Anda di halaman 1dari 35

Keperawatan Gerontik

REVIEW ASKEP PADA Tn. I DENGAN DIAGNOSA MEDIS


OSTEOARTRITIS

Oleh :

Anwar, S.Kep 70900119002


Asrita Ahmad, S.Kep 70900119006
Anis Astari Arman, S.Kep 70900119007
Sri Eka Wardani, S.Kep 70900119008

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2020
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. I DENGAN OSTEOARTRITIS
DUSUN GAMBONG DESA TANGKEBAJENG KEC. BAJENG
I. PENGKAJIAN
A. Data Demografi
1. Nama Lansia : Tn. I
2. Umur : 62 tahun
3. Alamat : Jln. Sultan Abdullah
4. Jenis Kelamin : Laki-laki
5. Jumlah Keturunan :
a. Anak : tn. I tidak memiliki seorang anak
b. Cucu : tn. I tidak memiliki seorang cucu
6. Nama istri : Ny. A
7. Umur : Meninggal dunia

Review: sebaiknya ditambahkan keluhan utama untuk mengetahui


masalah utama yang di anggap paling mengganggu. Untuk nyeri mungkin
bias di tambahkan riwayat keluhan utama berdasarkan pengkajian
PQRST.

Riwayat Keluhan

1. Keluhan Utama : Nyeri

2. Riwayat Keluhan Utama : Tn. I mengatakan nyeri dan kaku pada


kakinya saat digerakkan dan bertambah berat saat melakukan aktivitas,
sakit yang dirasakan seperti ditekan dengan skala nyeri 5 (NRS) dan
dirasakan sewaktu-waktu dan tidak menentu.
B. Pengkajian Fisik
1. Pandangan Lanjut Usia tentang kesehatannya : tn. I mengatakan bahwa
keadaanya sekarang tidak lain karena takdir dari Allah subhana wata’ala,
ia merasa setiap manusia akan mengalami tua dan akan rentang terhadap
penyakit terutama penyakit tulang seperti yang dialami tn. I saat ini.
2. Kegiatan yang mampu dilakukan Lanjut Usia : tn. I mampu melakukan
kegiatan sehari-hari tanpa dibantu oleh orang lain. Tn. I mampu makan,
mandi, mencuci piring sendiri, mencuci pakaian, dan dia selalu
membersihkan kamar dan wc nya setiap hari walaupun dia harus
menggunakan kursi roda karena penyakit polio yang diderita sejak berusia
7 tahun yang membuat pasien tidak mampu berjalan dan harus
menggunakan kursi roda.
3. Kebiasaan Lanjut Usia merawat diri sendiri : Tn. I masih mampu merawat
dirinya sendiri tanpa bantuan orang lain. Tn. I memiliki kebiasaan mandi 2
kali sehari dan terkadang 3 kali sehari jika ia merasa gerah. Ia mampu
berpakaian rapi dan menggunakan pakain sendiri. Gosok gigi setiap kali
mandi. Tn. I tampak rapih dan bersih, ia mampu berhias dan mencukur
rambutnya sendiri dan tidak ada bau.
4. Kekuatan fisik Lanjut Usia: otot, sendi, penglihatan dan pendengaran :
a. Kekuatan otot dan sendi
Kekuatan otot lansia masih baik, akan tetapi pada ekstremitas bawah
lansia tidak mampu mengangkat kakinya yang disebabkan karena
polia yang dialami sejak usia 7 tahun. Selain itu persendiannya juga
sering merasakan nyeri/sakit terutama saat beraktivitas dengan kualitas
tempuh yang dirasakan hilang timbul sejak 7 tahun dengan skala 5
(NRS)
b. Penglihatan
Kemampuan melihat lansia masih sangat baik dan masih mampu
membaca tulisa TV sejauh ± 3 meter.
c. Pendengaran
Kemampuan mendengar lansia masih baik dan mampu
mempertahankan komunikasi dengan baik. Saat berkomunikasi
perawat tidak perlu mengeluarkan suara yang keras.
5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil :
Tn. I memiliki kebiasaan makan 3X sehari sesuai dengan jadwal yang
telah disiapkan oleh keluarga, istirahat lansia sangat cukup, dimana pada
malam hari ± 8 jam yaitu pada pukul 21.00-05.00 WITA sengankan pada
siang hari ± 1-2 jam. BAB/BAK lancar tiap harinya.
6. Kebiasaan gerak badan/olah raga/senam Lanjut Usia :
Tn. I memiliki kebiasaan mengepel ruangan yang dianggapnya sebagai
olahraga. Selain itu lansia juga gemar/ senang mengikuti senam lanjut usia
akan tetapi terkadang Tn. I merasakan sakit pada tulang-tulang/ sendinya
ketika banyak beraktivitas.
7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan :
Tn. I mengatakan bahwa kemampuannya untuk beraktivitas sudah tidak
seperti dulu. Lansia sering merasakan sakit pada lengan atas dan lututnya,
pasien juga mulai cepat merasa lelah.
8. Kebiasaan Lanjut Usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat:
Tn. I mengatkan sangat memperhatikan dalam hal pemeliharaan
kesehatan karena lansia beranggapan bahwa ia tidak memeiliki seorang
keluarga yang harus merawatnya kecuali dirinya sendiri. Selain itu lansia
juga riti minum obat yang telah diberikan oleh dokter penanggung jawab/
tenaga kesehatan dipustu.
9. Masalah-masalah seksual yang dirasakan:
Tidak dikaji
C. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : baik, composmentis (E4 V5 M6)
2. Tanda-tanda vital :
TD : 120/70 mmHg
N : 78X/menit
P : 20x/menit
S : 36,6oC
3. Antropometri : TB : 160 cm IMT : Kg/m2
BB : 50 Kg 50/1,62 = 19,53 kg/ m2
4. Tingkat orientasi:
a. Waktu : Tn. I mampu menyebutkan hari apa dan jam berapa sekarang
b. Tempat : Tn. I mengatakan sekarang tinggal di desa borong loe dusun
gamblong
c. Orang : Tn. I mampu mengingat nama teman sekarangnya dan
beberapa nama perawat di pustu
5. Memory (ingatan) : Tn. I mampu menceritakan kehidupan masa lalunya
mulai dari SD saat ibunya meninggal dunia hingga saat ini
6. Tidur dan Istirahat :
a. Kwantitas (Lama tidur) : pada malam tidur sekitar ± 8 jam yaitu 21:00-
05:00 wita. pada siang hari sekitar ± 1- 2 jam yaitu 13:00-15:00 wita
b. Kwalitas : Tn. I mengatakan terkadang tiba-tiba terbangun pada tengah
malam
c. Pola : Teratur.
7. Penyesuaian psikososial : Tn. I mengatakan keadaanya tidak
mempersulit dalam komunikasi dan bersosialisasi dengan orang lain.
Pasien sangat kooperatif saat diajak bercerita.
8. Sosial Ekonomi :
a. Sumber keuangan : Adik paisen
b. Kesibukan mengisi waktu luang : membersihkan dan menonton tv
c. Teman tinggal : tidak ada (sendiri)
d. Kegiatan organisasi : tidak ada
e. Hubungan dengan orang lain : baik
f. Yang biasa menunjungi : adik pasien
9. Spiritual :
a. Agama : Islam
b. Kegiatan ibadah : sholat 5 waktu, membaca Al-Quran diwaktu luang,
serta dzikir pagi dan petang
c. Cara menyelesaikan masalah : menyerahkan segala keadaannya kepada
Allah SWT
10. Psikososial
a. Tingkat ketergantungan : pasien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri
b. Perhatian : mampu memperhatikan dirinya maupun lingkungannya
c. Rasa kasih sayang : pasien menunjukkan rasa kasih sayang kepada
orang lain
D. Pemeriksaan Sistem
1. Sistem Persyarafan
a. Kesemetrisan raut wajah : raut wajah lansia (Tn. I) tampak simetris kiri
dan kanan
b. Tingkat kesadaran :
1) Snile (Pikun) : pasien tidak mengalami pikun
2) Daya ingat : pasien masih memiliki daya ingat yang baik dan
mampu mengingat masa lalunya
c. Mata
1) Pergerakan : pergerakan bola mata baik
2) Penglihatan : pasien mengatakan penglihatannya sudah rabun
3) Penyakit penyerta : tidak ada
d. Pupil
1) Kesamaan : Isokor
e. Ketajaman pendengaran : pasien mampu mendengar dengan baik serta
tidak menggunakan alat bantu
f. Rasa sakit atau nyeri : pasien mengatkan nyeri pada daerah lengan atas
serta pada persendiannya. Nyeri dirasakan saat beraktiviyas dengan
kualitas tumpul yang dirasakan hilang timbul dengan skala 5 (NRS) nyeri
dirasakan sejak 3 tahun yang lalu.
2. Sistem kardiovaskuler
a. Sirkulasi periper :
1) Warna : tidak sianosis
2) Kehangatan : akral hangat
b. Denyut nadi apikal : terdengar jelas menggunakan stetoskop
c. Pembengkakan vena jugularis: tidak ada pembengkakan
d. Pusing : sekali-kali
e. Nyeri dada: tidak ada nyeri dada
f. Edema : tidak ada edema
3. Sistem Gastrointestinal
a. Status gizi: baik, pasien mengatakan makan 3 kali sehari (BB: 50 kg, TB:
160cm, IMT : 19,53 kg)
b. Pemasukan diet : Tn. I tidak mengikuti diet khusus, makan sebanyak 3x
sehari sesuai jadwal.
c. Anoreksia : pasien (Tn. I) tidak mengalami penurunan nafsu
makan
d. Mual dan muntah: tidak ada mual dan muntah
e. Mengunyah dan menelan : tidak ada kesulitan mengunyah dan menelan
f. Keadaan gigi : keadaan gigi sudah tampak tidak lengkap
g. Rongga mulut : tidak tampak adanya somatitis dan tampak bersih
h. Bising usus : 8x/menit
i. Keadaan perut : tidak ada pembengkakan dan tidak ada nyeri tekan
j. Konstipasi (sembelit) : tidak ada konstipasi
k. Diare : pasien tidak mengalami diare
l. Inkontinesia urine: tidak ada Inkontinesia urine
4. Sistem Genitourinarius
a. Warna dan bau urine : warna urine kuning jernih dan berbau pising
b. Distensi kandung kemih : tidak ada distensi kandung kemih
c. Inkontinensia : tidak terjadi Inkontinensia
d. Frekuensi : 3-4 kali sehari
e. Disuria : tidak ada kesulitan BAK
5. Sistem Kulit
a. Kulit
1) Temperatur : 36,6OC
2) Tingkat kelembaban : kulit teraba hangat
3) Turgor kulit : kulit tampak kurang elastis
4) Keadaan luka : tidak terdapat luka
b. Keadaan kuku : kuku tampak pendek dan bersih
c. Keadaan rambut : rambut tampak bersih
6. Sistem Muskuloskeletal
a. Kontraktur
1) Otot : kekuatan otot menurun 4 4
2 2
2) Tendon :
3) Gerakan sendi : sering mengalami kesulitan dalam bergerak
b. Tingkat mobilisasi
1) Ambulasi (Dengan atau tanpa bantuan/ peralatan) : Tn. I mampu
melakukan aktivitas sendiri tanpa dibantu oleh orang lain, pasien tidak
dapat berdiri dan berjalan.
2) Kekuatan otot : 4 4
2 2
3) Gerakan : Tn. I mampu melakukan gerakan bebas pada kedua
ekstremitas atas dan tampuk kaku/tidak dapat bergerak bebas pada
kedua ekstremitas bawah.
4) Kemampuan melangkah atau berjalan :Tn. I tidak mampu untuk
berjalan dan menggunakan kursi roda.

E. Psikologis
1. Pengenalan masalah-masalah utama
Tn. I menyadari bahwa dirinya menderita polio sejak usia 7 tahun
sehingga tidak mampu berdiri/berjalan hingga sekarang.
2. Sikap terhadap proses penuaan
Tn. I penyakit yang dirakan karena dirinya sudah tua dan Tn. I tetap
mensyukuri karena dalam kekuatan untuk menjalani kehidupannya
sekarang.
3. Pandangan terhadap kehidupan
Pasien tampak bersemangat dan optimis terhadap kondisi yang dialami
sekarang
4. Koping Stressor
Pasien mengatakan jika capek langsung beristirahat,selain itu jika pasien
jangan merasa putus asa pasien langsung mengingat Allah.
5. Penyesuaian diri
Pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan dan pasien tampak
kooperatif
6. Harapan saat ini dan yang akan datang
Tn. I tampak bersemangat dan optimis terhadap kondisi yang dialami
sekarang.
7. Fungsi kognitif
a. Daya ingat : pasien masih mengingat masa lalunya dengan baik dari
kecil sampai sekarang.
b. Proses pikir : baik, pasien menganggap apa yang terjadi padanya adalah
bentuk kasih sayang Allah swt.
c. Orientasi : orientasi waktu dan tempat baik
d. Kemampuan dalam penyelesaian masalah : pasien menceritakan pada
suaminya agar tetap sholat dan berdoa kepada Allah swt.
PENGKAJIAN STATUS FUNGSIONAL
INDEKS KATZ
SCORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian,


dan mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi
tersebut
C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian
dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
berpindah dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Interpretasi :
Beri tanda (√) pada point yang sesuai kondisi klien
Analisis Hasil :
a) Mandiri dalam makan, kontinensia (BAK dan BAB), menggunakan pakaian,
pergi ke toilet,berpindah, dan mandi.
b) √Mandiri semuanya kecuali salah satu saja dari fungsi di atas
c) Mandiri, kecuali mandi dan satu lagi fungsi yang lain
d) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi yang lain
e) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, dan satu fungsi yang lain
f) Mandiri, kecuali mandi, berpakaian, ke toilet, berpindah, dan satu fungsi yang
lain.
g) Ketergantungan untuk semua fungsi di atas
h) Lain-lain (minimal ada 2 ketergantungan yang tidak sesuai dengan kategori di
atas)
Keterangan :
Pasien masuk dalam skor B yaitu Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.
PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF DAN AFEKTIF
Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ)
Scor
e No Pertanyaan Jawab
+ -
+ 1 Tanggal berapa hari ini ? 18
+ 2 Hari apa sekarang ini ? (hari, tanggal, tahun) Selasa, 18 juni 2019
+ 3 Apa nama tempat ini ? Dusun gambong
4a Berapa nomor telpon anda ? Saya tidak punya hp
+ 4b Dimana alamat anda ? (tanyakan hanya bila Jln. Sultan Abdullah
klien tidak mempunyai no.telepon)
+ 5 Berapa umur anda ? 62
+ 6 Kapan anda lahir ? 15 februari 1957
+ 7 Siapa presiden sekarang ? Jokowi
+ 8 Siapa presiden sebelumnya ? SBY
+ 9 Siapa nama kecil ibu anda ? Ny S
- 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 20-3= 17
dari setiap angka baru, semua secara 17-3=15
menurun 15-3=11
Penilaian :
Jumlah kesalahan 1 fungsi intelektual utuh
Jumlah benar 3
 Kesalahan 0 – 2 fungsi intelektual utuh
 Kesalahan 3 – 4 fungsi intelektual ringan
 Kesalahan 5 – 7 fungsi intelektual sedang
 Kesalahan 8 – 10 fungsi intelektual berat
NB :
 Bisa dimaklumi bila lebih dari satu kesalahan bila subjek hanya berpendidikan
sekolah dasar
 Bisa dimaklumi bila kurang dari satu kesalahan bila subjek mempunyai
pendidikan di atas sekolah menengah atas
Keterangan :
Pasien berada pada kategori fungsi indektual utuh dengan skor kesalahan 1
SKALA DEPRESI GERIATRIK
(GERIATRIC DEPRESSION SCALE / GDS) (Short Form)
No Pertanyaan Ya Tdk
1 Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda ? 0√ 1
2 Apakah anda telah banyak meninggalkan kegiatan dan 1√ 0
minat/kesenangan anda?
3 Apakah anda merasa kosong dengan kehidupan yang dijalani 1 0√
saat ini?
4 Apakah anda sering bosan ? 1√ 0
5 Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap waktu ? 0√ 1
6 Apakah anda takut sesuatu akan terjadi pada anda ? 1√ 0
7 Apakah anda merasa bahagia di setiap waktu ? 0√ 1
8 Apakah anda merasa tidak berdaya? 1√ 0
9 Apakah anda lebih suka tinggal di rumah pada malam hari, 1√ 0
daripada pergi dan melakukan sesuatu yang baru ?
10 Apakah anda memiliki banyak masalah dengan daya ingat 0√ 1
dibandingkan kebanyakan orang
11 Apakah anda berfikir sangat menyenangkan hidup sekarang ini? 1 0√
12 Apakah anda merasa Saya sangat tidak berharga/ berguna? 0 1√
13 Apakah anda merasa penuh semangat? 1 0√
14 Apakah anda merasa tidak memiliki harapan? 1√ 0
15 Apakah anda berpikir keadaan orang lain lebih baik daripada 1 0√
anda?
Skor 6
Penilaian :
0–5 : Normal
5–9 : Kemungkinan depresi
>10 : Depresi
CATATAN :
Sebaiknya ditambahkan pengkajian depresi dimana kita ketahui bahwa saat ini pasien
hanya hidup sendiri dan tidak memiliki pasangan(istri meninggal dan tidak
mempunyai anak) serta lansia menderita penyakit polio yang menyebabkan dirinya
tidak bisa berjalan. Dimana salah satu factor yang menjadi penyebab depresi yaitu
tidak memiliki pasangan dan memiliki penyakit kronis.
PENGKAJIAN STATUS SOSIAL
APGAR Keluarga
Hampir tidak
Selalu Kadang
No Fungsi Uraian pernah
2 1 0
1 Adaptasi
Saya puas bahwa saya dapat 0
kembali pada keluarga (teman-
teman) saya untuk membantu
pada waktu sesuatu menyusahkan
saya
2 Hubungan Saya puas dengan cara keluarga 2
(teman-teman) saya
membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah
dengan saya
3 Pertumbu Saya puas bahwa keluarga 2
han (teman-teman) saya menerima dan
mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktifitas atau arah baru
4 Afeksi Saya puas dengan cara keluarga 1
(teman-teman) saya
mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi-emosi
saya, seperti marah, sedih atau
mencintai
5 Pemecaha Saya puas dengan cara teman- 2
n teman saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
Skor 7
Penilaian :
0–5 Fungsi sosial kurang
6 – 10 Fungsi sosial baik
Kesimpulan : pasien berada pada fungsinsosial baik dengan penilaian 7
SKALA JATUH MORSE (MORSE FALL SCALE/ MFS)

No. Item Skala Skor


1 Riwayat jatuh Tidak 0 -
Apakah lansia pernah jatuh dalam 3 bulan
Ya 25 25
terakhir?
2 Diagnosis sekunder Tidak 0 0
Apakah lansia memiliki lebih dari satu Ya 15 -
penyakit?
3 Alat bantu pergerakan -
Bed rest/ dibantu perawat 0
Walker/kruk/tongkat 15 15
Berpegangan pada benda sekitar (kursi, meja, 30 -
lemari)
4 Terapi intravena:
Apakah saat ini lansia terpasang infus? Tidak 0 0
Ya 20 -
5 Gaya berjalan/cara berpindah
Normal 0 -
Lemah 10 -
Gangguan/ tidak normal 20 20
6 Status mental
Lansia menyadari kondisinya 0 0
Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total nilai 25
Interpretasi : Berdasarkan penilaian skal morse Tn.I berada pada kategori
tingkat risiko tinggi dengan skor 60 sehingga dapat dilakukan pelaksanaan
intervensi pencegahn jatuh risiko tinggi.
Keterangan:

Tingkat Risiko Nilai MPS Tindakan

Tidak berisiko 0 -24 Perawatan dasar


Risiko rendah 25 – 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh
standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan
jatuh risiko tinggi
CATATAN :
Perlu di tambahkan skala morse karena penulis menambahkan diagnose resiko jatuh
tetapi tidak menambahkan pengkajian resiko jatuh pada lansia.

Review ( Pengkajian ) :
1. Assesment dalam melakukan pengkajian perlu dilengkapi dengan
keluhan utama serta riwayat keluhan utama dan riwayat kesehatan sekarang
maupun masa lalu untuk mengetahui masalah utama yang dialami pasien saat ini.
2. Perlu ditambahkan beberapa instrument untuk mengkaji lansia secara
komprehensif meliputi: instrument depresi geriatric, skala jatuh morse.
3. Askep yang baik dilengkapi oleh pemeriksaan penunjang yang
mendukung seperti radiologi maupun pemeriksaan lab. Namun, dalam askep ini
tidak perlu ditambahkan karena setting askepnya berada di komunitas, sehingga
sulit memberikan pemeriksaan penunjang yang mendukung
4. Tidak terdapat penyimpangan KDM dari masalah keperawtan yang
ada
KLASIFIKASI DATA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF


1. Tn. I mengatakan nyeri pada daerah 1. Usia 62 tahun
kedua lengan atas dan daerah 2. Tn. I tampak melindungi daerah
lututnya nyeri (memijat-mijat)
2. Pengkajian nyeri : 3. Wajah tampak meringis
P : saat banyak beraktivitas 4. Tampak menggunakan kursi roda
Q : tumpul 5. Kekuatan otot menurun 4 4
R : lengan atas dan lutut 2 2
S : 5 (NRS) 6. Persendian tampak kaku
T : Hilang timbul sejak 3 tahun yang 7. Pergerakan terbatas terutama
lalu pada kedua ekstremitas bawah
3. Tn. I mengatakan sering mengalami 8. Tampak tidak mampu berjalan
kesulitan saat bergerak/beraktivitas maupun berdiri
4. Tn.I mengatakan mampu beraktivitas 9. Tanda-tanda vital :
dengan menggunakan kursi roda TD : 120/80 mmHg
5. Tn.I mengatakan tidak bisa N : 78X/menit
berdiri/berjalan karena penyakit P : 20x/menit
polio yang diderita sejak usia 7 tahun S : 36,6 0C
10. Antropometri
TB : 160 cm
BB : 150 kg
IMT : 19,53 Kg/m2
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


KEPERAWATAN
1 DS : umur diatas 60 tahun Nyeri kronis
- Tn. I mengatakan nyeri
pada daerah kedua Proses penuaan
lengan atas dan daerah
lututnya. penurunan jumlah cairan
- Pengkajian nyeri : sinovial pada sendi
P : saat banyak
beraktivitas penurunan absorbsi
Q : tumpul kalsium
R : lengan atas dan lutut
S : 5 (NRS) osteoatrritis
T : Hilang timbul sejak 3
tahun yang lalu inflamasi sendi
- DO :
- Tampak merangsang pelepasan
melindungi/memijit-mijit mediator kimia
daerah nyeri (bradikimin, postglandin,
- wajah tampak meringis & histomin)
- TTV :
TD : 120/80 mmHg merangsang inseptor
N : 78X/menit nyeri
P : 20x/menit
S : 36,6 0C medulla spinalis

thalamus

korteks serebri

nyeri dipersepsikan

Nyeri Kronis

2 DS : Proses penuaan Gangguan


- Tn. I mengatakan Mobilitas Fisik
sering mengalami penurunan jumlah cairan
kesulitan saat sinovial pada sendi
bergerak/beraktivitas.
- Tn. I mengatakan penurunan absorbsi
mampu beraktivitas kalsium
dengan menggunakan
kursi roda . perubahan komponen
- Tn. I mengatakan sendi kolagen,
tidak bisa prostiogtikas dan
berdiri/berjalan kerana jaringan sendi
penyakit polio yang
diderita sejak usia 7 perubahan fungsi sendi
tahun
DO : sulit bergerak
- Tampak menggunakan
kursi roda. Gangguan Mobilitas
- Kekuatan otot menurun Fisik
4 4
2 2
- Persendian tampak
kaku.
- Pergerakan terbatas
terutama pada
ekstremitas bawah
- Tidakmampu
berdiri/berjalan
3. Faktor resiko Proses penuaan Resiko Jatuh
- Berusia 62 tahun
- Menggunakan kursi penurunan absorbsi
roda untuk bergerak kalsium
- Kekuatan otot menurun
4 4 osteoatrritis
2 2
- Persendian tampak stresort latomedik
kaku pemecahan latomedik
- Tidak mampu berjalan pengeluaran enzim
ataupun berdiri lisosom
- Pergerakan terbatas
terutama pada kerusakan matriks
ekstremitas bawah kartilogi
- Memiliki riwayat
penyakit polio sejak proses degenaratif
berusia 7 tahun panjang

penurunan hormon
parateroid

penurunan absorbsi
kalsium

Resiko Jatuh

DIAGNOSA KEPERAWATAN

N DIAGNOSA KEPERAWATAN
O
1. Nyeri kronis b.d kondisi muskuloskeletak kronis
2. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletak
3. Resiko jatuh di tandai dengan penggunaan alat bantu berjalan

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No Diagnosa Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan Evaluasi
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
asuhan Observasi
keperawatan - Identifikasi lokasi, - Mengetahui
tingkat nyeri karakteristik, durasi, tingkatan nyeri yang
menurun dengan frekuensi, kualitas dan terjadi pada pasien.
criteria hasil : intensitas nyeri.
- Kemampuan - Identifikasi respon nyeri non
menuntaskan verbal. - Tingkatan nyeri
aktivitas dapat mempengaruhi
meningkat. ekspresi wajah.
- Keluhan
nyeri - Identifikasi faktor yang
memperberat dan - Mengetahui factor
menurun.
memperingan nyeri. yang memperberat
- Meringis
rasa nyeri yang
menurun.
dialami.
- Gelisah
menurun
- Monitor tanda-tanda vital.
- Kesulitan - Mengetahui tanda-
tidur tanda vital pasien.
menurun Terapeutik
- Berikan terapi
nonfarmakologis untuk - Tindakan non-
mengurangi rasa nyeri (Mis. farmakologi mampu
TENS, hipnosis, akupresur, menurunkan
dll) intensitas nyeri.

Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk - Meningkatkan
mengurangi rasa nyeri kemandirian dan
kemandirian lansia.
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu. - Penggunaan
analgetik dapat
mengurangi rasa
nyeri pasien.

2. Gangguan Setelah dilakukan Manajemen Nyeri


Mobilitas asuhan Observasi
Fisik keperawatan - Observasi kemampuan pasien - Mengetahui
mobilitas fisik dalam mobilisasi perkembangan
meningkat dengan mobilitas pasien.
criteria hasil :
- Pergerakan
ekstremitas Terapeutik
meningkat - Latih pasien dalam
pemenuhan ADL secara - Pasien dapat
- Kekuatan otot
mandiri sesuai kemampuan. melakukan ADL
meningkat
- Bantu latihan rentang gerak secara mandiri
- Rentang gerak
pasif dan aktif pada - Meningkatkan
meningkat
ekstremitas yang sakit maupun sirkulasi darah
(ROM)
sehat. musculoskeletal.
- Kaku sendi
menurun
Edukasi
- Gerakan
- Ajarkan pasien bagaimana
terbatas - Mencegah terjadinya
merubah posisi dan berikan
menurun luka dan menurunkan
bantuan jika diperlukan.
- Kelemahan resiko iskemia
fisik menurun jaringan akibat
sirkulasi darah yang
tidak pada daerah
Kolaborasi yang tertekan.
- Kolaborasi ahli terapi fisik - Kerja sama dengan
fisioterapi perlu
untuk menyuruh
program
terapi/aktivitas fisik
secara individual.

3. Risiko Jatuh Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh


asuhan Observasi
keperawatan - Identifikasi faktor resiko - Mengetahui
tingkat jatuh jatuh. penyebab factor
menurun dengan terjadinya resiko
kriteria hasil : jatuh.
- Jatuh saat - Mengetahui
berdiri - Monitor kemampuan kemampuan pasien.
menurun berpindah dari tempat tidur ke
- Jatuh saat kursi roda atau sebaliknya.
duduk - Hitung resiko jatuh dengan - Mengetahui seberapa
menurun menggunakan skala (mis. Fall beresiko lansia untuk
- Jatuh saat Morse Scale, Humpy Dumpy jatuh
berjalan Scale,) jika perlu.
menurun
- Jatuh saat naik Terapeutik
tangga - Pastikan roda tempat tidur dan - Menjaga keselamatan
menurun kursi roda selalu dalam fisik pasien.
- Jatuh saat kondisi terkunci.
membungkuk - Kendalikan lingkungan
menurun dengan menyingkirkan
- Lingkungan yang
bahaya yang ada.
aman mengurangi
resiko jatuh.
Edukasi
- Anjurkan menggunakan alas
kaki yang tidak licin. - Alas kaki yang licin
dapat meningkatkan
resiko jatuh.
-

Pada rencana keperawatan tidak di tampilkan kriteria hasil yang akan dicapai.
Di askep hanya di jelaskan tujuan secara umum diagnose tersebut diangkat misalnya
nyeri kronis penulis hanya menuliskan nyeri menurun. Tetapi analisator telah
menambahkannya telah menambahkan beberapa criteria hasil yang mungkin di
harapkan.
IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

No Diagnosa Hari, Implementasi Tindakan Evaluasi / SOAP


Keperawatan Tgl/Jam Keperawatan
1. Nyeri Kronis Selasa 18 Manajemen Nyeri Selasa 16 April 2019 17.15 WITA
April 2019 - Mengidentifikasi lokasi, S:
14.45 karakteristik, durasi, frekuensi, - Pasie
kualitas dan intensitas nyeri. n mengatakan nyeri pada
Hasil : daerah legan atas dan lutut
P : Saat beraktivitas P: Saat beraktivitas
Q : Tumpul Q: Tumpul
R : Lengan atas dan persendian R:Lengan atas dan
lutut persendian lutut
S : 5 NRS S: 5 NRS
T : Hilang Timbul T: Hilang Timbul
14.50 - Mengidentifikasi respon nyeri O:
non verbal. - Pasie
Hasil : n tampak rileks dan nyaman
- Memonitor tanda-tanda vital. - Tand
14.55 Hasil : a-tanda vital :
TD : 120/80 mmHg TD : 120/80 mmHg
N : 76x/menit N : 76x/menit
S : 36.5 S : 36.5
P : 18x/menit P : 18x/menit
- Memberikan terapi A : Nyeri menurun
16.00 nonfarmakologis untuk P : Lanjutkan intervensi
mengurangi rasa nyeri (kompres - Identi
hangat) fikasi lokasi, karakteristik,
Hasil : telah diberikan kompres durasi, frekuensi, kualitas
hangat pada daerah nyeri pasien dan intensitas nyeri.
tampak rileks dan nyaman. - Monit
- Menjelaskan cara menggunakan or tanda-tanda vital.
16.15 teknik nonfarmakologis untuk - Berik
mengurangi rasa nyeri. an terapi nonfarmakologis
Hasil : pasien memahami cara untuk mengurangi rasa nyeri.
melakukan kompres hangat - Ajark
secara mandiri. an teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Gangguan Selasa 18 Dukungan Mobilisasi Selasa 16 April 2019 17.15 WITA
Mobilitas Fisik April 2019 - Mengobservasi kemampuan S:
13.15 pasien dalam mobilisasi. - Pasie
Hasil : pasien tidak mampu n mengatakan tidak mampu
berdiri maupun berjalan tanpa berdiri/berjalan tanpa
menggunakan kursi roda. menggunakan kursi roda.
13.18 - Melatih pasien dalam pemenuhan - Pasie
ADL secara mandiri sesuai n masih mengalami kesulitan
kemampuan. gerak karena adanya
Hasil : pasien berlatih berpindah keterbatasan gerak.
dari kursi roda ke tempat O:
tidur/sebaliknya, dari kursi roda - Pasie
ke dalam wc (turun dari kursi n tampak menggunakan kursi
roda) roda.
- Membantu pasien ROM - Perse
13.30 aktif/pasif. ndian tampak kaku.
Hasil : pasien tampak melakukan - Tidak
latihan rentang gerak aktif mampu berjalan maupun
maupun pasif. berdiri tanpa menggunakan
- Mengajarkan pasien bagaimana kursi roda.
13.50 merubah posisi dan berikan A : Masalah gangguan mobilitas
bantuan jika diperlukan. fisik belum teratasi
Hasil : pasien memahami cara P : Lanjutkan intervensi
mengubah posisi terutama saat - Observasi kemampuan
berada diatas kursi roda. pasien dalam mobilisasi.
- Latih pasien dalam
pemenuhan ADL secara
mandiri sesuai kemampuan.
- Bantu pasien ROM
aktif/pasif.
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
3. Risiko jatuh Selasa 18 Pencegahan Jatuh Selasa 16 April 2019 17.15 WITA
April 2019 - Mengidentifikasi faktor resiko S:
15.15 jatuh. O:
Hasil : pasien berusia 62 tahun, - Berus
tidak mampu berdiri dan ia 62 tahun
berjalan, menggunakan alat - Meng
bantu berjalan, memiliki riwayat gunakan kursi roda
polios serta mengalami - Keku
penurunan kekuatan otot 4 4 atan otot 4 4
2 2 2 2
- Memonitor kemampuan - Perse
15.20 berpindah dari tempat tidur ke ndian tampak kaku
kursi roda atau sebaliknya. - Perge
Hasil : pasien mampu berpindah rakan terbatas
dari temapt tidur ke kursi roda A : Masalah resiko jatuh belum
dan begitu pula sebaliknya. teratasi
- Memastikan roda tempat tidur P : Lanjutkan intervensi
15.25 dan kursi roda selalu dalam - Identifikasi faktor resiko
kondisi terkunci. jatuh.
Hasil : tempat tidur terbuat dari - Monitor kemampuan
kayu serta kursi roda pasien tidak berpindah dari tempat tidur
memiliki kunci. ke kursi roda atau
- Mengendalikan lingkungan sebaliknya.
15.30 dengan menyingkirkan bahaya - Pastikan roda tempat tidur
yang ada. dan kursi roda selalu dalam
Hasil : terpasang pegangan kondisi terkunci.
disetiap sisi dinding, menjaga - Kendalikan lingkungan
lantai agar selalu dalam kondisi dengan menyingkirkan
kering dan menjauhkan benda- bahaya yang ada.
benda mudah pecah.
4. Nyeri Kronis Kamis 18 Manajemen Nyeri Kamis 18 April 2019 17.15 WITA
April 2019 - Mengidentifikasi lokasi, S:
14.45 karakteristik, durasi, frekuensi, - Pasie
kualitas dan intensitas nyeri. n mengatakan nyeri terasa
Hasil : berkurang setelah diberikan
P : Saat beraktivitas kompres hangat.
Q : Tumpul P: Saat beraktivitas
R : Lengan atas dan persendian Q: Tumpul
lutut R:Lengan atas dan
S : 3 NRS persendian lutut
T : Hilang Timbul S: 2 NRS
- Memonitor tanda-tanda vital. T: Hilang Timbul
14.50 Hasil : O:
TD : 120/80 mmHg - Pasie
N : 80x/menit n tampak rileks dan nyaman
S : 36.3 - Tand
P : 20x/menit a-tanda vital :
14.55 - Memberikan terapi TD : 120/80 mmHg
nonfarmakologis untuk N : 80x/menit
mengurangi rasa nyeri (kompres S : 36.3
hangat) P : 20x/menit
Hasil : telah diberikan kompres A : Nyeri kronis menurun
hangat pada daerah nyeri pasien P : Lanjutkan intervensi
tampak rileks dan nyaman. - Identi
16.00 - Menjelaskan cara menggunakan fikasi lokasi, karakteristik,
teknik nonfarmakologis untuk durasi, frekuensi, kualitas
mengurangi rasa nyeri. dan intensitas nyeri.
Hasil : pasien memahami cara - Monit
melakukan kompres hangat or tanda-tanda vital.
secara mandiri. - Berik
an terapi nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
- Ajark
an teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri.
5. Gangguan Kamis 18 Dukungan Mobilisasi Kamis 18 April 2019 17.15 WITA
Mobilitas Fisik April 2019 - Mengobservasi kemampuan S :
13.15 pasien dalam mobilisasi. - Pasie
Hasil : pasien tidak mampu n mengatakan tidak mampu
berdiri maupun berjalan tanpa berdiri/berjalan tanpa
menggunakan kursi roda. menggunakan kursi roda.
13.18 - Melatih pasien dalam pemenuhan O :
ADL secara mandiri sesuai - Pasie
kemampuan. n tampak menggunakan kursi
Hasil : pasien berlatih berpindah roda.
dari kursi roda ke tempat - Perse
tidur/sebaliknya, dari kursi roda ndian tampak kaku.
ke dalam wc (turun dari kursi - Tidak
roda) mampu berjalan maupun
- Membantu pasien ROM berdiri tanpa menggunakan
13.30 aktif/pasif. kursi roda.
Hasil : pasien tampak melakukan A : Masalah gangguan mobilitas
latihan rentang gerak aktif fisik belum teratasi
maupun pasif. P : Lanjutkan intervensi
- Mengajarkan pasien bagaimana - Observasi kemampuan
13.50 merubah posisi dan berikan pasien dalam mobilisasi.
bantuan jika diperlukan. - Latih pasien dalam
Hasil : pasien memahami cara pemenuhan ADL secara
mengubah posisi terutama saat mandiri sesuai kemampuan.
berada diatas kursi roda. - Bantu pasien ROM
aktif/pasif.
- Ajarkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
6. Resiko jatuh Kamis 18 Pencegahan Jatuh Kamis 18 April 2019 17.15 WITA
April 2019 - Mengidentifikasi faktor resiko S:
15.15 jatuh. O:
Hasil : pasien berusia 62 tahun, - Berus
tidak mampu berdiri dan ia 62 tahun
berjalan, menggunakan alat - Meng
bantu berjalan, memiliki riwayat gunakan kursi roda
polios serta mengalami - Keku
penurunan kekuatan otot 4 4 atan otot 4 4
2 2 2 2
- Memonitor kemampuan - Perse
15.20 berpindah dari tempat tidur ke ndian tampak kaku
kursi roda atau sebaliknya. - Perge
Hasil : pasien mampu berpindah rakan terbatas
dari temapt tidur ke kursi roda A : Masalah resiko jatuh belum
dan begitu pula sebaliknya. teratasi
15.25 - Memastikan roda tempat tidur P : Lanjutkan intervensi
dan kursi roda selalu dalam - Identifikasi faktor resiko
kondisi terkunci. jatuh.
Hasil : tempat tidur terbuat dari - Monitor kemampuan
kayu serta kursi roda pasien tidak berpindah dari tempat tidur
memiliki kunci. ke kursi roda atau
15.30 - Mengendalikan lingkungan sebaliknya.
dengan menyingkirkan bahaya - Pastikan roda tempat tidur
yang ada. dan kursi roda selalu dalam
Hasil : terpasang pegangan kondisi terkunci.
disetiap sisi dinding, menjaga - Kendalikan lingkungan
lantai agar selalu dalam kondisi dengan menyingkirkan
kering dan menjauhkan benda- bahaya yang ada.
benda mudah pecah.
PEMBAHASAN

Pada bab ini reviewer akan membahas tentang analisa atau masalah
keperawatan pada Tn. I. Berdasarkan asuhan keperawatan khusus untuk pasien
Osteoatritis yang mana dalam tahapan Asuhan keperawatan terdapat beberapa
tahap yakni pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan, pemberian intervensi
serta implementasi dan evaluasi atau dokumentasi dari intervensi yang telah
diberikan.

A. PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap awal dari suatu proses keperawatan, kegiatan
yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan data seperti riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan data sekuender meliputi catatan, hasil
pemeriksaan diagnostic dan literature ( Deswani, 2013).

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan landasan dalam proses


keperawatan untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani
masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang
tepat. Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada tahap ini
(Muttaqin, 2015). Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan
objektif dan peninjauan informasi riwayat pasien pada rekam medic (Herdman,
2015).

Secara keseluruhan askep ini sudah cukup baik namun ada beberapa hal
yang perlu ditambahkan baik dari segi data maupun analisis. Dipengkajian, askep
ini masih perlu ditambahkan data keluhan utama, riwayat keluhan utama, riwayat
kesehatan sekarang maupun masa lalu untuk mengetahui hal-hal yang dianggap
paling mengganggu aktivitas. Perlu juga ditambahkan pengkajian PQRST karena
pada diagnose pertama penulis menampilkan PQRST tetapi di pengkajian tidak
ditemukan.

Pada Asuhan keperawatan diatas tidak dilakukan pengkajian mendalam


terhadap lansia, tidak terdapat skala depresi geriatrik, pengkajian skala jatuh
Morse , Barthel indeks, penilaian potensi dekubitus (skor Norton),identifikasi
askep kognitif dan fungsi mental menggunakan MMSE (Mini Mental status
Exam),serta pengkajian keseimbangan. Dimana format pengkajian tersebut
memudahkan kita untuk menegakkan diagnosa pasien.

B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan adalah langkah kedua dari proses keperawatan yang
menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga, kelompok
maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun
potensial. Dimana perawat mempunyai lisensi dan kompetensi untuk mengtasinya
( Sumijatun, 2010).
Dalam kasus diatas diagnosa utama Tn. I adalah nyeri kronis dimana
didapatkan data klien mengatakan nyeri pada bagian lengan , nyeri lutut, skala
nyeri 5 (1-10), klien tampak menahan nyeri. Sedangkan diagnosa kedua yang
diangkat adalah tentang gangguan mobilitas fisik dimana data yang didapatkan
adalah klien mengatakan kaku dibagian kaki dan tangan , serta merasakan nyeri
pada saat bergerak, tampak lemah, serta kekuatan otot klien 3 (0-5). Pada diagnosa
ketiga yang diangkat adalah resiko jatuh dimana data yang didapatkan adalah sulit
berjalan, klien tampak pucat dan lemas, serta klien sulit berjalan.
Pada penetapan diagnosa askep tersebut sudah memprioritaskan masalah
yang dihadapi Tn. I. Namun data yang didapatkan masih sangat kurang contohnya
untuk diagnosa resiko jatuh seharusnya askep tersebut melakukan pengkajian
lebih mendalam dengan menggunakan pengkajian Morse dimana hal itu dilakukan
untuk menilai resiko jatuh pasien.

Untuk diagnose keperawatan menurut reviewer sudah sangat sesuai dengan


diagnose yang diangkat. Untuk diagnose pertama umumnya pada pasien
osteoarthritis akan mengalami nyeri yang di sebabkan karena karena penurunan
produksi cairan synovial yang mengakibatkan kurangnya pelumas sendi sehingga
akan terjadi gesekan antar sendi yang akan mengakibatkan inflamasi sendi
sehingga merangsang pelepasan mediator kimia(bradikinin, prostaglandin,
histamine) dan merangsang reseptor nyeri ke medulla spinalis, thalamus, korteks
serebri kemudian nyeri akan dipersepsikan. Kemudian diagnose kedua pasien
akan mengalami gangguan mobilitas fisik ini disebabkan karena Kartilago
menjadi menipis sehingga  menyebabkan tulang di sekitar sendi tersebut
bergesekan satu sama lain dan terjadi patahan-patahan berukuran kecil pada
tulang, dan akibatnya tubuh akan bereaksi membentuk tulang yang baru sehingga
timbullah osteofit (benjolan tulang yang tumbuh di sekitar sendi atau pada tulang).
Selanjutnya tulang di sekitar sendi tersebut  mengalami perubahan bentuk
(deformitas). Apabila terjadi deformitas sendi maka akan mengakibatkan pasien
sulit untuk bergerak sehingga menyebabkan terjadinya gangguan musculoskeletal
dan timbullah masalah gangguan mobilitas fisik. Kemudian untuk diagnose ketiga
perlu ditambahkan pengkajian morse. Untuk diagnose ketiga juga sudah sesuai
dimana jika terjadi deformitas maka kondisi tersebut dapat menyebabkan lansia
untuk sulit bergerak sehingga dapat menimbulkan resiko jatuh yang lebih tinggi
pada lansia.
C. INTERVENSI
Perencanaan keperawatan adalah suatu proses di dalam pemecahan
masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan
dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari
semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam


proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan
dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk
memenuhi kebutuhan pasien (Setiadi, 2012).

Intervensi pada askep tersebut menggunakan referensi SIKI (Standar


Intervensi Keperawatan Indonesia) dimana dengan dalam buku tersebut
memudahkan mahasiswa untuk mengelompokkan tindakan-tindakan yang akan
dilakukan mulai dari Observasi, Terapeutik, Edukasi dan Kolaborasi (OTEK).
Selain itu intervensi yang dicantumkan dalam askep sudah lengkap dengan
menggunakan rasional ditiap tindakan untuk mengetahui secara singkat tujuan
dari tindakan yang akan dilakukan.

Pada rencana keperawatan tidak di tampilkan kriteria hasil yang akan


dicapai. Di askep hanya di jelaskan tujuan secara umum diagnose tersebut
diangkat misalnya nyeri kronis penulis hanya menuliskan nyeri menurun.
Reviewer telah menambahkan beberapa criteria hasil yang dapat dicapai pada
askep yang telah dianalisis. Kriteria hasil sangat penting karena dapat menjadi
tonggak pengukur keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan, menjadi
arahan untuk pelaksanaan intervensi, serta menjadi faktor pemicu dan kerangka
waktu untuk mencapai tujuan (Sari, 2019).

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI


Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh penulis untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi
kestatus kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan (Dermawan, 2012).

Tahap akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Namun, evaluasi


dapat dilakukan pada setiap tahap dari proses keperawatan. Evaluasi mengacu
pada proses penilaian, tahapan, dan perbaikan (Deswani, 2009).

Pada kolom implementasi askep tersebut sudah sesuai dengan


implementasi dan evaluasi yang dilakukan oleh mahasiswa profesi ners UIN,
yakni mencantumkan tanggal,bulan tahun serta waktu pelaksanaan/implementasi,
serta memberikan SOAP pada evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan,deden. (2012). Proses Keperawatan penerapan Konsep Dan Kerangka


Kerja.Yogyakarta: Gosyen Publishing
Deswani. (2013). Hubungan antara Kelengkapan Dokumentasi Keperawatan dengan
Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Melati RS Margono Soekarjo.
Deswani. (2009). Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta : Salemba Medika.
Herdman, T . H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda. (1, Ed.). Yogyakarta: Meadiaction.
Sari, S. D. (2019). Intervensi keperawatan berdasarkan nic sebagai panduan perawat
dalam upaya peningkatan kesehatan pasien.
Setiadi. (2012). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Sumijatun. (2010). Konsep Dasar Menuju Keperawatan Profesional. Jakarta: TIM
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI) Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI)
Edisi 1 Cetakan 2.Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI) Edisi 1 Cetakan 3(Revisi) . Jakarta : Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai