Anda di halaman 1dari 60

MAKALAH KONSEP NORTHOUSE AND NORTHOUSE’S MODEL OF

HEALTH COMMUNCIATION KOMUNIKASI KESEHATAN, KONSEP


KOMUNIKASI METODE SBAR DAN TBAK

Makalah Konsep ini diajukan untuk memenuhi


salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Dasar Keperawatan

Disusun Oleh:
Narci Setiani (222C0063) Nova Rika Lestari (222C0090)
Putri Windiana (222C0068) Ghibran Akbar Fathiar (222C0095)
Astri Anggraeni (222C0073) Aina Wulan Asri (222C0100)
Rizka Rifatul Mualifah (222C0078) Ririn Rindianti (222C0106)
Putri Zakiah Maharani (222C0083) Adisty Azhar Rofa (222C0110)

Dosen Pengampu: Ns. Dwiyanti Purbasari M. Kep

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MAHARDIKA
CIREBON
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MAKALAH
KONSEP NORTHOUSE AND NORTHOUSE’S MODEL OF HEALTH
COMMUNCIATION KOMUNIKASI KESEHATAN, KONSEP KOMUNIKASI METODE
SBAR DAN TBAK” ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Tanpa adanya
berkat dan rahmat Allah SWT. tidak mungkin rasanya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Komunikasi Dasar
Keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan Institut Teknologi dan Kesehatan (ITEkes)
Mahardika Cirebon. Oleh karena itu, sebagai rasa syukur dengan kerendahan hati, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Ibu Ns. Dwiyanti Purbasari M. Kep yang telah memberikan bimbingan dan materi
sebagai dosen mata kuliah komunikasi dasar keperawatan.
2. Orang tua kami yang tercinta serta saudara dan keluarga besar kami yang telah
memberikan motivasi/dorongan dan semangat, baik berupa moril dan materil lainnya.
3. Sahabat-sahabat kami di ITEkes Mahardika, khususnya mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan, yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan dari semua pihak yang telah berpartisipasi membantu kami dalam
menyusun laporan ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu saya
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk perbaikan penyusunan
selanjutnya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cirebon, 25 Mei 2023

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................. 1
DAFTAR ISI........................................................................................................................... 2
BAB 1..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN................................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang......................................................................................................3
1.2 Tujuan Penelitian.......................................................................................................3
1.4 Kasus......................................................................................................................... 4
BAB II.................................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI................................................................................................................ 5
A.Biografi Northouse.......................................................................................................5
B.Komunikasi menurut Northouse and Northouse’s model of health communciation
komunikasi kesehatan......................................................................................................5
1. Definisi Komunikasi..................................................................................................5
2. Komunikasi Kesehatan.............................................................................................6
3. Asumsi Dasar Teori Northouse and Northouse’s model of health communciation.......8
4. Model teori dasar yang digunakan oleh northouse...................................................23
5. Model Komunikasi Terpilih....................................................................................27
6. Model Komunikasi Kesehatan.................................................................................34
7. Pernyataan Komunikasi Kesehatan Bagi Profesional Kesehatan..............................38
8. Komunikasi Dalam Hubungan Pelayanan Kesehatan..............................................43
9. Strategi Untuk Profesional Kesehatan.....................................................................45
C.Komunikasi SBAR.....................................................................................................52
D. Komunikasi TBAK....................................................................................................53
E.Analisis Kasus............................................................................................................ 55
BAB III................................................................................................................................. 57
KESIMPULAN..................................................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 58

2
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Perawat yang memiliki keterampilan berkomunikasi, tidak saja akan mudah menjalin
hubungan rasa percaya dengan pasien, juga mencegah terjadinya masalah ilegal, serta
meningkatkan kepuasan di tumah sakit. Kurangnya komunikasi dapat menyebabkan
terjadinya keterlambatan dalam melayani pasien dan kesalahan dalam menangani pasien.
Komunikasi yang kurang efektif juga dapat menggambarkan koordinasi tenaga kesehatan
yang kurang baik. Komunikasi terkadang hanya berupa perintah dan konfirmasi saja
tanpa diskusi dan transfer pengetahuan. Komunikasi yang kurang sistematis dapat
menjadi hambatan untuk berinteraksi secara profesional (Mardiana, Kristina and Sulisno,
2019).
Kesalahan dalam komunikasi adalah penyebab nomor satu yang dapat membahayakan
pasien. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations menyatakan
bahwa kesalahan dalam komunikasi dapat menyebabkan 60% hingga 70% kematian
pasien. Kesalahan dalam komunikasi muncul ketika informasi penting pasien ada yang
keliru, hilang, dan salah tafsir (Murphy & Dunn, 2010).

1.2 Tujuan Penelitian

Berikut merupakan beberapa tujuan yang telah kami identifikasi dalam penelitian ini:
a. Untuk mengetahui bagaimana model konsep Northouse and Northouse’s model of
health communication.
b. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi kesehatan metode SBAR
c. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi kesehatan metode TBAK.
d. Agar mahasiswa mampu memahami model-model konsep dan teori keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan di berbagai situasi.
e. Agar mahasiswa mampu menerapkan model-model konsep dan teori keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan di berbagai situasi.

1.3 Manfaat Penelitian


Berikut merupakan beberapa manfaat yang dapat dirasakan dari adanya makalah ini:

3
a. Menambah pengetahuan sebagai mahasiswa perawat tentang model-model konsep
keperawatan.
b. Menjadi penyemangat dan menambah kinerja sebagai perawat agar tidak pantang
menyerah dalam merawat pasien dan memperjuangkan nasib perawat.
c. Dapat menjadi inspirasi dalam praktik keperawatan.
d. Menjadi dasar bagi mahasiswa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.4 Kasus

Anda adalah seorang perawat baru yang bekerja di ruang rawat anak dalam RSU. A.
Anda baru bekerja selama 2 minggu dan pendidikan Anda adalah Diploma III
Keperawatan. Anda sedang berdinas malam bersama Perawat Geni (perempuan) dan
petugas umum, Cepi (laki-laki) saat ini. Jumlah pasien yang dirawat yaitu 8 orang
anak dan 4 orang bayi. Kondisi pasien semuanya dalam keadaan compos mentis dan
sakit sedang. Setiap pasien ditunggu oleh satu orang keluarganya. Anda mendapatkan
telepon dari ruangan IGD dan disampaikan akan ada pasien baru yang akan dikirim ke
ruangan Anda. Perawat IGD menyampaikan identitas pasien tersebut yaitu An. Tere
perempuan usia 37 bulan, No. RM 44365670, kesadaran compos mentis, diagnose
medis: Diare denggan dehidrasi ringan dan suspek bronchopneumonia. Anda
menyampaikan informasi tersebut pada tim perawat yang saat ini bersama Anda.
Anda menyiapkan kamar pasien dan tempat tidurnya. Anda selanjutnya menyiapkan
kamar 4 dan bed 2. Di kamar 4 ada satu pasien perempuan An. Jamilah usia 5 tahun.
Setelah 20 menit kemudian, perawat IGD datang membawa pasien An. Tere. Perawat
IGD melakukan timbang terima pada Anda. Anda menerima seluruh dokumen rekam
medic pasien dan membawa ke kamar 4. Perawat Geni meminta Anda melapor pada
dokter penanggung jawab pasien tersebut saat ini. dr. Suci adalah dokter penanggung
jawab pasien dan saat ini tidak sedang berdinas.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Biografi Northouse

Peter G. Northouse,
Ph.D., mengajar di School
of Communication di
Universitas Western
Michigan. Dia telah
mengajar di sekolah sarjana
dan pascasarjana tentang
kepemimpinan, interaksi
interpersonal, dan
komunikasi organisasi
selama lebih dari dua
dekade. Dia adalah penulis
dari Pengantar
Kepemimpinan: Konsep dan Praktik dan rekan penulis dari Komunikasi
Kesehatan: Strategi untuk Profesional Kesehatan (edisi ke-3), antara lain. Dia
mempelajari model kepemimpinan, penilaian kepemimpinan, kepemimpinan etis,
dan dinamika kelompok dan kepemimpinan. Dia telah bekerja sebagai konsultan
di berbagai bidang, seperti komunikasi kesehatan, manajemen konflik, dan
pengembangan kepemimpinan. Dia mendapatkan gelar doktor dalam komunikasi
ucapan dari University of Denver dan gelar master dan sarjana dalam pendidikan
komunikasi dari Michigan State University.

B. Komunikasi menurut Northouse and Northouse’s model of health


communciation komunikasi kesehatan

1. Definisi Komunikasi

Komunikasi adalah proses pertukaran informasi sesuai dengan aturan


umum. Komunikasi manusia terjadi ketika orang-orang bertukar informasi

5
menggunakan sistem simbol dan bahasa yang sama. Ketidaksepakatan antara
profesional dan klien dapat mengganggu informasi komunikasi. Komunikasi

manusia adalah kasus khusus, atau bagian, dari komunikasi.


Gambar 1.1 Hubungan antara tiga jenis komunikasi.

Ini berkaitan dengan interaksi antara individu. Komunikasi manusia


berbeda dari komunikasi hewan karena menggunakan simbol dan bahasa.
Perilaku komunikasi manusia berbeda dalam penggunaan simbol atau bahasa
representasional lainnya. Banyak hal yang rumit dalam komunikasi manusia
disebabkan oleh bahasa simbolik. hubungan antara tiga kategori komunikasi:
intrapersonal, interpersonal, kelompok kecil, dan organisasional. Komunikasi
manusia mencakup cara orang berinteraksi satu sama lain melalui perilaku
simbolik yang ditunjukkan oleh bahasa. Prosesnya bersifat afektif dan
transaksional. Dengan kata lain, ia bergerak, tidak statis, dan memasukkan
informasi serta perasaan dan sikap manusia.

2. Komunikasi Kesehatan

Komunikasi kesehatan adalah jenis komunikasi yang berkaitan dengan


kesehatan antara orang-orang yang berusaha untuk tetap sehat dan
menghindari penyakit. Komunikasi kesehatan lebih luas daripada komunikasi
manusia. (lihat Gambar 1-1). Komunikasi kesehatan merupakan bagian dari
komunikasi manusia yang berkaitan dengan bagaimana individu menangani
masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Itu merujuk untuk "setiap jenis
komunikasi manusia yang isinya berkaitan dengan kesehatan" (Rogers, 1996,
p. 15). Dalam komunikasi kesehatan, fokusnya adalah pada spesi transaksi
yang berhubungan dengan kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

6
transaksi tersebut (Pettegrew, 1982). Transaksi dapat pribadi atau impersonal,
lisan atau tertulis, verbal atau nonverbal, dan berorientasi masalah atau
hubungan, untuk nama beberapa sifatnya.
Secara umum, komunikasi kesehatan dilihat melalui penerapan konsep
dan teori komunikasi untuk bertransaksi situasi antara individu yang
mengalami masalah kesehatan. Gambar berikut menunjukkan berbagai
konteks di mana komunikasi kesehatan terjadi.

Gambar 1.2 Konteks dasar komunikasi manusia. (diadaptasi dari M. Ruffner dan M.
Burgoon, Interpersonal Communication. New York: Holt, Rinnehart & Winston,
1981, hlm. 2.)

Pada tingkat komunikasi massa, komunikasi kesehatan mengacu pada


bidang-bidang seperti program kesehatan nasional dan dunia, promosi
kesehatan pemasaran sosial dan didasarkan pada teori yang lebih besar tentang
difusi pengetahuan vasi (Clift & Freimuth, 1995).
Komunikasi kesehatan adalah presentasi, pidato, dan alamat publik
tentang kesehatan yang dibuat oleh individu di bidang komunikasi publik.
Misalnya, ketika Surgeon General berbicara tentang dampak negatif merokok
di depan umum.

7
Komunikasi kesehatan dalam konteks organisasi mungkin mencakup
hal-hal seperti administrasi rumah sakit, hubungan staf, dan iklim komunikasi
organisasi. Namun, dalam kontes kelompok kecil, komunikasi kesehatan
mungkin mencakup hal-hal seperti lingkaran kualitas, laporan staf, dan
pertemuan perencanaan pengobatan. Variabel-variabel dalam proses
komunikasi manusia yang terlibat dalam komunikasi kesehatan dalam konteks
interaksi interpersonal memengaruhi interaksi antara profesional dan klien.
Terakhir, ketika kita berbicara tentang kesehatan dalam konteks intrapersonal,
kita akan berbicara tentang pikiran, keyakinan, dan perasaan batin kita serta
"pembicaraan diri" tentang masalah yang memengaruhi tindakan kita yang
diarahkan pada kesehatan. Dalam situasi ini, ada fokus komunikasi kesehatan
yang sama. Namun, tujuan komunikasi dan jumlah orang yang terlibat dalam
proses dapat sangat berbeda.
Komunikasi kesehatan, yang didirikan sebagai bidang studi
komunikasi 25 tahun yang lalu, telah mencapai banyak hal dan terus
berkembang pesat (Rogers, 1996). Psikologi kesehatan, sosiologi medis,
komunikasi biomedis, pengobatan perilaku, kesehatan perilaku, dan
komunikasi medis adalah beberapa bidang studi baru yang sejalan dengan
disiplin komunikasi kesehatan. Disciplin profesional seperti keperawatan,
pekerjaan sosial, psikologi, sosiologi, kedokteran, dan kesehatan masyarakat
membangun fondasi untuk bidang baru ini. Meskipun komunikasi kesehatan
tumpang tindih dengan banyak bidang lain, fokusnya terutama pada masalah
komunikasi dalam konteks perawatan kesehatan. Ratzan, Payne, dan Bishop
(1996) menyatakan dalam diskusi yang diperluas tentang status dan ruang
lingkup komunikasi kesehatan bahwa bidang ini masih berkembang, dan
upaya pragmatis diperlukan untuk terus mendefinisikan dan
menyempurnakannya.

3. Asumsi Dasar Teori Northouse and Northouse’s model of health


communciation

a) Empati
Dari semua variabel yang terdiri dari komunikasi kesehatan, empati
dianggap sebagai salah satu yang paling penting dan pada saat yang sama

8
salah satu variabel yang paling kompleks yang beroperasi dalam proses
komunikasi (Forsyth, 1980;) Kalisch, 1973; LaMonica, 1981: Morse dkk.
1992; Wheeler, 1988). Ada keyakinan bahwa empati mempengaruhi hasil
komunikasi dalam semua jenis hubungan, mulai dari interaksi sosial yang
kita lakukan setiap hari hingga sesi terapi yang intens. Semua orang tahu
bahwa empati adalah komponen penting dalam komunikasi yang efektif.
Komunikasi antara orang tidak dapat mencapai kualitas pemahaman
penting tanpa empati.
Istilah empati diberikan kepada Theodor Lipps (1909), yang
mendefinisikan Einfuhlung sebagai proses "merasa ke dalam". Namun,
banyak dari minat baru-baru ini dalam empati adalah hasil dari karya
perintis Carl Rogers (1951, 1959) pada terapi berpusat pada individu.
Rogers mendefinisikan empati sebagai proses yang melibatkan tetapi
memasuki dunia pribadi orang lain dan menjadi benar-benar betah di
dalamnya dalam uraiannya tentang empati. Ini termasuk berbagi perasaan
tentang dunianya dengan melihatnya dengan mata baru tanpa takut pada
aspek yang diunggulkan seseorang. Itu berarti sering memeriksa
dengannya mengenai keakuratan penginderaan, dan dibimbing oleh
tanggapan yang di terima Berada bersama orang lain dengan cara ini
berarti bahwa untuk saat ini mengesampingkan pandangan dan nilai yang
pegang untuk diri sendiri untuk masuk. dunia lain tanpa prasangka. Rogers
1975, hal. 4)
Mirip dengan Rogers, karya Barnett-Lennard (1981), Gladstein 28-
item self-report instrument disebut Interpersonal Reactivity Index.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk mengukur jumlah empati yang
ditunjukkan perawat terhadap klien. Salah satu pendekatannya adalah
meminta panel ahli untuk menilai interaksi rekaman antara perawat dan
klien dan untuk menentukan sejauh mana perawat merespons klien dengan
cara empatik (Williams, 1979). Pendekatan lain adalah meminta perawat
untuk membaca beberapa studi kasus situasi konseling dan memilih, dari
daftar beberapa tanggapan, tanggapan yang paling empatik. (Forsyth,
1979). Cara lain untuk mengukur empati dan salah satu pendekatan yang
lebih banyak digunakan adalah meminta klien untuk menilai jumlah
empati yang mereka rasakan dari perawat. Sebagian besar peneliti yang

9
menggunakan pendekatan ini menggunakan Barrett-Lennard Relationship
Inventory, sebuah kuesioner berisi 16 item yang meminta satu orang
(misalnya klien) untuk menilai orang lain (misalnya perawat) pada item
seperti "Dia/Dia mencoba untuk melihat sesuatu melalui mata saya" dan
"Dia/Dia mengerti saya" (Barrett-Lennard, 1962). Para peneliti telah
menetapkan bahwa menunjukkan empati menghasilkan hasil terapi yang
positif bagi klien (Olson, 1995; Williams, 1979). Pertama, menunjukkan
empati mengurangi perasaan terasing klien (Rogers, 1975) dan menjadi
"sendirian" dengan kesulitan mereka. Ketika klien merasa dipahami,
mereka merasa terhubung dengan orang lain dan menjadi bagian dari
kehidupan. Empati memecah perasaan menjadi pulau terpencil yang sering
dialami oleh orang-orang yang sakit, dan juga memberikan rasa konfirmasi
kepada klien. Ketika profesional kesehatan berempati dengan klien, klien
merasa dipahami; mereka tahu bahwa mereka ada dan sudut pandang
mereka memiliki nilai (Kalisch, 1973).
Definisi yang luas ini menunjukkan kompleksitas proses empati.
Peneliti lain telah mendefinisikan empati dengan cara yang berbeda dari
Rogers; beberapa definisi berfokus pada empati sebagai kepekaan
emosional (Mehrabian & Epstein, 1972), ketepatan pemahaman (Hobart &
Fahlberg, 1965), proses fantasi (Stotland et al, 1978), atau sifat
kepribadian (Hogan, 1969), untuk menyebutkan beberapa. Meskipun ada
banyak definisi yang berfokus pada berbagai aspek proses empati, setiap
definisi mencakup elemen pemahaman. Sangat penting untuk
mengklarifikasi bahwa simpati tidak sama dengan empati. Meskipun
kedua kata ini sangat berbeda, mereka sering digunakan bersama.
Kepedulian, kesedihan, atau belas kasihan yang ditunjukkan seseorang
kepada orang lain dikenal sebagai simpati. Empati adalah upaya untuk
merasakan dengan orang lain, untuk memahami sudut pandang orang lain,
dan mengambil peran orang lain dan mencoba merasakan apa yang
dirasakan orang lain. Ini juga merupakan ekspresi perasaan seseorang
tentang kesulitan orang lain dan keinginan untuk meringankan penderitaan
orang lain. Empati berpusat pada klien yang mengalami masalah,
sedangkan simpati berpusat pada pendengar. (Lihat Wispe [1986] untuk

10
pembahasan mendalam tentang perbedaan ini.) Singkatnya, empati
mengamati dunia dari sudut pandang orang lain.
Kerangka Konseptual Empati: Untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih baik tentang empati, kami akan melihat bagaimana para peneliti dan
teori reticians telah menciptakannya. Apa komponen utama empati dan
bagaimana dampaknya dapat dijelaskan? Studi menunjukkan dua
pendekatan utama untuk menjelaskan empati: Sebagai sifat kesatuan, dan
Sebagai proses multidimensi.

Tabel 1.1 Ahli teori kepribadian memandang empati sebagai sifat kesatuan,
sebagai salah satu ciri khas di antara banyak ciri lainnya, seperti dogmatisme,
introversi-ekstro-versi, atau agresivitas, yang dimiliki orang dalam berbagai
tingkatan.

b) Kontrol
Kontrol adalah variabel komunikasi utama kedua, yang merupakan
komponen yang halus namun kuat dalam komunikasi kesehatan. Kontrol
adalah komponen penting dari setiap peristiwa komunikasi dan merupakan
bagian integral dari interaksi manusia. Dalam situasi di mana seseorang
dipengaruhi atau dipengaruhi oleh orang lain atau peristiwa, ada dua aspek
kontrol pribadi: perspektif interpersonal atau transaksional dan kontrol
relasional. Metode ini akan memungkinkan kita untuk membahas kontrol
perawatan kesehatan secara lebih mendalam. Kendali pribadi adalah
persepsi yang dimiliki seseorang yang dapat mereka pengaruhi.
Contohnya, cara situasi berjalan dalam kehidupan mereka mempengaruhi
cara mereka menanggapi peristiwa eksternal secara internal. Pada
dasarnya, kontrol pribadi meningkatkan perasaan potensi orang tentang
tindakan mereka dan mengurangi perasaan ketidakberdayaan mereka.
Kontrol sangat penting untuk psikologis individu serta kesejahteraan fisik

11
(Langer, 1983). Kontrol penting bagi pasien karena memberi mereka
perasaan kompeten dalam konteks yang penuh dengan peristiwa yang
menciptakan perasaan tidak kompeten. Kontrol tidak perlu dilakukan, atau
bahkan nyata, untuk memiliki efek pada individu; itu hanya perlu
dirasakan (Thompson, 1981).
Meskipun klien dan profesional mengungkapkan kebutuhan akan
kontrol pribadi, sebagian besar penelitian tentang kontrol pribadi telah
dilakukan dari perspektif klien. Kontrol relasional mengacu pada persepsi
yang dimiliki individu tentang bagaimana mereka terhubung dengan orang
lain, dan itu mencakup sejauh mana mereka merasa mampu mempengaruhi
sifat dan perkembangan hubungan. Jenis kontrol berada dalam hubungan
interpersonal, bukan sebagai karakteristik individu. Melalui komunikasi,
individu dalam hubungan profesional-profesional dan profesional-klien
menetapkan siapa yang memegang kendali, yaitu siapa yang paling
mampu mempengaruhi hubungan dalam situasi tertentu (Thompson,
1986). Jika individu dalam suatu hubungan memiliki definisi yang sama
tentang kontrol relasional, komunikasi antarpribadi yang lebih efektif
Pada bagian berikut, kami menyediakan diskusi tentang kerangka kerja
konseptual untuk kontrol pribadi dan relasional.

Tabel 1.2 KONSEPTUALISASI KONTROL

1) Kontrol Pribadi
Dua bidang penelitian yang sangat berguna dalam
mengkonseptualisasikan kontrol pribadi adalah: Tipologi kontrol
Thompson, dan Perspektif lokus control.
Pertama, Thompson (1981) telah menyusun tipologi kontrol
yang mengkategorikan kontrol pribadi ke dalam empat area

12
terpisah: kontrol perilaku, kontrol kognitif, kontrol informasional,
dan kontrol retrospektif.
a. Tipologi control Thompson
1. Kontrol Perilaku
Kontrol perilaku adalah keyakinan bahwa seseorang dapat
berperilaku sedemikian rupa untuk mengubah proba.
Contoh kontrol perilaku mungkin pasien yang telah
menjalani operasi perut yang dengan setia berjalan bolak-
balik ke ruang perawat karena perawat mengatakan
kepadanya bahwa itu akan membantu dalam proses
pemulihan.
2. Kontrol kognitif adalah keyakinan orang tua dekat dengan
mereka dan membantu mereka dalam mempraktikkan
teknik distraksi. Langer (1983) menemukan bahwa pasien
bedah yang terlibat dalam kontrol kognitif melalui
penilaian kembali kognitif, self-talk yang menenangkan,
dan perhatian selektif melaporkan lebih sedikit stres pasca
operasi dan membutuhkan lebih sedikit pereda nyeri setelah
operasi.
3. Kontrol informasi adalah keyakinan bahwa seorang
individu dapat memperoleh pengetahuan tentang peristiwa
eksternal yang mempengaruhi situasi orang itu. Mengajar
pasien pra operasi tentang prosedur dan sensasi yang akan
datang akan menjadi salah satu cara untuk membantu
mereka meningkatkan kontrol informasi mereka.
4. Kontrol retrospektif adalah keyakinan bahwa seseorang
dapat menerima tanggung jawab atas peristiwa di masa
lalu, sehingga menguasai situasi setelah itu terjadi. Korban
kecelakaan yang memiliki kebutuhan untuk memahami apa
yang menyebabkan kecelakaan mereka dan untuk
menentukan apakah hal itu dapat dicegah dapat melakukan
kontrol retrospektif. Pasien lanjut usia yang terlibat dalam
terapi kenang-kenangan adalah contoh lain dari individu
yang terlibat dalam kontrol retrospektif. Banyak peneliti

13
percaya bahwa cara individu menunjukkan empat jenis
kontrol yang berbeda ini terkait dengan cara mereka
menangani tekanan hidup dan penyakit (Seligman, 1975;
Thompson, 1981; Wortman & Brehm, 1975).

b. Perspektif Locus Of Control


Bidang penelitian kedua tentang kontrol pribadi adalah
perspektif locus of control. Penelitian tentang locus of control
berawal dari Rotter (1954) dan teori pembelajaran sosial. Teori
ini menyatakan bahwa individu belajar tentang pengaruh atau
dampak perilaku mereka sendiri. Locus of control disebut
internal jika seseorang percaya bahwa perilaku mereka
menentukan apa yang terjadi pada mereka; sebaliknya, locus of
control disebut eksternal jika seseorang percaya bahwa
kekuatan atau faktor luar terutama menentukan apa yang terjadi
dalam hidup mereka. Misalnya, orang yang menganggap bahwa
perubahan pola makan dan olahraga akan mengurangi masalah
jantung beroperasi dari perspektif pengendalian internal.
Sebaliknya, orang yang menganggap bahwa masalah jantung
disebabkan oleh faktor keturunan dan tidak ada cara untuk
mencegahnya beroperasi dari perspektif eksternal. Selanjutnya,
variabel kepribadian yang membedakan orang berorientasi
internal dan berorientasi eksternal adalah lokasi kontrol.
Locus of control secara umum diukur dengan skala
Rotter's Internal-External (1-E) (1966). Lebih khusus lagi,
locus of control keyakinan kesehatan individu telah diukur
dengan Health Locus of Kontrol (HLC) skala (Wallston,
Wallston, Kaplan, & Maides, 1976) dan dengan versi yang
lebih halus dari skala ini, Lokus Kesehatan Multidimensional
dari Kontrol (HLC) skala (Wallston, Wallston, Kaplan, &
Maides, 1976) dan dengan versi yang lebih halus dari skala ini,
skala Multidimensional Health Locus of Control (MHLC)

14
(Wallston, Wallston, & DeVellis, 1978). Item pada instrumen
MHLC secara langsung menilai keyakinan individu tentang
apakah tanggung jawab untuk masalah yang berhubungan
dengan kesehatan ada di dalam diri mereka sendiri, dengan
orang lain, atau dalam peristiwa eksternal.
Penelitian tentang locus of control telah menarik minat
para profesional kesehatan karena diyakini bahwa locus of
control dapat berkontribusi pada pemahaman tentang perilaku
yang berhubungan dengan kesehatan individu. Sebagai contoh,
penelitian telah menunjukkan bahwa locus of control dikaitkan
dengan banyak perilaku kesehatan dan hasil kesehatan
termasuk terlibat dalam tindakan promosi kesehatan
(Strickland, 1978), berhenti merokok (Mlott & Mlott, 1975),
menunjukkan ketergantungan yang lebih sedikit. pada dokter
(Seeman & Seeman, 1983), mempelajari informasi kesehatan
(Seeman & Evans, 1962), mempengaruhi keputusan profesional
perawatan kesehatan (Johnson & Levanthal, 1974),
mendapatkan pengetahuan tentang penyakit (Wallston, Maides,
& Wallston, 1976), menggunakan obat-obatan secara efektif
(Mac-Donald, 1970), dan mendapatkan inokulasi (Dabbs &
Kirscht, 1971), penelitian tentang locus of control memiliki
keterbatasan, namun (Lewis, 1982a; Menurunkan, 1981).
Pertama, locus of control internal-eksternal dianggap sebagai
variabel kepribadian, dan oleh karena itu dipertanyakan apakah
individu dapat belajar untuk mengubah locus of control mereka
bahkan jika mereka mendapat manfaat dari melakukannya.
Kedua, ada kecenderungan peneliti untuk menyiratkan bahwa
baik menjadi "internal" dan harus "eksternal" (Rotter, 1975).
Namun mungkin ada situasi di mana mempertahankan
perspektif internal yang tinggi tidak selalu sehat (Lowery,
1981) atau di mana mungkin lebih realistis untuk melepaskan
kendali pribadi dalam masalah kesehatan (Lewis, 1982b).
Misalnya, untuk mengasumsikan bahwa klien dapat mencegah
penyakit progresif tertentu atau bencana alam dapat menjadi

15
tidak realistis dan dapat menimbulkan banyak rasa bersalah
atau menyalahkan diri sendiri pada klien. Wortman dan Brehm
(1975) telah menyarankan bahwa terlalu menekankan rasa
kontrol seseorang dalam jenis situasi ini mungkin maladaptif,
dan mereka merekomendasikan bahwa penilaian yang akurat
dari potensi kontrol seseorang dalam situasi tertentu lebih
berguna untuk individu. Kritik terakhir adalah bahwa ukuran
locus of control belum menjadi prediktor yang dapat
diandalkan untuk perilaku yang berhubungan dengan kesehatan
(Lowery, 1981; Rock, Meyerowitz, Maisto, & Wallston, 1987).

2) Kontrol Relasional
Kontrol relasional berbeda dari kontrol pribadi karena berfokus
pada hubungan atau karakteristik interpersonal, sedangkan kontrol
pribadi berfokus pada karakteristik individu. Kontrol relasional
dianggap sebagai proses transaksional - interaksi yang terjadi
antara individu dalam sebuah kapal hubungan - dan karena itu
merupakan bagian dari dimensi hubungan pesan. Seperti yang telah
di bahas di Bab 1, setiap pesan memiliki dua dimensi: dimensi isi
dan dimensi hubungan, yang terikat satu sama lain dan tidak dapat
dipisahkan. Dalam komunikasi interpersonal, peserta menentukan
di mana mereka berada.

Gambar 1.3 Jenis hubungan yang dibangun melalui kontrol relasional

Berdiri satu sama lain pada dimensi hubungan melalui berbagi


informasi pada dimensi konten. Misalnya, ketika individu berbicara
tentang hal-hal yang tampaknya tidak penting, seperti sekolah,
cuaca, olahraga, atau berita umum, mereka pada dasarnya mencari
tahu bagaimana perasaan mereka tentang hubungan mereka.

16
Intinya adalah individu memutuskan bagaimana mereka
berhubungan satu sama lain dan memutuskan siapa yang
memegang kendali dalam suatu hubungan melalui interaksi.
Hubungan yang sehat didasarkan pada kesepakatan bersama, baik
lisan maupun tidak, mengenai masalah kontrol antara peserta
(Morton, Alexander, & Altman, 1976). Hubungan yang baik bebas
dari konflik terus-menerus mengenai siapa yang dominan atau
siapa yang bertanggung jawab dalam hubungan tersebut. Jenis
hubungan yang dibangun individu melalui kontrol relasional dapat
saling melengkapi, simetris, atau paralel (Watzlawick, Beavin, &
Jackson, 1967).
(Gbr. 2-1). Kontrol tidak merata dalam hubungan komplementer;
satu orang memiliki lebih banyak kontrol daripada yang lain. Tidak
lagi biasa bagi penyedia untuk mendominasi hubungan mereka
dengan klien dalam model medis klasik, di mana penyedia
biasanya memiliki kendali, dan pasien didorong untuk tunduk dan
tanpa kendali. Dalam model perawatan kesehatan lainnya, klien
lebih bertanggung jawab atas keputusan kesehatan. Hubungan yang
saling melengkapi memiliki beberapa keuntungan. Hubungan
seperti ini stabil, efektif, dan dapat diprediksi karena orang-
orangnya tahu di mana mereka berada dan tidak perlu
menghabiskan waktu untuk bernegosiasi siapa yang bertanggung
jawab dalam setiap situasi tertentu. Di sisi lain, hubungan
komplementer bersifat represif karena menghentikan anggota
bawahan untuk berkembang dan mandiri.

c) Konfirmasi
Konfirmasi, variabel komunikasi manusia terakhir yang telah kami
pilih untuk didiskusikan, tumpang tindih dalam beberapa hal dengan
variabel yang telah kami sajikan (empati, kontrol, kepercayaan, dan
keterbukaan diri). Konfirmasi melibatkan dimensi menunjukkan empati,
berbagi kendali, menunjukkan kepercayaan, dan mengungkapkan pikiran
dan perasaan pribadi kepada orang lain. Namun, konfirmasi juga
merupakan variabel berbeda yang memainkan peran unik dalam

17
komunikasi kesehatan (Thompson, 1986). Konfirmasi adalah cara
mengomunikasikan pengakuan dan penerimaan kepada orang lain. Ini
adalah konsep yang relatif baru yang mulai mendapat penekanan lebih
dalam perawatan kesehatan (Garvin & Kennedy, 1988; Heineken, 1982:
Loveridge & Heinekin, 1988)
Dalam pembahasan kita, konfirmasi akan mengacu pada jenis respons
verbal dan nonverbal tertentu yang dibuat oleh satu orang terhadap orang
lain. Mengkonfirmasi tanggapan mengakui dan memvalidasi perspektif
orang lain. Itu adalah tanggapan yang memungkinkan orang lain
menghargai dirinya sendiri secara lebih penuh sebagai manusia (Cissna &
Sieburg, 1981; Sieburg & Larson, 1971). Konfirmasi dapat dianggap
sebagai curing pada tingkat hubungan. Individu menentukan siapa mereka
melalui tanggapan orang lain terhadap mereka (Sieburg, 1975).

Tabel 1.3 Diataptasi dari sebrug E(1968) Disfungsional communication and


interpersonal pomeres in mal pro Disertasi Doktor Universitas
Denver(1689)Desertation Abstrack memational,30,25224 Unversty Morfim
No 69-21,156

Pada bagian berikut, kami akan mencoba memperjelas makna


konfirmasi dengan menghadirkan dua kerangka untuk memahaminya:
(1) perspektif eksistensial, dan (2) perspektif perilaku
konfirmasi/diskonfirmasi

18
Tabel 1.4. Konseptalisasi Konfirmasi

Selain itu, kami akan memeriksa bagaimana profesional kesehatan


dapat menerapkan informasi teoretis tentang konfirmasi untuk
meningkatkan komunikasi mereka dalam situasi perawatan kesehatan.

1) Kerangka Konseptual Konfirmasi


Konfirmasi memiliki akar historisnya dalam eksistensialisme.
Tulisan-tulisan para ahli teori, seperti Martin Buber, Viktor Frankl,
dan R. D. Laing, memberikan orientasi konseptual untuk
memahami konfirmasi. Menurut Buber (1957), semua individu
ingin dikonfirmasi dan diterima apa adanya dan menjadi apa
mereka. Masyarakat di mana konfirmasi berkembang adalah yang
paling manusiawi. Selain itu, Buber percaya bahwa setiap orang
dalam masyarakat mampu memenuhi keinginan orang lain dengan
mengukuhkan mereka sebagai manusia yang unik (hlm. 102).
Mendekati konfirmasi dari perspektif yang berbeda, Viktor Frankl
(1963), dalam laporan mengharukan tentang bagaimana dia dan
orang lain selamat dari Auschwitz dan kamp konsentrasi Nazi,
menjelaskan pentingnya untuk dapat menganggap makna
keberadaan seseorang, apakah itu melalui melakukan perbuatan,
melalui mengalami cinta manusia lain, atau melalui penderitaan
(hlm. 176). Bagi Frankl, esensi kehidupan berkisar pada
kemampuan kita untuk menemukan makna melalui pilihan aktif
cara kita menanggapi keadaan hidup. Makna yang kita buat untuk
hidup kita dan tindakan serta catatan semuanya menjadi lebih
bermakna ketika itu terjadi. Kemampuan untuk menemukan makna
dengan memilih secara aktif cara kita menanggapi keadaan hidup.
Makna yang kita bangun untuk hidup kita dan tindakan serta
tanggapan kita semuanya menjadi lebih bermakna ketika diketahui
dan disahkan oleh orang lain. R. D. Laing, seorang psikiater, juga
tertarik dengan konfirmasi. Dia sangat tertarik pada konsekuensi
dari pemutusan komunikasi pada pasien. Dia telah berfokus pada
menemukan cara untuk mencegah orang dari disconfirming orang

19
lain. Laing (1967) menggambarkan kebalikan dari konfirmasi
sebagai "upaya untuk membatasi kebebasan orang lain, untuk
memaksanya bertindak sesuai keinginan kita, tetapi dengan
kurangnya perhatian, dengan ketidakpedulian terhadap keberadaan
atau takdir orang lain" (hal. .36).
Dari sudut pandang eksistensial, individu mencari makna dalam
hidup mereka dan pencarian ini sering dikonfirmasi atau tidak
dikonfirmasi oleh orang lain. Cara kedua untuk
mengonseptualisasikan konfirmasi adalah dengan memeriksa
perilaku komunikasi spesifik yang telah dijelaskan oleh para
peneliti sebagai mengkonfirmasi atau mendiskonfirmasi
komunikasi. Mengkonfirmasi dan mendiskonfirmasi tanggapan
pertama kali diidentifikasi dalam penelitian oleh Sieburg (1969)
dan Sieburg dan Larson (1971), pekerjaan awal Sieburg termasuk
studi analitik faktor dari daftar "cara menanggapi" dan preferensi
orang untuk cara-cara ini. merespon dalam interaksinya dengan
orang lain. Dua faktor utama yang mendeskripsikan respons
komunikasi muncul dari analisisnya: Faktor pertama, diidentifikasi
sebagai respons konfirmasi, termasuk item berlabel pengakuan
langsung, kesepakatan tentang konten, respons suportif, klarifikasi,
dan ekspresi perasaan positif (Tabel 2- 7). Faktor kedua, yang
diidentifikasi sebagai tanggapan yang tidak meyakinkan, termasuk
ketidaksesuaian, interupsi, ketidakrelevanan, tanggapan tangensial,
tanggapan impersonal, inkoherensi, dan tanggapan yang tidak
sesuai.

20
Tabel 1.5 Menerima respons konfirmasi dapat memvalidasi
pengalaman individu dalam tiga cara (Sieburg, 1975, hlm. 9-10).

 Respon konfirmasi mengurangi ketakutan seseorang akan


depersonalisasi dengan mengakui kehadiran orang itu; mereka
mengkonfirmasi kembali perasaan penerima, "Saya ada."
Misalnya, tenaga kesehatan yang menunjukkan konfirmasi
kepada klien sedang berkomunikasi dengan klien yang jelas,
pesan yang luar biasa tetapi sangat penting yang disadari oleh
profesional kehadiran klien sebagai manusia yang unik.
Mengonfirmasi respons menghilangkan ketakutan individu
akan disalahkan

Tabel 1.6 MENGKONFIRMASI TANGGAPAN

Memberi tanggapan membuat orang lain menghargai


dirinya sendiri lebih sebagai individu. Mereka mengakui
keberadaan Omer sebagai pribadi yang unik. Tanggapan
berikut dicirikan sebagai konfirmasi. Pengakuan langsung
untuk menanggapi secara langsung apa yang dikomunikasikan
orang lain. Menghadiri 4 Carfication untuk mencoba membuat
isi pesan orang lain atau masa kini atau masa lalu orang lain,
perasaan lebih dimengerti. Ini mungkin termasuk meminta
informasi lebih lanjut atau mendorong orang lain untuk
mengungkapkan lebih banyak bagaimana dia membayar
Contoh konten "Ceritakan lebih banyak tentang alasan Anda
untuk poin itu Saya tidak yakin saya mengerti, bisakah Anda

21
menjelaskannya lebih lanjut? Contoh perasaan) "Bisakah Anda
jelaskan untuk saya bagaimana perasaan Anda tentang orang
itu?" dalam upaya untuk mengklarifikasi perasaan orang lain,
penekanannya adalah pada deskripsi, bukan pada interpretasi
perasaan.
Ekspresi helings positif. Untuk menanggapi orang lain
dengan menegaskan perasaan tidak kritis. Contoh. "Tim
senang kau mengatakan itu padaku." "Apa yang Anda katakan
membuat saya ingin melihat lebih jauh ke dalam ini." Aphid
om eburg E (1900 tunc communication and personal
responsiven in anu groupe Cutral arton, University of Dener,
1989) Dessertation Abstracts matorul, 30, 2224 ersty Moron
No 60-21, 156.

Tabel 1.7 TANGGAPAN DISKONFIRMASI

 Tanggapan yang tidak menyenangkan menyangkal keberadaan


orang lain. Tanggapan ini tidak pantas atau melevant dengan
apa yang telah dikomunikasikan orang lain. Mereka membuat
orang lain kurang menghargai dirinya sendiri sebagai individu.
Disconfirming tanggapan dapat ditandai sebagai berikut:
1. Tahan untuk mengabaikan atau mengabaikan upaya orang
lain untuk berkomunikasi dengan tidak melakukan verbal
atau pengakuan nonverbal atas apa yang telah mereka
komunikasikan.

22
2. Emptive. Memotong pembicara sebelum dia memiliki
kesempatan untuk menyelesaikan pernyataan atau
menguraikan sepenuhnya suatu poin.
3. ivant Untuk menanggapi dengan cara yang tidak
berhubungan dengan apa yang telah dikomunikasikan
orang lain. Ini dapat dilakukan dengan membuat topik baru
atau beralih ke topik sebelumnya tanpa peringatan.
4. Bersinggungan untuk mengakui apa yang dikatakan orang
lain, tetapi untuk segera memulai percakapan. Contoh:
"Ya, saya tahu perut Anda sakit, tapi saya setuju Anda
tidak cukup berolahraga" "Ya, saya melihat masalahnya,
tapi saya yakin itu akan hilang Biarkan saya memberi tahu
Anda bagaimana salah satu teman saya mengatasi masalah
ini"
5. Impersonal. Menanggapi sebagai orang ketiga dengan
nada yang diintelektualisasikan Jenis tanggapan ini sering
mengandung banyak klise dan eufemisme Contoh:
Masalah dengan kerja shift ganda di shift itu selalu terikat
dan cenderung membuat banyak kesalahan" dalam
memperdebatkan posisi tertentu, kalian membutuhkan
lebih banyak bukti."
6. Inkoheren Berbicara dalam kalimat yang tidak lengkap
atau pidato yang panjang dan bertele-tele. Tanggapan ini
seringkali sulit untuk diikuti karena mengandung banyak
retracing dan rephrasing yang tidak menambahkan apa-apa
pada isi pesan.
7. Tidak sesuai. Untuk bertindak dengan cara yang berbeda
dari apa yang Anda katakan. Yaitu mengirimkan dua pesan
(verbal dan nonverbal yang tidak konsisten. Contoh:
“Tidak, kamu tidak menggangguku dinyatakan dengan
suara tinggi dengan tangan gemetar.

23
4. Model teori dasar yang digunakan oleh northouse

Ada 3 model komunikasi terpilih menurut northouse


a) Model Shannon-Weaver
Salah satu model komunikasi pertama, dan dalam banyak hal salah
satu yang paling berpengaruh, adalah model dekat yang dikembangkan
oleh Shannon dan Weaver pada tahun 1949. Dalam model Shannon-Wear
komunikasi direpresentasikan sebagai sebuah sistem. dimana seorang
sumber menyeleksi informasi yang dirumuskan (disandikan) menjadi
sebuah pesan. Pesan ini kemudian ditransmisikan oleh sinyal melalui
saluran ke penerima. Penerima menafsirkan (decode) pesan dan
mengirimkannya ke beberapa tujuan. Fitur unik dalam model ini adalah
konsep noise.
Salah satu kekuatan model awal ini adalah cara yang seragam di mana
ia mencoba untuk menggambarkan jalur pesan komunikasi dari sumber ke
penerima. Keterbatasan model ini, bagaimanapun, adalah tidak
menunjukkan hubungan transaksional antara sumber dan penerima. Karena
modelnya linier, hal itu menyiratkan bahwa komunikasi adalah peristiwa
satu arah. Seperti yang dicatat oleh ahli teori komunikasi selanjutnya, dan
seperti yang telah kita bahas sebelumnya di bab ketiga, komunikasi dalam
hubungan manusia adalah proses interaksional.

Gambar 1.4 Model SMCR (adaptasi dari David K.Berlo, The Procces of
Communication: An Introduction to Theory and Practice, hal. 72. Hak cipta 1980
oleh Holt, Rinnehart and Winston, Inc. Dicetak ulang atas izin Holt, Rinnehart
dan Winston, CBS College Publishing.)

b) Model SMCR
Dalam bukunya The Process of Communication (1960), Berlo
mempresentasikan apa yang sekarang menjadi model komunikasi klasik—
yang menekankan, seperti judul bukunya, bahwa komunikasi adalah
sebuah proses. Model Berlo disebut model SMCR, singkatan dari huruf
pertama dalam kata sumber, pesan. saluran, dan penerima. Berle
memandang keempat komponen ini sebagai keberadaan terjalin.

24
Adalah merepresentasikan proses komunikasi yang terjadi ketika
sumber merumuskan pesan berdasarkan keterampilan komunikasi, sikap,
pengetahuan, dan sistem sosiokulturalnya. Pesan-pesan ini, yang memiliki
elemen, struktur, isi, perlakuan, dan kode unik, ditransmisikan melalui
saluran, yang dapat mencakup melihat, mendengar, menyentuh, mencium,
dan mengecap. Seorang penerima menginterpretasikan pesan berdasarkan
keterampilan komunikasinya sendiri, sikap, pengetahuan, dan sistem
sosiokultural. Kekuatan dari model ini adalah caranya merepresentasikan
kompleksitas komunikasi dan lebih memperlakukan komunikasi sebagai
sebuah proses Sumber Pesan
Kemampuan berkomunikasi, Atudes, Sistem sosial pengetahuan,
Budaya, konten cture, Kode, Saluran, Melihat, Menyentuh, Mencium,
Pengecapan, Komunikasi Penerima, Sistem Sosial Pengetahuan Atudes,
Budaya.

Gambar 1.4 MCR dibuat. Adaptasi dia Proses komunikasi Pengantar teori dan
praktik 72 oleh David Bents, salinan 1983 oleh Hut, Rinehart dan Winstone dan
red 1988 oleh David Belo) Feproduce

c) Model Leary
Banyak faktor yang mempengaruhi komunikasi klien, seperti sikapnya
dan latar belakang sosiokultural Demikian pula, model ini membantu
untuk menjelaskan bagaimana pengalaman dan pendidikan mempengaruhi
komunikasi profesional-ke-profesional (misalnya komunikasi antara
perawat sarjana muda baru dan perawat praktis yang berpengalaman)

25
tetapi kurang membantu dalam menyoroti bagaimana umpan balik
memengaruhi dialog profesional-profesional yang sedang berlangsung.
Model interaksi manusia refleksif yang dikembangkan oleh Leary
cukup berbeda dengan model sebelumnya yang telah kita bahas. Model
Leary, yang pertama kali muncul pada pertengahan 1950-an, mendapat
banyak perhatian dalam beberapa tahun terakhir. Ini benar-benar model
transaksional dan multidimensi, menekankan hubungan dan aspek
interaksional dari komunikasi interpersonal. Ini menyatakan, pada
dasarnya, komunikasi manusia adalah proses dua orang dalam dimana
kedua individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi satu sama lain
Leary mengembangkan model ini sebagai hasil dari pengalamannya
sebagai terapis dengan pasien dalam psikoterapi. Dia mengamati bahwa
perilakunya sendiri berbeda dalam sesinya dengan pasien yang berbeda-
yaitu, dia menemukan bahwa pasien memengaruhi cara dia berperilaku
terhadap mereka. Leary menyimpulkan bahwa individu sebenarnya
melatih orang lain untuk menanggapi mereka dengan cara-cara tertentu
yang menyenangkan bagi perilaku interpersonal yang disukai individu itu
sendiri. Misalnya, jika kita suka tunduk, kita mengkondisikan orang lain
untuk berperilaku dominan terhadap kita; sebaliknya, jika kita ingin
menjadi dominan, kita mengkondisikan orang lain untuk bersikap tunduk.
Model Leary dirancang untuk mengklasifikasikan aspek-aspek
tertentu dari perilaku interpersonal yang digunakan dalam komunikasi.
Gambar 1-6 memberikan versi model Leary yang disederhanakan.
(Lihat artikel Leary "Theory and Measurement Methodology of
Interpersonal Communication" (1955) untuk penjelasan lebih lanjut
tentang teori tersebut).
Dari perspektif model Leary, setiap pesan komunikasi dapat dilihat
sebagai terjadi sepanjang dua dimensi: dominasi-penyerahan dan benci-
cinta. Dua aturan mengatur bagaimana dimensi ini berfungsi dalam
interaksi manusia. Aturan 1: Perilaku komunikatif yang dominan atau
patuh biasanya merangsang perilaku yang berlawanan pada orang lain.
Dinyatakan dengan cara lain. bertindak secara otokratis (dominan)
biasanya merangsang orang lain untuk bertindak tunduk, dan bertindak
tanpa daya biasanya merangsang orang lain untuk bertindak dominan

26
Aturan 2: Perilaku penuh kebencian atau kasih biasanya merangsang
perilaku yang sama dari orang lain. Artinya, bersikap baik biasanya
mendorong kebaikan dari orang lain, sedangkan bersikap bermusuhan
biasanya merangsang agresivitas dari orang lain. Leary menyatakan
bahwa aturan-aturan ini bekerja secara refleksif—tanggapan kita terhadap
satu sama lain tidak disengaja dan langsung. Perilaku komunikasi kita
sendiri secara otomatis merangsang reaksi dominan atau penurut dan cinta
atau benci pada orang lain.
Model Leary dapat langsung diterapkan dalam komunikasi
Kesehatan pengaturan perawatan. Selama bertahun-tahun, pasien dalam
pengaturan perawatan akut sering dianggap atau ditempatkan dalam
peran penurut, sedangkan profesional kesehatan sering dianggap sebagai
peran dominan. Tren konsumerisme saat ini menyebabkan pergeseran
keseimbangan kekuatan antara profesional dan pasien. Karena pasien
menjadi lebih asertif dalam masalah perawatan kesehatan, penyedia
harus melepaskan sebagian kendali dan otoritas mereka. Kekuatan model
Leary adalah cara transaksional di mana dia menggambarkan masalah
kekuasaan dan afiliasi ini dalam interaksi manusia. Jika kita benar-benar
ingin memahami komunikasi kita dengan orang lain, kita perlu melihat
kualitas yang dibawa oleh kedua orang tersebut ke dalam interaksi.

5. Model Komunikasi Terpilih

Sampai saat ini kita terutama memperhatikan model-model komunikasi


manusia. Namun, kami percaya bahwa penting untuk melihat secara khusus
bidang yang berhubungan dengan kesehatan dan melihat bagaimana bidang ini
menggambarkan komunikasi dalam model mereka. Jelas, fokus dari model-
model ini tidak hanya pada elemen umum komunikasi, tetapi pada tujuan yang
lebih luas untuk memaksimalkan hasil kesehatan. Untuk diskusi kami, kami
telah memilih tiga model yang dikembangkan oleh para peneliti untuk
menjelaskan perilaku manusia yang berkaitan dengan kesehatan dan penyakit.
Ketiganya adalah (1) model terapeutik, (2) model kepercayaan kesehatan, dan
(3) model Model interaksi raja. Kami menyadari bahwa ada banyak kesehatan

27
lainnya-fasis dalam pelayanan kesehatan dan masing-masing memiliki
hubungan langsung dengan masyarakat manusia

a) Model Terapeutik
Model terapeutik menekankan peran penting yang dimainkan oleh
hubungan dalam membantu klien dan pasien untuk menyesuaikan diri
dengan keadaan mereka dan bergerak ke arah kesehatan dan menjauhi
penyakit. Ketika digunakan oleh profesional kesehatan, komunikasi
terapeutik dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang membantu orang
mengatasi stres, menghadapi hambatan psikologis, dan belajar bagaimana
berhubungan secara efektif dengan orang lain. Meskipun komunikasi
terapeutik tampaknya menjadi istilah yang menggambarkan komunikasi
dalam pengaturan psikoterapi tradisional, itu juga menggambarkan
komunikasi antara profesional kesehatan dan klien dalam konteks
perawatan kesehatan lainnya.
Meskipun banyak model telah dikembangkan untuk menggambarkan
berbagai macam teori psikoterapi, tidak semua model terapi ini berkaitan
dengan interaksi yang berhubungan dengan kesehatan. Salah satu model
yang relevan dan telah terbukti bermanfaat dalam menjelaskan interaksi
yang terjadi dalam tatanan pelayanan kesehatan adalah model Rogerian.
Carl Rogers (1951) percaya bahwa jika seorang terapis

mengkomunikasikan
Gambar 1.5 Model terapeutik. (Diadaptasi dari C. Rogers Client-Centered
Therapy. Boston: Houghton Mifflin Company, 1951.)

Pemahaman yang jujur dan penuh perhatian kepada klien, hal itu akan
membantu klien menyesuaikan diri dengan cara yang sehat terhadap

28
keadaannya. Model Rogerian ini diberi label berpusat pada klien karena
fokus interaksinya adalah pada klien. Dalam model ini, penolong didorong
untuk berkomunikasi dengan empati, penghargaan positif, dan keselarasan.
Ketiga perilaku ini, bersama-sama, membentuk kondisi yang diperlukan
untuk membantu klien berhasil. Kami telah menggambarkan komponen-
komponen ini pada Gambar 1.7.

Bagi Rogers, empati adalah proses mengkomunikasikan kepada klien


perasaan dipahami; itu berdiri di posisi klien. Sikap positif adalah proses
mengkomunikasikan dukungan kepada klien dengan cara yang peduli dan
tidak menghakimi. Ini adalah komunikasi yang tulus, tidak mengancam,
dan tanpa syarat. Mengkomunikasikan keselarasan melibatkan
pengungkapan yang jujur.
Hasil klien Merasa dipahami Mengatasi dengan lebih efektif pikiran
dan perasaan penolong itu sendiri. Kesesuaian mensyaratkan bahwa
profesional penolong akan menanggapi klien dengan jujur dan berusaha
untuk menjadi nyata dalam hubungannya dengan klien. Dalam pengaturan
perawatan kesehatan, model terapeutik dapat langsung diterapkan pada
komunikasi profesional-klien. Model Rogerian menggambarkan bagaimana
para profesional kesehatan harus berkomunikasi jika mereka memilih untuk
berpusat pada klien. Menurut model Rogerian, ketika profesional kesehatan
mengkomunikasikan empati, penghargaan positif, dan keselarasan, klien
merasa dipahami dan lebih mampu mengatasi penyakit mereka.

b) Model Kesehatan Bellef


Model kepercayaan kesehatan, yang dirumuskan oleh Rosenstock dan
rekan-rekannya (1966, 1974), lebih luas, lebih kompleks, dan memiliki
fokus yang sangat berbeda dari model terapeutik. Seringnya penggunaan
model ini dalam pengaturan perawatan kesehatan dan penekanannya yang
besar pada persepsi klien adalah dua alasan model ini diteliti di sini. Model
ini dirancang untuk menjelaskan sifat tindakan pencegahan kesehatan
individu. Sejak model tersebut muncul pada akhir 1950-an, model ini telah

29
menjadi fokus banyak penelitian; itu telah diakui sebagai salah satu teori
sosial-psikologis paling berpengaruh yang diformulasikan untuk
menjelaskan bagaimana individu yang sehat berusaha menghindari
penyakit.

Gambar 1.6 model refleksif Leary. (Berdasarkan T. Leary. Theory and


Measurement Methodology of Interpersonal Communication.”Psychiatry, 1955,
18, 152. Hak Cipta 1955 oleh William Alanson White Psychiatric Foundation,
Inc.)

Gambar 1.8 mengilustrasikan, model kepercayaan kesehatan terdiri


dari tiga elemen jor: (1) persepsi individu tentang kerentanan dan
keparahan penyakit, (2) persepsi individu tentang manfaat dan hambatan
mengambil tindakan kesehatan preventif untuk mencegah penyakit, dan
(3) isyarat yang tersedia mampu untuk individu yang akan merangsang
dia untuk terlibat dalam pencegahan aktivitas kesehatan yang positif
(Becker & Maiman, 1975). Di bagian atas diagram elemen keempat dari
model muncul, mengandung demografis dan sosial variabel psikologis.
Variabel-variabel ini, yang disebut faktor-faktor pengubah, secara tidak
langsung memengaruhi persepsi dan keyakinan individu. Intinya, model
kepercayaan kesehatan dirancang untuk memprediksi kemungkinan
individu mengadopsi perilaku kesehatan tertentu sebagai fungsi dari
ancaman yang dirasakan dan manfaat yang dirasakan. Contoh berikut
dapat membantu memperjelas bagaimana model kepercayaan kesehatan
digunakan dalam penelitian komunikasi kesehatan. Berhipotesis sejenak
bahwa kita tertarik untuk mempelajari kebiasaan seks aman mahasiswa.

30
Kami sangat tertarik untuk mengetahui apakah mahasiswa menggunakan
kondom untuk hubungan seksual tindakan kesehatan preventif yang
direkomendasikan.
Model pada Gambar 1.8 memberi kita kerangka kerja konseptual
untuk menjawab pertanyaan ini. Kemungkinan bahwa mahasiswa akan
terlibat dalam perilaku ini dipengaruhi oleh sejauh mana mereka melihat
sindrom imunodefisiensi yang didapat (AIDS) sebagai ancaman. AIDS
dipandang sebagai ancaman bagi siswa ketika mereka menganggap diri
mereka rentan terhadapnya dan ketika mereka melihatnya sebagai
ancaman hidup. Apakah siswa melihat AIDS sebagai ancaman juga
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, dan etnis, serta oleh variasi sosial
dan psikologis.
Siswa juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kampanye media
massa, artikel majalah, atau mengenal seseorang dengan AIDS.
Kemungkinan siswa melakukan seks aman selanjutnya dipengaruhi oleh
apakah mereka melihat manfaat menggunakan kondom lebih besar
daripada hambatannya. Dalam contoh ini, Anda dapat melihat
bagaimana model kepercayaan kesehatan menyediakan cara terstruktur
untuk menganalisis berbagai faktor yang berkontribusi pada
kemungkinan individu terlibat dalam perilaku kesehatan preventif yang
dipilih. Meskipun banyak aspek model kepercayaan kesehatan
melibatkan komunitas kation, dua aspek khas komunikasi berpusat.
Pertama, elemen Cues to Action dari model ini mencakup kampanye
media massa, saran dari orang lain, artikel surat kabar, dan variabel
terkait pesan serupa, yang semuanya merupakan jenis komunikasi.
Komunikasi sangat penting jika individu ingin menerima isyarat yang
berpotensi memotivasi mereka untuk mengambil tindakan kesehatan.
Misalnya, artikel surat kabar tentang pentingnya mengencangkan sabuk
pengaman dapat membujuk orang untuk mengenakan sabuk pengaman
saat mengemudikan mobil. Dengan cara yang sama, pesan di radio
tentang hubungan antara kanker dan merokok dapat mempengaruhi
orang untuk berhenti merokok. Unsur kedua dari model yang sangat
relevan dengan komunikasi kesehatan berkaitan dengan Faktor
Pengubah, yang meliputi variabel sosial-psikologis. Banyak dari variabel

31
ini merupakan elemen penting dalam proses komunikasi. Becker dan
Maiman (1975) merujuk pada serangkaian bayangan yang menunjukkan
bahwa perilaku kepatuhan pada pasien dikaitkan dengan komunikasi
dalam hubungan profesional-klien kesehatan. Misalnya, kegagalan
pasien untuk mematuhi ditemukan terkait dengan pola komunikasi di
mana profesional kesehatan digambarkan sebagai formal, meksi, atau
mengontrol: profesional sangat tidak setuju dengan pasien: profesional
mewawancarai pasien panjang lebar tanpa membiarkan umpan balik,
atau terlibat dalam interaksi nonresiprokal. Jelas, komunikasi berdampak
pada perilaku kesehatan klien.
Model kepercayaan kesehatan memiliki manfaat tertentu dan juga
keterbatasan tertentu. Sisi positifnya, model tersebut mengilustrasikan
pentingnya mode komunikasi yang lebih luas, seperti dampak media
massa, terhadap perilaku kesehatan. Model kepercayaan kesehatan juga
berfokus pada persepsi dan keyakinan klien yang dapat diubah untuk
meningkatkan perilaku kesehatan tertentu. Sisi negatifnya, model
kepercayaan kesehatan telah dikritik karena terlalu menekankan pada
abstrak, kepercayaan konseptual. Secara keseluruhan, model ini
menyoroti persepsi klien tentang tindakan perawatan kesehatan preventif
daripada sifat transaksional dari interaksi klien-profesional dalam
mempromosikan perawatan kesehatan.

c) Model Interaksi King


Karya King (1971, 1981) tentang pengembangan kerangka kerja
konseptual untuk keperawatan memberikan dasar untuk model terkait
kesehatan ketiga, yang dapat digambarkan sebagai model interaksi. Model
King sangat menekankan pada karya yang membahas hubungan timbal
balik antara pribadi, interpersonal, dan sistem sosial. Meskipun Raja
menjelaskan sifat masing-masing tiga sistem, dia memberikan penekanan
khusus pada sistem interpersonal dalam perawatan kesehatan. Paradigma
King mempekerjakan untuk membahas peran sistem interpersonal dalam
perawatan kesehatan diwakili dalam Gambar 1-9.

32
Gambar 1.7 Model interaksi. Sebuah pendekatan untuk proses komunikasi
perawat-klien. (Dicetak ulang dari 1. M King. Toward Theory of Nursing:
General Concepts of Human Behavior, hal. 92. Hak Cipta 1971 oleh John
Wiley & Sons, Inc.)

Pada dasarnya model menyarankan bahwa dalam interaksi


perawat-pasien baik perawat dan pasien secara bersamaan membuat
penilaian tentang keadaan mereka dan tentang satu sama lain, berdasarkan
persepsi mereka tentang situasi. Penilaian, pada gilirannya, mengarah pada
tindakan verbal atau nonverbal yang merangsang reaksi perawat dan
pasien. Pada titik ini, persepsi baru terbentuk dan prosesnya berulang.
Interaksi adalah proses dinamis yang mencakup interaksi timbal balik
antara persepsi, penilaian, dan tindakan angka dan klien. Transaksi adalah
hasil dari hubungan timbal balik yang dibangun oleh perawat dan klien
saat mereka berpartisipasi bersama dalam menentukan tujuan yang
berhubungan dengan kesehatan bersama.
Model King sangat berharga untuk menjelaskan komunikasi antara
profesional kesehatan dan klien. Ini mewakili proses interaksi perawat-
pasien dengan cara yang mirip dengan model yang dirumuskan oleh ahli
teori komunikasi. Model ini mencakup dimensi penting dari hubungan,
proses, dan transaksi yang telah diidentifikasi sebagai elemen penting
dalam proses komunikasi. Putaran umpan balik dalam model juga
menunjukkan pentingnya makna bersama antara perawat dan klien.
Meskipun King tidak menunjukkan dalam diagram ini bagaimana
hubungan interpersonal

33
Gambar 1.8 model releksif Leary. (Berdasarkan T. Leyar, Theori and Mea
surement methodology of Interfersonal Communication Psychiatry, 1955, 18,
152. Hak Cipta 1955 oleh William Alanson White Psychiatric Foundation,
Inc.)

Model interaksi Pendekatan proses komunikasi perawat-penyok


dipengaruhi oleh faktor situasional, bukan bagaimana hubungan
interpersonal diatur ulang. dipengaruhi oleh faktor situasional, atau
bagaimana hubungan interpersonal berhubungan dengan perilaku
kesehatan pasien, dia menjelaskan masalah ini dalam A Theory For
Nursing (1981).

6. Model Komunikasi Kesehatan

Model komunikasi dan terkait kesehatan yang telah kami jelaskan pada
bagian sebelumnya memberikan dasar untuk membangun model komunikasi
kesehatan.

34
Gambar 1.9 Model komunikasi Kesehatan profesional kesehatan dan klien
berinteraksi.

Model pada Gambar 1.9 mengilustrasikan komunikasi kesehatan seperti


yang kami konsepkan saat ini. Komunikasi kesehatan merujuk secara khusus
pada transaksi antara peserta dalam pelayanan kesehatan tentang masalah yang
berhubungan dengan kesehatan. Fokus utama Chur adalah pada komunikasi
kesehatan yang terjadi dalam berbagai jenis hubungan dalam pengaturan
perawatan kesehatan. Berbeda dengan model yang dijelaskan sebelumnya,
model komunikasi kesehatan ini mengambil pandangan sistem komunikasi
yang lebih luas, dan menekankan cara di mana serangkaian faktor dapat
berdampak pada interaksi dalam pengaturan perawatan kesehatan. Model
komunikasi kesehatan pada Gambar 1.9 mengilustrasikan tiga faktor utama
dari hubungan, transaksi, dan kontes proses komunikasi kesehatan. Termasuk
dalam setiap faktor utama adalah beberapa subelemen yang menjelaskan
komposisi setiap faktor secara lebih lengkap.

a) Hubungan
Dari perspektif sistem, model komunikasi kesehatan mengilustrasikan
empat jenis utama hubungan yang ada dalam pengaturan perawatan
kesehatan: profesional-profesional, profesional-klien, profesional-
signifikan lain, dan klien-signifikan lainnya. Sebagai aturan, ketika
seseorang terlibat dalam komunikasi kesehatan, dia terlibat dalam salah
satu dari empat jenis hubungan ini Profesional Kesehatan.
Demikian pula, bagaimana klien bereaksi dengan anggota jaringan
sosialnya dapat mempengaruhi interaksi selanjutnya antara klien dan
profesional kesehatan. Dalam model kami, istilah profesional kesehatan
digunakan untuk mengidentifikasi setiap individu yang memiliki
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. memberikan pelayanan kesehatan
kepada orang lain. Profesional kesehatan mencakup berbagai individu-
perawat, administrator kesehatan, pekerja sosial, dokter, pendidik
kesehatan, terapis okupasi dan fisik, apoteker, pendeta, tenaga kesehatan
masyarakat, psikolog kesehatan, teknisi, dan spesialis lainnya. Setiap
profesional kesehatan membawa karakteristik unik, keyakinan, nilai, dan

35
persepsi untuk pengaturan perawatan kesehatan, yang akan mempengaruhi
bagaimana dia berinteraksi dengan klien dan dengan anggota tim
perawatan kesehatan. Misalnya, usia, latar belakang sosiokultural, dan
pengalaman masa lalu dari tenaga kesehatan akan mempengaruhi cara dia
menanggapi klien dan rekan-rekannya.
Klien adalah individu yang menjadi sasaran pelayanan kesehatan.
Dalam pengaturan perawatan akut, klien biasanya, tetapi tidak selalu,
dirujuk sebagai pasien. Dalam pengaturan perawatan kesehatan lainnya,
individu yang menerima layanan hanya disebut sebagai klien. Dalam
model komunikasi kesehatan. istilah klien digunakan untuk menunjuk
individu yang menjadi fokus dari layanan perawatan kesehatan yang
diberikan. Istilah ini mencakup karakteristik, nilai, dan keyakinan spesifik
yang dibawa individu ini ke pengaturan perawatan kesehatan. Sama seperti
karakteristik pribadi profesional kesehatan yang memengaruhi interaksi
mereka, karakteristik unik klien memengaruhi interaksi yang dimiliki klien
dengan orang lain.

Jejaring sosial klien mencakup kelompok ketiga individu yang


menjadi peserta dalam komunikasi kesehatan. Orang terdekat klien
ditemukan paling penting dalam mendukung klien saat mereka berusaha
mempertahankan kesehatan. Jejaring sosial ini termasuk anggota keluarga
(pasangan, saudara perempuan, saudara laki-laki, dan kerabat lainnya),
teman sekamar, teman, rekan kerja, dan individu lain yang terhubung
secara signifikan dengan orang yang menggunakan layanan kesehatan
Singkatnya, jejaring sosial klien adalah terdiri dari semua individu yang
penting dalam hidup mereka, tetapi bukan profesional kesehatan.

Terlalu sering di masa lalu profesional kesehatan mengabaikan


peran penting yang dimainkan oleh anggota keluarga dan individu penting
lainnya dalam meningkatkan kesehatan orang yang sakit. Kami telah
memasukkan orang lain yang signifikan dari klien dalam model
komunikasi kesehatan kami karena kami percaya bahwa orang-orang ini
adalah peserta yang sering dan penting dalam proses komunikasi
kesehatan. Faktanya, jika tren saat ini berlanjut, orang terdekat akan

36
mengambil peran yang bahkan lebih sentral karena pasien dipulangkan
lebih cepat dan dengan lebih banyak kebutuhan perawatan akut ke dalam
perawatan anggota keluarga mereka atau orang lain.

b) Transaksi
Transaksi adalah elemen utama kedua dalam model komunikasi
kesehatan. Transaksi mengacu pada interaksi yang berhubungan dengan
kesehatan yang terjadi diantara partisipan dalam proses komunikasi
kesehatan. Transaksi kesehatan melibatkan setiap interaksi antara individu
tentang informasi yang berhubungan dengan kesehatan. Transaksi
kesehatan meliputi perilaku komunikasi verbal dan nonverbal. Kedua jenis
komunikasi tersebut sama pentingnya, dan transaksi kesehatan paling
efektif ketika aspek verbal dan nonverbal pesan cocok satu sama lain.
Transaksi kesehatan juga mencakup konten dan hubungan dimaksud
pesan. Transaksi kesehatan berurusan dengan konten yang berhubungan
dengan kesehatan bagaimana klien berusaha untuk mencapai dan
mempertahankan kesehatan selama rentang hidup. Dimensi hubungan
transaksi kesehatan dibangun dalam berbagai hubungan yang diwakili oleh
model dan dimensi ini mempengaruhi bagaimana isi pesan harus
ditafsirkan. Di tengah model komunikasi kesehatan, transaksi kesehatan
diwakili oleh sebuah lingkaran yang darinya muncul spiral tak berujung.
Ini menggambarkan sifat transaksional komunikasi kesehatan yang sedang
berlangsung. Komunikasi kesehatan bukanlah peristiwa statis melainkan
proses interaktif yang terjadi pada berbagai titik waktu selama perjalanan
hidup seseorang. Ini mencakup umpan balik terus-menerus, yang
memungkinkan peserta menyesuaikan dan menyesuaikan kembali
komunikasi mereka. Transaksi kesehatan terus bergerak maju dan mundur
untuk melakukan perubahan dan perubahan pesan. Di bagian atas dan
bawah model komunikasi kesehatan, ada banyak variabel komunikasi yang
mempengaruhi peserta dan pesan mereka. Pada Bab 2 akan dibahas
variabel komunikasi terpilih yang memiliki dampak signifikan terhadap
komunikasi kesehatan.
Elemen utama ketiga dari proses komunikasi kesehatan adalah
perawatan Kesehatan kontes-pengaturan di mana komunikasi kesehatan

37
berlangsung dan properti sistemik dari pengaturan ini. Konteks perawatan
kesehatan sebenarnya memiliki pengaruh besar pada komunikasi antara
profesional kesehatan, klien, anggota keluarga, dan orang lain yang terlibat
dalam proses tersebut.

c) Konteks
Pada satu tingkat, konteks perawatan kesehatan mengacu pada
pengaturan perawatan kesehatan, seperti rumah sakit, panti jompo, dan
klinik rawat jalan. Komunikasi kesehatan dapat dipengaruhi oleh
pengaturan khusus di mana itu terjadi, seperti rumah sakit, kamar rumah
sakit, kantor dokter, klinik, atau ruang tunggu, untuk menyebutkan
beberapa kemungkinan. Misalnya, unit perawatan intensif, dengan
kecepatan yang dipercepat dan kurangnya privasi, akan memengaruhi pola
komunikasi dengan cara yang berbeda dari unit perawatan rawat jalan di
mana ruang kantor pribadi tersedia dan kecepatannya mungkin tidak terlalu
sibuk. Setiap setting pelayanan kesehatan tertentu mempengaruhi dinamika
transaksi kesehatan yang terjadi di dalamnya koleksi individu yang lebih
besar. Jumlah orang yang hadir dalam konteks tertentu juga memengaruhi
interaksi dalam konteks tersebut. Bersama-sama, komponen model
komunikasi kesehatan kita meliputi hubungan, transaksi, dan konteks;
mereka memberikan perspektif sistem komunikasi dalam perawatan
kesehatan. Keyakinan kami bahwa karena kompleksitas perawatan
kesehatan terus meningkat, komunikasi kesehatan dapat dipahami dengan
lebih baik dari perspektif sistem yang lebih luas ini. Ini bukan untuk
meniadakan pentingnya pesan, saluran, atau karakteristik sumber dan
penerima pesan, tetapi lebih untuk mengusulkan agar faktor-faktor ini
dipelajari sambil mengingat banyak faktor kontekstual dan hubungan yang
mempengaruhi transaksi Kesehatan.

7. Pernyataan Komunikasi Kesehatan Bagi Profesional Kesehatan


Withholders: Ini adalah individu yang wajahnya jarang memberi
isyarat bagaimana mereka merasa. Otot-otot wajah mereka tidak banyak

38
bergerak, dan wajah mereka tidak ekspresif. Pengungkap: Orang-orang ini
mengekspresikan perasaan mereka dengan mudah, dan emosi ditampilkan di
seluruh wajah mereka. Sulit bagi pengungkap untuk melakukannya
mengontrol ekspresi mereka Ununitting expressers: Orang-orang ini
menunjukkan perasaan mereka (biasanya satu atau dua perasaan tertentu)
kepada orang lain, tetapi mereka tidak menyadari bahwa mereka telah
melakukannya. Misalnya, individu yang menunjukkan kemarahan atau con-
Withholders: Ini adalah individu yang wajahnya jarang memberi isyarat
bagaimana mereka merasa. Otot-otot wajah mereka tidak banyak bergerak,
dan wajah mereka tidak ekspresif. Pengungkap: Orang-orang ini
mengungkapkan perasaan mereka dengan mudah, dan emosi mereka
ditampilkan di seluruh wajah mereka. Sulit bagi pengungkap untuk
mengontrol ekspresi mereka.
Pengekspresi tanpa disadari: Orang-orang ini menunjukkan perasaan
mereka (biasanya satu atau dua perasaan tertentu) kepada orang lain, tetapi
mereka tidak sadar bahwa mereka telah melakukannya. Misalnya, individu
yang menunjukkan kemarahan atau menggoda di wajah mereka tanpa
menyadarinya.
Ekspresi kosong: Ini adalah individu yang menganggap wajah mereka
seperti itu mengungkapkan perasaan atau emosi tertentu ketika, pada
kenyataannya, mereka kosong dan netral. Misalnya, beberapa orang
mengatakan mereka Bahagia sementara wajah mereka tidak menunjukkan
emosi Pengekspresi pengganti: Ini adalah individu yang menampilkan satu
emosi saat mereka merasakan yang lain. Mereka terlihat marah meskipun
mereka mengatakan bahwa mereka merasa sedih; atau mereka terlihat bahagia
padahal sebenarnya mereka mengatakan bahwa mereka merasa takut. Orang-
orang ini biasanya tidak menyadari fakta bahwa wajah mereka memberikan
isyarat yang tidak sesuai dengan perasaan mereka yang sebenarnya.
Pengungkap kesan beku: Ini adalah orang-orang yang wajahnya konsisten
mengungkapkan jejak emosi tertentu. Mereka adalah individu yang wajah
selalu terlihat sedikit sedih, marah, atau senang.
Fakta bahwa Ekman dan Friesen telah mampu menggambarkan begitu
banyak gaya ekspresi wajah dengan perbedaan halus antara gaya membantu
menunjukkan kesulitan dalam menilai pesan nonverbal dalam penampilan

39
wajah. Terlepas dari kerumitan wajah, bagaimanapun, ada bukti kuat bahwa
ekspresi wajah adalah sumber informasi yang cukup akurat dan bahwa
seseorang dapat meningkatkan keterampilannya dalam menilai isyarat wajah
nonverbal (Rosenthal et al., 1979).
Ekspresi wajah nyeri merupakan salah satu area yang harus menjadi
perhatian khusus bagi penyedia layanan kesehatan. Dalam tinjauan penelitian
tentang bagaimana rasa sakit dikomunikasikan melalui isyarat wajah, Prkachin
dan Craig (1995) melaporkan bahwa ada perbedaan nyata dalam bagaimana
individu menunjukkan rasa sakit selama peristiwa yang menyakitkan. Mereka
menunjukkan bahwa meringis kesakitan tidak diamati pada individu sampai
ambang nyeri individu tercapai, dan tingkat ambang ini bervariasi dari
individu ke individu. Dari studi mereka, Prkachin dan Craig menyimpulkan
bahwa (1) nyeri diekspresikan oleh serangkaian isyarat wajah yang dapat
dikenali, (2) saat nyeri diekspresikan, kemungkinan pengalaman nyeri pasien
sudah diucapkan, (3) tidak adanya tampilan rasa sakit tidak berarti rasa sakit
tidak ada, dan (4) pengamat rasa sakit cenderung meremehkan ekspresi wajah
rasa sakit. Orang bervariasi dalam kemampuan mereka untuk melakukan
pengamatan ekspresi nyeri Prkachin dan rekan (1995) menemukan bahwa
orang yang tinggal dengan pasien yang menderita penyakit kronis membuat
penilaian yang lebih baik terhadap tus bukanlah tongkat. Apa yang kami
menangkan adalah penderita nyeri kronis membuat ekspresi nyeri yang terlalu
diremehkan jika dibandingkan dengan dokter yang tidak memiliki pengalaman
yang sama. Meskipun temuan tentang bagaimana dokter meremehkan ekspresi
nyeri berlawanan dengan intuisi, mereka menyoroti pentingnya memahami
ekspresi nyeri nonverbal sebagai proses komunikasi transaksional yang harus
mempertimbangkan ekspresi nyeri pasien dan kemampuan penyedia untuk
mengamati ekspresi ini.
Tatapan adalah jenis komunikasi nonverbal kinesik terakhir yang akan
kita pertimbangkan. Tatapan yang terkait erat dengan ekspresi wajah mengacu
pada bagaimana individu menggunakan matanya dalam proses komunikasi
untuk memberi informasi kepada orang lain, menerima informasi dari orang
lain, dan menjalin hubungan. Tatapan memainkan peran sentral dalam
komunikasi nonverbal dan merupakan bentuk penting dari perilaku sosial.

40
Bagaimana fungsi tatapan mata dalam interaksi sosial? Apa itu pola
normal tern untuk individu yang mencoba melakukan kontak mata?
Bagaimana seharusnya viduals menggunakan mata mereka ketika berbicara
dengan orang lain? Ini adalah jenis-jenis dari pertanyaan yang telah dibahas
dalam penelitian tentang fungsi tatapan dan pada pola normal tatapan.
Individu menggunakan mata mereka untuk melakukan tiga fungsi
utama:
1) Memantau
2) Mengatur
3) Mengekspresikan
(Kendon, 1967, hal. 52). Pemantauan melibatkan menilai atau
memeriksa bagaimana penampilan orang lain dan bagaimana orang
lain menanggapi kita. Baik klien maupun profesional sering
menggunakan mata mereka dengan cara ini. Dalam pengaturan
psikiatri, pasien yang mencurigakan dapat mengisolasi dirinya
sendiri di sudut ruang siang hari dan dengan hati-hati menggunakan
matanya untuk memantau orang dan kejadian di ruangan itu.
Profesional kesehatan sering menggunakan pemantauan sebagai
sumber informasi utama tentang kondisi klien dan respons terhadap
pengobatan. Dalam pengaturan perawatan intensif, misalnya,
seorang perawat dapat menatap pasien secara dekat untuk
memantau tingkat pernapasan atau tanda-tandanya meningkatnya
kegelisahan yang memberi petunjuk adanya perubahan kondisi
pasien. Pengaturan mengacu pada bagaimana individu
menggunakan pandangan untuk menyinkronkan percakapan
mereka. Mereka menggunakan pandangan untuk memberi sinyal
informasi tentang giliran siapa yang berbicara dan giliran siapa
yang mendengarkan. Fungsi pengaturan pandangan memungkinkan
pembicara dan pendengar saling memberi umpan balik tentang
bagaimana mereka berproses. Hardin dan Halaris (1983)
melaporkan perbedaan pandangan antara pasien dan perawat dalam
interaksi rekaman video. Meskipun sampel mereka kecil, mereka
menemukan bahwa perawat mempertahankan pandangan lebih

41
lama dan lebih langsung ke pasien, sedangkan pasien cenderung
melihat dan menjauh dari perawat.
lebih sering selama interaksi. Cipolli dan rekan (1989)
dibandingkan perilaku tatapan remaja anoreksia dengan kelompok
kontrol. Anoreksia remaja melakukan lebih sedikit kontak mata dan
mempertahankan kontak mata untuk periode waktu yang lebih
singkat daripada subjek dalam kelompok kontrol. Cara tatapan
membantu mengatur interaksi antara orang-orang dijelaskan secara
lugas oleh Harrison (1974).
Dalam percakapan, pembicara adalah thaly untuk menarik
perhatian pendengar. Namun kemudian, sebelum melontarkan
ucapan yang panjang, pembicara akan mengalihkan pandangannya.
Dia akan melakukan pemeriksaan berkala, untuk melihat apakah
stenernya masih ada—dan masih menjadi pendengar. Tapi dia akan
menghindari kontak mata saat jeda ketika, misalnya, dia mencoba
memikirkan bagaimana menyelesaikan pemikirannya. Namun,
ketika dia selesai, dia akan mengembalikan gerbangnya ke stoner
dan bersiap untuk menyerahkan lantai p. 126).
Fungsi ketiga yang dilakukan oleh mata kita adalah
mengungkapkan perasaan orang lain tentang afiliasi, keintiman,
dan berbagai emosi umum. Ekman dan Friesen (1975)
menunjukkan bahwa mata individu bervariasi saat
mengekspresikan emosi dasar: terkejut, takut, jijik, bahaya,
bahagia, dan sedih. Mereka berpendapat bahwa variasi ekspresi
mata ini dapat dikenali oleh orang lain. Beberapa penelitian unik
tentang peran pandangan dalam komunikasi kesehatan telah
dilakukan oleh para peneliti di Belanda yang mempelajari lebih dari
300 rekaman video konsultasi antara dokter umum dan pasien
(Bensing, Kerssens, & van der Pasch, 1995). Mereka menemukan
bahwa lamanya pandangan oleh dokter umum berhubungan
langsung dengan identifikasi mereka yang benar terhadap masalah
kesehatan mental pasien. Pasien yang mendapat tatapan lebih lama
dari provider tampak lebih leluasa berbicara tentang masalah
kesehatan, lebih banyak menghadirkan masalah kesehatan, dan

42
memberikan lebih banyak informasi tentang masalah psikososial.
Temuan ini menggarisbawahi pentingnya mempertimbangkan
pandangan dan fungsinya dalam wawancara perawatan kesehatan.
Profesional kesehatan perlu menyadari potensi tanggapan
negatif terhadap sentuhan, situasi di mana arti sentuhan dapat
disalahpahami, dan situasi di mana pesan yang disampaikan oleh
jenis sentuhan tidak sesuai dengan masalah rumah tangga dan
karena mereka tidak percaya itu akan mengubah komunikasi
lingkungan. Pasien juga enggan mengubah lingkungan mereka dan
kadang-kadang akan mengembalikan furnitur yang dipindahkan ke
pengaturan sebelumnya. Terlepas dari penolakan awal, Sommer
dan Ross menemukan bahwa interaksi hampir dua kali lipat di
antara para penghuni ketika furnitur ditata ulang untuk
memfasilitasi komunikasi. Para penulis menyarankan agar anggota
staf yang tidak mengatur furnitur untuk mendorong interaksi, pada
dasarnya. memungkinkan furnitur untuk mengatur pasien dan
mungkin untuk mencegah interaksi (hal. 133).

8. Komunikasi Dalam Hubungan Pelayanan Kesehatan


Empat jenis utama hubungan yang ada dalam pelayanan kesehatan
adalah hubungan profesional-pasien, profesional-profesional, keluarga
profesional, dan hubungan pasien-keluarga. Dalam setiap jenis hubungan
terdapat faktor-faktor yang berpotensi menghambat komunikasi yang efektif.
Empat faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hubungan
profesional-pasien adalah ketidakpastian peran, konflik tanggung jawab,
perbedaan kekuatan, dan makna yang tidak dibagi Ketidakpastian peran
menghambat pemahaman pasien tentang peran mereka sendiri serta peran dari
banyak penyedia layanan kesehatan dengan siapa mereka. akan bekerja.
Konflik tanggung jawab dapat muncul ketika profesional dan pasien tidak
mematuhi model tanggung jawab yang sama (moral, kompensasi, medis, atau
pencerahan). Perbedaan kekuatan bermasalah dalam hubungan ini karena para
profesional secara tradisional memegang lebih banyak kekuatan dan pengaruh

43
daripada pasien. Akhirnya, persepsi yang berbeda atau makna yang tidak
dibagi yang dimiliki oleh para profesional dan pasien.
Empat hubungan utama dan hambatan potensial untuk komunikasi
kesehatan yang efektif dirangkum dalam Gambar 1.6

Gambar 1.10 Saluran komunikasi yang umum digunakan dalam informasi


pengelolaan.

Kata-kata yang berlebihan dapat menghalangi komunikasi profesional-


pasien yang efektif. Tiga faktor yang mempengaruhi hubungan profesional-
profesional adalah stres peran, kurangnya pemahaman interprofesional, dan
perjuangan otonomi. Karena sifat pengaturan perawatan kesehatan, para
profesional mengalami stres peran yang cukup besar. Stres peran ini dapat
menyebabkan ketegangan interpersonal di antara profesional kesehatan saat
mereka berusaha mengatasi konflik peran atau dapat menyebabkan penarikan
diri dari satu sama lain saat mereka berusaha mengatasi kelebihan beban
peran. Kurangnya pemahaman interprofessional dapat menyebabkan para
profesional kurang menggunakan bidang keahlian unik satu sama lain atau
menjadi terlibat dalam negosiasi "wilayah". Terakhir, friksi akibat perebutan
otonomi dapat menimbulkan kompetisi profesional-profesional dan penurunan
kolaborasi.
Hubungan profesional-keluarga adalah salah satu yang belum
mendapat banyak perhatian dalam perawatan kesehatan sampai saat ini.
Masalah potensial dalam hubungan ini adalah bahwa anggota keluarga
memiliki sedikit kontak dengan profesional kesehatan. Anggota keluarga

44
merasa tidak terlibat dalam perawatan kesehatan dan seringkali tidak kapal
adalah bahwa anggota keluarga memiliki sedikit kontak dengan profesional
kesehatan. Anggota keluarga merasa tidak terlibat dalam perawatan kesehatan
dan seringkali tidak memberitahukan kebutuhan mereka kepada profesional.
Profesional, di sisi lain, tidak selalu selaras dengan kebutuhan khusus anggota
keluarga, atau pentingnya hubungan kolaboratif dengan anggota keluarga.
Akses ke informasi adalah area masalah lainnya. Anggota keluarga sering
menerima hak istimewa atau komunikasi yang disaring, dengan kedua pola
tersebut terciptapotensi masalah.
Dalam hubungan pasien-keluarga, mengatasi gangguan peran keluarga
merupakan masalah utama bagi pasien dan anggota keluarga. Dalam
menghadapi gangguan seperti itu, terlalu banyak ambiguitas peran dapat
menyebabkan kebingungan

9. Strategi Untuk Profesional Kesehatan


a) Kendalikan Perspektif Profesional
Isu kontrol yang dihadapi para profesional berbeda dengan yang
dihadapi klien. Bagi profesional, kehilangan kendali bukanlah masalah
yang krusial seperti menemukan cara yang efektif untuk berbagi kendali
dengan profesional lain dan kendali yang mereka miliki, serta yang tidak
memiliki kendali. Baru-baru ini, ini telah berubah, dan para profesional
perawatan kesehatan sekarang menghadapi masalah bagaimana berbagi
kendali. Banyak faktor (hak pasien, perubahan peran profesional
kesehatan, kelompok swadaya, orientasi holistik) telah menekan struktur
otoriter sistem perawatan kesehatan untuk menjadi lebih demokratis dan
memungkinkan partisipasi yang lebih besar. Selain itu, peningkatan
penekanan pada program perawatan kesehatan terkelola telah menambah
perjuangan untuk kontrol antara penyedia dan administrator serta penyedia
dan pasien. Hal ini tidak hanya mengakibatkan rusaknya peran tradisional,
tetapi juga menciptakan kebutuhan yang meningkat akan negosiasi dan
komunikasi untuk mengklarifikasi masalah kontrol dalam hubungan
(Beisecker, 1990; Katon & Kleinman, 1981). Kesulitan yang dialami
tenaga kesehatan dalam belajar berbagi kontrol diperparah oleh sifat
lingkungan di mana mereka diharuskan untuk berlatih. Profesional

45
kesehatan yang berfungsi di bawah ini kondisi kritis "percaya mereka
membutuhkan kontrol total agar lingkungan tindakan di mana mereka
berusaha untuk menyelamatkan nyawa secara maksimal efisien dan dapat
diprediksi "(Friedman & DiMatteo, 1979, hal. 8). Namun profesional
kesehatan juga praktek dalam organisasi di mana profesional harus
bergantung satu sama lain jika mereka berfungsi Nampaknya tugas para
profesional kesehatan adalah belajar bagaimana berbagi kendali, karena
melalui berbagi kendali saling ketergantungan dapat dicapai tanpa ada
individuals lost control Kesepakatan tentang siapa yang memegang kendali
adalah kunci untuk hubungan profesional-profesional dan profesional-
klien yang efektif, dan sampai pada kesepakatan ini terjadi melalui
interaksi. Kadang-kadang konten interaksi mungkin menjadi isu penting,
seperti kebutuhan untuk scan computerized axial tomographic (CAT), atau
bisa menjadi isu yang kurang penting, seperti masalah parkir. Apa pun
masalahnya, dalam interaksi satu sama lain, para profesional perlu merasa
bahwa gagasan dan pendapat mereka bernilai dan bahwa mereka
kompeten. Melalui berbagi informasi, para profesional dapat menentukan
posisi mereka satu sama lain. Jika mereka dapat melakukan ini dengan
cara yang dapat diterima bersama, komunikasi interpersonal yang lebih
produktif kemungkinan besar akan dihasilkan.
Bagaimana kontrol dibagi tergantung pada sifat hubungan, yaitu
adalah, apakah mereka saling melengkapi, simetris, atau paralel. Dalam
mengikuti Misalnya, memeriksa tanggapan untuk menentukan apa sifat
dari hubungan mungkin. keterhubungan, untuk merasa bahwa mereka
tidak sendirian dan bahwa orang lain peduli pada mereka. Kedua,
kepercayaan menciptakan iklim yang mendukung dalam hubungan, yang
mengurangi komunikasi defensif: kepercayaan membuat individu lebih
terbuka dan jujur tentang sikap, perasaan, dan nilai mereka. Dalam
pengaturan perawatan kesehatan, hasil pertama-keamanan-sangat penting
bagi klien; hasil kedua - iklim yang mendukung - penting bagi profesional
kesehatan dan klien.

b) Percayai Perspektif Klien

46
Sifat dari berbagai situasi perawatan kesehatan dapat meningkatkan
kebutuhan klien untuk membangun hubungan saling percaya dengan
profesional. Menjalani operasi otak, memilih rejimen pengobatan,
menerima obat intravena, atau membaca rontgen dada hanyalah beberapa
dari sekian banyak situasi kompleks dan mengganggu di mana klien perlu
bergantung dan memercayai profesional kesehatan. Cantor (1978),
menjelaskan betapa pentingnya bagi pasien kanker untuk menjalin
hubungan dengan ahli onkologi yang terampil dan kompeten: "Mampu
memercayai mereka yang harus kita andalkan adalah penting. Kami
mencari yang terbaik dalam diri orang lain dan melampirkan harapan kita
terhadap kemampuan mereka” (hlm. 75). Klien tidak mampu melakukan
banyak hal yang dilakukan oleh profesional kesehatan, dan dalam banyak
hal mereka terpaksa bergantung pada keterampilan profesional yang
kompeten. Mampu memercayai para profesional mengurangi beberapa
ketakutan dan ketidakpastian yang melekat dalam ketergantungan yang
dipaksakan ini. Selanjutnya, klien memiliki kebutuhan untuk dapat melihat
profesional sebagai individu yang kompeten, tulus, dan peduli
(Tagliacozzo & Mauksch, 1979). Mampu memercayai profesional
menghasilkan klien perasaan terhubung dengan orang lain dan perasaan
tidak sendirian.

c) Percayai Perspektif Profesional


Mengetahui bahwa kepercayaan mengurangi ketidakpastian pada klien
dan membantu mereka merasa aman penting untuk dipahami oleh para
profesional. Namun sebagai tambahan, para profesional ingin menyadari
cara-cara di mana mereka dapat membantu klien mengembangkan
kepercayaan itu. Seperti yang kami jelaskan di bagian sebelumnya tentang
kerangka kerja konseptual, klien mempercayai profesional jika mereka
yakin bahwa profesional itu layak (kredibilitas sumber) dan jika mereka
mengembangkan hubungan kepedulian dengan profesional kesehatan
(kepercayaan interpersonal). Profesional kesehatan yang ingin membangun
kepercayaan dengan klien akan mencoba membangun baik kredibilitas
profesional maupun hubungan interpersonal yang saling percaya. Terlalu
sering kedua jenis kepercayaan ini dipupuk secara terpisah satu sama lain

47
atau tidak dipupuk sama sekali. Misalnya, profesional kesehatan mungkin
berusaha keras untuk meyakinkan klien tentang keahlian atau
kredibilitasnya dalam masalah teknis, sementara sama sekali mengabaikan
unsur-unsur hubungan kepedulian yang diperlukan untuk mengembangkan
kepercayaan antar pribadi. Contoh berikut mengilustrasikan situasi di
mana tidak ada kredibilitas maupun suasana kepedulian.

Membangun kepercayaan dengan klien bukanlah tugas yang mudah


bagi tenaga kesehatan, terutama karena banyaknya tuntutan waktu mereka.
Meskipun demikian, profesional kesehatan perlu menyadari bahwa
perilaku mereka terhadap orang lain mempengaruhi, baik secara positif
maupun negatif, perkembangan kepercayaan. Misalnya, profesional
kesehatan yang secara aktif berusaha untuk menjadi berpengetahuan, tulus,
jujur, dapat diprediksi, dan peduli dapat meningkatkan kredibilitas sumber
mereka dengan orang lain. Dengan cara yang sama, profesional kesehatan
yang mencoba membina hubungan yang mendukung dapat mendorong
kepercayaan orang lain.
Sampai saat ini, kami telah membahas pentingnya pengembangan
kepercayaan dalam hubungan. Sekarang kami ingin menilai faktor
komunikasi mana dalam hubungan profesional-klien dan profesional-
profesional yang akan menumbuhkan kepercayaan. Sumber utama kami
untuk diskusi ini adalah artikel klasik oleh Gibb (1961), yang membagi
berbagai jenis perilaku komunikasi menjadi hanya dua kategori: perilaku
komunikasi yang menghasilkan iklim yang mendukung dan perilaku yang
menghasilkan iklim defensif (Tabel 2- 4).

48
Tabel 1.8 he cyclical process of disconfirming communication showing the
negative effect it has on communication between professionals and clients.

Kepercayaan ditingkatkan dalam hubungan perawatan kesehatan ketika


profesional menggunakan perilaku komunikasi yang mendukung
(misalnya, deskripsi, orientasi masalah, spontanitas) dan kepercayaan
terhalang ketika mereka menggunakan komunikasi defensif (misalnya,
evaluasi, kontrol, strategi). Pada bagian selanjutnya, setiap perilaku
penghasil kepercayaan dijelaskan dan dikontraskan dengan perilaku
penghasil ketidakpercayaan yang berlawanan.
1) Evaluasi Versus Deskripsi.
Profesional yang komunikasinya evaluatif dalam nada atau
konten akan meningkatkan sikap defensif pada orang lain. “Kalau
dengan ekspresi, mengevaluasi atau menilai pendengar, maka
penerima akan berjaga-jaga" (Gibb, 1961, hal. 143). Komunikasi
deskriptif, di sisi lain, mengurangi defensif penerima dan
meningkatkan kepercayaan. Pesan yang dikomunikasikan bebas
dari moral atau penilaian nilai; itu tidak menentukan apa yang
harus dilakukan pendengar secara berbeda. Misalnya:
 Evaluasi. Anda belum memposisikan properti pasien
ini. Anda harus melakukannya dengan cara ini.
 Deskripsi: Saya telah menemukan bahwa pasien
mengalami lebih sedikit rasa sakit ketika mereka

49
dimiringkan ke sisi yang tidak terpengaruh dengan dua
bantal diletakkan di antara kedua kaki saya seperti ini
(demon strates dan bantal lain di belakang punggung
mereka)
2) Kontrol Versus Orientasi Masalah.
Profesional yang komunikasinya berusaha mengendalikan
penerima akan menimbulkan reaksi ketidakpercayaan. Ketika
pendengar merasakan bahwa profesional sedang mencoba
mengubah sikap, nilai-nilainya. atau perilaku melalui komunikasi,
itu menyiratkan bahwa pendengar tidak memadai, kurang
informasi, tidak dewasa, atau tidak dapat membuat pernyataan
independen dan pendengar akan melakukan perlawanan. Kebalikan
dari ini adalah komunikasi berorientasi masalah, yang mengurangi
resistensi dan membangun kepercayaan karena melibatkan
pendengar dalam mendefinisikan masalah dan mencari solusi.
Misalnya
 Kontrol John, Anda tahu bahwa makanan penutup bukan
bagian dari diet diabetes Anda. Anda harus menghentikan
mereka dari diet Anda sepenuhnya atau diabetes Anda tidak
akan seimbang pada tingkat yang dapat dikelola.
 Orientasi Masalah John Saya menyimpulkan bahwa Anda
sangat menyukai makanan penutup.
3) STRATTOY VERSUS SPONSwem
Pendengar tidak mempercayai komunikator yang tampaknya
memiliki niat tersembunyi atau rencana khusus dalam pesan
mereka. Pendengar lebih suka profesional berkomunikasi dengan
mereka dengan cara yang tidak rumit yang ditandai dengan
keterbukaan, kejujuran, dan keterusterangan. Meskipun spontanitas
tidak selalu umum di kalangan profesional kesehatan, hal ini efektif
dalam mengurangi hambatan defensif yang diajukan oleh klien dan
profesional kesehatan lainnya. Misalnya:
 Strategi: Jean, Anda memiliki keterampilan yang luar biasa
dalam menulis rencana asuhan keperawatan, maukah Anda

50
menulis rencana asuhan pada Tn. F. dan Tn. M. selain
pasien lainnya? Jean, saya benar-benar merasa frustrasi dan
terdesak waktu untuk menulis dua perhatian itu
 Spontanitas rencana: Apakah Anda bersedia membantu
saya dan menunjukkan kepada saya bagaimana
mengembangkan diagnosa keperawatan?
4) Meutralitas Versus Empati
Ketika nada dan isi komunikasi mengungkapkan netralitas,
pendengar cenderung menolaknya. Intinya, kenetralan membuat
orang lain merasa seolah-olah tidak dihargai sebagai pribadi yang
unik. Klien membenci pendekatan pasien-sebagai-objek klinis yang
terpisah. Di sisi lain, komunikasi empatik meningkatkan
kepercayaan karena menunjukkan bahwa orang lain cukup
menghargai pendengar untuk mengesampingkan pemikiran dan
nilai mereka sendiri dan berusaha untuk menempatkan diri mereka
ke dalam dunia pribadi pendengar. Misalnya: Netralitas Untuk
pasien seperti suami Anda yang mengalami stroke, biasanya kami
mengharapkan delapan dari sepuluh untuk bertahan hidup fase
awal dan sekitar 30 sampai 60 persen dari pasien untuk kembali ke
kehidupan kerja yang produktif. Kemungkinan juga suami Anda
hanya akan mendapatkan Kembali 65 persen gerakan lengan
kanannya. Empati Ibu B, meskipun ini merupakan masa yang sulit
bagi Anda dan keluarga. Tn. B tampaknya membaik sekarang.
Saya berharap bahwa dengan beberapa intensif rehabilitasi fisik,
dia akan dapat memperoleh kembali sebagian besar gerakan
lengannya, dan dapat kembali ke kantornya secara terbatas saling
percaya dan menghormati. Seperti yang telah kita diskusikan
sebelumnya, sifat pengaturan perawatan kesehatan benar-benar
bertentangan dengan kesetaraan antara komunikator. Namun
demikian, upaya untuk mengurangi superioritas biasanya akan
meningkatkan kepercayaan dan berdampak positif pada
perkembangan hubungan. Misalnya:

51
 Keunggulan: Saya tahu Anda sudah lama bekerja dengan
keluarga Ibu L, tetapi pekerjaan saya menuju gelar spesialis
memberi saya perspektif yang lebih luas. Inilah gagasan
saya tentang bagaimana dinamika keluarga dapat diubah
Kesetaraan: Pengalaman Anda dengan keluarga sangat
penting dalam membantu saya memahami hubungan
keluarga. Mungkin kita bisa bekerja sama untuk
menemukan beberapa cara untuk mengatasi masalah
mereka
5) Kepastian Versus Provisionalisme
Ketika individu berkomunikasi dengan cara yang menunjukkan
kepastian mutlak dan tidak perlu dipertanyakan, mereka sering
menimbulkan ketidakpercayaan pada pendengar. Jika profesional
menyiratkan bahwa cara mereka selalu benar dan pendekatan
mereka terhadap suatu masalah adalah satu-satunya pendekatan, ini
meremehkan gagasan klien. Di sisi lain, komunikasi yang terdengar
lebih sementara akan menciptakan lebih banyak kepercayaan pada
klien, karena menyiratkan kesediaan pihak profesional untuk
berbagi kendali dalam menganalisis suatu masalah. Klien
kemudian memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam hasil
interaksi. Misalnya:
 Kepastian: Saya memberi pasien mastektomi saya semua
informasi yang perlu mereka ketahui tentang rehabilitasi
mereka dari operasi payudara. Nyonya K tidak
membutuhkan kelompok pendukung sensitif yang Anda
sarankan ini!
 Provisionalisme: Anda menyebutkan kelompok pendukung
untuk pasien mastektomi untuk Ny. K. Meskipun menurut
saya dia tidak membutuhkannya, beri tahu saya pendapat
Anda tentang kelompok ini setelah Semua jenis perilaku
komunikasi yang berbeda yang digunakan oleh profesional
kesehatan akan berdampak besar pada pengembangan-atau
kurangnya pengembangan-kepercayaan antara klien dan

52
profesional kesehatan, serta pada kepercayaan antara
profesional. Profesional kesehatan tidak dapat secara
otomatis berasumsi bahwa orang lain akan langsung
mempercayai mereka dan memberi mereka kredibilitas
ment (Chaikin & Derlega, 1974a; Wortman, Adesman,
Herman, & Green-berg, 1976).

C. Komunikasi SBAR

Metode SBAR terdiri dari situation, background, assessment,


recommendation. Situation menggambarkan keadaan situasi yang terjadi
seperti yang dialami pasien saat ini, keluhan utama pasien, dan mengapa
perawat menghubungi dokter. Background membahas tentang apa yang
melatarbelakangi kondisi pasien, tanda-tanda vital dan riwayat penyakit,
kondisi yang akan datang, dan keadaan yang mengarah pada kondisi
tersebut. Assessment merupakan hasil pengkajian pasien dan kemungkinan
masalah yang akan dihadapi pasien. Recommendation yaitu mengusulkan
tindakan yang harus dilakukan terkait kondisi pasien saat ini (Pope, Rodzen,&
Spross, 2008).
a) Manfaat Metode SBAR
Metode komunikasi SBAR memungkinkan informasi penting
ditransfer secara akurat (Achrekar et al., 2016). Praktik kolaborasi
interprofesional dan pelaksanaan komunikasi SBAR menjadi strategi
untuk meningkatkan kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit.Kajian sistematik yang dilakukan oleh Müller et al. (2018)
menjelaskan dampak pada pasien dari diterapkannya komunikasi
SBAR. Dampak tersebut dapat berupa keselamatan, kepuasan, dan
status fungsional pasien. Sebanyak 26 pasien diamati. Hasilnya, dampak
tersebut meningkat secara drastis pada 8 pasien, pada 11 pasien meningkat
tetapi tidak signifikan, tidak ada perubahan pada 6 pasien, dan sisanya
mengalami kejadian yang tidak diharapkan tetapi tidak terdapat
penurunan yang signifikan pada keselamatan pasien.
Dua penelitian (18.2%) menyebutkan bahwa manfaat metode SBAR
untuk meningkatkan komunikasi tim secara umum. Selain itu, Lima

53
penelitian (45.5%) berpendapat metode SBAR untuk mengembangkan
kemampuan antara perawat atau interprofesional pada operan pasien.
Lalu empat penelitian lainnya (36.4%) mengatakan metode SBAR
bertujuan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi saat situasi tertentu
seperti berbicara melalui telepon (Müller et al., 2018).
Achrekar et al.(2016) melakukan penelitian yang melibatkan 17 perawat.
Sebesar 79% perawat berpendapat bahwa metode SBAR berguna pada saat
operan dinas. Lalu 63% perawat juga mengatakan bahwa informasi metode
SBAR dapat meningkatkan keselamatan pasien. Selain itu 53% perawat
merasa perlu adanya keterlibatan pasien berkaitan dengan metode dan
tidak valid jika ada kemungkinan yang kompatibel dengan premis tetapi tidak
dengan kesimpulan' (Johnson-Laird 2006, hlm. 112).

D. Komunikasi TBAK
Teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan menulis, membaca
ulang dan melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi pesan.
1. Tujuan
 Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi pertelepon dengan
teknik Tbak
 Tidak ada kesalahan dalam menerima pesan/intruksi.
2. Prosedur
T: Menuliskan pesan yang disampaikan oleh
DPJP(pemberipesan)padalembar jawaban konsultasi bila menerima
jawaban konsul atau padalembar catatan terintegrasi bila
melaporkan kondisi pasien.
BA: Membacakan kembali (Readback) pesan yang sudah ditulis kepada
DPJP(pemberi pesan). Selesai membacakan pesan,penerima pesan
mengingatkan DPJP(pemberi pesan) untuk melakukan konfirmasi.
Melakukan pengejaan dengan Alphabeth Indonesia (Abjad
Indonesia) intruksi yang terkait dengan obat LASA (Look Alike
Sound Alike.

54
K: Konfirmas intruksi atau hasil kritis yang disebutkan oleh pemberi
pesan dengan jawaban "baik atau oke" bila sesuai dengan
intruksi/pesan yang diberikan sebelumnya. Konfirmasi dilakukan
dalam waktu lx24 jam dengan cara DPJP menuliskan nama,
paraf/tandatangan, tanggal dan jam kehadiran dikolom stempel,
Konfirmasi Rea d back pemberi pesan diformulir catatan
perkembangan terintegrasi.

3. Model teknik komunikasi TBAK


Antara perawat dengan dokter dengan telepon. Kualitas memiliki
manfaat yaitu untuk mengurangi insiden persiapan komunikasi perawat
termasuk komponen keselamatan pasien. Barenfanger et al menemukan
terpenting. Tjia et al menemukan bahwa perawat bahwa perawat membaca
kembali informasi ketika melakukan persiapan sebelum menelepon dokter
dapat menelepon dokter dapat menurunkan risiko.

4. Manfaat Komunikasi TBAK


 Mengurangi insiden keselamatan pasien dan menjamin
keselamatan pasien.
 Mencegah terjadinya kesalahan pelayanan yang dilakukan oleh
penyedia layanan.
 Membantu tenaga kesehatan melakukan komunikasi bertelpon
dengan teknik TBAK agar tidak ada kesalahan dalam menerima
pesan/intruksi

E. Analisis Kasus
1. Analisis Kasus Menurut Northouse
 Gaya kepemimpinan: Sebagai perawat baru, Anda harus menunjukkan
gaya kepemimpinan yang sesuai. Dengan melibatkan anggota tim lain
dalam pengambilan keputusan dan perencanaan perawatan pasien baru,
Anda dapat membangun kerja sama tim dan mendapatkan masukan
berharga dari perawat lain yang lebih lama.

55
 Komunikasi: Dalam keadaan seperti ini, komunikasi yang efektif
sangat penting. Pastikan semua anggota tim mendapatkan informasi
yang diperlukan untuk merencanakan perawatan pasien dengan baik
dengan menyampaikan informasi pasien baru dengan jelas dan tepat.
Selain itu, laporkan kepada dr. Suci, dokter penanggung jawab pasien,
untuk mendapatkan informasi terbaru tentang kondisi pasien dan
meminta saran perawatan.
 Kolaborasi tim: Dalam situasi ini, Anda bekerja dengan perawat Geni
dan petugas umum, Cepi. Penting untuk bekerja sama dengan anggota
tim Anda dengan baik. Saling membantu satu sama lain dan berbagi
tugas akan meningkatkan kinerja tim secara keseluruhan. Untuk
memastikan semua tugas terpenuhi dengan baik, diskusikan peran dan
tanggung jawab setiap anggota tim.
 Manajemen perawatan: Untuk menjadi perawat baru, sangat penting
untuk mengatur perawatan pasien dengan baik. Pastikan kamar pasien
dan tempat tidurnya sesuai dengan kebutuhan pasien. Pertimbangkan
juga kebutuhan pasien lain yang dirawat di ruangan tersebut. Jaga
lingkungan tetap steril dan bebas kuman.
 Pembelajaran dan peningkatan diri: Sebagai perawat baru, jangan
berhenti belajar dan berusaha meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan Anda. Manfaatkan pengalaman perawat lain dalam tim
dan ambil kesempatan untuk mengamati dan belajar dari mereka.
Selain itu, cari peluang pelatihan dan pengembangan diri untuk
meningkatkan kualitas perawatan yang Anda berikan.
2. Analisis Kasus Menggunakan Metode SBAR
 Situation: menggambarkan keadaan situasi yang terjadi saat ini (anda
sedang berdinas malam bersama perawat geni dan cepi di ruang rawat
anak)
 Background: tentang latar belakang kondisi pasien (kondisi pasien
semuanya dalam keadaan compos mentis dan sakit sedang)
 Assesment: hasil pengkajian pasien ( pasien tere mengalami kesadaran
compos mentis dan didiagnosa diare dengan dehidrasi ringan dan
suspek bronchopneumonia)

56
 Rekomendation: usulan tindakan yang harus di lakukan (ada pasien
baru yg akan dibawa ke rs dan meminta untuk disiapkan ruangannya)
3. Analisis Kasus Menggunakan Metode TBAK
 T: Anda menulis apa yang disampaikan oleh perawat IGD
 BA: Anda membaca ulang inormafasi yang anda tulis
 K: Setelah perawat IGD memberikan respon (ok, baik, betul dsb)

57
BAB III

KESIMPULAN

Komunikasi kesehatan menurut Northouse merupakan bagian dari komunikasi antar manusia
yang memiliki fokus pada bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat
menghadapi isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara
kesehatannya (Notoatmodjo dalam Rakhmaniar, 2021). komunikasi kesehatan juga dipahami
sebagai studi yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi untuk
menyebarluaskan informasi kesehatan yang dapat memengaruhi individu dan komunitas agar
dapat membuat keputusan yang tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan. Metode
SBAR terdiri dari situation, background, assessment, recommendation. TBAK adalah
teknik komunikasi lisan menggunakan telepon dengan menulis, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi pesan yang diterima oleh pemberi pesan.

57
DAFTAR PUSTAKA

Christina, L. V. (2021). Penggunaan Metode SBAR untuk Komunikasi Efektif antara Tenaga
Kesehatan dalam Konteks Klinis. KELUWIH: Jurnal Kesehatan Dan
Kedokteran, 3(1), 57-63.
Susilowati, E. (2019). Penerapan Komunikasi TBAK (Tulis, Baca, Konfirmasi) dalam
Penyampaian Informasi Kepada Mahasiswa AKPER Dharma Husada. JURNAL
ILKES (Jurnal Ilmu Kesehatan), 10(1), 10-15.
Alif, I. S. (2023). STRATEGI KOMUNIKASI PERSUASIF GIZI SEIMBANG DALAM
MENANGANI KASUS STUNTING (Studi Komunikasi Kesehatan di Kelurahan
Watang Bacukiki, Kecamatan Bacukiki, Kota Parepare)= Balanced Nutrition
Persuasive Communication Strategy in Handling Stunting Cases (Study of Health
Communication in Watang Bacukiki Village, Bacukiki District, Parepare City)
(Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Primadianty, I. (2020). Pengaruh Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Kepuasan
Pasien Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Massenrempulu Kabupaten
Enrekang (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

58

Anda mungkin juga menyukai