Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN ANTARA KECEMASAN DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA


WILAYAH

INTISARI

Latar belakang: Tekanan darah kita secara alami cenderung meningkat seiring
bertambahnya usia. Pada populasi usia lanjut, penyandang hipertensi lebih banyak
dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia diatas 60 tahun.
Tujuan: Penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan
kejadian hipertensi pada usia lanjut di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Pundong Bantul.
Metode: Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2009 dengan menggunakan
metode survey dengan pendekatan waktu cross sectional. Tehnik pengambilan
sampel pada penelitian ini mempergunakan random sampling. Uji statistik yang
digunakan adalah Spearman Rank.
Hasil: Berdasarkan hasil uji hipotesis didapatkan nilai p < 0,05, yaitu 0,009.
Besarnya koefisiensi korelasi 0,402 terletak antara 0,400-0,599 termasuk kategori
sedang.
Kesimpulan: Ada hubungan yang signifikan antara kecemasan dengan kejadian
hipertensi pada usia lanjut di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Pundong
Bantul.
Saran: Melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin dan mencegah
peningkatan tekanan darah .

Kata Kunci: Kcemasan, Hipertensi, Lansia.


Kepustakaan: 25 buku (1999-2009), 3 internet.
Jumlah halaman: xiv, 63 halaman, 7 tabel, 18 lampiran, 6 gambar.
RELATIONSHIP BETWEEN ANXIETY AND INCIDENCE
OF HYPERTENSION IN ELDERLY PEOPLE AT
INTEGRATED SERVICE CENTER FOR ELDERLY OF
WORKING
REGION PUBLIC HEALTH CENTER
PUNDONG BANTUL 20091

Indri Wijayanti2, Sugiyanto3

ABSTRACT

Background: Our blood pressure naturally tend to increase following age. In elderly
people population, most hypertensive client was suspected to above-60 year men.
Objective: To know relationship between Anxiety and Incidence of Hypertension in
Elderly People at Integrated Service Center for Elderly of Working Region Public
Health Center Pundong Bantul.
Method: The research was held on June 2009 using survey method with cross-
sectional approach. Technique of gathering sample used random sampling. Statistic
test used was Spearman Rank.
Result: Based on result of hypothesis test, it was found that p-value was above 0.05,
namely 0.009. Correlation coefficient was 0.402 located between 0.400 and 0.599. It
included intermediary category.
Suggestion: it should check blood pressure routinely and prevent increase of blood
pressure .

Keyword : anxiety, hypertension, elderly


Bibliography : 25 books (1999-2009), 3 internets
Page : xiv, 63 pages, 7 tables, 18 annexes, 6 pictures

1
Title of thesis
2
Student, Ners Education Program, Health Science College “Aisyiyah” of Yogyakarta
3
Lecturer, Ners Education Program, Health Science College “Aisyiyah” of Yogyakarta

v
PENDAHULUAN
Tekanan darah kita secara alami berbagai organ sasaran, seperti
cenderung meningkat seiring jantung, pembuluh darah otak,
bertambahnya usia. Di Inggris, pembuluh darah perifer, ginjal, dan
prevalensi tekanan darah tinggi pada retina. Pada organ otak, hipertensi
usia pertengahan adalah sekitar 20% dapat mengakibatkan pecahnya atau
dan meningkat lebih dari 50% pada menyempitnya pembuluh darah otak.
usia diatas 60 tahun. Tekanan darah Apabila pembuluh darah pecah maka
tinggi juga dapat terjadi pada usia terjadilah perdarahan otak dan apabila
muda, namun prevalensinya rendah pembuluh otak menyempit maka
(kurang dari 20%). aliran darah ke otak akan terganggu
Prevalensi hipertensi di dan sel-sel otak akan mengalami
Indonesia bervariasi, pada umumnya kematian (Soeparman & Sarwono,
dalam masyarakat Indonesia berkisar 2001).
antara 8,6% sampai 10%. Prevalensi Dalam upaya mengatasi
ini salah satunya di desa Kalirejo, hipertensi, WHO telah membuat
Jawa Tengah insiden penyakit pedoman (1978) yang kemudian
hipertensi adalah 1,8% dan angka direvisi pleb US Joint National
prevalensi tertinggi di Ungaran, Commitee (1984) . Dalam pedoman
Semarang dengan 19,4% (Soeparman tersebut disebutkan bahwa HCT atau
& Sarwono, 2001). beta-blocker merupakan upaya tahap
Gangguan kesehatan yang awal mengatasi hipertensi. Untuk
sering dijumpai ini termasuk masalah mencegah penderita datang berobat
kesehatan masyarakat yang perlu untuk pertama kalinya datang
segera ditanggulangi sebelum timbul terlambat maka perlu ditingkatkan
komplikasi dan akibat-akibat yang upaya penyuluhan agar dari case-
lain. Tanpa penanggulangan yang finding maupun pendidikan kesehatan
baik, penyakit ini dapat mengganggu dan penatalaksanaan pengobatannya
kehidupan penderita sehari-hari dan yang belum terjangkau masih sangat
penyakit hipertensi menimbulkan terbatas dimana sebagian besar
komplikasi atau kerusakan pada penderita hipertensi tidak mempunyai

1
2

keluhan agar sedini mungkin diberi pasangan atau keluarga yang sedang
pengobatan (Karnadi, 2007). sakit. Lansia tersebut tidak
Berdasarkan studi pendahuluan mempunyai riwayat merokok, minum
yang dilakukan di Posyandu Lansia alkohol, mempunyai pola makan yang
Wilayah Kerja Puskesmas Pundong bagus, dan tidak obesitas. Dengan
Bantul pada tanggal 17 November adanya hipertensi tersebut mereka
2008 terdapat 172 lansia yang mengeluh pusing, tidak bisa tidur, dan
menderita hipertensi dari umur 60 – 95 takut untuk melakuan aktivitas sehari-
tahun dengan hasil pengukuran 140/80 sehari. Berarti secara tidak langsung
– 230/130 mmHg. penyakit tersebut telah mengganggu
Setelah dilakukan wawancara aktivitas mereka.
lebih lanjut yaitu pada 10 responden Berdasarkan uraian di atas,
di Desa Seyegan, 8 diantaranya peneliti tertarik untuk melakukan
mengemukakan bahwa tekanan darah penelitian tentang ”Hubungan antara
menjadi naik (hipertensi) karena Kecemasan dengan Kejadian
cemas memikirkan berbagai hal, Hipertensi pada Lansia di Posyandu
diantaranya masalah dengan anak, Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
masalah ekonomi, dan masalah Pundong Bantul ”.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan Kecemasan merupakan
adalah jenis penelitian survey dengan pengalaman emosi, fisiologis, dan
pendekatan waktu cross sectional. kognitif yang tidak menyenangkan
Desain penelitian ini adalah korelasi yang datang dari dalam, bersifat
untuk menemukan ada tidaknya meningkat, menggelisahkan, dan
hubungan antara kecemasan dengan menakutkan yang berhubungan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di ancaman berbahaya yang tidak
Posyandu Lansia Wilayah Kerja diketahui individu. Kecemasan dalam
Puskesmas Pundong Bantul. Dengan penelitian ini diklasifikasikan sesuai
menggunakan dua variabel yaitu dengan pengukuran tingkat kecemasan
Variabel Bebas (kecemasan) dan Hamilton Rating Scale for Anxiety
variabel Terikat (kejadian hipertensi). (HRS-A), yang disusun dalam suatu
3

kuesioner dengan skala ordinal yang diperoleh kemudian dikelompokkan


dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu normal tinggi, stadium 1
yaitu: Kecemasan berat sekali jika (hipertensi ringan), stadium 2
skor 119 – 144, Kecemasan berat jika (hipertensi sedang), stadium 3
skor 93 – 118, Kecemasan sedang jika (hipertensi berat), dan stadium 4
skor 67 – 92, Kecemasan ringan jika (hipertensi maligna).
skor 40 – 66, dan Tidak ada Teknik pengambilan sampel
kecemasan jika skor < 40. Untuk menggunakan metode Simple Random
menilai kecemasan adalah skor 4 bila Sampling, yaitu pengambilan sampel
menjawab “sangat sering”, skor 3 bila anggota populasi yang dilakukan
menjawab “sering”, skor 2 bila secara acak tanpa memperhatikan
menjawab “kadang-kadang”, skor 1 strata yang ada pada populasi dan
bila menjawab “jarang” dan skor 0 bila dianggap homogen (Arikunto, 2002).
menjawab “tidak pernah”. Metode yang digunakan untuk
Pengukuran tekanan darah mengukur kecemasan adalah daftar
dilakukan menggunakan alat Spigmo- pertanyaan dengan skala Likert
manometer Hasil pengukuran selanjut- Kuesioner disusun dengan mengem-
nya dikelompokkan dengan meng- bangkan instrumen wawancara
gunakan skala data ordinal yang Hamilton Rating Scale of Anxiety
dikategorikan menurut klasifikasinya (HRS-A). Pelaksanaan pengambilan
Pramudita (2007) sebagai berikut: data adalah responden diminta untuk
Hipertensi maligna: sistolik = lebih 210
memberi tanda check list () pada
mmhg dan diastolik = lebih 120 mmhg,
kolom pilihan yang tersedia pada
Hipertensi berat: sistolik = 180-209 mmhg
lembar kuesioner yang paling sesuai
dan diastolik = 110-119 mmhg, Hipertensi
dengan dengan kondisi yang dirasakan
sedang: sistolik = 160-179 mmhg dan
responden. Pengukuran dan pencatatan
diastolik = 100-109 mmhg, Hipertensi
tekanan darah dilakukan pengukuran
ringan: sistolik = 140-159 mmhg dan
dengan alat Spigmomanometer.
diastolik = 90-99 mmhg, dan Normal
Kuesioner sebelum digunakan
tinggi: sistolik = 130-139 mmhg dan untuk penelitian akan diuji validitas
diastolik = 85-89 mmhg. Data yang dan reabilitasnya untuk mengetahui
baik tidaknya instrument pengumpul
4

data. Pengujian validitas dan reabilitas


dilakukan satu kali melalui penelitian
Reliabilitas kuesioner dalam
uji coba terhadap 22 lansia di
penelitian ini dilakukan menggu-
Posyandu Lansia Puskesmas Jetis II.
nakan Alpha Cronbach karena skala
Validitas adalah ukuran yang
yang digunakan dalam kuesioner
menunjukkan tingkat-tingkat kesahih-
bukan 0 dan 1 melainkan skala 0
an suatu instrumen atau kuesioner.
sampai dengan 4. Suatu pertanyaan
Sebuah instrumen yang valid apabila
(kuesioner) dikatakan reliabel apabila
dapat mengungkap data dari variabel
nilai r11 (nilai alpha) yang diperoleh
yang diteliti secara tepat.
berada di atas 0,60 (Ghozali, 2001).
Uji validitas dalam penelitian
Dalam penelitian ini pengujian
ini merupakan validitas internal yaitu
reliabilitas menggunakan program
terdapat kesesuaian antara bagian-
SPSS 15.0 for windows. Hasil
bagian instrumen dengan instrumen
pengujian reliabilitas pada 36 butir
secara keseluruhan. Validitas diukur
pernyataan yang sahih menghasilkan
menggunakan rumus korelasi product
koefisien reliabilitas alpha sebesar
moment (Arikunto, 2002). Setelah
0,962. Nilai koefisien reliabilitas
dilakukan uji validitas diperoleh
alpha yang diperoleh 0,962 > 0,60;
koefisien korelasi berkisar antara r =
menunjukkan kuesioner penelitian
0,102 hingga r = 0,854. Kemudian
telah reliabel atau dapat dipercaya
dilakukan tes signifikansi yaitu
untuk digunakan sebagai alat
dimulai dengan mencari nilai kritis
pengumpul data.
dengan melihat tabel signifikansi pada
Untuk mengetahui hubungan
subyek berjumlah 22 dengan tingkat
kecemasan dengan kejadian hipertensi
signifikansi 0,05 diperoleh nilai kritis
digunakan statistik korelasi Spearman
sebesar 0,423. Untuk butir pertanyaan
Rank.
yang mempunyai skor corrected item-
total correlation kurang dari 0,423,
maka butir pertanyaan tersebut
digugurkan. Dari 40 butir pertanyaan,
36 butir pertanyaan lolos dan
dijadikan butir pertanyaan penelitian
5

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dilakukan penelitian terhadap disebut juga Puskesmas Santun Usila
41 lansia di Posyandu Lansia Wilayah yaitu pelayanan lansia pada ruangan
Kerja Puskesmas Pundong Bantul. khusus. Tenaga medis dokter umum
Penelitian dilakukan antara bulan Juni berjumlah 3 orang, bidan 6 orang,
2009. Wilayah kerja Puskesmas perawat 7 orang, tenaga gizi 1 orang,
Pundong meliputi 3 desa yaitu dokter gigi 2 orang, dan terdapat 3
Srihardono, Panjangrejo, dan Seloharjo. orang bidan desa yang bertanggung
Puskesmas Pundong memberikan jawab sepenuhnya terhadap masing-
layanan 24 jam, rawat jalan dan rawat masing desa.
inap. Selain itu Puskesmas Pundong

Karakteristik Responden
Karakteristik responden akan Berdasarkan grafik pie di atas,
menunjukkan gambaran responden dapat diketahui bahwa sebagian besar
penelitian yang dikelompokkan responden penelitian mempunyai jenis
berdasarkan jenis kelamin dan umur kelamin perempuan yaitu sebanyak

responden. Hasil pengelompokan 41 73,2%, sedangkan responden laki-laki

responden penelitian dapat dijelaskan sebesar 26,8%.

dalam sebagai berikut: b. Karakteristik Responden Berdasarkan


Umur
a. Karakteristik Responden Berdasarkan
Umur responden dalam penelitian
Jenis Kelamin
ini dikelompokkan menjadi 3 kelompok
yaitu kelompok umur 60 – 69 tahun,
Laki-laki 26,8%
kelompok umur 70 – 79 tahun, dan
kelompok umur 80 tahun ke atas.
Distribusi responden berdasarkan
Perempuan 73,2% karakteristik umur dapat dilihat dalam
grafik pie di bawah ini.
Sumber : Data Primer, 2009
Gambar 4.1. Grafik Distribusi Frekuensi
Jenis Kelamin Responden
6

Umur Berdasarkan grafik pie di atas,

80 th ke atas
dapat diketahui bahwa distribusi frekuensi
9,8%
responden berdasarkan kelompok umur
yaitu responden pada kelompok umur 60
60 - 69 th – 69 tahun sebesar 58,5%, kemudian
58,5%
responden pada kelompok umur 70 – 79
tahun sebesar 31,7% dan sisanya
Sumber : Data70Primer,
- 79 th 2009 responden pada kelompok umur 80 tahun
31,7%

Gambar 4.2. Grafik Distribusi ke atas sebanyak 9,8% dari seluruh


Frekuensi Umur Responden jumlah respond

Hasil dan Pembahasan


1. Kecemasan pada Lansia di dipikirkan dan menjadi tanggung
Posyandu Lansia Wilayah Kerja jawabnya, baik pada diri sendiri,

Puskesmas Pundong keluarga maupun pada masyarakat,


membuat semakin besar kecemasan
Hasil distribusi frekuensi yang dirasakan individu.
kecemasan lansia di Posyandu Lansia
Wilayah Kerja Puskesmas Pundong
2. Kejadian Hipertensi pada Lansia

pada menunjukkan bahwa 41 di Posyandu Lansia Wilayah


responden penelitian hanya masuk Kerja Puskesmas Pundong
pada 2 kategori kecemasan yaitu Hasil penelitian menemu-
kecemasan ringan dan kecemasan kan bahwa kejadian hipertensi
sedang. Banyaknya responden yang pada lansia juga terjadi di
masuk dalam kategori kecemasan Posyandu Lansia Wilayah Kerja
sedang sebanyak 34 lansia atau
Puskesmas Pundong. Dari 41
82,9%, sedangkan responden yang
orang responden penelitian,
masuk dalam kategori kecemasan
seluruhnya menderita hipertensi,
ringan sebanyak 7 orang atau 17,1%.
mulai dari hipertensi ringan,
Berbagai masalah yang hipertensi sedang dan hipertensi
dialami oleh manusia membuat
berat. Sebagian besar responden
manusia seringkali merasakan
menderita hipertensi ringan, yaitu
kecemasan. Semakin bertambah usia
sebanyak 53,7%, kemudian res-
seseorang semakin banyak yang
7

ponden yang mempunyai tekanan darah dalam kategori hipertensi


darah dalam kategori hipertensi sedang. Hasil ini menunjukkan
sedang sebanyak 26,8% dan bahwa semakin bertambah usia
responden yang mempunyai seseorang semakin besar kemung-
tekanan darah dalam kategori kinan menderita hipertensi.
hipertensi berat sebanyak 19,5%.
Berdasarkan karakteristik 3. Hubungan Kecemasan dengan
jenis kelamin, diketahui bahwa Tingkat Kejadian Hipertensi pada
sebagian besar laki-laki (12,20%) Lansia di Posyandu Lansia
mempunyai tekanan darah dalam Wilayah Kerja Puskesmas
kategori hipertensi sedang yaitu Pundong
sistolik antara 160-179 mmHg Hasil penelitian menun-
dan diastolik 100-109 mmHg. jukkan bahwa dari 41 responden
Untuk perempuan, sebagian besar terdapat 7 orang atau 17,07%.
responden mempunyai tekanan Selanjutnya pada kelompok lansia
darah dalam kategori hipertensi dengan kecemasan sedang, paling
ringan yaitu sebanyak 43,90%. banyak mempunyai kejadian
Dari hasil ini diketahui bahwa hipertensi ringan yaitu sebanyak
laki-laki yang berusia lanjut lebih 15 orang atau 36,59%, sisanya 11
rentan mempunyai tekanan darah orang atau 26,83% mempunyai
yang tinggi dibandingkan perem- kejadian hipertensi sedang dan 8
puan. orang atau 19,51% mempunyai
Selanjutnya berdasarkan kejadian hipertensi berat.
usia, diketahui bahwa responden Hasil pengujian pada tabel di
pada kelompok usia 60 – 69 tahun atas menunjukkan bahwa koefisien
dan kelompok usia 70 – 79 tahun Spearman Rank sebesar 0,402 dan
lebih banyak mempunyai tekanan besarnya probabilitas (sig.) adalah

darah pada kategori hipertensi 0,009. Nilai koefisien korelasi yang

ringan, sedangkan pada usia 80 diperoleh sebesar 0,402. Menurut


Sugiyono (2004) jika nilai r berada
tahun ke atas, sebagian besar
antara 0,400 sampai dengan 0,599
responden mempunyai tekanan
8

memiliki interpretasi bahwa derajat


peningkatan sekresi adrenalin
hubungan antara kedua variabel
kedalam sirkulasi darah yang
sedang. Dengan demikian diketahui
akan menyebabkan meningkatnya
bahwa derajat hubungan antara
denyut jantung dan tekanan darah
kecemasan dengan kejadian hiper-
tensi pada lansia adalah sedang.
sistolik, sedangkan fight merupa-

Menurut Cannon, anxietas kan reaksi agresif untuk menye-

akan menimbulkan respon “fight rang yang akan menyebabkan

or flight”. Flight merupakan sekresi noradrenalin, rennin

reaksi isotonik tubuh untuk angiotensin sehingga tekanan

melarikan diri, dimana terjadi darah meningkat baik sistolik


maupun diastolik (Idrus, 2006).
KETERBATASAN PENELITIAN
1. Kuesioner kecemasan (alat mengatasi kecemasan yang
penelitian) sulit dipahami oleh dialami lansia.
lansia sehingga peneliti harus 3. Tidak menggunakan teknik
membacakan dan menjelaskan wawacara untuk melengkapi data
setiap item pertanyaan yang harus penelitian sehingga tidak bisa
dijawab oleh lansia. diungkap lebih jelas tentang
2. Tidak dilakukan penyuluhan faktor yang dapat menyebabkan
kepada lansia tentang cara hipertensi pada lansia.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang yang diteliti terdapat 34 lansia atau
diperoleh berdasarkan hasil analisis 82,9% memiliki kecemasan sedang,
data pada bab sebelumnya adalah dan sebanyak 7 lansia atau 17,1%
sebagai berikut : memiliki kecemasan ringan.
1. Berdasarkan hasil penelitian disim-
2. Berdasarkan hasil penelitian juga
pulkan bahwa sebagian besar lansia
diketahui bahwa lansia yang me-
di Posyandu Lansia Wilayah Kerja
ngalami kejadian hipertensi ringan
Puskesmas Pundong mempunyai
sebanyak 53,7% (22 orang), lansia
kecemasan sedang. Hasil penelitian
yang mengalami kejadian hipertensi
menunjukkan bahwa dari 41 lansia
sedang sebanyak 26,8% (11 orang),
9

dan lansia yang mengalami kejadian kan angka koefisien korelasi sebesar
hipertensi berat sebanyak 19,5% (8 0,402 dan probabilitas sebesar 0,009.
orang). Dengan demikian disim- Pengujian dengan membandingkan
pulkan bahwa lansia di Posyandu nilai probabilitas dengan tingkat
Lansia Wilayah Kerja Puskesmas signifikansi penelitian (0,05) menun-
Pundong sebagian besar mengalami jukkan bahwa probabilitas < 0,05
hipertensi ringan. (0,009 < 0,050). Nilai koefisien kore-
lasi Spearman Rank menunjukkan
3. Berdasarkan hasil pengujian hipo-
angka sebesar 0,402; dapat disimpul-
tesis diketahui bahwa ada hubungan
kan bahwa derajat hubungan antara
kecemasan dengan kejadian hiper-
kecemasan dan tingkat kejadian
tensi pada lanjut usia di Posyandu
hipertensi di Posyandu Lansia
Lansia Wilayah Kerja Puskesmas
Wilayah Kerja Puskesmas Pundong
Pundong. Hasil pengujian menunjuk-
adalah sedang.
SARAN
Saran yang diberikan berdasar- menghadapi persoalan dan dapat
kan hasil penelitian ini adalah: menekan perasaan cemasnya.
1. Bagi Responden 3. Bagi Peneliti selanjutnya
Hendaknya memperhatikan kondisi Bagi peneliti yang ingin menin-
kesehatan terutama kecemasan daklanjuti penelitian ini sebaiknya
sehingga dapat mencegah terjadi- instrumen penelitian ditambah
nya hipertensi. dengan pedoman wawancara
2. Bagi Kepala Puskesmas Pundong
sehingga dapat diketahui faktor-
Bantul
faktor yang dapat menimbulkan
Sebaiknya disusun program untuk
kecemasan pada lansia. Selain itu
mengatasi kecemasan kepada
jumlah sampel sebaiknya ditambah
lansia, sehingga lansia dapat
jumlahnya, agar diperoleh hasil
berpikir lebih optimis dalam
yang lebih maksimal.
10

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2002. Prosedur Karnadi, J. 2007. Hipertensi dan Faktor
Penelitian Suatu Pendekatan Resikonya dalam Kajian Epidemiologi
Praktek, Rineka Cipta: Jakarta. dalam
http;//www.CerminDuniaKedokteran.c
Carpenito, J. L. 2000. Diagnosa om, diperoleh tanggal 8 April 2009.
Keperawatan, Aplikasi pada
Praktek Klinik. EGC: Jakarta. Maryam, R. S dkk. 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya.
Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Salemba Medika: Jakarta.
Multivariate Dengan Program
SPSS. Badan Penerbit Pramudita, A. 2007. Hipertensi dalam
Universitas Diponegoro: http://yankesga.com, diperoleh
Semarang. tanggal 8 April 2009.

Idrus, F. 2006, Anxietas dan Santosa, B. 2005. Diagnosa


Hipertensi dalam http;// Keperawatan. Prima Medika:
med.unhas.ac.id, diperoleh Jakarta
tanggal 23 Juli 2009.
Soeparman dan Sarwono, W. 2001.
Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3.
FKUI: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai