Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

PERILAKU KEKERASAN

Dosen Pembimbing :
Bagus Dwi Cahyono, S. ST M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (3A)
1. Habibullah (16.016)
2. Narulita Febrianti (16.026)
3. Primas Dwi Rahmawan (16.033)
4. Vina Arie Maulida (16.044)

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN
2018

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA


PERILAKU KEKERASAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa

Dosen Pembimbing :
Bagus Dwi Cahyono, S. ST M. Kes

Disusun Oleh :
Kelompok 2 (3A)
5. Habibullah (16.016)
6. Narulita Febrianti (16.026)
7. Primas Dwi Rahmawan (16.033)
8. Vina Arie Maulida (16.044)

AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KOTA PASURUAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Jiwa Perilaku Kekerasan”.
Makalah ini berisikan tentang informasi tentang mengetahui definisi
kehilangan dan berduka, tipe – tipe kehilangan, jenis – jenis kehilangan, rentang
respon, penyebab, akibat, mekanisme koping, pohon masalah kehilangan dan
berduka, penatalaksanaan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan Perilaku
Kekerasan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Pasuruan, 10 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER LUAR
COVER DALAM
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum...............................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus..............................................................................................2
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1 Defini Perilaku Kekerasan...........................................................................3
2.2 Tipe – Tipe Perilaku Kekerasan...................................................................3
2.3 Jenis – Jenis Perilaku Kekerasan.................................................................4
2.4 Rentang Respon...........................................................................................5
2.5 Penyebab......................................................................................................6
2.6 Akibat...........................................................................................................8
2.7 Mekanisme Koping......................................................................................9
2.8 Pohon Masalah.............................................................................................11
2.9 Penatalaksanaan...........................................................................................11
2.10 Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan..............................................12
BAB 3
TINJAUAN KASUS............................................................................................21
BAB 4
PEMBAHASAN...................................................................................................33
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan...................................................................................................35
5.2 Saran.............................................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pohon Masalah..................................................................................


Gambar 2.2 Genogram..........................................................................................

iii
2

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan jiwa pada mulanya dianggap suatu yang gaib, sehingga
penanganannya secara supranatural spiristik yaitu hal-hal yang berhubungan
dengan kekuatan gaib. Gangguan jiwa merupakan suatu gangguan yang terjadi
pada unsur jiwa yang manifestasinya pada kesadaran, emosi, persepsi, dan
intelegensi. Salah satu gangguan jiwa tersebut adalah gangguan perilaku
kekerasan.
Marah adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai suatu respon terhadap
kecemasan yang dirasakansebagai ancaman individu. Pengungkapan kemarahan
dengan langsung dan konstruksif pada saat terjadi dapat melegakan individu dan
membantu orang lain untuk mengerti perasaan yang sebenarnya sehingga individu
tidak mengalami kecemasan, stress, dan merasa bersalah dan bahkan merusak diri
sendiri, orang lain dan lingkungan. Dalam hal ini, peran serta keluarga sangat
penting, namun perawatan merupakan ujung tombak dalam pelayanan kesehatan
jiwa.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Bagaimana asuhan keperawatan jiwa perilaku kekerasan?
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui definisi kemarhan
2) Mengetahui definisi perilaku kekerasan
3) Mengetahui rentang respon marah
4) Mengetahui penyebab perilaku kekerasan
5) Mengetahui akibat perilaku kekerasan
6) Mengetahui mekanisme koping perilaku kekerasan
7) Mengetahui pohon masalah perilaku kekerasan
8) Mengetahui strategi pelaksanaan tindakan keperawatan perilaku kekerasan

2
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
2.1.1 kemarahan
Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respons terhadap
kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman (Keliat, 1996). Kemarahan yang
ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit sendiri dan mengganggu
hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan
konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu orang lain
untuk mengerti perasaan yang sebenarnya. Untuk itu perawat harus pula
mengetahui tentang respons kemarahan sesorang dan fungsi positif marah.
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang
tidak enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri,
kebutuhan akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
1. Frustasi: sesorang yang mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan/keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa
terancam dan cemas. Jika ia tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu dengan
cara lain tanpa mengendalikan orang lain dan keadaan sekitarnya misalnya dengan
kekerasan.
2. Hilangnya harga diri: pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan
yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu
tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas
tersinggung, lekas marah, dan sebagainya.
3. Kebutuhan akan status dan prestise: Manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
Tanda dan Gejala:
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)

3
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien akan mengakiri kehidupannya. (Budiana Keliat, 1999)

2.2. Pengertian Perilaku Kekerasan


Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk
melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Berkowitz, 1993).
Berdasarkan defenisi ini maka perilaku kekerasan dapat dibagi dua menjadi
perilaku kekerasan scara verbal dan fisik (Keltner et al, 1995). Sedangkan marah
tidak harus memiliki tujuan khusus. Marah lebih menunjuk kepada suatu
perangkat perasaan-perasaan tertentu yang biasanya disebut dengan perasaan
marah (Berkowitz, 1993).
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu
tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan
lingkungan.
Tanda dan Gejala :
1. Memperlihatkan permusuhan
2. Mendekati orang lain dengan ancaman
3. Memberikan kata-kata ancaman dengan rencana melukai
4. Menyentuh orang lain dengan cara yang menakutkan
5. Mempunyai rencana untuk melukai

2.3. Rentang Respons Marah


Respons kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif – mal
adaptif. Rentang respon kemarahan dapat digambarkan sebagai berikut : (Keliat,
1997, hal 6).
1. Assertif adalah mengungkapkan marah tanpa menyakiti, melukai
perasaan orang lain, atau tanpa merendahkan harga diri orang lain.
2. Frustasi adalah respons yang timbul akibat gagal mencapai tujuan
atau keinginan. Frustasi dapat dialami sebagai suatu ancaman dan

4
kecemasan. Akibat dari ancaman tersebut dapat menimbulkan
kemarahan.
3. Pasif adalah respons dimana individu tidak mampu mengungkapkan
perasaan yang dialami.
4. Agresif merupakan perilaku yang menyertai marah namun masih
dapat dikontrol oleh individu. Orang agresif biasanya tidak mau
mengetahui hak orang lain. Dia berpendapat bahwa setiap orang
harus bertarung untuk mendapatkan kepentingan sendiri dan
mengharapkan perlakuan yang sama dari orang lain.
5. Mengamuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang kuat disertai
kehilangan kontrol diri. Pada keadaan ini individu dapat merusak
dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

2.4. Faktor Predisposisi


Faktor psikologis
1. Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan akan timbul dorongan agresif yang memotifasi
PK.
2. Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil
yang tidak menyenangkan
3. Frustasi.
4. Kekerasan dalam rumah atau keluarga.

2.5. Faktor Presipitasi


Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik
berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor
pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut.
1. Klien : kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh agresif, dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.

5
2. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti,
konflik, merasa terancam, baik internal dari perusahaan diri klien
sendiri maupun eksternal dari lingkungan.
3. Lingkungan : panas, padat, dan bising.
A. Tanda dan gejala
1. Fisik
2. Mata melotot
3. Pandangan tajam
4. Tangan mengepal
5. Rahang mengatup
6. Wajah memerah
7. Postur tubuh kaku
B. Verbal
1. Mengancam
2. Mengumpat dengan kata-kata kotor
3. Suara keras
4. Bicara kasar, ketus
C. Perilaku
1. Menyerang orang
2. Melukai diri sendiri/orang lain
3. Merusak lingkungan
4. Amuk/agresif

2.6. Proses Marah


Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus
dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang
menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat
menimbulkan kemarahan.

2.7. Gejala Marah


Kemarahan dinyatakan dalam berbagai bentuk, ada yang menimbulkan
pengrusakan, tetapi ada juga yang hanya diam seribu bahasa. Gejala-gejala atau

6
perubahan-perubahan yang timbul pada klien dalam keadaan marah diantaranya
adalah:
1. Perubahan fisiologik : Tekanan darah meningkat, denyut nadi dan
pernapasan meningkat, tonus otot meningkat, mual, frekuensi buang
air besar meningkat, kadang-kadang konstipasi, refleks tendon tinggi.
2. Perubahan emosional : Mudah tersinggung , tidak sabar, frustasi,
ekspresi wajah nampak tegang, bila mengamuk kehilangan kontrol
diri.
3. Perubahan perilaku : Agresif pasif, menarik diri, bermusuhan, sinis,
curiga, mengamuk, nada suara keras dan kasar.

2.8. Perilaku Kekerasan


Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain :
1. Menyerang atau menghindar (fight of flight)
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem saraf
otonom beraksi terhadap sekresi epinephrin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat, takikardi, wajah merah, pupil melebar, sekresi HCl meningkat,
peristaltik gaster menurun, pengeluaran urine dan saliva meningkat,
konstipasi, kewaspadaan juga meningkat diserta ketegangan otot, seperti
rahang terkatup, tangan dikepal, tubuh menjadi kaku dan disertai reflek yang
cepat.
2. Menyatakan secara asertif (assertiveness)
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan asertif. Perilaku asertif
adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat
mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik
maupun psikolgis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk
pengembangan diri klien.
3. Memberontak (acting out)
Perilaku yang muncul biasanya disertai akibat konflik perilaku “acting
out” untuk menarik perhatian orang lain.

7
4. Perilaku kekerasan
Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,
orang lain maupun lingkungan.

2.9. Mekanisme Koping


Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan
stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan
yang digunakan untuk melindungi diri. (Stuart dan Sundeen, 1998 hal 33).
Kemarahan merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena adanya
ancaman. Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk
melindungi diri antara lain:
1. Sublimasi : Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di
mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada obyek lain seperti meremas adonan
kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa marah.
2. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau
keinginannya yang tidak baik. Misalnya seseorang wanita muda yang
menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan seksual terhadap rekan
sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut mencoba
merayu, mencumbunya.
3. Represi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan
masuk ke alam sadar. Misalnya seseorang anak yang sangat benci pada
orang tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau
didikan yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua
merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh Tuhan, sehingga
perasaan benci itu ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakannya.
4. Reaksi formasi : Mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan. Misalnya seorang

8
yang tertarik pada teman suaminya, akan memperlakukan orang
tersebut dengan kasar.
5. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya
bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada
mulanya yang membangkitkan emosi itu. Misalnya Timmy berusia 4
tahun marah karena ia baru saja mendapat hukuman dari ibunya karena
menggambar di dinding kamarnya. Dia mulai bermain perang-perangan
dengan temannya

2.10 Pohon Masalah

2.11 Penatalaksanaan
1. Medis Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan pada
pasien dengan marah atau perilaku kekerasan adalah :
a. Antianxiety dan sedative hipnotics. Obat-obatan ini dapat
mengendalikan agitasi yang akut. Benzodiazepine seperti
Lorazepam dan Clonazepam, sering digunakan dalam kedaruratan
psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien. Tapi obat ini tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena
dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa
memperburuk simptom depresi.

9
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku
kekerasan yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif
dan perilaku agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.
Amitriptyline dan Trazodone, menghilangkan agresifitas yang
berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan mental organik.
d. Lithium efektif untuk agresif karena manik.
e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan.

Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa


a. Strategi preventif
1) Kesadaran diri Perawat harus terus menerus meningkatkan
kesadaran dirinya dan melakukan supervisi dengan
memisahkan antara masalah pribadi dan masalah klien.
2) Pendidikan klien Pendidikan yang diberikan mengenai
cara berkomunikasi dan cara mengekspresikan marah
yang tepat.
3) Latihan asertif Kemampuan dasar interpersonal yang
harus dimiliki meliputi : - Berkomunikasi secara
langsung dengan setiap orang.
- Mengatakan tidak untuk sesuatu yang tidak
beralasan
- Sanggup melakukan komplain.
- Mengekspresikan penghargaan dengan tepat.

b. Strategi antisipatif
1) Komunikasi Strategi berkomunikasi dengan klien perilaku
agresif : bersikap tenang, bicara lembut, bicara tidak

10
dengan cara mengahakimi, bicara netral dan dengan cara
konkrit, tunjukkan rasa hormat, hindari intensitas kontak
mata langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi,
fasilitasi pembicaraan klien dan dengarkan klien, jangan
terburu-buru menginterpretasikan dan jangan buat janji
yang tidak bisa ditepati.
2) Perubahan lingkungan Unit perawatan sebaiknya
menyediakan berbagai aktivitas seperti : membaca, grup
program yang dapat mengurangi perilaku klien yang tidak
sesuai dan meningkatkan adaptasi sosialnya.
3) Tindakan perilaku Pada dasarnya membuat kontrak dengan
klien mengenai perilaku yang dapat diterina dan tidak
dapat diterima serta konsekuensi yang didapat bila kontrak
dilanggar.
c. Strategi pengurungan
1) Managemen krisis
2) Seclusion merupakan tindakan keperawatan yang terakhir
dengan menempatkan klien dalam suatu ruangan dimana
klien tidak dapat keluar atas kemauannya sendiri dan
dipisahkan dengan pasien lain.
3) Restrains adalah pengekangan fisik dengan menggunakan
alat manual untuk membatasi gerakan fisik pasien
menggunakan manset, sprei pengekang

STRATEGI PELAKSANAAN PSIKOTERAPEUTIK PASIEN


DENGAN PERILAKU KEKERASAN

2.11.1 PERTEMUAN KE 1

11
Masalah : Perilaku kekerasan
Hari/Tanggal : Kamis, 22 Januari 2015

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien datang ke rumah sakit diantar keluarga
karena di rumah marahmarahdan memecahkan piring dan gelas.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan
dengan perilaku kekerasan.
3. Tujuan Khusus : 1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi penyebab marah

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat pagi, nama saya Dwi Rizkiyana. Panggil saya suster
Dwi. Namanyasiapa, senang dipanggil apa? Saya akan
merawat Ali.
b. Evaluasi/ validasi
Ada apa di rumah sampai dibawa kemari?
c. Kontrak
Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang hal-
hal yangmenyebabkan Tn.Ali marah
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau
di kamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 10 menit
2. Fase Kerja
a. Apa yang membuat Tn.Ali membanting piring dan gelas?
b. Apakah ada yang membuat Tn.Ali kesal?
c. Apakah sebelumnya Tn.Ali pernah marah?
e. Apa penyebabnya? Sama dengan yang sekarang?
Baiklah, jadi ada ……. (misalnya 3) penyebab Tn..Ali marah-
marah.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif

12
Bagaimana perasaan Tn.Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Coba sebutkan 3 penyebab Tn.Ali marah. Bagus sekali.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, waktu kita sudah habis. Nanti coba Tn.Ali ingat lagi,
penyebab Tn.Ali marah yang belum kita bicarakan.
d. Kontrak
Topik : Nanti akan kita bicarakan perasaan Tn.Ali pada saat
marah dan caramarah yang biasa Tn.Ali lakukan.
Tempat : Mau dimana kita bicara? Bagaimana kalau kita disini?
Waktu : Kira-kira 30 menit lagi ya. Sampai nanti.

2.11.2 PERTEMUAN KE 2

Masalah : Perilaku kekerasan


Hari/Tanggal : Jumat, 23 Januari 2015

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien dapat menyebabkan penyebab marah.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
3. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan
2. Mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa
dilakukan
3. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan klien

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik
Selamat siang Tn.Ali
b. Evaluasi/ validasi

13
1. Bagaimana perasaan Tn.Ali saat ini?
2. Apakah masih ada penyebab kemarahan Tn.Ali yang lain?
c. Kontrak
Topik : Baiklah kita akan membicarakan perasaan Tn.Ali saat
sedang marah
Tempat : Mau di mana? Bagaimana kalau dikamar perawat?
Waktu : Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit saja?
2. Fase Kerja
a. Tn. Ali pada saat dimarahi Ibu (salah satu penyebab marah), apa yang
Tn.Ali rasakan?
b. Apakah ada perasaan kesal, tegang, mengepalkan tangan, mondar-
mandir?
c. Lalu apa biasanya yang Tn.Ali lakukan?
d. Apakah sampai memukul? Atau marah-marah?
e. Tn. Ali, coba dipraktekkan cara marah Tn.Ali pada suster Dias.
Anggap suster dias adalah Ibu yang membuat Tn.Ali jengkel. Wah
bagus sekali.
f. Nah, bagaimana perasaan Tn.Ali setelah memukul meja?
g. Apakah masalahnya selesai?
h. Apa akibat perilaku Tn.Ali ?
i. Betul, tangan jadi sakit, meja bisa rusak, masalah tidak selesai dan
akhirnya dibawa ke rumah sakit
j. Bagaimana Tn. Ali, maukah belajar cara mengungkapkan marah
yang benar dan sehat?
k. Baiklah, waktu kita sudah habis.

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
Bagaimana perasaan Tn.Ali setelah kita bercakap-cakap?
b. Evaluasi Obyektif
Apa saja yang kita bicarakan?

14
Benar, perasaan marah. Apa saja tadi? Ya betul, lagi, lagi, oke.
Lalu cara marah yang lama, apa saja tadi? Ya betul, lagi, oke.
Dan akibat marah apa saja? Ya betul, sampai dibawa ke rumah sakit.
c. Rencana Tindak Lanjut
Baiklah, sudah banyak yang kita bicarakan. Nanti coba diingat-ingat
lagi perasaan Tn.Ali sewaktu marah, dan cara Tn.Ali marah serta
akibat yang terjadi. Kalau di runah s akit ada yang membuat Tn.Ali
marah, langsung beritahu suster.
d. Kontrak
Waktu : Besok kita bertemu lagi jam 09.00, bagaimana cocok?
Tempat : Bagaimana kalau disini lagi?
Topik : Besok kita mulai latihan cara marah yang baik dan sehat.
Sampai besok.

2.10.1 PERTEMUAN KE 3

Masalah : Perilaku kekerasan


Hari/Tanggal : Jumat, 23 Januari 2015

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi : Klien dapat menyebutkan tanda dan gejala marah,
cara marah yangbiasa dilakukan serta akibat yang
terjadi.
2. Diagnosa : Resiko merusak lingkungan berhubungan dengan
perilaku kekerasan.
3. Tujuan Khusus : 1. Memilih satu cara marah yang
konstruktif
2. Mendemonstrasikan satu cara
marah yang konstruktif

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


(SP)
1. Fase Orientasi

15
a. Salam terapeutik
Selamat pagi Tn.Ali
b. Evaluasi/ validasi
1. Bagaimana perasaan Tn.Ali saat ini? Wah bagus.
2. Apakah ada yang membuat Tn.Ali marah sore dan malam
kemarin?
3. Bagaimana dengan perasaan, cara marah, dan akibat
marahnya Tn.Ali, masihada tambahan (jika perlu ulang
satu-satu).
c. Kontrak
Topik : Tn.Z masih ingat apa yang akan kita latih
sekarang? Betul kita akanlatihan cara marah
yang sehat.
Tempat : Mau dimana kita bercakap-cakap? Baik disini
saja seperti biasa
Waktu : Mau berapa lama? 15 menit ya Tn.Ali
2. Fase Kerja
a. Tn.Ali ada beberapa cara marah yang sehat, hari ini kita
pelajari 1 cara
b. Nah, Tn.Ali boleh pilih mau latihan nafas dalam atau
pukul kasur dan bantal?
c. Baiklah, kita latihan nafas dalam
d. Jadi, kalau Tn.Ali kesal dan perasaan sudah mulai tidak
enak segera nafas dalam agar cara marah yang lama tidak
terjadi.
e. Caranya seperti ini, kita bisa berdiri atau duduk tegak.
Lalu tarik napas darihidung dan keluarkan dari mulut.
f. Coba ikuti suster, tarik dari hidung. Ya bagus, tahan
sebentar, dan tiup dari mulut. Oke, ulang sampai 5 kali.
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Subyektif

16
Bagaimana perasaan Tn.Ali setelah latihan, ada perasaan
plong atau lega?
b. Evaluasi Obyektif
1. Coba apa yang sudah kita pelajari?
2. Bagus, berapa kali tarik napas dalam?
Ya benar, 5 kali.
c. Rencana Tindak Lanjut
1. Nah, berapa kali sehari Tn.Ali mau latihan?
Bagaimana kalau 3 kali?
2. Mau kapan saja? Bagaimana kalau pagi bangun tidur,
lalu siang sebelummakan dan malam sebelum tidur. Juga
lakukan kalau ada yang membuat kesal, Bagimana kalau
kita buat jadwal kegiatannya? Baik, nanti kalau sudah
dijalankan di cek list. Nah, ini caranya.
d. Kontrak
Topik : Nah, waktu kita sudah habis, nanti siang kita
belajar cara lain.
Waktu : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11.00
Tempat : Mau dimana? Disini lagi? Baik, sampai nanti

BAB 3
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN Tn.A
DENGAN PERILAKU KEKERASAN

KASUS 2

17
Dihadapan seorang laki-laki usia 40 th yang dirawat di RSJ Amino Gondo
Hutomo Semarang, klien dirawat untuk pertama kali. Berdasarkan
keterangan keluarga setelah klien dikeluarkan dari pekerjaan, klien sering
bicara jorok dan kasar, teriak-teriak dan marah tanpa sebab, klien pernah
membanting piring dan mengancam akal memukul bapaknya.

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 40 th
c. Pendidikan terakhir : SMA
d. Agama : Islam
e. Status perkawinan : Menikah
f. Alamat : Jl.Cokro Aminoto,Semarang
2. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
a. Nama : Ny.S
b. Umur : 38
c. Hubungan dengan klien : Istri
d. Alamat : Jl. Cokro Aminoto
3. IDENTITAS RUMAH SAKIT
a. Tanggal Masuk :19 Januari 2015
b. Ruang : Cendrawasi
c. No.RM :7956

2. ALASAN MASUK
2 hari yang lalu sebelum masuk RS, Keluarga klien mengatakan
klien sering teriak-teriak dan marah tanpa sebab

3. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Riwayat Penyakit Sekarang

18
Klien Setelah di keluarkan dari pekerjaannya sering kali berbicara
jorok dan kasar,teriak teriak dan marah tanpa sebab, klien pernah
membanting piring dan mengancam akan memukul bapaknya.Sehingga
keluarga klien memutuskan untuk membawa klien ke RSJ Amino Gondo
Hutomo supaya tidak membahayakan keluarga yang tinggal dengan klien
mendukung kondisi klien saat ini.
2. Riwayat Keluarga
Klien mengatakan bahwa di dalam keluarganya tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa

4. PEMERIKSAAN FISIK
a. Survey umum
1. Tanda – tanda vital
- TD : 140/90mmHg
- N :104x/menit
- RR : 25 x/menit
- Suhu : 36,70C
2. Antropometri
- TB : 172 cm
- BB klien : 67 kg
b. Kulit, rambut dan kuku
1. Kulit : bersih,warna kulit sawo matang
2. Rambut : hitam keputih putihan,kulit bersih tidak tampak adanya
lesi (luka) dan benjolan
3. Kuku : berwarna merah muda
5. PSIKOSOSIAL
A. Genogram

B. Konsep Diri
1. Gambaran Diri
Klien menganggap tubuhnya sebuah anugrah dari Tuhan. Klien bersyukur
dan menerima tubuhnya apa adanya

19
2. Identitas Diri
Sebelum sakit, Klien pernah sekolah sampai dengan SMA. Setelah klien
tamat SMA klien tidak bisa melanjutkan. Klien menerima dirinya sebagai
seorang laki laki
3. Peran Diri
Klien berusia 40 tahun, klien sudah menikah. Klien mengatakan Setelah di
keluarkan dari pekerjaannya sering kali berbicara jorok dan kasar,teriak
teriak dan marah tanpa sebab, klien pernah membanting piring dan
mengancam akan memukul bapaknya
4. Ideal Diri
Klien berharap agar bisa sembuh dan cepat pulang karena ingin meminta
maaf kepada bapaknya yang sempat mau di pukul dan mencari pekerjaan
lagi.
5. Harga Diri
Klien mengatakan tidak ada gangguan untuk berhubungan dengan orang
lain.

6. Hubungan Sosial
Klien mengatakan bahwa orang yang paling dekat istrinya. Dalam
keluarga klien merasa enggan untuk berkomunikasi lebih senang
menyendiri di kamar
7. Spiritual
Klien dan keluarganya beragama islam, klien meakukan ibadah shalat

6. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Klien berpenampilan cukup rapi, dalam penggunaan baju sesuai. Klien
berbadan sedang, rambut pendek, bersih.
2. Pembicaraan

20
Klien berbicara jorok dan kotor, klien berbicara dengan nada tinggi. Dan
selalu bertanya kapan bisa pulang
3. Aktivitas Motorik
Klien terlihat tegang, sering berpindah pindah, gelisah
4. Alam Perasaan
Klien merasa putus asa dengan kehidupannya, ketakutan akan ekonomi
yang turun mengganggu kejiwaan klien sehingga klien sulit mengontrol
emosi.
5. Afek
Labil
6. Interaksi Selama Wawancara
Saat wawancara klien kooperatif, kontak mata dengan laan bicara baik,
klien tampak curiga
7. Proses Pikir
Pada saat wawancara klien mengalami sirkumtansial
8. Isi Pikir
Kien tidak pernah berpikir yang aneh aneh yang di rasakan saai ini hanya
gelisah menunggu kedatangan keluarga
9. Tingkat Kesadaran
Klien tampak bingung dan tidak terfokus. Klien mampu mengingat dengan
keluarganya, hari dan waktu, ketika di ajak kenalan klien mampu
mengingat nama orang lain

10. Memori
Klien mengalami gangguan daya ingat jangka pendek sehingga klien lupa
kejadian yang telah terjadi dalam waktu jangka seminggu
11. Tingkat Konsentrasi Berhitung
Klien mampu berkomunikasi, tidak mampu berkonsentrasi lama dan sering
memutuskan pembicaraan secara sepihak, mampu berhitung
12. Kemampuan Penilaian

21
Gangguan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil Keputusan
walaupun dibantu orang lain.
13. Daya Tilik Diri
Klien sadar bahwa dirinya telah berbuat salah karena telah berperilaku
kekerasan dan merasa menyesal akan tetapi klien tidak tahu tujuannya di
RSJ

7. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


Makan : klien mampu makan sendiri dan mandiri
BAB/BAK : klien mampu BAB/BAK di tempatnya
Mandi : klien mampu mandi 2x sehari dengan mandiri
Berpakaian : klien mampu mengambil, memilih, dan
memakai pakaian
Istirahat dan tidur : tidur siang dari jam 13.30-15.00
tidur malam 22.00-04.00
Penggunaan obat : klien mampu meminum obat tanpa bantuan
orang lain tetapi masih belum mengerti untuk menggunakan obat yang
benar
Pemeliharaan kesehatan : setelah pulang nanati klien akan berusaha
control rutin
Aktivitas dalam rumah : mandiri tanpa bantuan orang lain
Aktivitas di luar rumah : klien pergi ke rumah dengan menggunakan
motor secara mandiri

8. MEKANISME KOPING
Klien jika mempunyai masalah lebih senang berdiam di kamar, marah
marah. Jika sudah tidak tahan lag klien kemudian menjadi ngamuk
membanting piring atau merusak barang barang yang ada

9. MASALAH PSIKOLOGIS

22
Menurut keluarga semenjak klien marah marah dan mengamuk,
lingkungan tidak mau menerima klien dan hal ini membuat klien menjadi
lebih menarik diri

10. PENGETAHUAN TENTANG KOPING


Klien tiak mengetahui tentang peyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan,
obat yang di minum dan cara menghindari kekambuhan. Pemahaman
tentang koping yang adaptif dan menejemen hidup kurang sehat

11. ASPEK MEDIS


Dterapi medik : CPZ (Chlorpromezine) 2 x 100 mg sehari
Haloperidole 2x5 mg
THP (Trihexsilphenidil) 2 x 2 mg sehari

BAB 4

23
PEMBAHASAN

ANALISA DATA

MASALAH /
N
DATA PENUNJANG DIAGNOSA
O
KEPERAWATAN
1. DS: keluarga klien mengatakan klien Resiko Perilaku Kekerasan
mengancam akan memukul bapaknya Terhadap Orang lain ( hal 416 )
DO: klien terlihat sulit untuk mengontrol
emosinya (labil)

2. DS: keluarga kien mengatakan klien teriak resiko perilaku kekerasan terhadap
teriak dan marah tanpa sebab diri sendiri (hal 417)
DO: Klien pernah membanting piring

I. DAFTAR MASALAH / DIAGNOSA KEPERAWATAN Lihat Nanda !


1. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang lain ( hal 416 )
2. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap diri sendiri (hal 417)

Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC
keperawatan

24
1. Resiko Perilaku 1. Menahan diri dari kemarahan 1. Dukungan perlindungan
Kekerasan Terhadap a. Mengeidenteifikasi kapan terhadap kekerasan :
Orang lain (hal 416 ) (merasa) marah dari sering a. Identifikasi orang
dilakukan sampai jarang di dewasa yang memiliki
lakukan
kesulitan mempercayai
b. Mengidentifikasi tanda –
tanda awal marah dari sering
oranglain atau merasa
dilakukan sampai jarang di tidak disukai orang lain.
lakukan b. Identifikasi krisis situasi
c. Mengidentifikasi situasi yang mungkin memicu
yang dapat memicu marah penganiayaan,misalnya
dari sering dilakukan sampai kemiskinan,
jarang di lakukan pengangguran,
d. Mengidentifikasi alas an perceraian, atau
perasaan marah dari sering kematian orang yang
dilakukan sampai jarang dicintai.
di lakukan. c. Dengarkan dengan
penuh perhatian pada
orang dewasa yang
mulai membicarakan
masalahnya sendiri
d. Bantu keluarga
mengidentifikasi
strategi koping mereka
terhadap situasi yang
penuh stress

2. Resiko perilaku 2. Menahan diri dari bunuh diri 2. Bantuan kontol marah
kekerasan terhadap a. Mengekspreikan a. Bangun rasa percaya dan
diri sendiri (hal persaan dari sering hubungan yang dekat
417) menunjukkan sampai dan harmonis dengan
jarng menunjukkan. pasien.
b. Mengontrol dorongan b. Gunakan pendekatan
diri dari sering yang tenang dan
menunjukkan sampai meyakinkan
jarang menunjukkan. c. Tentukan harapan
c. Menahan diri dari mengenai tingkah
kumpulan alat untuk laku yang tepat
bunuh diri dari sering dalam
menunjukkan sampai mengekspresikan
jarang menunjukkan . perasaan marah,
tentukan fungsi
kognitif dan fisik
psien.
d. Identifikasi konsekuensi
dari ekpresi
kemarahan yang
tidak tepat.
e. Bantu psien terkait
dengan strategi
perencanaan untuk
mencegah ekspresi
kemarahan yang
tidak tepat

25
Implementasi keperawatan
Hari/ DIAGNOSA KEP TINDAKAN KEP TANDA
tanggal TANGAN
waktu
19 januari Resiko Perilaku Kekerasan - Mengidentifikasi orang
Terhadap Orang lain (hal dewasa yang memiliki
2015 416 ) kesulitan mempercayai
oranglain atau merasa tidak
disukai orang lain.

- Mengidentifikasi krisis
situasi yang mungkin
memicu
penganiayaan,misalnya
kemiskinan, pengangguran,
perceraian, atau kematian
orang yang dicintai.

- Mendengarkan dengan
penuh perhatian pada orang
dewasa yang mulai
membicarakan masalahnya
sendiri.

- Membantu keluarga
mengidentifikasi strategi
koping mereka terhadap
situasi yang penuh stress

- Membangun rasa percaya


dan hubungan yang dekat
dan harmonis dengan
pasien.

- Menggunakan pendekatan
19 januari yang tenang dan
Resiko perilaku meyakinkan
2015
kekerasan terhadap diri
sendiri (hal 417) - Menentukan harapan
mengenai tingkah laku yang
tepat dalam
mengekspresikan perasaan
marah, tentukan fungsi
kognitif dan fisik psien.

- Mengidentifikasi
konsekuensi dari ekpresi
kemarahan yang tidak tepat.

26
- Membantu psien terkait
dengan strategi perencanaan
untuk mencegah ekspresi
kemarahan yang tidak tepat.

Evaluasi
Hari / Diagnose kep Evaluasi Tanda
tanggal tangan
waktu
20 januari Resiko Perilaku S: keluarga klien mengatakan bahwa klien
Kekerasan
2015 Terhadap Orang sudah jarang mengancam akan memukul
lain (hal 416 )
bapaknya
O: klien sudah terlihat bisa untuk
mengontrol emosinya (labil)
A: Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi

20 januari
Resiko perilaku S: keluarga klien mengatakan klien sudah
2015
kekerasan
sedikit mengontrol untuk tidak teriak dan
terhadap diri
marah tanpa sebab
sendiri (hal 417)
O: Klien sudah jarang untuk membanting
piring.
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi

3. POHON MASALAH

27
II. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang lain (hal 416 )
2. Resiko Perilaku Kekerasan Terhadap Orang lain (hal 417 )

BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dan
mengobservasi klien yaitu dari segi penampiilan, pembicaraan, perilaku
klien, kemudian ditambah dengan menelaah catatan medik dan catatan
keperawatan.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran
diharapkan bermanfaat sebagai berikut :

28
1. Bagi Pendidikan
Diharapkaan pembimbing memberikan bimbingan kepada mahasiswa
secara optimal terutama dalam pendidikan ilmu keperawatan jiwa kepada
penulis sehingga penulis dapat mengaplikasikan dilahan klinik secara
maksimal
2. Bagi Keluarga
Diharapkan memberikan motivasi kepada klien dan kontrolkan secara rutin
dan untuk melakukan kunjungan 1 minggu sekali agar pasien sembuh.

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta :


Graha Ilmu

Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial. Jakarta


: Trans Info Media

Hidayat, A A. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba


Medika

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta : EGC

Prabowo, E. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta :


Nuha Medika

29

Anda mungkin juga menyukai