Anda di halaman 1dari 40

PENERAPAN AKTIVITAS KELOMPOK SOSIAL

PADA PASIEN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL

(Literature Review)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)

UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN JAWA TENGAH

DIWONOSOBO

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan Proposal KTI dengan judul “Penerapan Terapi Aktivitas

Kelompok Sosial Pada Pasien Jiwa Dengan Isolasi Sosial” Karya Tulis Ilmiah ini

dibuat untuk melengkapi persyaratan Program Pendidikan Diploma III

Keperawatan pada Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al-Qur’an Jawa

Tengah di Wonosobo. Banyak dorongan moral maupun material selama

penyusunan tugas akhir ini, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan

ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. H. Z. Sukawi, MA selaku Rektor Universitas Sains Al-Qur’an Jawa

Tengah di Wonosobo

2. Ika Purnamasari, S.Kep., Ns., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di Wonosobo

3. Ns. Sri mulyani, S. Kep.,M.Kep., selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di

Wonosobo

4. Ns. Ari Setyowati, S. Kep selaku Dosen Pembimbing atas kesediaan

waktu,nasihat,bantuan,dukungan serta kesabarannya dalam membimbing dari

awal hingga akhir penyusunan tugas akhir ini

5. M. Sahli, SKM,. M.Kes sebagai penguji yang telah memberikan nasihat,

waktu serta kesediaannya dalam menguji Karya Tulis Ilmiah ini.

ii
6. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, do’a serta segala fasilitas

dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah

7. Neta Fitriyani Amd.Kep yang telah membantu memotivasi saya dalam

menyusun Karya Tulis Ilmiah

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis tidak lepas dari banyak

kekurangan dalam segi penulisan, dan kemampuan. Namun berkat bimbingan,

bantuan, dan dukungan yang besar dari berbagai pihak baik secara materi

maupun non materi, Karya Tulis Ilmiah ini menjadi salah satu ilmu pengetahuan

yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Wonosobo, 14 April 2022

Penulis

Muhamad Farkhan Baihaqi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN............................................................................................i

HALAMAN KATA PENGANTAR....................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................5

C. Manfaat Studi Kasus................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................7

A. Isolasi Sosial.............................................................................................7

1. Definisi................................................................................................7

2. Etiologi................................................................................................8

B. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial.........................................................16

1. Rencana Keperawatan .......................................................................16

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosial..........................................................22

1. Definisi..............................................................................................22

2. Tujuan dan Manfaat..........................................................................23

3. Sesi Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS)..............................23

4. Prosedur Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS).......................26

BAB III METODE PENULISAN.......................................................................27

A. Menentukan Permasalahan .....................................................................27

B. Mencari Literature...................................................................................27

C. Mengevaluasi Data..................................................................................28

iv
D. Menganalisa Dan Menginterpretasikan...................................................28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................29

A. Hasil.........................................................................................................29

B. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Tingkat

Depresi Di Rumah Sakit Jiwa Di Daerah Surakarta................................29

C. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Sosialisasi Klien Isolasi...........................................................................29

D. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Interaksi Sosial Dan Acrivity Daily Living Klien Isolasi Di Panti Sosial

Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang Dengan Gangguan Jiwa.....30

BAB V PENUTUP..............................................................................................33

A. Kesimpulan..............................................................................................33

B. Saran........................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................35

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan Jiwa bagi manusia berarti terwujudnya keharmonisan

fungsi jiwa dan sanggup menghadapi problem, merasa bahagia dan

mampu diri. Orang yang sehat jiwa berarti mempunyai kemampuan

menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan

lingkungan. Manusia terdiri dari bio, psiko, social, dan spiritual yang

saling berinteraksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi

(Azizah, dkk, 2016).

Menurut UU No.18 tahun 2014 orang dengan gangguan jiwa

adalah orang yang mengalami gangguan dalam berfikir, berperilaku, dan

gangguan alam perasaan yang digambarkan dalam bentuk sekumpulan

gejala perubahan perilaku yang bermakna dalam sehari-hari, serta dapat

menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan fungsinya

sebagai manusia yang produktif. Upaya kesehatan jiwa adalah setiap

kegiatan umtuk mewujudkan derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi

setiap individu, keluarga, dan masyarakat dengan pendekatan promotif,

preventif, kuratif , dan rehabilitatif yang diselenggarakan secara

menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan oleh Pemerintah, Pemerintah

Daerah, atau masyarakat (Kemenkes, 2014).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2014

diperkirakan penderita gangguan jiwa sebesar 516.000.000 jiwa.

1
Berdasarkan grafik kunjungan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa

seluruh Indonesia, data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan

mental emosional yang ditujukan dengan gejala depresi dan kecemasan

untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau 6% dari

jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti skizofrenia mencapai 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1000

penduduk (Kemenkes, 2014).

Kesehatan Jawa Tengah tahun 2016, bahwa jumlah penderita

gangguan jiwa yang dipasung di Jawa Tengah terdapat 1.311 kasus jiwa

sedah ditangani, 1.290 jiwa sudah pulang, masih di panti 10 jiwa, dan

meninggal sejumlah 11 jiwa yang tersebar diberbagai kota di Jawa

Tengah. Kota dengan penduduknya yang mengalami gangguan kejiwaan

lebih dari 50 kasus jiwa seperti kota Kebumen, Purworejo, Wonogiri, dan

Pekalongan. Kasus jiwa dengan jumlah 30-50 kasus terdapat di kota

Wonosobo, Magelang, Demak, Rembang, dan kasus dengan jumlah 10-30

kasus jiwa terdapat di kota Banyumas, Banjarnegara, Kendal, Jepara dan

Sragen (Dinkes Jateng,2016).

Data terbaru RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang bulan Agustus –

Desember 2018 didapatkan data pasien gangguan jiwa dengan diagnose

Keperawatan Halusinasi 2.062 orang. Perilaku Kekerasan 512 orang,

Resiko Kekerasan 479 orang, Harga Diri Rendah 166 orang dan Isolasi

Sosial 139 orang (Harun, 2019).

2
Isolasi Sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun

komunikasi dengan orang lain. Isolasi Sosial adalah suatu gangguan

hubungan inter personal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak

fleksibel yang menimbulkan perilaku yang maladaptive dan mengganggu

fungsi seseorang dalam hubungan social (Dermawan & Rusdi, 2013)

Isolasi Sosial memiliki 2 faktor yaitu faktor predisposisi dan faktor

presipitasi, adapun faktor presdisposisi dengan antara lain perkembangan

dan sosial budaya, kegagalan dapat menyebabkan seorang individu tidak

percaya pada dirinya sendiri maupun orang lain ragu, takut salah, pesimis

pada dirinya sendiri, putus asa dan merasa tertekan, keadaan ini

menyebabkan klien tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, suka

berdiam diri dan menghindari orang lain (Kusumawati & Hartono, 2010)

dan faktor Presipitasi yaitu stress sosiokultural dan stress psikologi

(Prabowo, 2014).

Temu media menyambut Hari Kesehatan Jiwa Sedunia (HKJS)

2016. Kementrian Kesehatan RI mengungkapkan, gangguan jiwa sangat

beragam, mulai dari yang ringan hingga akut. Informasi yang akurat dari

keluarga sangat membantu tenaga pemberi layanan kesehatan jiwa untuk

melakukan diagnose dan menentukan perawatan yang tepat bagi orang

dengan gangguan jiwa (ODGJ).

Isolasi Sosial dapat mengakibatkan klien melupakan kebutuhan

dasar sehingga akan muncul halusinasi yang dapat membahayakan dirinya

3
sendiri, orang lain dan lingkungan. Melihat kondisi dan akibat lanjut yang

ditimbulkan dari isolasi sosial, maka perawat sebagai tenaga professional

berkewajiban menolong klien dan keluarga. Upaya yang dapat dilakukan

yaitu dengan memberikan asuhan keperawat yang komprehensif pada

individu, keluarga, dan lingkungan disekitarnya. Melalui penggunaan diri

secara terapeutik (Therapeutic Use Of Self) dengan teknik komunikasi

yang sesuai dengan situasi dan kondisi klien yang dilakukan di tatanan

rumah sakit dan di lingkungan masyarakat (Community Based Psychiatric

Nursing Care) dalam kesehatan jiwa masyarakat (Putri, 2012).

Tujuan umum dalam intervensi terhadap klien dengan gangguan

hubungan sosial adalah klien dapat mencapai kepuasan interpersonal yang

maksimal dan dapat membina dan mempertahankan dalam hubungan

dengan orang lain. Tujuan khusus yang terdapat pada klien isolasi sosial

antara lain membina hubungan saling percaya, klien mengetahui penyebab

isolasi sosial dan klien dapat berinteraksi dengan orang lain (Purwanto,

2015). Rencana tindakan keperawatan pada klien isolasi sosial yaitu

menggunakan Strategi Pelaksana (SP), Electro Convulsive Theraphy

(ECT), Psikofarmaka dan Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) (Yosep,

2011).

Penatalaksanaan keperawatan klien dengan isolasi sosial selain

dengan pengobatan psikofarmaka juga dengan pemberian Terapi Aktifitas

Kelompok (TAK). Aktifitas digunakan sebagai terapi, dan kelompok

digunakan sebagai target asuhan. TAK sangat efektif mengubah perilaku

4
karena didalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan

saling mempengaruhi. Dalam kelompok akan terbentuk satu system sosial

yang saling berinteraksi dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru

yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptive (Hasrina,

dkk, 2014).

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pasien mampu

mengontrol isolasi sosial agar pasien mampu mengembangkan hubungan

dengan orang lain dan halusinasi tidak terjadi. Untuk membina hubungan

sosial, individu berada, dalam rentang respon adaptif sampai dengan

maladaptive. Respon adaptif merupakan respon yang dapat diterima oleh

norma-norma sosial dan kebudayaan yang secara umum berlaku. Respon

maladaptive merupakan respon yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh norma sosial dan

budaya setempat. Respon sosial maladaptive yang sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari adalah menarik idri, dependen, manipulasi, curiga,

gangguan komunikasi dan kesepian (Muhith, 2015).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diambil rumusan

masalah “Bagaimana pengaruh pemberian tindakan Terapi Aktifitas

Kelompok pada pasien Isolasi Sosial?”

C. Tujuan Studi Kasus

Menelusuri Tindakan Keperawatan pemberian Terapi Aktifitas

Kelompok pada pasien Isolasi Sosial

5
D. Manfaat Studi Kasus

1. Manfaat Teoritis

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat dijadikan bahan masukan

rumah sakit untuk meningkatkan pelayanan pelayanan secara

professional dan maksimal dalam melakukan asuhan keperawatan

pada pasien isolasi sosial.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi saran untuk

memberikan gambaran asuhan keperawatan jiwa secara optimal

b. Bagi Institusi

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini sebagai tambahan referensi

dalam peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata kuliah

keperawatan jiwa

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Isolasi Sosial

1. Definisi

Isolasi Sosial merupakan upaya klien uttuk menghindari

interaksi dengan oranglain, menghindari dengan orang lain maupun

komunikasi dengan orang lain. Isolasi sosial adalah suatu gangguan

hubungan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang

tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku yang maladaptive dan

menggangu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Dermawan &

Rusdi, 2013).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain (Dermawan, 2018). Menarik diri adalah keadaan

dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan

dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang

bersifat sementara atau menetap (Muhith, 2015).

Isolasi sosial merupakan kondisi dimana pasien selalu merasa

sendiri dengan merasa kehadiran orang lain sebagai ancaman

(Fortinash, 2011). Penurunan produktifitas pada pasien menjadi

dampak dari isolasi sosial yang tidak dapat ditangani. Oleh sebab itu

7
tindakan keperawatan tepat sangat dibutuhkan agar dampak yang

ditimbulkan tidak berlarut-larut (Brelannd-Noble, 2016).

2. Etiologi

a) Faktor Predisposisi

Menurut Sutejo (2017) ada beberapa faktor predisposisi

penyebab isolasi sosial, meliputi

b) Faktor Perkembangan

Tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu

dalam membagi hubungan dengan orang lain adalah keluarga.

Kurangnya stimulasi maupun kasih sayang dari ibu/pengasuh pada

bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat

terbentuknya rasa percaya diri. Ketidakpercayaan tersebut dapat

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun

lingkungan pada kemudian hari, maka anak akan mengalami

kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa

berikutnya dan mendorong anak mengembangkan harga diri

rendah.

c) Faktor Biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respons

maladaptive. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung

gangguan jiwa. Inden tertinggi skizofrenia, misalnya ditemukan

pada keluarga yang menderita penyakit skizofrenia. Selain itu

kelainan pada struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,

8
penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbic,

diduga dapat menyebabkan skizofrenia.

d) Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan

merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan

atau isolasi sosial. Gangguan ini juga disebabkan oelah adanya

norma norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga, seperti

anggota tidak produktif yang diasingkan diri dari lingkungan

sosial.Selain itu, norma yang tidak mendukung terhadap orang

lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak

produktif, seperti lansia, orang cacat, dan berpenyakit kronik juga

menjadi faktor predisposisi isolasi sosial.

e) Faktor Presipitaasi

Faktor presipitasi penyebab isolasi sosial menurut Sutejo

(2017), antara lain :

1. Stressor Sosiokultural

Stressor sosial budaya, misalnya menurunnya stabilitas unit

keluarga berpisah dari orang yang berarti dalam

kehidupannya

2. Stressor Psikologik

Intensitas kecemasan yang tinggi akibat berpisah dengan

orang lain, misalnya terbatasnya kemampuan individu untuk

9
mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah

gangguan berhubungan.

3. Stressor Intelektual

a. Kurangnya pemahaman dari dalam ketidakmampuan

untuk berbagi pikiran dan perasaan yang menganggu

pengembangan dengan orang lain.

b. Klien dengan “Kegagalan” adalah orang yang kesepian

dan kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan

sulit dalam berkomunikasi dengan orang lain.

c. Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan

dengan orang lain yang memicu persepsi menyimpang

dan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang

lain.

f) Stressor Fisisk

Stressor fisik yang memicu osilasi sosial : Menarik diri

dapat meliputi penyakit kronik

1. Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

2. Isolasi : Menarik Diri

3. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah

10
g) Rentang Respon Sosial

1. Respon adaptif

Respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma

sosial dan kebudayaan secara umum serta masih dalam batas

normal dalam menyelesaikan masalah.

a. Menyendiri : Respon yang dibutuhkan seseorang untuk

merenungkan apa yamg telah terjadi dilingkungan

sosialnya

b. Otonomi : Kemampuan individu untuk menentukan dan

menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan

sosial.

c. Bekerja Sama : Kemampuan individu yang saling

membutuhkan satu sama lain.

d. Saling Tergantung : Saling ketergantungan antara

individu dengan orang lain dalam membina hubungan

interpersonal.

2. Respon Maladaptif

Respon yang diberikan individu yang menyimpang dari norma

sosial, yang termasuk respon maladaptif adalah :

a. Menarik Diri : Seseorang yang mengalami kesulitan

dalam membina hubungan secara terbuka denganorang

lain.

11
b. Ketergantungan : Seseorang gagal mengembangkan rasa

percaya diri sehingga tergantung dengan orang lain

c. Manipulasi : Seseorang yang menganggu orang lain

sebagai objek individu sehingga tidak dapat membina

hubungan sosial secara mendalam

d. Curiga : Seseorang gagal mengembangkan rasa percaya

terhadap orang lain.

h) Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial

Proses terjadinya masalah isolasi sosial :

Patern of Infectiv coping Lack of Stressor


parenting (koping individu development internal and
(pola asuh tidak efektif) task external
Keluarga) (Gangguan (stress internal
tugas dan eksternal)
perkembangan
)
Misal : Pada Misal : Saat Misal : Misal : Stress
anak yang individu Kegagalan terjadi akibat
kelahirannya menghadapi menjalin ansietas yang
tidak kegagalan hubungan berkepanjanga
dikehendaki menyalahkan intim dengan n dan terjadi
(unwanted orang lain, sesama jenis bersamaan
child) akibat keridakberdayaan atau lawan dengan
kegagalan , menyangkal jenis, tidak keterbatasan
KB, hamil tidak mampu mampu kemampuan
diluar nikah, menghadapi mandiri dan individu untuk
jenis kelamin kenyataan dan menyelesaikan mengatasinya.
yang tidak menarik diri dari tugas, bekerja, Ansietas terjadi

12
diinginkan, lingkungan, bergaul, akibat berpisah
bentuk fisik terlalu tingginyga sekolah, dengan orang
yang self ideal dan menyebabkan terdekat,
menawan tidak mampu ketergantunga hilangnya
menyebabkan menerima realitas n pada orang pekerjaan atau
keluarga dengan rasa rua, rendahnya orang yang
mengeluarka bersyukur ketahanan dicintai.
n komentar- terhadap
komentar berbagai
negatif, kegagalan.
merendahkan
,
menyalahkan
anak.

Harga Diri Rendah

Isolasi Sosial

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Masalah

i) Tanda dan gejala

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan

wawancara adalah, (Dermawan, 2018) :

1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain

2) Pasien merasa tidak aman bersama orang lain.

13
3) Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain.

4) Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Pasien merasa tidak berguna

7) Pasien tidak dapat berlangsung hidup

Tanda gejala yang dapat diobservasi :

1) Tidak memiliki teman dekat

2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif

4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan pikirannya sendiri

6) Tidak ada kontak mata

7) Tampak sedih, afek tumpul

8) Penatalaksanaan

Menurut Dermawan dan Rusdi (2013), penatalaksanaan

isolasi sossial yaitu :

a. Terapi Farmakologi

Pemberian obat dengan menggunakan prinsip 6 benar yaitu:

1) Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa

(gelang identitas, papan identitas ditempat tidur) atau

ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya

14
2) Benar Obat

Obat mempunyai nama dagang dan namagenerik. Setiap

obat dengan nama dagang yang asing (baru didengar

namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu

hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya

atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada

pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa

tiga kali, pertama saat permintaan obat dan botolnya

diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan

dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak

obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai

dam harus dikembalikan ke bagian farmasi. Jika pasien

meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya

kembali.

3) Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa

dosisnya. Jika ragu, perawat harus konsultasi dengan

dokter, yang menulis resep atau apoteker sebelum

diberikan ke pasien

4) Benar cara

Faktor pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan

umum pasien, sifat kimiawi dan fisik obat. Obat dapat

15
diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,

inhalasi.

5) Benar waktu

Benar waktu itu sangat penting, jika obat harus diminum

sebelum makan untuk memperoleh kadar yang diperlukan

harus diberi satu jam sebelum makan. Pemberian obat

antibiotik tidak boleh diberikan bersamaan dengan susu,

karena susu dapat mengikat sebagian besar obat sebelum

diserap. Obat yang diminum setelah makan untuk

menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung.

6) Benar dokumentasi

Obat yang diberikan harus didokumentasikan, dosis, cara,

waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Jika pasien

menolak untuk meminumnya atau tidak dapat diminum

harus mencatat alasannya dan dilaporkan.

B. Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

1. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan dengan menggunakan Tujuan Umum

(TUM) dan Tujuan Khusus (TUK) menurut (Sutejo, 2017) :

a) Tujuan Umum

Klien dapat berinteraksi dengan orang lain sehingga tidak terjadi

isolasi sosial

16
b) Tujuan Khusus

1) TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Kriteria Evaluasi

1. Eksplorasi wajah cerah, senyum

2. Mau berkenalan

3. Ada kontak mata

4. Bersedia menceritakan perasaan

5. Bersedia mengungkapkan masalah

b. Intervensi

Bina hubungan saling percaya dengan

mengemukakan prinsip terapeutik :

1. Ucapkan salam terapeutik. Sapa klien dengan ramah,

baik verbal maupun non verbal.

2. Berjabat tangan dengan klien

3. Perkenalkan diri dengan sopan

4. Tanyakan nama lengkap klien dengan nama panggilan

yang disukai klien

5. Jelaskan tujuan pertemuan

6. Buat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali

bertemu klein.

7. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa

adanya.

17
8. Beri perhatian kepada klien dengan perhatian

kebutuhan dasar

2) TUK II : Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan minimal satu penyebab

isolaso sosial. Penyebab munculnya isolasi sosial : Diri

sendiri, Orang lain dan lingkungan

b. Intervensi

1. Tanyakan kepada klien tentang orang yang tinggal

serumah atau sekamar dengan klien

2. Tanyakan kepada klien tentang orang yang paling

dekat dengan klien dirumah atau diruang keperawatan

3. Tanyakan kepada klien tentang hal apa yang membuat

klien dekat dengan seseorang

4. Tanyakan kepada klien tentang orang yang tidak dekat

dengan klien, naik dirumah atau dirung keperawatan

3) TUK III : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara

bertahap

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat menyebutkan keuntungan dalam

berhubungan sosial, seperti banyak teman dan tidak

kesepian, bisa berdiskusi, saling menolong. Klien dapat

18
menyebutkan kerugian menarik diri, seperti sendiri,

kesepian, dan tidak bisa berdiskusi

b. Intervensi

1. Tanyakan kepada klien tentang manfaat hubungan sosial

2. Diskusikan kepada klien tentang manfaat berhubungan

sosial

3. Beri pujian terhadap kemampuan klien dalam

mengungkapkan perasaannya

4) TUK IV : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara

bertahap

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara

bertahap dengan perawat, perawat laiun, klien lain,

keluarga dan kelompok

b. Intervensi

1. Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial

2. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang

lain

3. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain

4. Berikan kesempatan klien mempraktikkan cara

berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan

dihadapan perawat.

19
5. Bantu klien berinteraksi dengan satu orang, teman, atau

anggota keluarga

6. Apabila klien sudah menunjukkan kemajuan

tingkatkanlah jumlah interaksi dengan dua, tiga, empat

orang dan seterusnya

7. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah

dilakukan oleh klien

8. Latih klien bercakap dengan anggota keluarga saat

melakukan kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga

9. Libatkanlah klien dalam TAK saat diruang perawat

10. Latih klien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan

sosial, misalnya : Belanja ke warung, ke pasar, ke

kantor posko bank, dan lain-lain

5) TUK V : Klien mampu menjelaskan hubungan perasaannya

setelah hubungan sosial

a. Kriteria evaluasi

Klien dapat menjelaskan perasaan setelah

berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok.

b. Intervensi

1. Diskusikan kepada klien tentang perasaannya setelah

berhubungan sosial dengan orang lain dan kelompok.

2. Beri pujian terhadap klien mengungkapkan

perasaannya

20
6) TUK VI : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam

memperluas hubungan sosial.

a. Kriteria evaluasi Keluarga dapat menjelaskan tentang :

1. Isolasi sosial beserta tanda dan gejalanya

2. Penyebab dan akibat dari isolasi sosial

3. Cara merawat klien menarik diri

b. Intervensi

1. Diskusikan pentingnya serta peran keluarga sebagai

pendukung untuk mengatasi perilaku isolasi sosial

2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien

mengatasi perilaku isolasi sosial

3. Jelaskan kepada keluarga tentang isolasi sosial beserta

tanda dan gejalanya, penyebab dan akibat isolasi sosial,

cara merawat klien isolasi sosial

4. Latih keluarga cara melatih pasien isolasi sosial

5. Tanyakan kepada keluarga perasaan setelah mencoba

cara yang dilatih

6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk

bersosialisasi

7. Beri pujian kepada keluarga atas keterliubatannya

merawat klien dirumah sakit

21
7) TUK VII : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

a. Kriteria evaluasi Klien bisa menyebutkan :

1. Manfaat minum obat

2. Kerugian yang ditimbulkan akibat tidak minum obat

3. Nama, warna, dosis, efek samping obat

4. Akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter

b. Intervensi

1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian

tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek

samping dan efek terapi penggunaan obat

2. Pantau klien pada saat penggunaan obat

3. Beri pujian kepada klien jika klien menggunakan obat

dengan benar

4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa

konsultasi dengan dokter

5. Anjurkan klien untuk konsultasi dengan dokter atau

perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

C. Terapi Aktivitas Kelompok Sosial

1. Definisi

Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS) yaitu kemampuan

memperkenalkan diri, kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-

cakap, kemampuan menyampaikan dan membicarakan topik tertentu,

kemampuan menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi,

22
kemampuan bekerja sama, kemampuan menyampaikan tentang

manfaat TAKS yang telah dilakukan (Surya, 2012).

2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dan manfaat TAKS adalah pasien dapat meningkatkan

hubungan sosial dalam kelompok secara bertahap, mampu

memperkenalkan diri, mampu berkenalan dengan anggota kelompok,

mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok, mampu

menyampaikan dan membicarakan topik pembicaraan, mampu

menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain,

dan mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat TAKS yang

telah dilakukan. (Keliat & Prawirowiyono, 2014).

3. Sesi Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS)

Menurut (Wahidyanti dan Irawan, 2016) dalam pelaksanaan

terapi aktivitas kelompok sosial dilakukan selama 7 sesi untuk melatih

kemampuan interaksi sosial pasien, adapun tujuan setiap sesi sebagai

berikut :

a. Sesi 1

Klien mampu memperkenalkan diri sendiri, nama

panggilan, nama panggilan asli dan hobi.

b. Sesi 2

1) Memperkenalkan diri anggota kelompok lain seperti nama

lengkap, asal dan hobi

23
2) Menanyakan diri anggota kelompok lain seperti nama

lengkap, asal dam hobi

c. Sesi 3

1) Klien mampu mananyakan kehidupan pribadi kepada satu

anggota kelompok

2) Klien mampu menjawab tentang kehidupan pribadi sendiri

d. Sesi 4

1) Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan

2) Memilih topik yang ingin dibicarakan

3) Memberi pendapat tentang topik yagn dipilih

e. Sesi 5

Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah

pribadi dengan orang lain seperti menyampaikan masalah

pribadi, memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

f. Sesi 6

Klien mampu bekerja sama dalam sosialisasi kelompok

sosial seperti :

1) Bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan kepada

orang lain.

2) Menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan

permintaan

24
g. Sesi 7

1) Klien dapat meningkatkan hubungan sosila dalam kelompok

secara bertahap

2) Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat

kegiatan kelompok yang telah dilakukan

4. Prosedur Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS)

a. Fase pra orientasi

1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu isolasi sosial

2) Membuat kontrak dengan klien

3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

b. Fasae Orientasi

1) Berikan salam terapeutik

2) Evaluasi/ Validasi : Menanyakan perasaan klien saat ini

3) Kontrak

a) Menjelaskan tujuan kegiatan

b) Menjelaskan aturan main

c. Fase Kerja

Lakukan Terapi Aktivitas Kelompok Sosial

d. Fase Terminasi

1) Evaluasi

a) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS

b) Memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

25
2) Samapikan rencana tindak lanjut

3) Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati kegiatan berikutnya

2) Menyepakati waktu dan tempat

4) Berikan salam penutup

26
BAB III

METODE PENULISAN

Metode yang digunakan dipenulisan ini adalah literature review, yaitu

sebuah pencarian literature baik internasional maupun nasional dengan

menggunakan database yang digunakan adalah Google scholar, pada tahap

penulisan jurnal diperoleh 5 artikel dari tahun 2016 sampai dengan 2020 dengan

menggunakan kata kunci nya adalah “Terapi Aktivitas Kelompok Sosial” dan

“Isolasi Sosial”. Dari jumlah tersebut hanya 3 artikel yang dianggap relevan.

Langkah-langkah dalam Literature Review adalah:

A. Menentukan Permasalahan

Penulis mencari topik yang berpengaruh didalam dunia kesehatan.

Penulis mencari topik dengan melihat seberapa banyak kasus tersebut diderita.

Selanjutnya penulis memilih Terapi Aktivitas Kelompok Sosial Pada Isolasi

Sosial

B. Mencari Literature

Mencari literature dilakukan dengan cara metode online menemukan

penelitian yang berkaitan dengan Isolasi Sosial. Database yang digunakan

adalah Google Scholar. Keyword yang digunakan adalah “Isolasi Sosial”

kemudian tahun yang dibutuhkan 2016 sampai 2020. Dengan keyword dan

kriteria tersebut ditemukan 5 artikel, artikel yang digunakan adalah artikel

yang dapat dibuka secara keseluruhan atau fulltext, selanjutnya didapatkan 3

artikel yang sesuai dengan kriteria. Yaitu “Peran Terapi Aktivitas Kelompok

27
Sosial (TAKS) Terhadap Kemampuan Interaksi Sosial Dan Masalah Isolasi

Sosial Pasien”, “Pengaruh Latihan Ketrampilan Sosialisasi Terhadap

Kemampuan Berinteraksi Klien Isolasi Sosial Di RSJ. Dr. V. L.

RATUMBUYSANG MANADO” dan “Pengaruh Aktivitas Kelompok

Sosialisasi Terhadap Kemampuan Klien Isolasi Sosial”.

C. Mengevaluasi Data

Dari jumlah 5 artikel jurnal yang didapatkan, kemudian penulis

mengevaluasi apakah sesuai dengan topic penelitian, tujuan penelitian,

intervensi penelitian, dan fokus studi. Selanjutnya penulis mengambil 3 jurnal

yang sesuai.

D. Menganalisa Dan Menginterpretasikan

Penulis menganalisa dai 3 jurnal tersebut yang terpilih, kemudian

didapatkan metode yang digunakan, dan hasil penelitian pada tiap artikel,

kemudian penulis membuat gabungan dari analisa-analisa yang digunakan

sehingga menjadi paragraph ilmiah.

28
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dalam bab ini penulis akan menjelaskan hasil penelitian dan

pembahasan Literature Review dari 3 jurnal keperawatan dengan intervensi

Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi TAKS dengan pasien isolasi sosial.

Untuk hasil dan pembahasan secara rinci akan dijelaskan sebagai berikut:

B. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Tingkat

Depresi Di Rumah Sakit Jiwa Di Daerah Surakarta

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian TAKS

terhadap tingkat depresi pada Rumah Sakit Jiwa Surakarta. Pengujian adanya

pengaruh pemberian perlakuan TAKS terhadap depresi menggunakan uji t-

test, Hasil uji t-test diperoleh thitung 3,065 dengan nilai probabilitas (p-value)

0,005 karena nilai p-value lebih kecil dari 0.05(0,005<0,05) maka H0 ditolak

sehingga terdapat perbedaan tingkat depresi post test antara kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, maka

disimpulkan bahwa pemberian TAKS berpengaruh terhadap tingkat depresi di

Rumah Sakit Jiwa Surakarta.

C. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Sosialisasi Klien Isolasi

Penelitian ini ditulis oleh Nofrida Saswati, Sutinah Program Studi

Ilmu Keperawatan (Stikes Harapan Ibu Jambi). Pada jurnal ini pasien yang

mengalami gangguan sosialisasi perlu diberikan suatu program terapi yang

29
diberikan dan disiapkan di Rumah Sakit Jiwa adalah Terapi Aktivitas

Kelompok. Terapi aktivitas kelompok adalah salah satunya terapi modalitas

yang dilakukan perawat kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah

keperawatan yang sama (Keliat & Akemat, 2005)

Hasil dan penelitian dalam jurnal ini tentang pengaruh aktivitas

kelompok sosialisasi terhadap kemampuan sosialisasi klien isolasi sosial di

Rumah Sakit Ghrasia Provinsi DIY bahwa TAKS berpengaruh meningkatkan

kemampuan sosialsisasi klien dengan p-value 0,001 yang berarti sangat

bermakna penelitian (Ptpn et al,. 2013). Di Rumah membina hubungan

interpersonal, komunikasi, dan mengungkapkan dan masalah pada dirinya

sedangkan klien isolasi sosial telah mendapat TAKS telah mendapatkan 7 sesi

kegiatan terapi yang dapat meningkatkan kemampuan klien dalam

bersosialisasi dan membina hubungan yang baik dengan orang lain dan

lingkungan sekitar.

D. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Kemampuan

Interaksi Sosial Dan Acrivity Daily Living Klien Isolasi Di Panti Sosial

Rehabilitasi Pengemis Gelandangan Orang Dengan Gangguan Jiwa

Penelitian ini dibantu dengna perawat melakukan observasi kepada

klien isolasi sosial di panti tersebut didapatkan bahwa klien banyak berdiam

diri dan terlihat suka menyendiri, klien hanya berbicara seperlunya dan

terlihat menghindar dari klien lainnya, tidak ada kontak mata, klien berdia,

diri tetapi mau untuk duduk berkumpul dengan klien lainnya, bicara

seperlunya jika diajak komunikasi, apatis, klien tidak dapat melakukan

30
kegiatan sehari harinya secara mandiri serta membutuhkan bantuan orang lian

dalam pemenuhannya seperti makan, berpakaian, mandi, BAB dan BAK.

Jumlah populasi di panti tersebut 200 klien dimana terdiri dari pengemis,

gelandangan dan orang dengan gangguan jiwa. Aktivitas TAKS dapat berupa

latihan sosialisasi dalam kelompok. TAKS membantu klien untuk melakukan

sosialisasi dengan individu yang ada disekitar klien. Terapi TAKS ini

memfasilitasi psikoterapi untuk memantau dan meningkatkan hubungan

interpersonal, memberi tanggapan terhadap orang lain, mengekspresikan ide

dan tukar persepsi dan menerima stimulus eksternal yang berasal dari

lingkungan.

Tujuan penelitian untuk mengetahui Pengaruh Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi (TAKS) terhadap kemampuan interaksi sosial dan

Activity Daily Living klien isolasi sosial di PSR PG ODGJ, maka rancangan

yang digunakan adalah Quasy Eksperimen dengan bentuk rancangan Non-

Equivalent Control Group dengan Pre dan Post Test. Populasi yang diambil

adalah klien yang ada di PSR PG ODGJ sebanyak 200 orang. Tekhnik

pengambilan sampel pada penelitian ini adalah metode Probability Sampling

dengan tekhnik Simple Random Sampling. Sampel pada penelitiam imi adalah

klien isolasi sosial. adalah metode Probability Sampling dengan teknik

Simple Random Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah klien isolasi

social.

Hasil penelitian ini didapatkan nilai p=0,014< (0.05) yang

menjunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan terapi aktivitas

31
kelompok sosialisasi terhadap kemampuan Activity Daily Living dengan

pasien gangguan jiwa.

32
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan diatas penulis

mengambil kesimpulan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompol sosial

pada pasien isolasi sosial, hasil ketiga jurnal menunjukkan adanya

pengaruh yang signifikan pemberian intervensi terapi aktivitas kelompok

sosial terdapat perbedaan pada pasien isolasi sosial sebelum dan sesudah

dilakukan terapi aktivitas kelompok sosial. Hal ini dapat dibuktikan dari

jurnal yang ditulis Kiki Ssusilowati, 2018 nilai p-value 0,005 karena nilai

p-value lebih kecil dari 0.05(0,005<0,05), jurnal kedua yang ditulis

Nofrida Saswati, Sutinah 2018 nilai p-value=0.009 atay (α<0.05), jurnal

yang ketiga ditulis oleh Desi Purnamasari 2020 nilai p=0,014< (0.05).

Dari ketiga jurnal tersebut yang paling berpengaruh jurnal yang ditulis

oleh Kiki Susilowati dengan nilai p-value lebih kecil dari

0.05(0.005<0.05).

B. Saran

1. Bagi Penelitian Keperawatan

Penelitian selanjutnya dapat dijadikan hasil Karya Tulis Ilmiah

Literature review ini sebagai sumber informasi untuk malakukan Asuhan

Keperawatan Jiwa pada pasien Isolasi Sosial dengan penerapan terapi

aktivitas kelompok sosialisasi.

33
2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Bidang keperawatan jiwa dapat menjadikan hasil Karya Ilmiah

Literature Review ini sebagai landasan untuk mengembangkan ilmu

keperawatan yang aplikatif terhadap penatalaksanaan intervensi dalam hal

terapi aktivitas kelompok sosialisasi pada pasien isolasi sosial.

34
DAFTAR PUSTAKA

(Ptpn et al., 2013). Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap Peningkatan

Azizah L.M., Akbar A., Zainuri I. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Badan
Penelitian Kesehatan Nasional.

Dermawan. D dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka Di


Wisma Antarejo di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Dinkes Jateng, 2016. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

Harun (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Isolasi Sosial

Hasriana, dkk. (2014). Jurnal Keperawatan, pengaruh terapi aktivitas isolasi


sosial menarik diri di Rumah Sakit Khusus daerah Provinsi Sulawesi
Selatan. Jakarta: Salemba Medika kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan bersosialisasi pada klien

Kemampuan komunikasi Verbaldan Non Verbal klien isolasi sosial. Medika


Majapahit, 4 (2)

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Riset Kesehatan Dasar Kerja


Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyem Publishing.

Kusumawati F dan Hartono Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa.

Muhith, Abdul. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa.

Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.Tahun 2016.


Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.Yogyakarta: Andi
OfficeYogyakarta: Indonesia Pustaka.Yogyakarta: NuhaMedika

35

Anda mungkin juga menyukai