Anda di halaman 1dari 37

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa nifas (puerperium) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan

semula sebelum hamil, yang berlangsung selama 6 minggu atau ±40

hari (Sutanto, 2018).

Masa nifas merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga

kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan

yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai

masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti

sepsis puerperalis. Jika ditinjau dari penyebab kematian pada ibu,

infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah

perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan

memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini. Adanya

permasalahan pada ibu akan berimbas juga pada kesejahteraan bayi

yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapat perawatan

maksimal dari ibunya. Dengan demikian, angka morbiditas dan

mortalitas bayi pun akan meningkat.

Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama 40% kematian

ibu di Indonesia.jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan

setelah Antonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama dan

tidak jarang juga ada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara

atau orang yang baru pertama kali melahirkan ketika terjadi peristiwa
2

“kepala keluar pintu”. Pada saat ini seorang primipara biasanya tidak

dapat mengejan dengan baik sehingga robekan pada pinggir depannya.

Luka-luka biasanya ringan akibat persalinan terutama pada seorang

primipara , bias timbul luka pada vulva di sekitar introitus vagina yang

biasanya tidak dalam, akan tetapi kadang-kadang bias timbul

perdarahan banyak.

Penelitian yang dilakukan oleh William, Hicks, dan Herron-

Marx (2007) menemukan bahwa wanita yang menderita trauma

perineum, akan mengalami nyeri dan oedem. Trauma perineum

masalah yang paling penting dalam beberapa hari pertama setelah

kelahiran, yang akan mempunyai gejala awal yaitu penurunan

mobilitas dan penurunan kemampuan untuk melakukan aktifitas

sehari-hari, kesulitan duduk akibat dari nyeri perineum dapat

menghambat inisiasi menyusui yang akan mempengaruhi ikatan ibu

dan bayi. Trauma perineum akan memperbesar adanya urinary,

inkontinansia alvi, dan disfungsi seksual. Wanita dengan trauma

perineum 60% mengalami nyeri selama hubungan seksual tiga bulan

setelah kelahiran dan 30% mengalami nyeri selama enam bulan.

Royal College of Obstricians and Gynaecologists (RCOG)

(2004, dalam Chapman 2013) mengatakan bahwa kelahiran di Inggris

Raya 80% terjadi trauma perineum. Robekan perineum sebagian besar

tergolong derajat dua, yang bervariasi dari robekan kecil dan berbatas

tegas sampe robekan yang panjang atau rumit. Tiga bulan pertama 2

post partum hampir 23% ibu mengeluhkan dispareunia, 19%


3

mengeluhkan inkontinensia urine dan 3-10% mengeluhkan

inkontinensia alvi. Ibu post partum mengalami robekan derajat tiga

atau empat sebanyak 0,5-2,5%, dengan resiko kekambuhan 4,5% pada

kelahiran per vagina berikutnya. Teori tersebut sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mohamed dan El-Nagger (2012)

menemukan bahwa periode post partum adalah periode selama wanita

menyusui, sedangkan secara fisik dan psikologis yaitu post partum.

Episiotomi adalah sayatan melalui jaringan perineal yang dirancang

untuk memperbesar saluran vulva selama persalinan. Sekitar 33% dari

wanita dengan persalinan pervaginam memiliki luka episiotomi, dan

sekitar 70% dari wanita yang memiliki kelahiran vagina akan

mengalami beberapa tingkat kerusakan perineum, karena episiotomi

memerlukan penjahitan. Kerusakan perineum dapat menyebabkan

nyeri perineum selama dua minggu setelah kelahiran, dan beberapa

wanita mengalami ketidaknyamanan selama hubungan seksual karena

adanya nyeri. Studi menunjukkan bahwa episiotomi dilakukan 97,3%

dari 510 wanita primipara yang memiliki persalinan pervaginam di

Tehran.

B. Rumusan Masalah

Bagaimna pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur

19 tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat III


4

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Penulis mendapat pengalaman yang nyata dalam memberikan

asuhan kebidanan pada ibu nifas melalui manajemen kebidanan

tujuh langkah Varney.

2. Tujuan khusus

a. Mahasiswa mampu mengkaji asuhan kebidanan pada ibu nifas

ny “G” umur 19 tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat

III

b. Mengidentifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan asuhan

kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur 19 tahun P1A0 dengan

jahitan perenium tingkat III

c. Diagnosa dan masalah potensial asuhan kebidanan pada ibu

nifas ny “G” umur 19 tahun P1A0 dengan jahitan perenium

tingkat III

d. Tindakan segera asuhan kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur

19 tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat III

e. Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur 19

tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat III

f. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur 19

tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat III

g. Evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas ny “G” umur 19

tahun P1A0 dengan jahitan perenium tingkat III


5

D. Manfaat

1. Bagi institusi pendidikan

Dapat digunakan sebagai kontribusi dalam menanamkan niat,

motivasi dan sikap mahasiswa sehingga dapat meningkatkan

prestasi belajar.

2. Bagi pembaca

Agar menambah pengetahuan dan wawasan kepada pembaca

mengenai Menajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu NIfas

Dengan Jahitan Perenium Tingkat III


6

BAB II

TINJAUAN KASUS

A. Teori Umum

a. Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta

sampai alat-alat responsi pulih seperti sebelum hamil dan secara

normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari

(Walyani, 2017)

Priode postnatal adalah waktu penyerahan dari selaput dan plasenta

menjadi kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum

hamil. Ini juga disebut puerperium

Tahapan Masa Nifas

Nifas dibagi dalam tiga yaitu :

1) Puerperium dini, yaitu keputihan ketika ibu telah dibolehkan

berdiri dan berjalan.

2) Puerperium intermedial, yaitu keputihan menyeluruh alat-alat

genital.

3) Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih

kembali dan sehat sempurna baik selama hamil berminggu-

minggu , berbulan-bulan atau tahunan.

b. Perubahan Fisik Masa Nifas :

1) Rasa kram dan mules di bagian bawah perut akibat penciutan

rahim (involusi)

2) Keluarnya sisa-sisa darah dari vagina (lochea)


7

3) Kelelahan karena proses melahirkan

4) Pembentukan ASI sehingga payudara membesar

5) Kesulitan Buang Air Besar (BAB) dan (BAK)

6) Gangguan otot (betis, dada, perut, panggul dan bokong)

7) Perlukaan janin lahir (lecet atau jahitan)

c. Perubahan Psikis Masa Nifas :

1) Perasaan ibu berfokus pada dirinya, berlangsung setelah

melahirkan sampai hari ke 2 (fase taking in)

2) Ibu merasa khawatir akan ketidak mampuan merawat bayi, muncul

perasaan sedih (baby blues) disebut fase taking bold (hari ke 3-10)

3) Ibu merasa percaya diri untuk merawat diri dan bayinya disebut

fase letting go (hari ke 10 akhir masa nifas)

d. Pengeluaran Lochea Terdiri Dari :

1) Lochea rubra : hari ke 1-2, terdiri dari darah segar bercampur sisa-

sisa ketuban, sel-sel desisua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo, dan

meconium

2) Lochea sanguinolenta : hari ke 3-7, terdiri dari : darah bercampur

lendir, warna kecoklatan

3) Lochea serosa : hari ke 7-14, berwarna kekuningan

4) Lochea alba : hari ke 14-selesai nifas, hanya merupakan cairan

putih, lochea yang berbau busuk dan terinfeksi disebut lochea

purulenta (Walyani, 2017)


8

A. Teori Khusus

1. Pengertian

Luka perineum adalah luka pada perineum karena adanya robekan

pada jalan lahir baik maupun episiotomy pada waktu melahirkan janin.

Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum sewaktu

persalinan. Robekan jalan lahir adalah luka atau robekan jaringan yang

tidak teratur.

Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit. Luka

adalah kerusakan kontinuitas kulit, mukosa membrane dan tulang atau

organ tubuh lain.

2. Etiologi

a. Penyebab maternal.

b. Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di tolong.

c. Pasien tidak mampu berhenti mengedan.

d. Partus di selesaikan secara tergesah-gesah dengan dorongan fundus

yang berlebihan.

e. Edema dan kerapuhan pada perineum.

3. Factor janin

a. Bayi besar

b. Posisi kepala yang abnormal

c. Kelahiran bokong

d. Ekstraksi forcep yang sukar

e. Distosia bahu
9

4. Bentuk luka perineum

a. Bentuk luka perineum setelah melahirkan ada dua macam yaitu:

1) Rupture

Rupture adalah luka pada perineum yang di akibatkan oleh

rusaknya jaringan secara alami karena proses desakan kepala

atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya

tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit di lakukan

penjahitan.

Ruprur meliputi:

a) Tuberositas ischia

b) Arteri pudenda interna

c) Arteri rektalis inferior

2) Episiotomy

Episiotomi merupakan suatu tindakan insisi pada perineum

yang menyebabkan potongannya selaput lender vagina, cincin

selaput darah, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan

fasia fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum

(Sarwono,2007).

Episiotomy atau suatu tindakan yang di sengajakan pada

perineum yang sedang dalam keadaan merenggang. Tindakan

ini dilakukan jika perineum diperkirakan akan robek oleh kepala

janin, harus dilakukan infiltrasi perineum dengan anastesi local

kecuali bila pasien sudah diberikan anastesi epiderual. Insisi

episiotomy dapat dilakukan di garis tengah atau medialateral.


10

Insis garis tengah mempunyai keuntungan karena tidak banyak

pembuluh darah besar dijumpai di sini dan daerah ini lebih

mudah di perbaiki (Winjoksastro, 2008).

Jenis-jenis episiotomy:

a) Episiotomy medialis adalah yang dibuat di garis tengah.

b) Episiotomy mediolateralis dari garis tengah kesamping

menjauhi anus

c) Episiotomy lateralisn 1-2 cm di atas comnisuro posterior

kesamping

d) Episiotomy sekunder adalah rupture yang spontan atau

episyotomi medialis yang melebar sehingga di mungkinkan

menjadi rupture perinitotalis maka di gunting kesamping.

5. Klasifikasi laserasi perineum menurut Wiknonjosastro tahun 2005

a. Robekan derajat I

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum tepat di bawah. Umumnya

robekan tingkat 1 penjahitan tidak di perlukan jika tidak perdarahan

dan menyatu dengan baik.

b. Robekan derajat II

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum,

perbaikan luka di lakukan setelah di beri anastesi local kemudian

otot-otot diagfragma beri urogenitalis di hubungkan di garis tengah

dengan jahitan kemudian luka pada vagina dan kulit perineum di

tutupi dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan di bawahnya.


11

c. Robekan derajat III

Meliputi mukosa vagina, kulit perineum, otot perineum dan otot

spingterani eksternal. Pada robekan partialis derajat ke tiga yang

robek hanyalah spingter, pada robekan yang total spingterani

terpotong dan laserisasi meluas sehingga dinding anterior rectum

dengan jarak yang bervariasi, keadaan ini di sebut dengan robekan

derajat 4

Perbaikan oada robekan tingkat tiga harus di lakukan dengan teliti

mula-mula dinding depan rectum yang robek di jahit, kemudian

pada muskulus spingterani eksternus yang robek di jahit,

selanjutnya di lakukan penutupan robekan seperti di uraikan untuk

robekan perineum total dan perlu di adakan penanganan pasca beda

yang sempurna.

6. Hecting

a. Penertian

Hacting adalah suatu acara untuk menyatukan kembali jaringan

tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah kehilangan darah yang

tidak perlu (memestikan hemostatis) dan mempertahankan integritas

dasar panggul ibu.

b. Macam-macam jahitan

1) Jahitan kulit

a) Jahitan interrupted

Simple interrupted (jahitan satu demi satu) merupakan

jahitan yang paling di kenal dan paling banyak digunakan.


12

Jarak antara jahitan 5-7 mm dan batas jahitan dari tepi luka

1-2 mm. semakin dekat jarak antara tiap jahitan semakin baik

bekas luka setelah penyembuhan.

b) Jahitan matras

(1) Jahitan matras vertical

Jahitan ini digunakan jika tepi luka tidak bias di capai

hanya dengan menggunakan satu demi satu. Misalnya di

daerah yang tipis lemak subkutisnya dan tepi satu demi

satu misalnya di daerah yang tipis lunak subkutisnya dan

tepi luka cenderung masuk ke dalam.

(2) Jahitan matras horizontal

Jahitan ini digunakan untuk menyatukan openeurosis.

Jahitan ini tidak boleh digunakan untuk menjahit lemak

subkutis karena membuat kulit di atasnya terlihat

bergelombang.

c) Jahitan continuous

(1) Jahitan jelujur: lebih cepat di buat, lebih kuat dan

pembagian tekanannya lebih rata bila dibandingkan

dengan jahitan terputus. Kelemahannya jika benang

putus/simpul terurai seluruh tepi luka akan terbuka.

(2) Jahitan interlocking festoon

(3) Jahitan tabl sac (kantong tembakau)


13

d) Jahitan subkutis

(1) Jahitan continuous: jahitan terusan subkutikuler atau

intradermal. Digunakan jika ingin hasil yang baik setelah

luka yang lebar sebelum di lakukan penjahitan satu demi

satu

(2) Jahitan interrupted dermal stich

e) Jahitan dalam

Pada luka infeksi misalnya insisi abses, di pasang dren. Dren

dapat dibuat dari guntingan sarung tangan, fungsi dren

adalah mengalirkan cairan keluar berupa darah dan serum.

Perbaikan ini menimbulkan nyeri sangat kecil pasca-oprasi,

terutama jika digunakan benang jahitan polliglikolik 2/0.

7. Perawatan luka perineum

Perawatan luka perineum adalah membersihkan daerah vulva dan

perineum pada ibu yang telah melahirkan sampai 42 hari pasca

persalinan dan masih menjalani rawat nginap di rumah sakit

(wiknjosastro, 2005).

Menurut Halmiton perawatan perineum adalah pemenuhan

kebutuhan untuk menyembuhkan daerah antara paha yang di batasi

vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta

sampai kembalinya organ genetic seperti pada waktu sebelum hamil

(Setiady, 2006).

Merawat luka merupakan suatu usaha untuk mencegah trauma

(injury) pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang di


14

sebabpan oleh adanya trauma, fraktur, luka oprasi yang dapat merusak

permukaan kulit (Ismail, 2012)

a. Lingkup perawatan

Lingkup perawatan perineum ditunjukan untuk pencegahan

infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya

mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat

dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung atau

pembalut (Feerer, 2001).

Sedangkan menurut Hamilton tahun 2002, lingkup

perawatan perineum adalah

1) Mencegah kontaminasi dari rectum

2) Menangani dengan lembut pada jaringan yang terkena trauma

3) Bersihkan semua yang menjadi sumber bakteri dan bau

b. Waktu perawatan

Waktu perawatan perineum adalah:

1) Saat mandi

Pada saat mandi ibu pos partum pasti melepas pembalut setelah

terbuka maka aka nada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri

pada cairan yang tertampung pada pembalut maka perlu di

lakukan penggantian pembalut demikian pula pada perineum ibu

untuk itu di perlukan pembersihan perineum.

2) Saat buang air kecil

Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi

air seni pada rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan


15

bakteri pada perineum ibu, untuk itu di perlukan pembersihan

daerah perineum.

3) Setelah buang air besar

Pada saat buang air besar di perlukan pembersihan sisa-sisa

kotoran di sekitar anus untuk mencegah terjadinya kontraminasi

bakteri dari anus ke perineum yang letaknya bersebelahan, maka

di perlukan proses pembersihan anus dan perineum secara

keseluruhan.

c. Tujuan perawatan perineum

1) Mencegah iritasi dan infeksi

2) Meningkatkan rasa nyaman pada ibu

3) Mengurangi rasa nyeri

d. Alat-alat yang digunakan untuk perawatan luka perineum

1) Kapas

2) Air dekontaminasi tingkat tinggi (DTT)

3) Betadine

4) Kasa steril

5) Pembalut bersih

6) Celana dalam yang bersih

7) Air cebok

e. Cara kerjan

1) Melakukan cuci tangan

2) Mengatur posisi ibu yang nyaman jika di tempat tidur, posisi

semi fowler (lutut di tekuk)


16

3) Pakai sarung tangan

4) Membuka baju bagian bawah

5) Membersihkan lipatan paha bagian atas (labia mayora) dengan

tangan kiri menarik lipatan paha bagian atas, tangan kanan

membersihkan dengan hati-hati lipatan vulva usap dari arah

perineum kea arah atas, ulangi pada sisi yang berlawanan.

6) Renggangkan lipatan bagian atas (labia mayora) dengan tangan

kiri. Tangan kanan membersihkan darinarea bagian atas lipatan

(pubis) ke anus dengan satu kali husap gunakan kapas yang

berbeda untuk bersihkan lain yang ingin di bersihkan yaitu

lipatan bagian dalam (labia minora, klitoris dan orivisum

vagina).

7) Tuangkan air hangat kea rah perineum dan keringkan

8) Merubah posisi dengan posisi miring

9) Bersihkan daerah anus dari kotoran dan feses, jika ada di

bersihkan dari arah depan (vagina) ke belakang (anus) dengan

satu usapan ulangi dengan kapas yang berbeda

10) Keringkan dengan handuk, pasang pembalut pada celana dalam

11) Celupkan kasa steril kedalam larutan betadin, peras dan temple

pada perineum (bila ada jahitan)

12) Bantu pasangkan celana dalam yang sudah dipasangkan

pembalut kemudian di rapikan

13) Lepas sarungtangan dan cuci tangan


17

f. Hal-hal yang harus di perhatikan dalam perawatan luka perineum

1) Untuk mengurangi rasa sakit saat buang air besar yaitu ibu di

anjurkan untuk mengkonsumsi makanan berserat seperti sayuran

dan buah-buahan.

2) Dengan kondisi robekan yang terlalu luas hindari banyak

bergerak karena bias merusak otot-otot perineum, ibu harus

banyak duduk dan berbaring

3) Hindari penggunaan obat-obatan tradisional pada perineum

4) Cuci perineum/cebok dengan sabun atau air bersih yang

mengalir

5) Kembali dalam seminggu untuk memeriksa penyembuhan. Ibu

harus kembali lebih awal jika gejala-gejala seperti demam,

mengeluarkan cairan yang berbau busuk dari daerah luka, atau

jika daerah luka menjadi nyeri

6) Menasehati pasien untuk membersihkan daerah perineum setiap

hari, periksa daerah jahitan untuk tanda-tanda peradangan atau

pembengkakan bila resiko infeksi besar (misalnya pada robekan

tingkat 3 dan 4, atau penjahitan tidak sepenuhnya steril).

7) Memberikan antibiotic (ampicillin 2 gram, dan metrodinazol 1

gram/ oral). Terapi penuh anti biotik hanya diberikan apabila

luka tampak kotor atau dibubuhi ramuan-ramuan tradisional

atau terdapat tanda-tanda infeksi yang jelas


18

g. Dampak dari perawatan luka perineum

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat

menghindarkan hal berikut ini :

1) Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat

menunjang perkembang biakan bakteri yang dapat

menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum.

2) Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat

pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun

infeksi pada jalan lahir.

3) Kematian ibu pos partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan

terjadinya kematian pada ibu pos partum meningat kondisi fisik

ibu pos partum masih lemah.

B. Penyembuhan luka

1. Penertian penyembuhan luka

Penyembuhan luka adalah proses, cara, perbuatan untuk

menyembuhkan atau pemulihan.

Luka adalah (pecah, cederah, lecet,) pada kulit karena kena barang

yang tajam.

Jadi penyembuhan luka adalah panjang waktu proses pemulihan kulit

karena adanya kerusakan disintegritas jaringan kulit.


19

2. Fase-fase penyembuhan luka

Fase-fase penyembuhan luka menurut Smeltzer adalah sebagai berikut:

a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari.

Respons vascular dan selular terjadi ketika jaringan terjadi cidera.

Vasokontriksi terjadi dan bekuan fibrinoplatelet terbentuk dalam

upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5

menit sampai 10 menit dan di ikuti oleh vasodilatasi venula.

Mikrosikulasi kehilangan kemampuan vasokontrksinya karena

norepinefrin di rusak oleh ezim intra seluler. Juga histamine

dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketika

mokrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti anti

bodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus

spasium vascular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema,

terabah hangat, kemerahan dan nyeri.

b. Fase poliferstif, berlangsung 5 sampai 20 hari

Fibroblas memperbanyak diri dan membentuk jaringan-jaringan

untuk sel-sel yang berimigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup

pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang jadi kapiler yang

merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.

Setelah 2 minggu luka hany memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan

aslinya. Sampai akhir bulan hanya 35% sampai 59% kekuatan luka

tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan di capai

kembali. Banyak vitamin terutama vitamin C, membantu dalam

proses metabolism yang terlibat dalam penyembuhan luka.


20

c. Fase maturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan

tahunan.

Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroblast mulai meninggalkan

luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibri kalogen menyusun

kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini sejalan dengan dehidrasi,

mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya.

Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan

maksimun dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak mencapai

kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka.

3. Bentuk-bentuk penyembuhan luka

Dalam penatalaksanaannya bedah penyembuhan luka di gambarkan

sebagai penyembuhan melalui intense pertama, kedua, atau ketiga.

Penyembuhan melalui intense pertama (penyatuan primer). Luka di

buat secara aseptic dengan kerusakan jaringan minimum, dan

penutupan dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit

jaringan melalui intense pertama. Ketika luka sembuh melalui itensi

pertama, jaringan granulasi tidak tapak dan pembentukan jaringan

perut minimal.

Penyembuhan melalui intense kedua (granulasi). Pada luka dimana

terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling

merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan

waktu lebih lama. Belum di suture atau terlepas dan kemudian di

suture kembali nantinya dua permukaan granulasi yang berlawanan di


21

sambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam

dan luas.
22

BAB III

ANALISA SKENARIO KASUS

A. Kasus

Ny. G umur 19 tahun melahirkan anak pertamanya 1 hari yang

lalu. Ibu mengatakan ini merupakan persalinan pertamanya. Ibu

mengatakan tidak pernah keguguran. Ibu mengatakan nyeri pada

luka jalan lahir. Ibu melahirkan secara spontan dengan BB bayinya

: 4000 gram, PB : 48 cm. ibu mengatakan tidak pernah

menggunakan alat kontrasepsi dan tidak pernah mengonsumsi

obat-obatan. Hasil pemeriksaan: kesadaran composmentis, TD:

100/90 mmHg, R: 20x/m, N: 90x/m, SB: 36,5ºC, TFU: 1 jari

dibawah pusat, lochea rubra, terdapat jahitan pada luka perineum

tingkat III tampak kemerahan dan bengkak.

B. Klasifikasi Istilah

1. Keguguran : hilangnya janin dalm kehamilan secara spontan

sebelum usia kehamilan mencapai 20 minggu

2. Alat kontrasepsi :cara untuk mencegah pertemuan antara sel

telur dengan sel sperma.

3. BB :berat badan

4. PB: panjang badan

5. Lochea rubra: cairan yang berasal dari cavum uteri dan vagina

dalam masa nifas

6. Composmentis: yaitu ksadaran normal, sadar sepenuhnya.

7. TFU: tinggi fundus uteri


23

8. Perineum : area kulit antara liang vagina dan anus.

9. SB: suhu badan

10. mmHg: mili meter Hemo globin.

11. TD: tekanan darah

C. Identifikasi Masalah

1. Ny. G umur 19 tahun melahirkan anak pertamanya 1 hari yang

lalu. Ibu mengatakan ini merupakan persalinan pertamanya.

2. Ibu mengatakan nyeri pada luka jalan lahir.

3. . Ibu melahirkan secara spontan dengan BB bayinya : 4000

gram, PB : 48 cm

4. Hasil pemeriksaan: kesadaran composmentis, TD: 100/90

mmHg, R: 20x/m, N: 90x/m, SB: 36,5ºC, TFU: 1 jari dibawah

pusat, lochea rubra, terdapat jahitan pada luka perineum tingkat

III tampak kemerahan dan bengkak.

D. Analisa Masalah

Ny.G umur 19 tahun P1A0 dengan jahitan luka perineum tingkat

III

1. Apa itu luka perineum?

Jawaban: Luka perineum adalah luka pada perineum karena

adanya robekan pada jalan lahir baik maupun episiotomy pada

waktu melahirkan janin.

2. Apa saja etiologi luka perineum?

Jawaban:

a. Penyebab maternal.
24

b. Partus presipitatus yang tidak di kendalikan dan tidak di

tolong.

c. Pasien tidak mampu berhenti mengedan.

d. Partus di selesaikan secara tergesah-gesah dengan dorongan

fundus yang berlebihan.

e. Edema dan kerapuhan pada perineum.

3. Apa saja Klasifikasi laserasi perineum menurut Wiknonjosastro

tahun 2005

Jawaban: robekan derajat 1, robekan derajat 2 dan robekan

derajat 3.

4. Apa tujuan perawatan perineum?

Jawban:

a. Mencegah iritasi dan infeksi

b. Meningkatkan rasa nyaman pada ibu

c. Mengurangi rasa nyeri

5. Apa yang di maksud engan hecting

Jawaban: Hacting adalah suatu acara untuk menyatukan

kembali jaringan tubuh (dalam hal perineum) dan mencegah

kehilangan darah yang tidak perlu (memestikan hemostatis)

dan mempertahankan integritas dasar panggul ibu.

6. Apa itu perawatan luka perineum?

Jawaban: Perawatan luka perineum adalah membersihkan

daerah vulva dan perineum pada ibu yang telah melahirkan


25

sampai 42 hari pasca persalinan dan masih menjalani rawat

nginap di rumah sakit

7. Apa yang dimaksud dengan penyembuhan luka?

Jawaban: Penyembuhan luka adalah proses, cara, perbuatan

untuk menyembuhkan atau pemulihan.

E. Bagan alur

Lakukan pengkajian Bila terdapat pus dan


Segera lakukan
klinik pada Ny.G cairan pada luka segera
penanganan pada daerah
lakukan penangan
jahitan yang terinfeksi

Berikan amoxilin 500mg


Konseling peroral setiap 6 jam dan
prosonal hygine metrodinasol 500mg 3x/hari
selama 5 hari

F. Hipotesis

Ny.G umur 19 tahun P1A0 dengan jahitan luka perineum tingkat

III
26

BAB IV

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY “G” UMUR 19 TAHUN

P1A0 DENGAN JAHITAN PERENIUM TINGKAT III

Tanggal Pengkajian : 16-11-2020

Jam Pengkajian : 08.00 WIT

Dikaji Oleh : Mhs. Helen Betharia Jalmav

I. PENGKAJIAN

A. Data Subjektif

1. Identitas

Nama Ibu : Ny. G Nama Suami : Tn.A

Umur : 19 Tahun Umur : 20 Tahun

Suku : Ambon Suku : Papua

Agama :Kristen Agama : Kristen

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan :

Alamat : Sentani Alamat : Sentani

1. Alasan Kunjungan

Tdak Ada
27

2. Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri pada luka

3. Riwayat obsterti

No Tahun Tempat Usia Jenis penolong Penyulit JK BB PB

lahir bersalin kehamilan persalinan


1 2020 RS 40 minggu normal bidan Tidak ada ♀ 4000 48

4. Riwayat KB

No Jenis Pasang Lepas

kontrasepsi
tanggal Oleh tempa Ke;uhan tanggal oleh Tempat alasan

t
Belum Menggun KB

akan

5. Riwayat kesehatan

a. Sekarang : ibu mengatakan tidak menderita penyakit menular (TBC,

hepatitis), menahun (jantung, stroke) keturunan (DM, asma)

b. Yang lalu : ibu mengatakan yang lalu tidak menderita penyakit

menular (TBC, hepatitis), menahun (jantung, stroke) keturunan (DM,

asma)

c. Keluarga : ibu mengatakan dalam keluarga tidak menderita penyakit

menular (TBC, hepatitis), menahun (jantung, stroke) keturunan (DM,

asma)

6. Pola sehari-hari selama masa nifas

a. Pola nutrisi
28

Makan

Frekuensi : 3x sehari Porsi : 1 piring

Jenis : Nasi, sayur, lauk Pantangan : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

Minum

Frekuensi : 6x sehari Porsi : 1 gelas

Jenis : Air putih, teh Pantangan : Tidak ada

Keluhan : Tidak ada

b. Pola eliminasi

BAB

Frekuensi : 1x sehari Konsistensi : lunak

Warna : Kunung kecoklatan Keluhan : tidak ada

BAK

Frekuensi : 5x sehari Konsistensi : cair

Warna : Kuning jernih Keluhan : tidak ada

c. Pola istirahat

Tidur siang

Lama : 1-2 jam sehari

Tidur malam

Lama : 7-8 jam sehari

B. Data Objektif

1. Keadaan umum : Baik

2. Kesadaran : Composmentis
29

3. Tanda – Tanda Vital

a. Tekanan Darah : 100/90 mmHg

b. Nadi : 90 x/m

c. Suhu Tubuh : 36,5℃

d. Pernapasan : 20 x/m

4. Kepala

a. Rambut : lurus

b. Warna : hitam

c. Kebersihan : bersih

5. Telinga

a. Bentuk :simetris kiri dan kanan

b. Pengeluaran cairan :tidak ada

6. Mata

a. Bentuk : simetris kiri dan

kanan

b. Konjungtiva : merah mudah

c. Sklera : putih

d. Penglihatan : jelas

e. Kebersihan : bersih

7. Hidung

a. Kebersihan : bersih

b. Pengeluaran : tidak ada

c. Nyeri tekan : tidak ada

8. Mulut
30

a. Kebersihan : bersih

b. Stomatitis : tidak ada

c. Mukosa mulut : lembab

9. Leher

a. Kelenjar tyroid : tidak ada pembesaran

b. Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran

c. Vena jugolaris : tidak ada pembengkakan

10. Gigi

a. Kebersihan : bersih

b. Caries : tidak ada

c. Kebersihan : bersih

11. Dada

a. Pergerakan dada : teratur

b. Frekuensi pernapasan : normal

12. Payudara

a. Pengeluaran : tidak ada

b. Putting Susu : menonjol

c. Benjolan : tidak ada

d. Bentuk : simetris

13. Uterus

a. TFU : 1 jari dibawah pusat

b. Kontraksi uterus : baik

c. Posisi uterus : anteversi

14. Vulva dan perineum


31

Inspeksi : tampak pengeluaran lochia rubra, terdapat luka jahitan

tampak kemerahan dan bengkak.

15. Pengeluaran lochea

a. Warna : merah kehitaman (rubra)

b. Bau : tidak berbau

c. Jumlah : 3 pembalut sehari

d. Konsistensi : cair

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA, MASALAH DAN KEBUTUHAN

1. Diagnosa : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny “G” Umur 19 Tahun

P1A0 Dengan Jahitan Perenium Tingkat III.

a. DS : ibu mengatakan nyeri pada luka.

b. DO : Keadaan Umum : Baik

Keadaan Emosional : Composmentis

Tanda – Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/90 mmHg

Nadi : 90 x/m

Suhu Tubuh : 36,5℃

Pernapasan : 20 x/m

TFU : 2 jari dibawah pusat

2. Masalah

terdapat jahitan pada luka perenium tingkat III tampak kemerahan dan

bengkak

III. ANTISIPASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

Antisipasi terjadinya infeksi


32

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA/KOLABORASI/RUJUK

Kolaborasi dengan dokter SPOG untuk terapi oral

V. PERENCANAAN

Tanggal : 16-11-2020 Jam :08.30 wit Oleh : mhs.helen

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Beritahu ibu untuk lakukan prosonal hygiene

3. Beritahu ibu untuk tetap menjaga pola istirahat yang cukup

4. Beritahu ibu untuk etap menjaga pola makan gizi seimbang

5. Beritahu ibu untuk mobilisasi, duduk, jalan perlahan-lahan

6. Beritahu ibu cara perawatan luka perineum dengan menggunakan kasa

bethadine

7. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang

VI. PELAKSANAAN

Tanggal : 16-11-2020 Jam :09.00 Wit Oleh : mhs. helen

1. Memberitahu Ibu Hasil Pemeriksaan

a. Keadaan Umum : Baik

b. Keadaan Emosional : Composmentis

c. Tanda – Tanda Vital

1) Tekanan Darah : 100/90 Mmhg

2) Nadi : 90 x/m

3) Suhu Tubuh : 36,5℃

4) Pernapasan : 20 x/m
33

Kontraksi uterus : baik

TFU : 1 jari di bawah pusat,

2. Memberitahu ibu untuk melakukan prosonal hygine

3. Menganjurkan kepada ibu tetap menjaga pola istirahat yang cukup

4. Menganjurkan kepada ibu tetap menjaga pola makan gizi seimbang

5. Memberitahu ibu untuk mobilisasi, duduk, jalan perlahan-lahan

6. Memberitahu ibu cara perawatan luka perineum dengan menggunakan

kasa bethadine

Untuk merawat luka pada perenium disarankan pada ibu agar saat

cebok ibu menggunakan air masak yang sudah dingin (DTT) setelah

cebok di keringkan dengan handuk yang bersih atau tisu yang bersih,

jangan sampai basah karena daerah ini rentan untuk berkembangnya

kuman. Ganti kasa yang bersih yang sudah diberikan betadine,

sampaikan pada ibu agar kasaanya diganti tiap kali BAK, BAB atau

mandi

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang

VII. EVALUASI

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu bersedia melakukan prosonal hygine

3. Ibu mengerti dan bersedia melakukannya

4. Ibu bersedia melakukannya


34

5. Ibu bersedia untuk mobilisasi, duduk dan jalan perlahan-lahan

6. Ibu sudah mengerti cara perawatan luka perenium

7. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang telah di dapatkan yaitu


35

a. Setelah dilakukan pengkajian yang terdiri dari data subjektif dan data

objektif maka diagnosa adalah Ny. G umur 19 tahun P1A0 dengan

luka jahitan tingkat III.

b. Dengan mengumpulkan data setelah dilakukan pengkajian untuk

menginterprestasikan data maka ditetapkan diagnosa Ny. G umur 19

tahun P1A0 dengan luka jahitan tingkat III.

c. Diagnosis atau masalah potensial jika tidak di tangani akan terjadi

infeksi.

d. Tindakan segera yang dilakukan pada Ny. G yaitu melakukan

kolaborasi dengan dr. Sp.Og untuk mendapatkan terapi oral.

e. Membuat perencanaan sesuai kebutuhan klien

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

2. Beritahu ibu untuk lakukan prosonal hygiene

3. Beritahu ibu untuk tetap menjaga pola istirahat yang cukup

4. Beritahu ibu untuk etap menjaga pola makan gizi seimbang

5. Beritahu ibu untuk mobilisasi, duduk, jalan perlahan-lahan

6. Beritahu ibu cara perawatan luka perineum dengan menggunakan

kasa bethadine

7. Beritahu ibu untuk kunjungan ulang

f. Rencana asuhan yang diberikan telah dilakukan sesuai dengan

rencana yang telah dibuat.

g. Setelah melakukan rencana asuhan maka klien dapat melakukan

sesuai dengan ajaran dan informasi yang diberikan oleh petugas

kesehata.
36

B. Saran

1. Bagi institusi

Bagi kampus Stikes Jayapura dapat menjadi kampus yang bermutu dan

menjadikan penerus tenaga kesehatan yang bermutu dan terlatih.

2. Bagi pembaca.

Bagi pembaca agar apa yang telah diberikan dalam bentuk pelayanan

dapat diterapkan pasien dan bertanggung jawab terhadap kesehatan

dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Y. 2010. Asuhan Kebidanan Masa NIfas. Yogyakarta:Pustaka Rahma

Merlinda,D. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Luka Perineum
Pada Hari Pertama Sampai Harti Ke Tiga. Jayapura

Meihartati, T. 2017. Hubungan antara perawatan payudara dengan terjadinya


breast dam (bendungan) pada ibu post partum, Jurnal Kebidanan dan
Keperawatan Aisyiyah, 13(1), 19-24
37

Anda mungkin juga menyukai