Dosen Pengampu:
Disusun oleh:
Kelompok 4
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn. B dengan Masalah Resiko Bunuh
Diri” ini tepat waktu. Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjaannya.
Atas dukungan moral dan materiil yang diberikan dalam penyusunan
makalah ini, maka penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Khoridatul Bahiyah, S.Kep.Ns.M.Kep.Sp.Kep.J selaku dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Kesehatan Jiwa 1 di Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga, yang memberikan bimbingan dan
saran.
2. Teman-teman kelas A1 2017 Program Studi S1 Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga, yang memberikan
kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Kedua orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada
penulis.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari rekan-rekan sangat kami
butuhkan demi penyempurnaan makalah ini.
Kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................5
3
2.15 Asuhan Keperawatan Proses Keperawatan.................................................21
BAB IV PENUTUP............................................................................................41
4.1 Kesimpulan....................................................................................................41
4.2 Saran...............................................................................................................41
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................42
4
BAB 1
PENDAHULUAN
5
Di Indonesia dengan beragam agama dan budaya, bunuh diri adalah
sesuatu hal yang berkonotasi negatif, namun masih banyak orang yang
melakukan bunuh diri seperti contohnya dengan bom bunuh diri. Depresi
seringkali disebut sebagai faktor yang mempunyai korelasi signifikan dengan
tingkah laku bunuh diri. Namun tidak semua orang yang melakukan usaha
bunuh diri mengalami depresi dan sebaliknya orang depresi tidak selalu
melakukan usaha bunuh diri. Depresi dikombinasikan dengan beberapa faktor
risiko yang lainnya akan meningkatkan risiko terjadinya usaha bunuh diri.
Freud (1963) mengkaitkan dengan rasa duka setelah kehilangan seseorang
yang dicintai karna kematian, perpisahan atau berkurangnya kasih sayang.
Secara tidak sadar orang tersebut menyimpan perasaan negatif terhadap orang
yang dicintai. Pasien depresi menjadi objek kemarahan dan kebenciannya
sendiri. Selain itu, ia tidak suka diabaikan dan merasa bersalah atas dosa-
dosanya yang nyata atau yang dibayangkan terhadap orang yang
meninggalkannya. Selanjutnya, kemarahan terhadap orang yang
meninggalkannya terus-menerus dipendam, berkembang menjadi proses
menyalahkan diri sendiri, menyiksa diri sendiri, dan depresi yang
berkelanjutan. Oleh karena banyaknya percobaan bunuh diri dengan penyebab
dan faktorfaktor yang sangat bervariatif maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran dinamika percobaan bunuh diri pada pasien depresi
berat.
1.3 Tujuan
6
1. Mahasiswa dapat menjelaskan faktor penyebab bunuh diri.
1.4. Manfaat
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja
untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).
Keterangan
1. Peningkatan diri yaitu seorang individu yang mempunyai pengharapan,
yakin, dan kesadaran diri meningkat.
2. Pertumbuhan-peningkatan berisiko, yaitu merupakan posisi pada rentang
yang masih normal dialami individu yang mengalami perkembangan
perilaku.
3. Perilaku destruktif diri tak langsung, yaitu setiap aktivitas yang merusak
kesejahteraan fisik individu dan dapat mengarah kepada kematian, seperti
perilaku merusak, mengebut, berjudi, tindakan kriminal, terlibat dalam
rekreasi yang berisiko tinggi, penyalahgunaan zat, perilaku yang
menyimpang secara sosial, dan perilaku yang menimbulkan stres.
4. Pencederaan diri, yaitu suatu tindakan yang membahayakan diri sendiri
yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan dilakukan terhadap diri
sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan cedera tersebut cukup parah untuk
melukai tubuh. Bentuk umum perilaku pencederaan diri termasuk
melukai dan membakar kulit, membenturkan kepala atau anggota tubuh,
melukai tubuhnya sedikit demi sedikit, dan menggigit jari. Bunuh diri,
yaitu tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk
mengakhiri kehidupan.
9
2.3 Proses Terjadinya Perilaku Bunuh Diri
10
Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan
faktor dalam diri seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.
11
Ghansyam pandey menemukan bahwa aktivitas enzim di dalam
manusia bisa mempengaruhi mood yang memicu keinginan mengakhiri
nyawa sendiri. Pandey mengetahui faktor tersebut setelah melakukan
eksperimen terhadap otak 34 remaja yang 17 diantaranya meninggal akibat
bunuh diri. Ditemukan bahwa tingkat aktivitas protein kinase C (PKC)
pada otak pelaku bunuh diri lebih rendah dibanding mereka yang
meninggal bukan karena bunuh diri.
Hj. Rooswita mengatakan, “depresi berat menjadi penyebab utama.
Depresi timbul karena pelaku tidak kuat menanggung beban permasalahan
yang menimpa. Karena terus menerus mendapat tekanan, permasalahan
kian menumpuk dan pada puncaknya memicu keinginan bunuh diri.”
2. Faktor riwayat gangguan mental
Dalam otak kita terdapat berbagai jaringan, termasuk pembuluh
darah. Di dalamnya juga terdapat serotonin, adrenalin, dan dopamin.
Ketiga cairan dalam otak itu bisa menjadi petunjuk dalam
neurotransmiter(gelombang/gerakan dalam otak) kejiwaan manusia.
Karena itu, kita harus waspadai bila terjadi peningkatan kadar ketiga
cairan itu di dalam otak. Biasanya, bila kita lihat dari hasil otopsi para
korban kasus bunuh diri, cairan otak ini tinggi, terutama serotonin.
Penyebab umum yang meningkatkan kadar cairan otak adalah adanya
masalah yang membebani seseorang sehingga terjadi stress atau depresi.
Itulah yang sering membuat kadar cairan otak meningkat.
3. Faktor meniru, imitasi, dan pembelajaran
Dalam kasus bunuh diri, dikatakan ada Proses Pembelajaran. Para
korban memiliki pengalaman dari salah satu keluarganya yang pernah
melakukan percobaan bunuh diri atau meninggal karena bunuh diri. Tidak
hanya itu, bisa juga terjadi pembelajaran dari pengetahuan lainnya. Proses
pembelajran di sini merupakan asupan yang masuk ke dalam memori
seseorang. Memori itu bisa menyebabkan perubahan kimia lewat
pembentukan protein-protein yang erat kaitannya dengan memori. Sering
kali banyak yang idak menyadari Proses Pembelajaran ini sebagai keadaan
yang perlu diwaspadai. Bahkan, kita baru paham kalau pasien sudah
12
diperiksa psikiater/dokter. Kita perlu memperhatikan bahwa orang yang
pernah mencoba bunuh diri denngan cara yang halus, seperti minum racun
bisa melakukan cara lain yang lebih keras dari yang pertama bila yang
sebelumnya tidak berhasil.
4. Faktor isolasi sosial dan Human Relations
Secara umum, stress muncul karena kegagalan beradaptasi. Ini dapat
terjadi di lingkungan pekerjaan, keluarga, sekolah, pergaulan dalam
masyarakat, dan sebagainya. Demikian pula bila seseorang merasa
terisolasi, kehilangan hubungan atau terputusnya hubungan dengan orang
lain yang disayangi. Padahal hubungan interpersonal merupakan sifat
alami manusia. Bahkan keputusan bunuh diri juga bisa dilakukan karena
perasaan bersalah. Suami membunuh istri, kemudian dilanjutkan
membunuh dirinya sendiri, bisa dijadikan contoh kasus.
5. Faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan dasar
Penyebab bunuh diri yang lain adalah rasa tidak aman. Rasa tidak aman
merupakan penyebab terjadinya banyak kasus bunuh diri di Jakarta dan
sekitarnya akhir-akhir ini. tidak adanya rasa aman untuk menjalankan
usaha bagi warga serta ancaman terhadap tempat tinggal mereka
berpotensi kuat memunculkan gangguan kejiwaan seseorang hingga tahap
bunuh diri.
13
6) Menabrakkan diri
14
2.10 Tanda dan Gejala Bunuh Diri
1) Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2) Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3) Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4) Impulsif.
5) Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat
patuh)
6) Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7) Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang
obat dosis mematikan).
8) Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah
dan mengasingkan diri).
9) Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang
depresi, psikosis dan menyalahgunakan alkohol).
10) Menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil.
15
bunuh diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor sosial
maupun budaya.
5) Sosial: Struktur sosial dan kehidupan bersosial dapat menolong atau
bahkan mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi sosial
dapat menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang
untuk melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan
masyarakat lebih mampu menoleransi stress dan menurunkan angka
bunuh diri. Aktif dalam kegiatan keagamaan juga dapat mencegah
seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
2.12 Kemampuan mengatasi masalah/sumber coping
1) Kemampuan personal
Kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh diri yaitu
kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
2) Dukungan social
Dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman, kelompok,
atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan
oleh klien adalah dukungan keluarga.
3) Asset material
Ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana
atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan
lain-lain.
4) Keyakinan positif
Keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang sehingga dapat
menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan koping adaptif
walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus
dikuatkan pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan bahwa klien
mampu mengatas masalahnya.
16
mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif
diri tidak langsung adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan
regresi. Menurut Fitria (2012) mengemukakan rentang harapan-putus
harapan merupakan rentang adaptif-maladaptif.
Mekanisme pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku
pengerusakan diri tak langsung adalah pengingkaran (denial). Sementara,
mekanisme koping yang paling menonjol adalah rasionalisasi,
intelektualisasi, dan regresi.
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme
koping. Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk
mendapatkan pertolongan adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang
mungkin terjadi pada klien yang mengalami krisis bunuh diri adalah
mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup. Perilaku yang muncul
meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk melakukan tindakan
yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri sendiri.
Keterangan:
a) Peningkatan diri : seseorang dapat meningkatkan proteksi atau
pertahan diri secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan
pertahan diri.
b) Beresiko destruktif : seseorang memiliki kecenderungan atau
beresiko mengalami perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri
terhadap situasi yang seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti
seseorang merasa patah semangat bekerja ketika dirinya dianggap
tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan pekerjaan
secara optimal.
17
c) Destruktif diri tidak langsung : seseorang telah mengambil sikap
yang kurang tepat terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri.
d) Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e) Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai
dengan nyawanya hilang.
18
b. Menurut SIRS (Suicidal Intention Rating Scale)
Skor 0 : Tidak ada ide bunuh diri yang lalu dan sekarang.
Skor 1 : Ada ide bunuh diri, tidak ada percobaan bunuh
diri,
tidakmengancam bunuh diri.
Skor 2 : Memikirkan bunuh diri dengan aktif, tidak ada
percobaan bunuh diri.
Skor 3 : Mengancam bunuh diri, misalnya, “Tinggalkan
saya
sendiri atau saya bunuh diri”.
Skor 4 : Aktif mencoba bunuh diri.
c. Menurut Stuart dan Sundeen (1987)
19
2) Faktor Perilaku
a. Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan biasanya dikaitkan dengan program pengobatan
yang dilakukan (pemberian obat). Pasien dengan keinginan
bunuh diri memilih untuk tidak memperhatikan dirinya.
b. Pencederaan diri
Cedera diri adalah sebagai suatu tindakan membahayakan diri
sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Pencederaan diri
dilakukan terhadap diri sendiri, tanpa bantuan orang lain, dan
cedera tersebut cukup parah untuk melukai tubuh.
c. Perilaku bunuh diri
Biasanya dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sebagai berikut.
- Ancaman bunuh diri, yaitu peringatan verbal dan nonverbal
bahwa orang tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri.
Orang tersebut mungkin menunjukkan secara verbal bahwa
iatidak akan berada di sekitar kita lebih lama lagi atau
mungkin juga mengomunikasikan secara nonverbal melalui
pemberian hadiah, merevisi wasiatnya, dan sebagainya.
- Upaya bunuh diri, yaitu semua tindakan yang diarahkan pada
diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat
mengarahkan pada kematian jika tidak dicegah.
- Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan
terlewatkan atau terabaikan. Orang yang melakukan upaya
bunuh diri dan yang tidak benar-benar ingin mati mungkin
akan mati jika tanda-tanda tersebut tidak diketahui tepat pada
waktunya.
20
3) Faktor Lainnya
Faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pengkajian pasien
destruktif diri (bunuh diri) adalah sebagai berikut (Stuart dan
Sundeen, 1995).
a. Pengkajian lingkungan upaya bunuh diri.
- Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
- Tindakan persiapan/metode yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunuh diri, memberikan
barang berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
- Penggunaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
- Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
- Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
b. Petunjuk gejala
- Keputusasaan.
- Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal, dan tidak
berharga.
- Alam perasaan depresi.
- Agitasi dan gelisah.
- Insomnia yang menetap.
- Penurunan berat badan.
- Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
c. Penyakit psikiatrik
- Upaya bunuh diri sebelumnya.
- Kelainan afektif.
- Alkoholisme dan atau penyalahgunaan obat.
- Kelainan tindakan dan depresi pada remaja.
- Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia.
- Kombinasi dari kondisi di atas.
d. Riwayat psikososial
- Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan.
21
- Hidup sendiri.
- Tidak bekerja, perubahan, atau kehilangan pekerjaan yang
baru dialami.
- Stres kehidupan ganda (pindah, kehilangan, putus hubungan
yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap krisis
disiplin).
- Penyakit medis kronis.
- Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat.
e. Faktor-faktor kepribadian
- Impulsif, agresif, rasa bermusuhan.
- Kekakuan kognitif dan negatif.
- Keputusasaan.
- Harga diri rendah.
- Batasan atau gangguan kepribadian antisosial.
f. Riwayat keluarga
- Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri.
- Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau
keduanya.
4) Faktor Predisposisi
1. Diagnosis psikiatri
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan
bunuh diri mempunyai hubungan dengan penyakit jiwa. Tiga
gangguan jiwa yang dapat membuat individu berisiko untuk
bunuh diri yaitu gangguan afektif, skizofrenia, dan
penyalahgunaan zat.
2. Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan besarnya
risiko bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
3. Lingkungan psikososial
22
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,
kehilangan yang dini, dan berkurangnya dukungan sosial
merupakan faktor penting yang berhubungan dengan bunuh diri.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan
faktor risiko penting untuk perilaku destruktif.
5. Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa secara serotonegik, opiatergik, dan
dopaminergik menjadi media proses yang dapat menimbulkan
perilaku merusak diri.
Faktor penyebab tambahan terjadinya bunuh diri antara lain sebagai
berikut (Cook dan Fontaine, 1987).
1. Penyebab bunuh diri pada anak
a. Pelarian dari penganiayaan dan pemerkosaan.
b. Situasi keluarga yang kacau.
c. Perasaan tidak disayangi atau selalu dikritik.
d. Gagal sekolah.
e. Takut atau dihina di sekolah.
f. Kehilangan orang yang dicintai.
g. Dihukum orang lain.
2. Penyebab bunuh diri pada remaja.
a. Hubungan interpersonal yang tidak bermakna.
b. Sulit mempertahankan hubungan interpersonal.
c. Pelarian dari penganiayaan fisik atau pemerkosaan.
d. Perasaan tidak dimengerti orang lain.
e. Kehilangan orang yang dicintai.
f. Keadaan fisik.
g. Masalah dengan orang tua.
h. Masalah seksual.
i. Depresi.
3. Penyebab bunuh diri pada mahasiswa.
a. Self ideal terlalu tinggi.
23
b. Cemas akan tugas akademik yang terlalu banyak.
c. Kegagalan akademik berarti kehilangan penghargaan dan
kasih sayang orang tua.
d. Kompetisi untuk sukses.
4. Penyebab bunuh diri pada usia lanjut.
a. Perubahan status dari mandiri ke ketergantungan.
b. Penyakit yang menurunkan kemampuan berfungsi.
c. Perasaan tidak berarti di masyarakat.
d. Kesepian dan isolasi sosial.
e. Kehilangan ganda, seperti pekerjaan, kesehatan, pasangan.
f. Sumber hidup bergantung.
5) Faktor Presipitasi
1. Psikososial dan klinik
a. Keputusasaan
b. Ras kulit putih
c. Jenis kelamin laki-laki
d. Usia lebih tua
e. Hidup sendiri
2. Riwayat
a. Pernah mencoba bunuh diri.
b. Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri.
c. Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat.
3. Diagnostis
a. Penyakit medis umum
b. Psikosis
c. Penyalahgunaan zat
B. Diagnosis Keperawatan
24
Pohon Masalah
Diagnosis
1. Resiko bunuh diri berhubungan dengan harga diri rendah.
C. Rencana Intervensi
Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosis keperawatan risiko
bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
Pasien tetap aman dan selamat.
2. Tindakan
Untuk melindungi pasien yang mengancam atau mencoba bunuh diri,
maka Anda dapat melakukan tindakan berikut.
a) Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat dipindahkan
ke tempat yang aman.
b) Menjauhkan semua benda yang berbahaya, misalnya pisau, silet,
gelas, tali pinggang.
c) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum obatnya,
jika pasien mendapatkan obat.
d) Menjelaskan dengan lembut pada pasien bahwa Anda akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga yang
mengancam atau mencoba bunuh diri.
25
2. Tindakan
a) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian.
b) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya di sekitar pasien.
c) Mendiskusikan dengan keluarga ja untuk tidak sering melamun
sendiri.
d) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur.
Tindakan Keperawatan untuk Pasien Isyarat Bunuh Diri
1. Tujuan
a) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya.
b) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya.
c) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya.
d) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah yang baik.
2. Tindakan
a) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri,
yaitu dengan meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b) Meningkatkan harga diri pasien dengan cara berikut.
- Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya.
- Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
- Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
- Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien.
- Merencanakan aktivitas yang dapat pasien lakukan.
c) Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan cara
berikut.
- Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya.
- Mendiskusikan dengan pasien efektivitas masing-masing cara
penyelesaian masalah.
26
- Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga dengan Pasien Isyarat
Bunuh Diri
1. Tujuan
Keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh diri.
2. Tindakan
a) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri.
- Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
yang pernah muncul pada pasien.
- Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya
muncul pada pasien berisiko bunuh diri.
b) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari perilaku
bunuh diri.
- Mendiskusikan tentang cara yang dapat dilakukan keluarga
bila pasien memperlihatkan tanda dan gejala bunuh diri.
- Menjelaskan tentang cara-cara melindungi pasien, antara lain
sebagai berikut.
1) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di
tempat yang mudah diawasi. Jangan biarkan pasien
mengunci diri di kamarnya atau meninggalkan pasien
sendirian di rumah.
2) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri, seperti tali, bahan bakar
minyak/bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, serta
zat yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun
serangga.
3) Selalu mengadakan dan meningkatkan pengawasan
apabila tanda dan gejala bunuh diri meningkat. Jangan
pernah melonggarkan pengawasan, walaupun pasien tidak
menunjukkan tanda dan gejala untuk bunuh diri.
27
c) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut di
atas.
d) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat dilakukan
apabila pasien melakukan percobaan bunuh diri, antara lain
sebagai berikut.
1) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri tersebut.
2) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau puskesmas
mendapatkan bantuan medis.
e) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas kesehatan yang
tersedia bagi pasien.
1) Memberikan informasi tentang nomor telepon darurat tenaga
kesehatan.
2) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan pasien
berobat/kontrol secara teratur untuk mengatasi masalah
bunuh dirinya.
3) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien minum obat
sesuai prinsip lima benar yaitu benar orangnya, benar
obatnya, benar dosisnya, benar cara penggunakannya, dan
benar waktu penggunaannya
D. Evaluasi Keperawatan
1. Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan
keadaan pasien yang tetap aman dan selamat.
2. Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi
anggota keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan hal berikut.
a) Pasien mampu mengungkapkan perasaanya.
b) Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
28
c) Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang
baik.
4. Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga dalam merawat pasien dengan risiko bunuh diri, sehingga
keluarga mampu melakukan hal berikut.
a) Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh
diri.
b) Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
5. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
dalam merawat anggota keluarga yeng berisiko bunuh diri.
BAB III
STUDI KASUS
29
3.1 Studi Kasus
Tn. B berusia 35 tahun, dibawa keluarganya ke RSJ karena mencoba
bunuh diri dengan meminum pembersih lantai. Beberapa hari sebelum
percobaan bunuh diri, klien terlihat murung dan kusut, suka menyendiri, tidak
mau makan dan minum kalau tidak di bujuk oleh kakaknya. Padahal
sebelumnya klien adalah orang yang pekerja keras dan humoris. Penyebab
klien mencoba bunuh diri karena frustasi akan keadaan rumah tangganya yang
gagal karena klien di PHK dari pekerjaannya. Istri klien meminta cerai karena
klien tidak memberikan nafkah lagi kepada istrinya. Sebelum klien di PHK,
klien adalah seseorang yang semangat, murah senyum, dan humoris. Tetapi
keadaan klien yang saat ini, membuat klien menjadi orang yang pendiam,
pemurung dan suka menyendiri, dan pada akhirnya klien memiliki pikiran
untuk mengakhiri hidupnya dengan meminum pembersih lantai.
A. Pengkajian Keperawatan
a) Identitas klien :
Nama : Tn. B
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Pendidikan : SMA
Tanggal MRS : 27 Maret 2019
Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2019
b) Faktor predisposisi
Klien di PHK dari pekerjaannya dan istri klien meminta cerai.
c) Faktor presipitasi
Klien frustasi atas kegagalan rumah tangganya dan klien di PHK dari
pekerjaannya.
d) Penilaian primer
30
Stressor bermakna bagi klien, alasan : klien frustasi dengan
keadaannya, klien mengatakan hidupnya tidak berguna lagi dan klien
mencoba bunuh diri
e) Support (penilaian sekunder)
Klien suka menyendiri, dan tidak mau makan minum kalau tidak di
bujuk oleh kakaknya
f) Mekanisme koping
Maladaptive : klien frustasi, suka menyendiri dan murung,
mengungkapkan hidupnya sudah tidak berguna lagi, sehinggan klien
melakukan percobaan bunuh diri
B. Analisa Data
C. Pohon Masalah
Perilaku kekerasan : Resiko
Menciderai Diri Sendiri
31
TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling
percaya
Kriteria Evaluasi :
Rencana Tindakan :
Rasional :
TUK 2 :
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
32
2. Tempatkan klien diruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh
perawat.
3. Awasi klien secara ketat setiap saat
TUK 3
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
TUK 4
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
TUK 5
Kriteria evaluasi :
Rencana Tindakan :
33
1. Kaji dan manfaatkan sumber-sumber eksternal individu.
2. Kaji sistem pendukung keyakinan yang dimiliki klien
3. Lakukan rujukan sesuai indikasi (pemuka agama).
34
SP 2 : TUK 3 SP 2
35
adaptif benda yang dapat di
5. Membantu klien gunakan untuk bunuh
merencanakan masa depan diri
yang realistis - Temani klien
6. Memobilisasi dukungan melakukan aktivitas
social yang di sukai
7. Masukkan dalam jadwal b. Rencana pulang
kegiatan klien
E. Implementasi Keperawatan
F. Evaluasi Keperawatan
1. Evaluasi SP 1
Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaan
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan
pasien yang tetap aman dan selamat.
2. Evaluasi SP 2
Untuk keluarga pasien yang memberikan ancaman atau melakukan
percobaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai
dengan kemampuan keluarga berperan serta dalam melindungi anggota
keluarga yang mengancam atau mencoba bunuh diri.
3. Evaluasi SP 3
36
- Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan
asuhan keperawatan ditandai dengan hal berikut.
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaannya.
b. Pasien mampu meningkatkan harga dirinya.
c. Pasien mampu menggunakan cara penyelesaian masalah yang
baik.
- Untuk keluarga pasien yang memberikan isyarat bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan kemampuan
keluarga dalam merawat pasien dengan risiko bunuh diri, sehingga
keluarga mampu melakukan hal berikut
a. Keluarga mampu menyebutkan kembali tanda dan gejala bunuh
diri.
b. Keluarga mampu memperagakan kembali cara-cara melindungi
anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
c. Keluarga mampu menggunakan fasilitas kesehatan yang tersedia
dalam merawat anggota keluarga yang berisiko bunuh diri.
37
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bunuh diri adalah masalah yang sudah mendunia. Beberapa tahun
terakhir, bunuh diri menjadi fenomena yang sering muncul dalam
pemberitaan media cetak maupun media elektronik. Data tentang insidensi
di Indonesia sendiri belum jelas sehingga masih banyak dilakukan survei
mengenai angka percobaan bunuh diri di Indonesia. Ide, isyarat dan usaha
bunuh diri sering disertai gangguan depresi. Ide bunuh diri terbesar terjadi
jika gangguan depresi sudah parah. De Catanzaro menemukan bahwa
antara 67% hingga 84% pikiran bunuh diri bisa dijelaskan dengan masalah
hubungan sosial dan hubungan dengan lawan jenis, terutama yang
berkaitan dengan loneliness dan perasaan membebani keluarga. Adapun
faktor yang mempengaruhi resiko bunuh diri ada lima diantaranya; Faktor
Mood dan Biokimiawi otak, faktor riwayat gangguan mental, faktor
meniru, imitasi, dan pembelajaran, faktor isolasi sosial dan Human
Relations, dan faktor hilangnya perasaan aman dan ancaman kebutuhan
dasar.
4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada mahasiswa keperawatan sebagai calon
perawat yaitu, mahasiswa perlu untuk memiliki pengetahuan dan
keterampilan dalam merawat pasien dengan resiko bunuh diri agar pasien
tidak melakukan tindakan bunuh diri. Perawat harus mampu memotivasi
pasien untuk tidak melakukan tindakan bunuh diri dan mampu melakukan
pengkajian yang akurat mengenai rencana bunuh diri pasien.
38
DAFTAR PUSTAKA
Maramis, W.F. 2010. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press:
Surabaya.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta:
Salemba Medika.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20358645-TA-Khusnul%20Aini.pdf (Diakses
pada tanggal 17 Maret 2019)
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-jpkk60c4d11a8cfull.pdf (Diakses
pada tanggal 19 Maret 2019)
39