasarkan


skala hars berbasis android. J Tek Komput. 2019;5(2):277–82

38. Wardani HW, Agustina R, Damayanti EAF. Tingkat Kecemasan dengan


KualitasTidur Ibu Hamil Primigravida Trimester III. Dunia Keperawatan J
Keperawatan dan Kesehat. 2018;6(1):1–10

39. Wintoro PD, Rohmawati W, Sulistyowati A. Hubungan tingkat kecemasan


dengan kualitas tidur pada ibu hamil irimester III di Socokangsi Jatinom
Klaten. J Ris Kebidanan Indones. 2019;3(1):27–32

40. Robin G. Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur Pada Ibu
Hamil Primigravida Trimester III di Puskesmas Sidorejo Lampung Timur
Tahun 2017. J Progr Stud Ilmu Keperawatan, Univ Malahayati; 2017

41. Bingan ECS. Tingkat Kecemasan Berhubungan dengan Kualitas Tidur Ibu
Hamil Trimester III. J Kebidanan Malakbi. 2021;2(2):52–7

42. Suandewi Ni Luh. Pengaruh Edukasi Melalu Video Terhadap Self Care
Management Pada Pasien Mata Di Klinik Mata RSD Mangusada
Kabupaten Badung. Stikes Bina Usada Bali 2021

43. Sekar Alit Suwartini NN. Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kadar darah Gula
Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus II DI RSDMangusada KAbupaten
Badung. Poltekkes Kemenkes Denpasar Jurusan Teknologi Laboratorium
Medis 2022; 2022

44. Ariyanto SD. Pengaruh Antara Motivasi Belajar Siswa dan Tingkat Ekonomi
Orang Tua terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X Jurusan Teknik
Gambar Bangunan SMK Negeri 4 Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.
Scaffolding. 2012;1(1)

45. Ridwan MBA. Buku Dasar-Dasar Statistik. Bandung CV Alf. 2015

46. Dr. Sandu Siyoto, SKM. MK, M. Ali Sodik M. Dasar Metodologi Penelitian.
Ayup, editor. Literasi Media; 2015. 109 p

47. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta. Jakarta


Indones. 2010

48. Suryanto D. Etika Penelitian. Berk Arkeol. 2005;25(1):17–22.


58

Lampiran 1: Surat Izin Studi Pendahuluan


Lampiran 2: Surat Balasan Izin Studi Pendahuluan Dari Tempat Penelitian
Terkait

58
59

Lampiran 3: Kuesioner Kualitas Tidur (PSQI)

KUESIONER
KUALITAS TIDUR
Pittsburgh Sleep Quality
Index (PSQI)

1. Pukul berapa biasanya anda mulai tidur malam?

2. Berapa lama anda biasanya baru bisa tertidur tiap malam?

3. Pukul berapa anda biasanya bangun pagi?

4. Berapa lama anda tidur dimalam hari?

5. Seberapa sering Tidak pernah 1x 2x ≥ 3x


masalah masalah dalam sebulan Seminggu Seminggu Seminggu
dibawah ini terakhir (0) (1) (2) (3)
mengganggu tidur
anda?
a. Tidak mampu tertidur
selama 30 menit sejak
berbaring
b. Terbangun ditengah
malam atau dini hari
c. Terbangun untuk ke
kamar mandi
d. Sulit bernafas dengan
Baik
e. Batuk atau mengorok
f. Kedinginan di malam
Hari
g. Kepanasan di malam
Hari
h. Mimpi buruk
i. Terasa nyeri
j. Alasan lain.......

6 Selama sebulan
terakhir, seberapa
sering anda
menggunakan obat
Tidur
60

7 Selama sebulan
terakhir,seberapa
sering anda
mengantuk ketika
melakukan aktivitas
di siang hari

Tidak Kecil Sedang Besar


Antusias
8 Selama satu bulan
terakhir, berapa
banyak masalah yang
anda dapatkan dan
seberapa antusias anda
selesaikan
permasalahan
tersebut?
Sangat Baik Cukup Cukup Sangat
(0) Baik (1) buruk (2) Buruk (3)
9. Selama bulan
terakhir, bagaiman
anda menilai kepuasan
tidur anda?
61

No Komponen No.Item Sistem Penilaian


Jawaban Nilai
Skor
62

1 kualitas Tidur Subyektif Sangat Baik 0


9 Baik 1
Kurang 2

Sangat kurang 3
2 Latensi Tidur ≤15 menit 0
2 16-30 menit 1
31-60 menit 2

>60 menit 3
Tidak Pernah 0
5a 1x Seminggu 1
2x Seminggu 2
>3x Seminggu 3
Skor Latensi Tidur 0 0
2+5a 1-2 1
3-4 2

5-6 3
3 Durasi Tidur > 7 jam 0
4 6-7 jam 1
5-6 jam 2

< 5jam 3
4 Efisiensi Tidur > 85% 0
Rumus : 75-84% 1
Durasi Tidur : lama di 65-74% 2
tempat tidur) X 100% <65% 3
1, 3, 4
*Durasi Tidur (no.4)
*Lama Tidur (kalkulasi
respon no.1 dan 3)

5 Gangguan Tidur 5b, 5c, 0 0


5d, 5e, 1-9 1
5f, 5g, 10-18 2
5h, 5i, 19-27 3
5i, 5j
6. Penggunaan Obat 6 Tidak Pernah 0
1x seminggu 1
2x seminggu 2
>3x seminggu 3
7. Disfungsi Tidur Siang 7 Tidak Pernah 0
1x seminggu 1
2x seminggu 2
63

>3x seminggu 3
8 Tidak Antusias 0
Kecil 1
Sedang 2
Besar 3
7+8 0 0
1-2 1
3-4 2
5-6 3

Keterangan Kolom Nilai Skor:


0 = Sangat Baik 1 = Cukup Baik 2 = Agak Buruk 3 = Sangat Buruk
64

Lampiran 4: Kuesioner Kecemasan (HARS)

Hamilton Rating Scale For Anxiety (HARS)

Nama Responden :
Tanggal Pemeriksaan :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Skor : 0 = tidak ada


1 = ringan
2 = sedang
3 = berat
4 = berat sekali

No Pertan 0 1 2 3 4
yaan
1 Perasaan Ansietas
- Cemas
- Firasat Buruk
- Takut Akan Pikiran Sendiri
- Mudah Tersinggung
2 Ketegangan
- Merasa Tegang
- Lesu
- Tak Bisa Istirahat Tenang
- Mudah Terkejut
- Mudah Menangis
- Gemetar
65

- Gelisah
3 Ketakutan
- Pada Gelap
- Pada Orang Asing
- Ditinggal Sendiri
- Pada Binatang Besar
- Pada Keramaian Lalu Lintas
- Pada Kerumunan Orang Banyak
4 Gangguan Tidur
- Sukar Masuk Tidur
- Terbangun Malam Hari
- Tidak Nyenyak
- Bangun dengan Lesu
- Banyak Mimpi-Mimpi
- Mimpi Buruk
- Mimpi Menakutkan
5 Gangguan Kecerdasan
- Sukar Konsentrasi
- Daya Ingat Buruk
6 Perasaan Depresi
- Hilangnya Minat
- Berkurangnya Kesenangan Pada Hobi
- Sedih
- Bangun Dini Hari
- Perasaan Berubah-Ubah Sepanjang Hari
7 Gejala Somatik (Otot)
- Sakit dan Nyeri di Otot-Otot
- Kaku
- Kedutan Otot
- Gigi Gemerutuk
- Suara Tidak Stabil

8 Gejala Somatik (Sensorik)


- Tinitus
- Penglihatan Kabur
- Muka Merah atau Pucat
- Merasa Lemah
- Perasaan ditusuk-Tusuk
9 Gejala Kardiovaskuler
- Takhikardia
- Berdebar
- Nyeri di Dada
- Denyut Nadi Mengeras
- Perasaan Lesu/Lemas Seperti Mau Pingsan
- Detak Jantung Menghilang
66

(Berhenti Sekejap)
10 Gejala Respiratori
- Rasa Tertekan atau Sempit Di Dada
- Perasaan Tercekik
- Sering Menarik Napas
- Napas Pendek/Sesak
11 Gejala Gastrointestinal
- Sulit Menelan
- Perut Melilit
- Gangguan Pencernaan
- Nyeri Sebelum dan Sesudah Makan
- Perasaan Terbakar di Perut
- Rasa Penuh atau Kembung
- Mual
- Muntah
- Buang Air Besar Lembek
- Kehilangan Berat Badan
- Sukar Buang Air Besar (Konstipasi)
12 Gejala Urogenital
- Sering Buang Air Kecil
- Tidak Dapat Menahan Air Seni
- Amenorrhoe
- Menorrhagia
- Menjadi Dingin (Frigid)
- Ejakulasi Praecocks
- Ereksi Hilang
- Impotensi
13 Gejala Otonom
- Mulut Kering
- Muka Merah
- Mudah Berkeringat
- Pusing, Sakit Kepala
- Bulu-Bulu Berdiri
14 Tingkah Laku Pada Wawancara
- Gelisah
- Tidak Tenang
- Jari Gemetar
- Kerut Kening
- Muka Tegang
- Tonus Otot Meningkat
- Napas Pendek dan Cepat
- Muka Merah
Total Skor :
67

Lampiran 5: Daftar Kegiatan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai