Disusun Oleh:
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan jiwa
paripurna ini. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
untuk praktik klinik keperawatan jiwa di RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat. Proposal
Karya tulis ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Ns.
Anang Nurwiyono, M. Kep, Sp. Kep, J selaku pembimbing lahan dan Ns, Siti
Kholifah, M. Kep selaku pembimbing institusi. Terimakasih kami sampaikan kepada:
1. dr. Yuniar, Sp. KJ selaku Direktur Utama RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
2. dr. Resti Lestantini, M. Kes selaku Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan
dan Umum
3. dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG (K) selaku pembina yayasan Kendedes Malang
4. drg. Suharwati, selaku ketua yayasan Kendedes Malang
5. dr. Endah Puspitorini, MscIH, STMPH, selaku PLH Ketua Yayasan Kendedes
Malang
6. Dr. Edy Murwani, Amd. Keb, S. Pd, MMRS, selaku ketua STIKes Kendedes
Malang
7. Ns. Eny Rahmawati, M. Kep selaku ketua program study pendidikan profesi ners
Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan asuhan
keperawatan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Tim Penulis
i
Daftar Isi
Cover
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
ii
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 41
4.1 Tahap Pengkajian .......................................................................................................... 41
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................................. 41
4.3 Tahap Perencanaan........................................................................................................ 42
4.4 Tahap Impelementasi .................................................................................................... 43
4.5 Tahap Evaluasi .............................................................................................................. 43
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 44
5.2 Saran .............................................................................................................................. 44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan
adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi
terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa,
2020).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan resiko perilaku kekerasan?
2. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan TAK klien dapat lebih menerapkan
strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan secara fisik dan
mengontrol resiko perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
2. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Resiko Perilaku
Kekerasan dengan SP
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak warna, mempraktikkan SP Resiko
Perilaku Kekerasan
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama
dengan melatih kekompakan dalam kelompok.Klien dapat melatih
konsentrasi melalui permainan.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.
2
2. Bagi Istitusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan pedoman dalam pembuatan
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan resiko
perilaku kekerasan.
3. Bagi Istitusi Pelayanan Kesehatan
Menambahkan irformasi tentang asuhan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
2.1.2 Etiologi
Menurut Malfasari (2020), ada beberapa faktor penyebab perilaku
kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi Faktor pengalaman yang dialami tiap orang
yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di
alami oleh individu :
a. Psikologis Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement Yang diterima saat melakukan
kekerasan, dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam hidupnya.
d. d. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan meliputi :
a) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
adanya riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya). Sedangkan menurut Sutejo (2017) dari
faktor-faktor tersebut masih ada teoriteori yang
menjelaskan tiap faktor.
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
kuat. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa
5
adanyapemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik)
binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon
psikologi terhadap stimulus eskternal maupun internal.
Sehingga sistem limbik memiliki peran sebagai pusat
untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b) Faktor Psikologi
Frustation aggresion theory Menerjemahkan bahwa bila
usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk
melukai orang atau objek. Hal ini dapat terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. keadaan frustasi dapat mendorong individu
untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
c) Faktor Sosial Budaya
Teori lingkungan sosial (social environment theory)
menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi
sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif
atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (Social learning theory).
Social learning theory menerjemahkan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Sehingga seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara
6
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Pembelajaran tersebut bisa internal maupun eksternal.
Contoh internal: orang yang mengalami keterbangkitan
seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif
dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut;
seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es krim
kemudian ibunya memberinya es agar si anak berhenti
marah, anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah
maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh
eksternal : seorang anak menunjukan perilaku agresif
setelah melihat seorang dewasa mengekspresikan berbagai
bentuk perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural
dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif
mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan
marah dengan cara yang aserif.
2. Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada seiap individu
bersifat unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Faktor
ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu.
Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang berasal
dari dalam maupun dari luar individu. Stresor dari dalam
berupa kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang
dicintai atau berarti seperti kehilangan keluarga, sahabat
yang dicintai, kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit, fisik dan lain-lain. Sedangkan stresor dari luar
berupa serangan fisik. Secara umum seseorang akan marah
jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:
7
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang
yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal
maupun eksternal (Nadek,2019).
2.1.3 Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan
kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang berkaitan dengan
risiko perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah marah,
pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster
menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku
asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan
8
e. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gerjala perilaku kekerasan adalah muka merah, tegang,
mata melotot/pandangan tajam, bicara kasar, nada suara tinggi,
membentak, katakata kotor, ketus, memukul benda/orang lain,
menyerang orang lain, merusk lingkungan, amuk/agresif, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, cerewet, kasar,
berdebat, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli, kasar,
penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran (Estika, 2021, dalam Hulu,
& Pardede, 2022). Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan
standar asuhan keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku
kekerasan, (Pardede, Siregar, & Hulu,2020):
Data Subjektif
1. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
2. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3. Klien suka membentak dan menyerang orang lain.
Data Objektif
9
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
kehidupannya)
2.1.5 Pathway
2.1.6 Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk
ada 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan keperawatan
A. Psikoterapeutik
B. Lingkungan terapieutik
C. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
D. Pendidikan kesehatan
10
2. Penanganan medis yang dapat di berikan seperti obat antipsikotik
adalah Chlorpoazine (CPZ), Risperidon (RSP) Haloperidol (HLP),
Clozapin dan Trifluoerazine (TFP). Untuk terapi non medis seperti
terapi generalis, untuk mengenal masalah perilaku kekerasan serta
mengajarkan pengendalian amarah kekerasan secara fisik: nafas
dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur, berkomunikasi
verbal dengan baik-baik, spritual : beribadah sesuai keyakinan
pasien dan terapi aktivitas kelompk (Estika, 2021)
1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
(Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.
11
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga saat
pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkungan keluarga.
e. Peran diri
12
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
f. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b. Kegiatan ibadah
Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b. Pembicaraan.
Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
c. Aktivitas motoric
Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah- ubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
d. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e. Efek
13
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
g. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
h. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
l. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor,
dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d. Berpakaian
14
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak
mengenakan alas kaki
e. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur. Seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya, dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.
15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
SP 1 RPK
SP 2 RPK
SP 3 RPK
SP 4 RPK
16
2. latih cara mengontrol PK secara spiritual (2 kegiatan)
3. masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik, obat, verbal dan spiritual.
17
dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal RPKnya,
klien dapat mengontrol RPK. Data objektif pasien tampak berbicara
sendiri saat RPK itu datang, pasien dapat berbincang- bincang dengan
orang lain, pasien mampu melakukan Tarik nafas dalam terjadwal, dan
minum obat secara teratur (Anggit, 2021).
18
BAB III
I. IDENTITAS KLIEN
19
Klien kambuh parah sejak 3 hari penyebab awal menurut keluarga karena
saat control, obat ganti,sejak kambuh bicara tidak nyambung, semalam
parah memukul ayahnya, sampai kepala nya sobek, mukul pakai batu dan
tangan, mengancam dan tertawa sendiri, bicara ngelantur, mengusir adik
kandungnya dikatakan rumah ini bukan rumah adiknya. Bicara sendiri
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya (v)
Tidak
MRS RSJRW 2006, pasien rajin control dan terkontrol minum obat.
Pasien ganti obat 3 hari kemudian kambuh, dan MRS lagi saat ini.
2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma
20
Jelaskan : Tidak ada percobaan bunuh diri, tetapi klien melakukan
kekerasan pada ayahnya dengan memukul kepala menggunakan
batu dan tangan, dan membacok kepala kambing sampai putus
Diagnosa Keperawatan : RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (Peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan)
Jika ada jelaskan : Klien mengatakan kalau dia ada masalah pada
keluarganya da nada dendam.
Diagnosa Keperawatan :
d. Pernah mengalami penyakit fisik (Termasuk gangguan tumbuh
kembang)
Ya
Tidak
Diagnosa Keperawatan :
Jika ada :
21
Riwayat pengobatan : Tidak terkaji
Diagnosa Keperawatan :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Serumah
: Perkawinan
: Klien
22
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota
badannya
b. Identitas : Laki-laki 35 Tahun, merupakan anak pertama dari 2
bersaudara lulusan SMU. Pasien mengatakan tidak puas sebagai
laki-laki
c. Peran : Pasien mengatakan peran sebagai anak pertama sulit
karena harus menjadi contoh bagi adiknya
d. Ideal Diri : Belum dapat dikaji, klien masih tampak bingung
e. Harga Diri : Belum dapat dikaji, klien masih tampak bingung
Diagnosa Keperawatan :
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / terdekat : Klien mengatakan tidak ada yang
mengerti dia dan merasa tidak yg berarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan
social : selama sakit pasien mau dekat dengan keluarga tetapi
tidak mau dekat dengan orang lain
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien memilih
untuk diam pasien terlihat menjauh dari pasien lainnya
Diagnosa Keperawatan :
4. Spiritual
a. Agama : selama kambuh pasien tidak menjalankan ibadah
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa : PAsien mengatakan dirinya
sehat tidak gila tidak sakit
Diagnosa Keperawatan :
23
N: 81
S:36,1
P:20
4. Ukur :
BB : Kg
TB :170 Cm
5. Keluhan fisik: Pasien mengatakan tidak merasakan apapun
Jelaskan :
Diagnosa Keperawatan :
Peningkatan :
Mannarism Negativisme
Ekhopraxia Verbigerasi
24
Berjalan kaku/rigid Kompulsif : sebutkan ……
Jelaskan: Sehari-hari klien banyak diam dan mondar mandir tetapi klien mau beraktifitas
jika disuruh atau dimotivasi oleh perawat
7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
25
Koheren Clang Association
Inkoheren Main kata-kata
Sirkumstansial Blocking
Neologisme Afasia
Tangensial Asosiasi longgar
Logorhoe Perseverasi
Flight of idea Lain-lain ……………………
Jelaskan : Pasien tidak focus pada wawancara
Isi Pikir:
Jelaskan: Klien merasakan bahwa ada temannya yang mau jahat padanya, klien terlihat menjauh
dari pasien lain
Jelaskan :
Bentuk Pikir:
Realistik
Non realistik
Dereistik
Otistik
26
Jelaskan:
8. Kesadaran
Orientasi (Waktu, tempat, orang)
Jelaskan: Pasien menyadari kondisi sekitar
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - < 1 bulan)
Gangguan daya ingat pendek (Kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)
b. Berhitung
Jelaskan: Pasien dapat berhitung dengan benar
Diagnosa Keperawatan:
11. Kemampuan Penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
27
Transportasi
Tempat tinggal
Keuangan dan kebutuhan lainnya
28
Insomnia
Hipersomnia
Parasomnia
Lain-lain
3. Kemampuan lain-lain
Mengantisipasi kebutuhan hidup : Klien mengatakan dia ingin menruskan
meladang
Membuat keputusan berdasarkan keinginannya : Pasien mengatakan ingin
membuat keputusan berdasarkan keingainan tanpa dilarang
Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan sendiri :
klien minum obat diatur perawat pada saat jadwalnya
Diagnosa Keperawatan :
4. Sistem pendukung
Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan : Klien mengatakan kalau punya masalah beliau memilih diam atau
memendamnya
Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan : Klien mengatakan saat ada masalah klien lebih memilih memendam sendiri
tidak mau bercerita dengan siapapun lalu klien marah
Diagnosa Keperawatan : Koping individu tidak efektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya
29
Jelaskan : Klien tidak mampu mencari dukungan kelompok karena klien lebih suka
diam
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan : klien tidak mau beriteraksi dengan orang lain
Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : Klien mengatakan lulusan SMA
Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : Klien pernah merantau bekerja tetapi gagal
Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : Klien masih tinggal bersama keluarganya
Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : Klien tidak ingn menceritkannya
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : Klien mengatakan rumahnya jauh dari faskes
Masalah dengan lainnya, spesifiknya
Jelaskan : Klien merasa bosan di RS karena kurang bebas
Diagnosa Keperawatan :
30
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F.20.1 Hebfrenik schizofrenia
Axis II :
Axis III :
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 30-21
2. Terapi Medis
a. Diazepam 5mg/ml injeksi ampul 2ml 12.00
b. Risperidone 2mg
c. Dexa 1-0-1 peroral
d. Klozoprine 25mg 0-0-1 per oral
NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Klien mengatakan sebelum masuk RSJ RPK (Resiko PErilaku
klien marah marah dan bicara ngelantur, Kekerasan)
memukul ayahnya
31
menyendiri
POHON MASALAH
RPK
Isolasi Sosial
32
3.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Risiko perilaku TUM : klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Klien menunjukkan
kekerasan mengontrol perilaku
tanda-tanda percaya kepada a. Beri salam setiap interaksi
kekerasan
perawat : b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
TUK :
berinteraksi
1. Klien dapat a. Wajah cerah, tersenyum
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
membina hubungan b. Mau berkenalan
saling percaya
d. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
c. Ada kontak mata
berinteraksi
d. Bersedia menceritakan
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
perasaan
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
33
yang dilakukannya a. Menceritakan
penyebab perasaan
jengkel/kesal baik dari
diri sendiri maupun
lingkungannya
3. Klien dapat 3. Klien mampu 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi menceritakan tanda- dialaminya :
tanda-tanda perilaku tanda saat terjadi a. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku
kekerasan perilaku kekerasan keekerasan terjadi
a. Tanda fisik : mata b. Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku
merah, tangan kekerasan
mengepal, ekspresi c. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain
tegang, dll saat terjadi perilaku kekerasan
b. Tanda emosional :
c. Perasaan marah ,
jengkel, bicara
kasar
d. Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan
4. Klien dapat 4. Klien mampu 1. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang
34
mengidentifikasi menjelaskan : dilakukannya selama ini :
jenis perilaku a. Jenis-jenis ekspresi a. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang
kekerasan yang kemarahan yang selama ini pernah dilakukannya
pernah dilakukannya selama ini pernah b. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan
dilakukannya itu terjadi
b. Perasaan saat c. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
melakukan perilaku dilakukannya masalah yang dialami teratasi
kekerasan
c. Efetivitas cara
yang dipakai
dalam
menyelesaikan
Masalah
5. Klien dapat 5. Klien mampu 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan kepada :
mengidentifikasi menjelaskan akibat a. Diri sendiri
akibat perilaku dari tindakan yang b. Orang lain / keluarga
kekerasan diulakukannya
c. Lingkungan
a. Diri sendiri : luka,
dijauhi teman , dll
b. Oranglain/
keluarga : luka,
tersinggung,
kesakitan, dll
c. Lingkungan :
barang atau benda rusak
dll
35
6. Klien dapat 6. Klien mampu menjelaskan 6. Diskusikan dengan klien :
mengidentifikasi cara-cara sehat a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah
cara konstruktif mengungkapkan marah yang sehat
dalam
b. Jelaskan berbagai alternative pilihan untuk mengungkapkan
mengungkapkan
marah selain perilaku kekerasan yang diketahui pasien
perasaan
c. Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : Cara fisik
: nafas dalam, pukul bantal atau kasur
Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada oranglain
Sosial : latihan asertif dengan oranglain
Spiritual : sembahyang,doa, dzikir, meditasi ,dsb
7. Klien dapat 7. Klien mampu 7.1 Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih
mengidentifikasi memperagakan cara cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahanh dilatih saat
cara mengontrol mengontrol perilaku marah/jengkel
perilaku kekerasan kekerasan : 7.2 Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a. Cara fisik : nafas a. Peragakan cara melaksanakan yang dipilih
dalam, pukul bantal
b. Jelaskan manfaat tersebut
atau kasur
c. Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
b. Verbal :
d. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum
36
mengungkapkan sempurna
bahwa dirinya 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel
sedang kesal kepada
oranglain
c. Sosial : latihan
asertif dengan
orang lain
d. Spiritual :
sembahyang,doa,
dzikir, meditasi
,dsb
8. Klien mendapat 8. Keluarga mampu: 8.1 Diskusikan peran pentingnya keluarga sebagai pendukung klien
dukungan keluarga a. Menjelaskan cara mengatasi perilakun kekerasan
untuk mengontrol merawat klien 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilakun
perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan
kekerasan 8.3 Jelaskan pengertian , penyebab, akibat dan cara merawat kjlien
b. Mengungkapkan perilaku kekrasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
rasa puas dalam 8.4 Peragakan cara merawat klien
merawat klien 8.5 Beri kesempatan keluarga untuk meragakan ulang
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih
37
9. Klien menggunakan 9.1 Klien mampu 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian
obat sesuai menjelaskan : tidak menggunakan obat
program yang a. Manfaat minum 9.2 Jelaskan kepada klien :
telah diterapkan obat a. Jenis obat (nama, warna dan bentuk)
b. Kerugian tidak b. Dosis
minum obat
c. Waktu pemakaian
c. Nama obat
d. Cara pemakaian
d. Bentuk dan
e. Efek yang akan dirasakan pa sien
warna obat
9.3 Anjurkan klien :
e. Dosis yang
diberikan a. Minta dan menggunakan obat tepat waktu
padanya b. Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
f. Waktu c. Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
pemakaian
g. Cara pemakaian
h. Efek yang
dirasakan
9.2 Klien dapat
menggunakan obat
sesuai program
38
3.4 Dokumentasi Hasil Keperawatan
39
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan terlihat bingung, px masih kurang kontak mata.
untuk latihan fisik minum obat, dan A = px mampu mengontrol emosinya.
verbal. Pasien : memasukkan dalam jadwal latihan
harian.
P = Sp III terjalankan, lanjutkan pemberian sp
IV rpk untuk pasien.
SP IV SP IV
1. Melatih cara mengontrol pk secara S = px mengatakan lebih berarti dan terarah
spiritual ( 2 kegiatan ). sejak mengetahui cara-cara mengendalikan
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan emosinya, dan px merasa senang dan
untuk latihan fisik, minum obat, verbal bersemangat menjalani jadwal.
dan spiritual. O = px mampu melakukan aktivitas harian
yang sudah disepakati, terlihat tenang.
A = px mampu melakukan 2 kegiatan harian
untuk mengontrol emosinya.
Pasien : px memasukkan aktivitas harian dalam
jadwal aktivitas harian.
P = Sp IV terjalankan.
- Latih kegiatan harian pasien
- Nilai kemampuan px yang telah
mandiri.
40
BAB 4
PEMBAHASAN
Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. D dengan Resiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat, maka penulis pada BAB ini akan
membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui
tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit jiwa. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien tidak pernah mengunjungi pasien di rumah sakit
jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi teraupetik
yang lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada pasien agar
pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan membaca status pasien, melihat buku rawatan serta
bertanya kepada perawat di ruang Camar
Menurut Keliat (2019) Diagnose keperawatan yang yang menjadi penyebab RPK adalah :
41
1. Waham
2. Halusinasi
3. Berencana bunuh diri
4. Gangguan Konsep diri (Harga diri rendah)
5. Isolasi social
Sedangkan pada Tn.D ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Risiko
perilaku kekerasan, Isolasi Sosial,Halusinasi. Dari hal tersebut dapat dilihat ada beberapa
perbedaan antara teori dengan kasus, yaitu tidak semua diagnose pada teori dialami oleh
Tn.D
42
c. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan minum obat teratur
d. Melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain
e. Melatih klien melakukan kegiatan terjadwal
3. Strategi Pelaksanaan pada Isolasi Sosial
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d. Melatih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam satu kegiatan harian
e. Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian
43
BAB 5
PENUTUP
5.1 Evaluasi
1. Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis dan
penulis mengalami kesulitan selama pengkajian karena klien suka tertawa sendiri.
2. Dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien, mahasiswa mapu Menyusun tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis yang ada.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat
dilaksanakan dengan bantuan dari perawat ruangan dan segenap tim.
4. Pada tahap evaluasi masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan tahapan-
tahapan dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik diakademik
maupun dilapangan praktek.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat mengontrol emosi dengan menerapkan strategi pelaksanaan,
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal kasur,
minum obat secara teratur, latihan cara komunikasi secara verbal atau bicara baik-baik,
dan spiritual untuk mendukung kelangsungan kesehatan pasien.
44
3. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi
pertemuan 1-4 pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
4. Bagi keluarga
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan yang baik
sesuai strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dirumah.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga
mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien-pasien
yang mengalami Resiko Perilaku Kekerasan.
6. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan kesehatan yang baik dan membuat suasana lingkungan menjadi
lebih nyaman agar klien tidak melakukan risiko perilaku kekerasan. Usahakan
memberikan saran, nasehat dan motivasi kepada klien agar klien mendapatkan cara
tentang bagaimana mengontrol marah.
45