Anda di halaman 1dari 34

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS

Oleh :

KRISDAYANTI, S.Kep
70900119022

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(…………………….……..) (…………………………......)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyusun dan
menyajikan laporan pendahuluan ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan laporan
pendahuluan ini dan dapat menjadi acuan dalam menyusun laporan pendahuluan
selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala bantuan dari berbagai pihak demi perbaikan dan
penyempurnaan laporan pendahuluan ini mendapat balasan di sisi Allah Swt dan
dengan kerendahan hati saya berharap semoga laporan pendahuluan ini dapat
memberikan manfaat kepada saya khususnya dan pembaca pada umumnya.

Makassar, 30 Maret 2020

Krisdayanti

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………… ii
BAB I KONSEP MEDIS ……………………….…………………………......... 4
A. Definisi ……..…………………………………………………………. 4
B. Etiologi …,,……………………………………………………………. 4
C. Patofisiologi…………………………………………………………….. 6
D. Manifestasi klinis…………..…………………………………………… 6
E. Pemeriksaan diagnostik ………………………………………………… 8
F. Komplikasi..…………………………..…………………………………..9
G. Penatalaksanaan medis……………………………..……………………..10
H. Pencegahan.…………………………..………………………………….. 11
BAB II KONSEP KEPERAWATAN…………………………………………… 13
A. Pengkajian…………………………………………………………..…… 13
B. Diagnosa Keperawatan………...……………………………………….... 14
C. Rencana Keperawatan….…...………………………………………….... 16
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 28

iii
BAB I
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan
klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat, jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus
ditandai dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan
penyakit vascular mikroangiopati. (Fatimah. 2015)
Diabetes MellitusTipe2 merupakan penyakit hiperglikemi akibat
insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau
berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta
pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap sebagai non insulin
dependent diabetes mellitus (Fatimah. 2015).
Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan adanya
hiperglikemia yang disebabkan oleh ketidak mampuan dari organ pancreas
untuk memproduksi insulin atau kurangnya sensitivitas insulin pada sel target
tersebut. Abnormalitas pada metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang
ditemukan pada penderita penyakit diabetes mellitus terjadi dikarenakan
kurangnya aktivitas insulin pada sel target (Antari dan Esmond. 2017)

B. Etiologi
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2,
berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah,
faktor risiko yangdapat diubah dan faktor lain.
1. Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT >23 dapat
menyebabkan peningkatankadar glukosa darah menjadi 200mg%.

Kelompok 6 Page 4
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
2. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat dengan tidak
tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya tekanan dari dalam
tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
3. Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen
resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
4. Dislipedimia Adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikankan dari lemak
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan
plasmainsulin dengan rendahnya HDL (< 35mg/dl) sering didapat pada
pasien Diabetes.
5. Umur
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena Diabetes Mellitus
adalah > 45 tahun.
6. Riwayat persalinan
Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau berat badan bayi
>4000 gram
6. Faktor Genetik
DM tipe 2 berasal dari interaksi genetisdan berbagai faktor mental Penyakit
inisudah lama dianggap berhubungan dengan agregasi familial. Risiko
emperis dalam hal terjadinya DM tipe 2
7. Alkohol dan Rokok
Perubahan-perubahan dalam gaya hidup berhubungan dengan peningkatan
frekuensi DM tipe 2.Walaupun kebanyakan peningkatan ini dihubungkan
dengan peningkatan obesitas dan pengurangan ketidakaktifan fisik, faktor-
faktor lain yang berhubungan dengan perubahan dari lingkungan tradisional
kelingkungan kebarat- baratan yang meliputi perubahan-perubahan dalam
konsumsi alkohol dan rokok, juga berperan dalam peningkatan DM tipe 2.
Alkohol akan menganggu metabolisme gula darah terutama pada penderita
DM, sehingga akan mempersulit regulasi gula darah dan meningkatkan

Kelompok 6 Page 5
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
tekanandarah. Seseorang akan meningkat tekanan darah apabila
mengkonsumsietil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara dengan 100 ml
proof wiski, 240 ml wine atau 720 ml.
Faktor resiko penyakit tidak menular, termasuk DM Tipe 2, dibedakan
menjadi dua. Yang pertama adalah faktor risiko yang tidak dapat berubah
misalnya umur, faktor genetik, pola maka yang tidak seimbang jeniskelamin,
status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, aktivitas fisik, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh. (Fatimah, 2015).

C. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di dalam
darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin
secara cukup sehingga mengakibatkan terjadinya penumpukan gula dalam
darah yang menyebabkan terjadinya hiperglikemia. Glukosa secara normal
bersirkulasidalam jumlah tertentu dalam darah.Glukosa dalam tubuh dibentuk
di dalam hatidari makanan yang dikonsumsi ke dalam tubuh. Insulin
merupakan hormon yang diproduksi oleh pankreas yang berfungsi untuk
memfasilitasi atau mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur
produksi dan penyimpanannya.
Defisiensi insulin ini menyebabkan penggunaan glukosa dalam tubuh
menurunyang akan menyebabkan kadar glukosa darah dalam plasma tinggi
atauhiperglikemi. Keadaan hiperglikemi ini akan menyebabkan terjadinya
glukosuria dikarenakan glukosa gagal diserap oleh ginjal ke dalam sirkulasi
darah dimana keadaan ini akan menyebabkan gejala umum diabetes mellitus
yaitu polyuria, polydipsia, dan polyphagia (Antari dan Esmond, 2017).

D. Manifestasi klinis
Seseorang dapat dikatakan menderita diabetes mellitus apabila ia
menderita dua dari tiga gejala. Gejala-gejala yang dikenal dengan “keluhan
trias” ini adalah banyak kencing (dalam istilah medis dikenal dengan istilah
poliuria), banyak minum (polidipsi), dan penurunan berat badan. Selain ketiga

Kelompok 6 Page 6
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
gejala utama tersebut, ada beberapa gejala lain yang juga sering muncul pada
penderita diabetes, di antaranya banyak makan (polifagi), air seni dikerumuni
semut karena gula keluar bersama urine (glukosuria), kadang-kadang ada
keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal,
penglihatan menjadi kabur, dan luka sukar sembuh.
Menurut Khasanah (2012), berikut penjelasan bagi munculnya beberapa
gejala tersebut.
1. Gula Keluar Bersama Urine (Glukosuria): Glukosa akan turut terbawa
aliran urine ketika kadar glukosa dalam darah meningkat. Peningkatan
kadar glukosa darah menyebabkan jumlah yang disaring melalui ginjal
melebihi kemampuan ginjal untuk menyerapnya kembali ke dalam tubuh.
Karena glukosa rasanya manis, maka kandungan glukosa dalam air
kencing dapat mengundang semut untuk mengerumuni urine tersebut.
Inilah yang kemudian membuat penyakit diabetes mellitus disebut juga
penyaking kencing manis.
2. Banyak Kencing (Poliuria): Sehubungan dengan sifat glukosa yang
menyerap air, maka jumlah air yang dikeluarkan tubuh juga akan turut
meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah glukosa yang dikeluarkan
melalui urine. Jika kadarnya lebih tinggi lagi, ginjal akan membuang air
tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang.
Karena ginjal menghasilkan air kemih daam jumlah berlebihan, maka
penderita diabetes mellitus sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria).
3. Banyak Minum (Polidipsi): Dampak dari banyak kencing adalah tubuh
akan mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Kondisi ini akan
menimbulkan rasa haus yang terus-menerus, sehingga penderita diabetes
mellitus menjadi banyak minum.
4. Penurunan Berat Badan: Pada penderita diabetes mellitus, proses
penyerapan glukosa ke dalam jaringan tubuh akan terganggu. Tubuh tidak
dapat memenuhi kebutuhan energinya, sehingga memecah jaringan lemak

Kelompok 6 Page 7
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
tubuh untuk diubah menjadi energi. Jika hal ini terus terjadi dalam jangka
waktu lama, maka penderita akan mengalami penurunan berat badan.
5. Banyak Makan (Polifagi): Seperti telah dijelaskan sebelumnya, tubuh
penderita diabetes mellitus tetap kekurangan energi meskipun kadar
glukosa dalam darah tinggi. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap
kadar gula dalam darah, sehingga tidak dapat digunakan tubuh. Karena
tubuh kekurangan energi, tubuh akan memberika sinyal ke otak untuk
merangsang rasa lapar, sehingga menimbulkan banyak makan (Antari dan
Esmond, 2017).
Dijelaskan dalam Al-Quran Surah QS Al-A’raf/7/31 tentang penyakit
ini Bahwa makanan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi
terbentuknya plak didinding pembuluh darah..

Sebagaimana firman Allah swt berfirman QS Al-A’raf/7/31.

        



Terjemahnya:
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan” (Sulaeman, Nabi Sang Tabib Mukjizat Kesehatan di Balik
Sabda-Sabda Nabi, 2013: 93).
Asbabun Nuzul QS Al-A’raf/7/31 dengan Tafsir Ibnu Katsir.
Firman Allah Ta’ala selanjutnya: wa kuluu wasyrabuu (“Makan dan
minumlah….”). Sebagian ulama salaf mengatakan, Allah Ta’ala telah
menyatukan seluruh pengobatan pada setengah ayat ini, Makan dan
minumlah dan janganlah kamu berlebih-lebihan.”
Imam al-Bukhari meriwayatkan, Ibnu ‘Abbas berkata: “Makan dan
berpakaianlah sesuka kalian, asalkan engkau terhindar dari dua sifat:
berlebih-lebihan dan sombong.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari `Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari
kakeknya, bahwa Rasululullah saw. pernah bersabda: “Makan, minum,
berpakaian dan bersedekahlah kalian dengan tidak sombong dan berlebih-

Kelompok 6 Page 8
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
lebihan, karena sesungguhnya Allah suka melihat nikmat-Nya tampak pada
hamba-Nya.” (Hadits ini diriwayatkan pula oleh an-Nasa’i dan Ibnu Majah)
Imam Ahmad meriwayatkan, Yahya bin Jabir ath-Thaa-i menceritakan
kepada kami, aku pernah mendengar al-Miqdam bin Ma’di Yakrib al-Kindi,
ia berkata, aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: “Tidaklah anak
Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya sendiri. Cukuplah
bagi anak Adam beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang
punggungnya. Kalau ia memang harus melakukannya, maka sepertiga untuk
makanannya, sepertiga untuk minumnya dan sepertiga lagi untuk nasinya.”
(Hadits tersebut diriwayatkan pula oleh an-Nasa’i dan at-Tirmidzi. Dan at-
Tirmidzi mengatakan, bahwa hadits tersebut hasan dan dalam sebuah
naskah lain disebut hasan shahih).
Ayat diatas mengandung arti bahwa janganlah melampaui batas yang
dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan
yang dihalalkan karena makan yang teratur mempengaruhi kesehatan tubuh
dan juga memperhatikan pola hidup yang sehat seperti memperbanyak
olahraga.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Glukosa darah ; meningkat 200 – 100 mg/dl, atau lebih
Aseton plasma ; Positif secara mencolok.
Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat.
Osmolalitas serum : Meningkat tetapi biasanya kurang dari 330
mOsm/l.
Elektrolit :
Natrium : Mungkin normal, meningkat atau menurun.
Kalium : Normal atau peningkatan semu (perpindahan seluller),
selanjutnya akan menurun.
Fospor : Lebih sering menurun.
Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari normal yang
mencerminkan kontrol DM yang kurang selama 4 bulan terakhir ( lama hidup

Kelompok 6 Page 9
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
SDM ) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
kontrol tidak adekuat Versus DKA yang berhubungan dengan insiden.
Glukosa darah arteri : Biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan
pada HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik.
Trombosit darah: Ht mungkin meningkat ( dehidrasi ), leukositiosis,
hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
Ureum / kreatinin : mungkin meningkat atau normal (dehidrasi/penurunan
fungsi ginjal).
Amilase darah : Mungkin meningkat yang mengindikasikan adanya
pankretitis akut sebagai penyebab dari DKA.
Insulin darah : Mungkin menurun / bahkan samoai tidak ada (pada tipe 1)
atau normal sampai tinggi (tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi
insulin/gangguan dalam penggunaannya (endogen /eksogen ). Resisiten
insulin dapat berkembang sekunder terhadap pembentukan antibodi. (auto
antibodi).
Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
Urine : Gula dan aseton positif; berat jenis dan osmolalitas mungkin
menigkat.
Kultur dan sensitivitas: Kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan dan infeksi pada luka.

F. Komplikasi
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat menimbulkan komplikasi jika
tidak dikendalikan. Peningkatan kadar gula darah dalam waktu yang lama bisa
merusak pembuluh darah, jantung, otak, mata, ginjal, saraf, kulit, dan jaringan
tubuh lainnya. Menurut Khasanah(2012), beberapa komplikasi diabetes
mellitus tersebut sebagai berikut.
1. Hipertensi dan Penyakit Jantung: Gula yang terlalu tinggi dalam darah
dapat menempel pada dinding pembuluh darah, sehingga pembuluh darah
menebal. Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga dapat menyebabkan

Kelompok 6 Page 10
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
kadar lemak dalam darah meningkat. Hal ini akan memepercapat
terjadinya penyempitan pembuluh darah. Akibatnya, tekanan darah
meningkat dan terjadilah hipertensi.
2. Katarak: Katarak dalah penyalit atau kerusakan pada mata yang
menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh,
sehingga cahaya tidak dapat menembusnya. Kaitannya dengan penyakit
diabetes mellitus, katarak merupakan efek sekunder yang timbul dari
penyakit ini.
3. Gagal Ginjal: terjadi ketika kedua ginjal mengalami kerusakan permanen
dan tidak dapat menjalankan fungsi sebagaimana mestinya, yaitu untuk
menyaring darah. Kaitannya dengan penyakit diabetes mellitus, kadar gula
darah yang tinggi akan memperberat kerja ginjal dalam menyaring darah.
Jika keadaan ini terus berlanjut, maka dapat menyebakan gagal ginjal.
4. Gangguan pada Saraf: Jika saraf yang terhubung ke tangan, tngkai, dan
kaki mengalami kerusakan, maka penderita akan sering mengalami sensasi
kesemutan atau nyeri, seperti terbakar, dan terasa lemah pada lengan dan
tungkai. Kerusakan saraf juga dapat menyebabkan kulit lebih sering
mengalami cedera, karena penderita dapat merasakan perubahan tekanan
maupun suhu.
5. Luka yang Susah Sembuh dan Gangren: Berkurangnya aliran darah ke sel-
sel kulit juga bisa menyebabkan penderita mudah luka dan proses
penyembuhan luka berjalan lambat. Luka di kaki bisa sangat dalam dan
rentan mengalami infeksi, karena masa penyembuhannya agak lama.
Dalam beberapa kasus, sebagian tungkai si penderita harus diamputasi
untuk menyelamatkan jiwanya (Antari dan Esmond, 2017).

G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengendalian DM dimasukkan untuk mengurangi gejala,
membentuk berat badan ideal, dan mencegah akibat lanjut atau komplikasi.
Dengan demikian, prinsip dasar manejemen pengendalian atau penanganan
DM meliputi:

Kelompok 6 Page 11
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
1. Pengaturan makanan; yang pertama dan kunci manejemen DM, yang
sekilas tampaknya mudah tapi kenyataannya sulit mengendalikan diri
terhadap nafsu makan.
2. Latihan jasmani
3. Perubahan perilaku risiko
4. Obat anti diabetic
5. Intervensi bedahh: sebagai pilihan terakhir, kalau memungkinkan dengan
cangkok pankreas
Tabel 1.1 Manajemen Pengendalian Diabetes
Status Diabetes Tindakan Manejemen
1. Publik sehat - Edukasi, Informasi dan Kepedulian
2. Kelompok resiko - Penyaringan
- Perbaikan gaya hidup
3. Prediabetik/Sindrom metabolik - Diagnosa dini
- Pemerikasaan lab
4. Penderita Diabetes - Intervensi diet dan olahraga
-Pengobatan
- Pencegahan kemungkinan komplikasi
- Pemeriksaan khusus
5. DM di rumah sakit -Pengobatan intensif
- Perawatan khusus
- Pencegahan komplikasi
6. Kronik DM - Rehabitasi komplikasi
- Pemeriksaan periodik
Obat anti diabetic (OAD) diberikan sesuai dengan peran masing-masing
obat: (Antari dan Esmond, 2017).
1. Obat yang merangsang ssel-sel beta untuk mengeluarkan insulin (insulin
secretagogue), misalnya sulphonylurea.
2. Obat yang bekerja di perifer pada otot dan lemak, mensentifkan otot
seperti Metformin.
3. Obat yang mencegah penyerapan glukosa di usus dengan menghambat
kerja enzim alpha glucosidase, misalnya Acarbosein.aan pleura.

Kelompok 6 Page 12
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
H. Pencegahan
Pemahaman dan partisipasi pasien juga sangat penting karena tingkat
glukosa darah selalu berubah-ubah. Sebab, kesuksesan menjaga gula darah
dalam batasan normal dapat mencegah komplikasi diabetes. Sementara itu,
faktor lainnya yang dapat mengurangi komplikasi adalah berhenti merokok,
mengoptimalkan kadar kolesterol, menjaga berat tubuh yang stabil, mengontrol
tekanan darah tinggi, dan melakukan olahraga secara teratur (Adib, 2011).
Diabetes tipe 2 merupakan penyakit degeneratif yang dapat dicegah.
Menurut Khasanah (2012), adapun upya-upaya yang dapat dilakukan untuk
pencegahan sebagai berikut:
1. Mengontrol berat badan atau menghindari obesitas yang merupakan salah
satu pemicu munculnya diabetes. Dengan menjaga berat badan tetap ideal,
maka risiko terkena penyakit diabetes akan turut berkurang.
2. Mengatur asupan lemak. Batasi asupan lemak berleebih dan perhatikan agar
konsukmsi lemak tidak lebih dari 15% dari total kecukupan energi.
3. Membatasi makanan dan minuman manis. Batasi konsumsi gula kurang dari
15 gram sehari (setara 3 sendok makan).
4. Menerapkan pola makan dengan gizi seimbang.
5. Melakukan olahraga secara teratur
6. Jika sudah memasuki usia lanjut, perlu dilakukan pemeriksaan gula darah
secara teratur.

Kelompok 6 Page 13
Profesi Ners Angkatan XV UIN Alauddin Makassar
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Tujuan :
a. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
b. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
c. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
d. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
2. Meliputi aspek gerontik:
a. Fisik
Wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
4) Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
6) Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
8) Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
9) Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
b. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
2) Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.
c. Psikologis
1) Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
4) Bagaimana mengatasi stress yang di alami.

14
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
6) Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
d. Sosial ekonomi
1) Darimana sumber keuangan lanjut usia
2) Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
3) Dengan siapa dia tinggal.
4) Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
5) Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
6) Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi.
8) Seberapa besar ketergantungannya.
9) Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada.
e. Spiritual
1) Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
3) Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
4) Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut
Kategori : Nyeri
Sub kategori : Nyeri dan Kenyamanan
Kode : D. 0077
a. Definisi : pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

15
kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3
bulan (PPNI,2016).
b. Penyebab (PPNI,2016).
1) Agen pencedera fisiologis (mis., inflamasi, iskemia, neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (mis., terbakar, bahan kimia iritan)
3) Agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi, terbakar, terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisikberlebihan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Mengeluhnyeri
2) Objektif
a) Tampakmeringis
b) Bersikap protektif (mis.,waspada, posisi menghindari nyeri)
c) Gelisah
d) Frekuensi nadimeningkat
e) Sulittidur
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Tekanan darahmeningkat
b) Pola napas berubah
c) Nafsu makanberubah
d) Proses berpikirterganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada dirisendiri
g) Diaforesis
2. Defisit nutrisi
Kategori : Fisiologis
Sub kategori : Nutrisi dan Cairan

16
Kode : D. 0019
a. Definisi :Asupannutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme
(PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Kurangnya asupan makanan
2) Ketidakmampuan menelanmakanan
3) Ketidakmampuan mencernamakanan
4) Ketidakmampuan mengabsorbsinutrien
5) Peningkatan kebutuhanmetabolisme
6) Faktor ekonomi (mis. finansial tidakmencukupi)
7) Faktor psikologis (mis. stress, keengganan untukmakan)
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
(Tidak tersedia)
2) Objektif
a) Berat badan menurun minimal 10% dibawa rentang ideal
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif
a) Cepat kenyang setelahmakan
b) Kram/nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
2) Objektif
a) Bising usushiperaktif
b) Otot pengunyahlemah
c) Otot menelanlemah
d) Memberan mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontokberlebihan
h) Diare

17
3. Gangguan integritas kulit/jaringan
Kategori : Lingkungan
Sub kategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D. 0129
a. Definisi : kerusakan kulit (dermis dan/atau epidermis) atau jaringan
(membrane mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi dan/atau ligament) (PPNI,2016)
b. Penyebab (PPNI,2016)
1) Perubahansirkulasi
2) Perubahan status nutrisi (kelebihan ataukekurangan)
3) Kekurangan/kelebihan volume cairan
4) Penurunanmobilitas
5) Bahan kimia iritatif
6) Suhu lingkungan yangekstrem
7) Faktor mekanis (mis., penekanan pada tonjolan tulang, gesekan) atau
faktor elektris (elektrodiatermi, energi listrik bertegangantinggi)
8) Efek samping terapiradiasi
9) Kelembaban
10) Prosespenuaan
11) Neuropatiperifer
12) Perubahanpigmentasi
13) Perubahanhormonal
14) Kurang terpapar informasitentangupaya
mempertahankan/melindungi/integritasjaringan
c. Gejala dan Tanda Mayor (PPNI,2016)
1) Subjektif
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Kerusakan jaringan dan/atau lapisankulit
d. Gejala dan Tanda Minor (PPNI,2016)
1) Subjektif

18
Tidak tersedia
2) Objektif
a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma
4. Intoleransi aktivitas
Kategori : Fisikologis
Subkategori : Aktivitas dan Istirahat
Kode : D.0056
a. Definisi
Ketidakcukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
b. Penyebab
1) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen
2) Tirah baring
3) Kelemahan
4) Imobilitas
5) Gaya hidup monoton
c. Gejala dan tanda mayor
Subyektif : Mengeluh Lelah
Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat.
d. Gejala dan tanda minor
Subyektif :
1. Dispnea saat/setelah aktivitas
2. Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
3. Merasa lemah
Objektif :
4. Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat
5. Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktiivitas
6. Gambaran EKG menunjukkan iskemia
7. Sianosis

19
e. Kondisi klinis terkait
1) Anemia
2) Penyakit jantung koroner
3) Gagal jantung kongestif
4) Penyakit katup jantung
5) Aritmia
6) Penyakit paru obstruktif kronis
7) Gangguan metabolic
8) Gangguan muskuloskeletal
5. Ansietas
Kategori : Psikologis
Sub kategori : Integrits Ego
Kode : D. 0080
a. Definisi : Kondisi emosional dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu mrlakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
b. Penyebab
1) Krisis situasional
2) Kebutuhan tidak terpenuhi
3) Krisis maturasional
4) Ancaman terhadap konsep diri
5) Ancaman terhadap kematian
6) Kekhawatiran mengalami kegagalan
7) Disfungsi sistem keluarga
8) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
9) Faktor keturunan ( tempramen mudah Teragitasi sejak lahir)
10) Penyalahgunaan zat
11) Terpapar lingkungan (mis. Toksin, polutan dan lain-lain)
12) Kurang terpapar informasi

20
c. Gejala dan tanda mayor
1) Subjektif : Merasa bingun, merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
2) Objektuf : tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
d. Gejala dan tanda minor
1) Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia, palpitasi, merasa tak berdaya.
2) Objektif : frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi meningkat, tekanan
darah meningkat, diaforesis, tremor, muka tampak pucat, suara bergetar
kontak mata buruk, sering berkemih, berorientasi pada masa lalu.
e. Kondisi klinis tetkait
1) Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, pentakit autoimun)
2) Penyakit akut
3) Hospitallisasi
4) Rencana operasi
5) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
6) Penyakit neurologis
7) Tahap tumbuh kembang
6. Resiko Infeksi
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan Proteksi
Kode : D.0142
a. Definisi
Berisiko mengalami peningkatan terserang organisme patogenik
b. Faktor resiko
1. Penyakit kronis
2. Efek prosedur invasive
3. Malnutrisi
4. Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
5. Ketidakadekuatan pertahan tubuh primer:
a) Gangguan peristaltic
b) Kerusakan integritas kulit

21
c) Perubahan sekresi pH
d) Penurunan kerja siliaris
e) Ketuban pecah lama
f) Ketuban pecah sebelum waktunya
g) Merokok
h) Statis cairan tubuh
6. Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
a) Penurunan haemoglobin
b) Imunosupresi
c) Leukopenia
d) Supresi respon inflamasi
e) Vaksinasi tidak adekuat
c. Kondisi klinis terkait
1. AIDS
2. Luka Bakar
3. Penyakit Paru Obstruktif kronis
4. Diabetes mellitus
5. Tindakan invasive
6. Kondisi penggunaan terapi steroid
7. Penyalahgunaan obat
8. Ketuban pecah sebelum waktunya
9. Kanker
10. Gagal ginjal
11. Imunosupresi
12. Lymphedema
13. Leukositopenia
14. Gangguan fungsi hati
7. Resiko Jatuh
Kategori : Lingkungan
Subkategori : Keamanan dan proteksi
Kode : D. 0143

22
a. Definisi : Beresiko mengalami kerusakan fisik dan gangguan
kesehatan akibat terjatuh
b. Faktor resiko :
1) Usia >65 tahyn (pada dewasa) atau <2 tahun (pada anak)
2) Riwayat jatuh
3) Anggota gerak bawah prosthesis (buatan)
4) Penggunaan alat bantu berjalan
5) Penurunan tingkat kesadaran
6) Perubahan fungsi kognitif
7) Lingkungan tidak aman
8) Kondisi pasca operasi
9) Hipotensi ortostatik
10) Perubahan kadar glukosa darah
11) Anemia
12) Kekuatan otot menurun
13) Gangguan pendengaran
14) Gangguan keseimbangan
15) Gangguan penglihatan
16) Neuropati
17) Efek agen farmakologis
c. Kondisi klinis terkait:
1) Osteoporosis
2) Kejang
3) Penyakit sebrovaskuler
4) Katarak
5) Glaucoma
6) Demensia
7) Hipotensi
8) Amputasi
9) Intoksikasi
10) Preeclampsia

23
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Tujuan dan Kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat nyeri menurun dengan
kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Kesulitan tidur menurun
4) Frekuensi nadi membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nyeri :
1) Observasi
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
R: Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri merupakan hal yang amat penting untuk memilih
intervensi yang cocok dan untuk mengevaluasi keefektifan dari terapi
yang diberikan.
b) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
R: Untuk melihat faktor pencetus yang memicu adanya nyeri
c) Monitor efek samping penggunaan analgetik
R: Untuk mencegah adanya alergi obat pada pasien
2) Terapeutik
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri( mis.hipnosis,akupresur, terapi musik,terapi pijat,
aromaterapi,terknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin).
R: pemberian teknik non farmakologi yntuk mengendalikan dan
meredakan rasa nyeri

24
b) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis.suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
R: Adanya lingkungan yang nyaman dapat mempengaruhi kualitas
nyeri yang dirasakan dapat berkurang
3) Edukasi
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
R: Pasien dapat mengetahui penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
R: Agar pasien mengethaui tindakan yang akan dilakukan ketika nyeri
dirasakan
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
R: Memandirikan pasien dalam mengontrol nyeri
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian analgetik
R: pemberian analgetik dengan teratur dapat mengurangi rasa nyeri
2. Defisit nutrisi
a. Tujuandan criteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam status nutrisi membaik
dengan kriteria hasil:
1) Porsi makanan yang dihabiskan
2) Nafsu makan membaik
b. Intervensi keperawatan
Manajemen Nutrisi :
1) Observasi :
a) Identifikasi status nutrisi
R: Pengkajian penting dilakukan untuk mengetahui status nutrisi pasien
sehingga dapat menentukan intervensi yang diberikan.
b) Identifikasi makanan yang disukai
R: membantu pasien untuk memenuhi asupan nutrisi
c) Monitor asupan makanan
R: untuk mengetahui jumlah yang masuk dan jumlah yang keluar.

25
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygnel sebelum makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk
R: Posisi duduk memberikan pasien perasaan nyaman saat makan.
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antimetic).
R: Antiemetik dapat digunakan sebagai terapi farmakologis dalam
manajemen mual dengan menghambat sekres asam lambung
b) Kolaborasi ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
R: membantu pasien untuk memenuhi jumlah nutrisi dalam tubuh
Manajemen Berat Badan :
1) Observasi
a) Monitor Berat Badan
R: Pemantauan berat badan membantu dalam memantau peningkatan
dan penurunan status gizi
b) Monitor adanya mual muntah
R: Mengurangi atau menghilangkan penyebab muntah.
2) Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan
R: Mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan.
3) Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau.
R: Pemberian informasi yang tepat dapat membantu pasien dalam
menentukan makanan yang bergizi tinggi.
3. Gangguan integritas kulit/ jaringan
a. Tujuandankriteriahasil

26
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam penyembuhan luka
meningkat dengan kriteria hasil:
1) Peradangan luka menurun
2) Nyeri menurun
3) Kerusakan lapisan kulit menurun
4) Kemerahan menurun
5) Tekstur membaik
b. Intervensi keperawatan
Perawatan Integritas Kulit :
a) Observasi
a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit (mis. Perubahan
sirkulasi, perubahan status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
lingkungan ekstrem dan penurunan monilitas).
Rasional: Untuk mengetahui penyebab gangguan integritas kulit
b) Terapeutik
a. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Rasional: Untuk menurunkan resiko terjadinya trauma jaringan
b. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan hipoalergik pada
kulit
Rasional: untuk membantu penyembuhan pada kulit
3) Edukasi
a) Anjurkan memakai pelembab (mis. Lotion, serum)
Rasional: Agar kulit dapat tetap dalam keadaan lembab dan
mengurangi ruam semakin parah.
b) Anjurkan minum Air yang cukup
Rasional: turgor pada kulit tidak kering.
c) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Rasional: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
4. Intoleransi Aktivitas
a. Tujuandankriteriahasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam Intoleransi Aktivitas

27
Membaik dengan kriteria hasil:
1) Kemudahan dalam melakukan aktivitas sehari-hari meningkat
2) Perasaan lemah menurun
3) Keluhan lelah menurun
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis.
Cahaya,suara,kunjungan).
b) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4) Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Tekanan darah membaik
5) Warna kulit membaik
b. Intervensi Keperawatan
Manajemen Energi :
a. Observasi
1) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola dan jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
b. Terapeutik
d) .
c. Edukasi
a)Anjurkan tirah baring
R; Untuk mencegah terjadinya luka pada pasien
b)Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
R: Agar hasilnya dapaat tercapai dengan baik dan rasa lelah menurun.
c)Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
R; Supaya dapat mengurangi timbulnya beberapa kompilikasi
d)Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
R: Pasien dapat mengetahui strategi yang dapat mengurangi kelelahan
d. Kolaborasi

28
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan.
R: Untuk memenuhi kebutuhan gizi pada pasien
5. Ansietas
a. Tujuan dan kriteria hasil
Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3x24 jam tingkat ansietas menurun
dengan kriteria hasil:
1) Perilaku gelisah menurun
2) Perilaku tegang menurun
3) Pola tidur membaik
b. Intervensi keperawatan
Reduksi Ansietas:
1) Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
stressor)
R: Mengetahui tingkat ansietas berubah pada kondisi, waktu dan
stressor
b) Monitor tanda-tanda ansietas
R: Dapat membantu pasien untuk mencegah terjadinya ansietas.
2) Terapeutik:
a) Dengarkan dengan penuh perhatian
R: memdengarkan seksama keluhan pasien dapat mengurangi ansietas.
b) Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
R: perasaan pasien akan berfikir positif jika diberikan motivasi.
3) Edukasi:
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
R: Agara pasien tidak merasa tidak diperhatikan dan pasien merasa
nyaman.
b) Latih tekhnik relaksasi
R: Mengurangi tingkat kecemasan dan membuat rileks.
4) Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian terapi antiansietas.

29
R: Mengurangi perasaan cemas pada pasien.
6. Resiko Infeksi
a. Pencegahan Infeksi
1) Observasi
Monitor tanda dan gejala infeksi local
R: Memberikan informasi tentang adanya tanda dan gejala infeksi untuk
diberikan intervensi
2) Terapeutik
a) Batasi jumlah pengunjung
R: Dengan itu dapat meminimalisir penyebaran infeksi kepada pasien
b) Cuci tangan sebelum dan setelah kontak dengan pasien dan lingkungan
R: Mencegah terjadinya infeksi
c) Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko infeksi
R: Mencegah terjadinya infeksi dan masuknya mikroorganisme
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R: Memberikan informasi kepada pasien tentang resiko infeksi
b) Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
R: Mencegah terjadinya Infeksi dan menjaga kebersihan
b. Perawatan Luka
1) Observasi
a) Monitor karakteristik luka (mis. Drainase, warna, ukuran, bau)
R: Memberika informasi untuik menetukan intervensi yang akan
diberikan kepada pasien
b) Monitor tanda-tanda infeksi
R: Dapat mengetahui apakah terdapat tanda-tanda infeksi atau tidak
2) Terapeutik
a) lepaskan balutan dan plester secara perlahan
b) Cukur rambut di sekitar luka
c) Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik
d) Bersihkan jaringan nekrotik

30
e) Berikan salep yang sesuai kulit
f) Pasung balutan sesuai jenis luka
g) Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
h) Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
i) Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
j) Berikan diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kg/BB/hari
k) Berikan terapi TENS (Stimulasi Saraf transkutaneous)
3) Edukasi
a) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
R: Memberikan informasi untuk menerapkan intervensi yng akan
diberikan kepada pasien
b) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
R: keluarga pasien atau psien dapat melakukan dengan mandiri dan bisa
di praktekkan saat di rumah
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian antibiotik
7. Resiko Jatuh
Pencegahan jatuh
Tindakan
1) Observasi
c) Identifikasi faktor resiko jatuh (penurunan kesdaran, usia >65 tahun, defisit
kognitif, gangguan keseimbangan, gangguan penglihatan)
d) Hitung resiko jatuh dengan skala (misalnya fall morse scale)
2) Terapeutik
a) Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
b) Atur tempat tidur mekanis pada posisi rendah
c) Pasang handrail di tempat tidur
d) Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pemantauan perawat
dari nurse station

31
32
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Agama RI. Al-Qur'an dan terjemahnya.

Antari dan Esmond. 2017. Diabetes Melitus Tipe 2. Dalam Rangka Menjalani
Kepaniteraan Klinik Madya Di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rsup Sanglah
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Davey, Patrick. 2015. 64 Manifestasi Klinik dan 146 Penyakit Medis. Jakarta:
EGC.
Sulaeman (2013). “Nabi Sang Tabib Mukjizat Kesehatan di Balik Sabda-Sabda
Nabi”. 2013: 93
Fatimah, Restyana Noor. 2015. Diabetes Melitus Tipe 2Medical Faculty,
Lampung University J MAJORITY Volume 4 Nomor 5
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2017). Standar Diagnosis
Keperawtan Indonesia (SDKI) Definisi dan Indikator Diagnostik.Edisi 1.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2018). Standar Intervensi
Keperawtan Indonesia (SIKI) Definisi dan Tindakan Keperawatan.Edisi 1
Cetakan II.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) (2018). Standar Luaran
Keperawtan Indonesia (SLKI) Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan.Edisi 1 Cetakan II.

33
PENYIMPANGAN KDM

Faktor genetik, usia, pengrusakan imunologik, infeksi virus


Kerusakan sel beta
Ketidakseimbangan produksi insulin
Gula dalam darah tdk dapat dibawa masuk ke dalam sel

Viskositas darah meingkat Hiperglikemia Anabolisme protein menurun


Aliran darah lambat Batas melibihi ambang ginjal Kerusakan antibodi
Iskemik jaringan Glukosuria Kekebalan tubuh menurun
Pelepasan mediator kimia Diaresis osmotik neuropatisensori perifer
Ansietas
Dipersepsikan hypothalamus kehilangan elektrolit dalam sel nekrosis luka
Dehidrasi Resiko jatuh
Nyeri akut
Risiko infeksi
Merangsang hipotalamus Luka gangren
Prrotein dan lemak dibakar Polidipsi & polifagi
Penurunan BB Gangguan
Defisit nutrisi integritas
Intolerasni kulit/jaringan
Aktivitas

34

Anda mungkin juga menyukai