Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)

TERAPI PSIKORELIGIUS DZIKIR MENGGUNAKAN JARI TANGAN


KANAN PADA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA

OLEH:
KELOMPOK II

A.NUR SETYAWATI DWI SUHARDINI, S.Kep


ANWAR, S.Kep
AZMIL IHSAN, S.Kep
NURUL ANNISA SAING, S.Kep
TRINI ANDINI MUHTAR, S.Kep
SRI EKAWARDANI, S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XV


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2020

1
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)
MENGHARDIK & TERAPI DZIKIR

A. Latar Belakang
Terapi Aktivitas Kelompol (TAK): sosialisasi TAK adalah upaya
memfasilitasi kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah
hubungansosial. Salah satu gangguan hubungan sosial pada pasiengangguan
jiwa adalah  gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu
masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa.
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami
perubahan sensori persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan,perabaan atau penghidu. Pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada. Dampak dari halusinasi yang diderita klien
diantaranya dapat menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik
dengan fikirannya sendiri (Keliat, 2004).
Salah satu penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas
Kelompok yang bertujuan untuk mengidentifikasi halusinasi dan mengontrol
halusinasi yang dialaminya. Dari beberapa kasus gangguan jiwa yang ada di
Rumah Sakit Jiwa Dadi sebagian besar klien menderita halusinasi. Oleh
karena itu Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) klien dengan gangguan sensori
persepsi dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya
namun tentu saja klien yang mengikuti TAK adalah klien yang sudah mampu
mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat
bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain (Keliat,
2004).
Salah satu jenis TAK yang dapat diaplikasikan pada paasien adalah dengan
terapi dzikir. Terapi dzikir dilaporkan efektif dalam menurunkan tingkat
halusinasi pasien dengan masalah kejiwaan. Terapi yang menggunakan media
dzikir mengingat Allah yang bertujuan untuk memfokuskan pikiran. Terapi ini
menggunakan bacaan do’a dan dzikir sehingga diharapkan pasien dapat

2
menyerahkan segala permasalahan kepada Allah, sehingga beban stress yang
dihimpitnya mengalami penurunan serta pasien menjadi lebih tenang
(Munandar, Irawati & Prianto, 2019).
Allah Swt dalam Al-Qur’an berfirman dalam surah Ar-Rad surah ke 13
ayat : 28, menjelaskan tentang manfaat dzikir

Terjemahannya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka


manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
B. Landasan Teori
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas yang mempersepsikan berbagai stimulasi yang terkait
dengan pengalaman dengan kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
Hasil diskusi kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif
penyelesaian masalah (Keliat, 2004).
Dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi dibagi
dalam 2 sesi, yaitu:
1. Sesi I : Klien mengenal halusinasi
2. Sesi II : Mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan terapi
   dzikir
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap.
2. Tujuan khusus
a. Klien dapat mengenal halusinasi.
b. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik dan terapi
dzikir.

3
D. Klien
1. Kriteria klien
a. Klien gangguan orientasi realita yang mulaiter kontrol.
b. Klien yang mengalami perubahan persepsi (halusinasi pendengaran).
2. Proses seleksi
a. Mengidentifikasi klien yang masuk kriteria.
b. Mengumpulkan klien yang masuk kriteria.
c. Membuat kontrak dengan klien yang setuju ikut TAK, meliputi:
menjelaskan tujuan TAK pada klien, rencana kegiatan kelompok dan
aturan main dalam kelompok
E. Kriteria Hasil
1. Evaluasi Struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, dilakukan ditempat tertutup dan
memungkinkan klien untuk berkonsentrasi terhadap kegiatan
b. Posisi tempat dilantai
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan
d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik
e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dapat mengkoordinir seluruh kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantumengkoordinir seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan bertanggung
jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga akhir.

4
3. Evaluasi Hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu:
a. Menjelaskan apa yang sudah digambarkan dan apa yang dilihat
b. Menyampaikan halusinasi yang dirasakan dengan jelas
F. Antisipasi Masalah
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan perawat atau
klien lain
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama klien
b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien yang
telah dipilih
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin didikuti
oleh klien tersebut
c. Jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak
memberi pesan pada kegiatan ini
G. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Kamis, 12 Maret 2020
Waktu : Pukul 11.00WITA s.d selesai
Tempat : Pendopo Ruangan Sawit RSKD Dadi Makassar
Jumlah klien : 8 orang
2. Tim Terapi
Leader : Azmil Ihsan, S.Kep
Uraian tugas :
a. Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Memimpin jalannya terapi kelompok
c. Memimpin diskusi

5
Co-leader : Anwar S.Kep
Uraian tugas :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas
Observer : Sri Eka Wardani, S.Kep
Uraian tugas :
a. Mengamati semua proses kegiatanyang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota
kelompok dengan evaluasi kelompok
Fasilitator : A.Nur Setyawati D.S, S.Kep
  Nurul Annisa Saing, S.Kep
  Trini Andini Muhtar, S.Kep
Uraian tugas :
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan
d. Membimbing kelompok selama permainan diskusi
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah
3. Metode dan Media
a. Metode
1) Diskusi
2) Stimulasi persepsi (mengenal halusinasi, menghardik)
3) Dzikir & Sholat ( praktik langsung)
b. Media
1) Sound system

6
4. Setting Tempat

L c

F
K
K
K
K
K

K K F
F K

Keterangan :

L : Leader (pemimpin) O : Observer

F : Fasilitator K : Klien

c : Co leader

5. Proses Pelaksanaan
Sesi I: Mengenal halusinasi
a. Salam terapeutik
1) Salam terapeutik kepada klien
2) Perkenalan nama lengkap dan nama panggilan semua struktur
(beri papan nama)
3) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan dari semua
klien (beri papan nama)

7
b. Evaluasi/validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu mengenal suara-suara yang didengar
2) Leader menjelaskan aturan main
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus minta
izin kepada leader
4) Lama kegiatan 10 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
d. Tahap kerja
1) Leader menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan yaitu
mengenal suara-suara  yang didengar (halusinasi) tentang
isinya, waktu terjadinya,dan perasaan klien pada saat
halusinasi muncul
2) Leader meminta klien menceritakan isi halusinasi, waktu
terjadinya, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar
e. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Leader menanyakan perasaan klien setelah menikuti TAK
b) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak Lanjut
Leader meminta untuk melaporkan isi, waktu, dan perasaan
jika halusinasi muncul.
f. Evaluasi dan Dokumentasi
Evaluasi dan dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien
saat TAK pada catatan proses keperawatan setiap klien. Anjurkan

8
klien mengidentifikasi halusinasi yang timbul dan menyampaikan
kepada perawat.

Sesi II : Mengontrol Halusinasi


a. Tujuan
1) Klien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk
mengatasi halusinasi (menghardik) dan terapi zikir serta sholat
2) Klien dapat memahami cara menghardik halusinasi dan berdzikir
3) Klien dapat memperagakan cara menghardik halusinasi dan
melakukan terapi dzikir.
b. Langkah kegiatan
1) Persiapan
a) Mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi I
b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
a) Salam terapeutik
b) Klien dan terapis pakai papan nama
c) Leader menanyakan perasaan klien saat ini
d) Leader menanyakan pengalaman halusinasi yang terjadi: isi,
waktu, dan perasaan
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan: latihan cara mengontrol halusinasi
dengan  cara menghardik dan terapi dzikir
b) Menjelaskan aturan main
(1) Jika ada yang ingin meninggalkan kelompok harus meminta
izin kepada leader
(2) Lama kegiatan 40 menit
(3) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir.

9
4) Tahap keja
a) Leader meminta klien menceritakan apa yang dilakukan pada
saat mengalami halusinasi dan bagaimana hasilnya. Ulangi
sampai semua pasien mendapat giliran.
b) Berikan pujian setiap klien selesai bercerita.
c) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik halusinasi pada saat halusinasi muncul.
d) Leader menjelaskan cara mengatasi halusinasi dengan
melakukan dzikir
e) Co-Leader memperagakan cara menghardik halusinasi yaitu:
”Pergi,pergi jangan ganggu saya, kamu suara palsu...”
f) Leader meminta masing-masing klien memperagakan cara
menghardik halusinasi
g) Leader memberikan pujian dan mengajak semua klien bertepuk
tangan
h) Leader memperagakan cara berdzikir dengan menggunakan
tangan kanan
i) Leader memimpin proses dzikir
j) Leader memimpin pembacaan doa
5) Tahap terminasi
a) Evaluasi
(1) Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
(2) Leader memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) Tindak Lanjut
(1) Leader mengajarkan klien untuk menerapkan cara yang
telah dipelajari jika halusinasi muncul
(2) Memasukkan kegiatan menghardik ke dalam jadwal
kegiatan harian klien
(3) Memasukkan kegiatan berdzikir dan sholat ke dalam jadwal
kegiatan harian klien.

10
6) Evaluasi dan Dokumentasi
a) Evaluasi : Kemampuan Menghardik Halusinasi
b) Kemampuan melakukan dzikir

NamaKlien
No Aspek yang dinilai
1. Menyebutkan cara yang
selama ini digunakan
2. untuk mengatasi
halusinasi.
3. Menyebutkan cara
mengatasi halusinasi
dengan menghardik
4. Memperagakan cara
menghardik halusinasi
5. Memperagakan cara
berdzikir.
Petunjuk:
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
2. Untuk setiap klien beri penilaian kemampuan menyebutkan; cara yang biasa
digunakan untuk mengatasi halusinasi, cara mengatasi halusinasi dengan
menghardik dan memperagakan cara menghardik halusinasi serta
memperagakan cara berdzikir. Beri tanda √  jika klien mampu dan berikan
tanda X jika klien tidak mampu.
c) Dokumentasi
Dokumentasi kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan
proses keperawatan setiap klien. Contoh: klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sensori. Klien mampu memperagakan cara menghardik
halusinasi, anjurkan klien mengguanakannnya jika halusinasi
muncul.Klien mampu memperagakan cara berdzikir, anjurkan klien
mengulang terapi dzikir setelah shalat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Dr. Budi Anna, S.Kp, M.App.Sc, & Akemat S.Kp, M.Kep. Keperawatan
Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
2004.
Munandar, Irawati & Prianto. (2019). Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan
Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit
Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinamika Kesehatan: Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 69-75.
doi:https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.451.

12
LAMPIRAN

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


TERAPI DZIKIR

1. Topik
Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan Jari Tangan Kanan Pada Orang
Dengan Gangguan Jiwa.
2. Defenisi
Terapi yang menggunakan media dzikir mengingat Allah yang bertujuan untuk
memfokuskan pikiran. Terapi ini menggunakan bacaan do’a dan dzikir
sehingga diharapkan pasien dapat menyerahkan segala permasalahan kepada
Allah, sehingga beban stress yang dihimpitnya mengalami penurunan serta
pasien menjadi lebih tenang.
3. Tujuan
a. Dzikir dapat mengusir, menundukkan dan membakarsetan, karena dzikir
bagaikan benteng yang sangat kokoh yang mampu melindungi seorang
hamba dari serangan musuh-musuhnya.
b. Dzikir dapat menghilangkan kesedihan, kegundahan, dan depresi, serta
dapat mendatangkan ketenangan,kebahagiaan dan kelapangan hidup, karena
dzikir mengandung psikoterapeutik yang mengandung kekuatan spiritual
atau kerohanian yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan rasa
optimisme yang kuat dalam diri orang yang berdzikir.
c. Dzikir dapat menghidupkan hati dan memberikan ketenangan jiwa
d. Dzikir dapat menghapus dosa dan menyelamatkannya dari adzab Allah,
karena dengan berdzikir dosa akan menjadi suatu kebaikan yang besar,
sedang kebaikan dapat menghapus dan menghilangkan dosa
4. Waktu Pelaksanaan
Setelah melaksanakan kegiatan shalat 5 waktu atau waktu-waktu lainnya.

13
5. Prosedur Pelaksanaan
a. Persiapan alat dan lingkungan
1) Persiapan perlengkapan ibadah (seperti tasbih, sajadah, dsb)
2) Lingkungan yang hening sehingga dapat berkonsentrasi secara penuh
b. Persipan pasien
1) Pastikan peserta dalam keadaan berwudhu,
2) Berpakaian bersih dan rapi,
c. Langkah-langkah pelaksanaan
1) Peserta duduk bersila dengan nyaman, tenang, khusyu
2) Posisi duduk menghadap ke arah kiblat,
3) Sebelum mulai, terapis memimpin doa dan menyampaikan kegiatan akan
berlangsung selama 60 menit,
4) Terapis akan memperagakan tata cara berdzikir menggunakan jari tangan
kanan dengan baik dan benar,
5) Menggunakan tangan kanan, Ibu jari (jempol) digunakan sebagai
penunjuk ruas jari dan 1 jari dihitung 7 kecuali ibu jari dihitung 5, Jangan
hitung ruas jarinya, tetapi hitunglah ujung ruas jari kiri dan kanan +
ujung jari.
6) Awali dzikir dengan istigfar (Astaqfirullahal’adzim) sebanyak 3 kali,
7) Dilanjutkan dengan tasbih (Subhannallah) 33 kali,
8) Dilanjutkan dengan tahmid (Alhamdulillah) 33 kali,
9) Dan dilanjutkan dengan takbir (Allahu akbar) 33 kali
10) Ditutup dengan kalimat tahlil (laillahaillahlahmuhammaddarasulullah)
sebanyak 1 kali,
11) Terapis mengevaluasi dan menutup kegiatan dengan doa.
12) Jika sudah selesai, jangan langsung berdiri duduklah dulu dan
beristirahat, buka pikiran kembali, barulah berdiri dan melakukan
kegiatan kembali.

14
d. Kriteria evaluasi
1) Mengkaji proses dan hasil dari terapi spiritual menggunakan catatan
aktivitas terapi yang telah dilakukan.
2) Menganalisis sesi yang telah dilakukan untuk melihat kefektifan terapi.
3) Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat mengetahui
progress teknik yang dilakukan pada pasien
Sumber Rujukan:
Munandar, Irawati & Prianto. (2019). Terapi Psikoreligius Dzikir Menggunakan
Jari Tangan Kanan Pada Orang Dengan Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit
Jiwa Grhasia Daerah Istimewa Yogyakarta. Dinamika Kesehatan: Jurnal
Kebidanan Dan Keperawatan, 10(1), 69-75.
doi:https://doi.org/10.33859/dksm.v10i1.451

15

Anda mungkin juga menyukai