Anda di halaman 1dari 49

Asuhan Keperawatan Jiwa pada Tn.

D dengan Resiko Perilaku


Kekerasan di Ruang Camar RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat

Disusun Oleh:

Dinda Ayu Solikhaningsih (2201090363)


Feri Irfan Barnabas (2201090367)
Kitera Telenggen (2201090372)
Ngestining Yekti Agung (2201090373)
Nurul Dwi Anggraini (2201090374)
Sea Gaty Trisnani (2201090380)

Program Studi Pendidikan Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendedes Malang
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan asuhan keperawatan jiwa
paripurna ini. Penulisan ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
untuk praktik klinik keperawatan jiwa di RSJ dr. Radjiman Wediodiningrat. Proposal
Karya tulis ilmiah ini terwujud atas bimbingan dan pengarahan dari Ns.
Anang Nurwiyono, M. Kep, Sp. Kep, J selaku pembimbing lahan dan Ns, Siti
Kholifah, M. Kep selaku pembimbing institusi. Terimakasih kami sampaikan kepada:
1. dr. Yuniar, Sp. KJ selaku Direktur Utama RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat
2. dr. Resti Lestantini, M. Kes selaku Direktur Sumber Daya Manusia, Pendidikan
dan Umum
3. dr. Muljo Hadi Sungkono, SpOG (K) selaku pembina yayasan Kendedes Malang
4. drg. Suharwati, selaku ketua yayasan Kendedes Malang
5. dr. Endah Puspitorini, MscIH, STMPH, selaku PLH Ketua Yayasan Kendedes
Malang
6. Dr. Edy Murwani, Amd. Keb, S. Pd, MMRS, selaku ketua STIKes Kendedes
Malang
7. Ns. Eny Rahmawati, M. Kep selaku ketua program study pendidikan profesi ners

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga laporan asuhan
keperawatan ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Lawang, November 2022

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Cover
Kata Pengantar .................................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ......................................................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN TEORI ............................................................................................. 4


2.1 Konsep Dasar RPK ....................................................................................................... 4
2.1.1 Definisi ....................................................................................................................... 4
2.1.2 Etiologi ....................................................................................................................... 5
2.1.3 Mekanisme Koping .................................................................................................... 8
2.1.4 Manifestasi Klinis ...................................................................................................... 9
2.1.5 Pathway ...................................................................................................................... 10
2.1.6 Penatalaksanaan ......................................................................................................... 10
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan RPK .............................................................................. 11
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................................ 11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan .............................................................................................. 16
2.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................................. 16
2.2.4 Implementasi Keperawatan ........................................................................................ 17
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................................ 17

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUANG CAMAR ......................... 19


3.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................................... 19
3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan ..................................................................... 31
3.3 Intervensi Keperawatan ................................................................................................. 33
3.4 Dokumentasi Hasil Keperawatan .................................................................................. 39

ii
BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................................... 41
4.1 Tahap Pengkajian .......................................................................................................... 41
4.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................................................. 41
4.3 Tahap Perencanaan........................................................................................................ 42
4.4 Tahap Impelementasi .................................................................................................... 43
4.5 Tahap Evaluasi .............................................................................................................. 43

BAB 5 PENUTUP.............................................................................................................. 44
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................... 44
5.2 Saran .............................................................................................................................. 44

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan penyakit kronis, parah, dan melumpuhkan,
gangguan otak yang di tandai dengan pikiran kacau, waham, delusi,
halusinasi, dan perilaku aneh atau katatonik (Pardede, & Laia. 2020).
Skizofrenia menimbulkan distorsi pikiran sehingga pikiran itu menjadi sangat
aneh, juga distorsi persepsi, emosi, dan tingkah laku yang dapat mengarah ke
risiko perilaku kekerasan yang dapat berbahaya dengan diri sendiri maupun
orang lain sekitar (Pardede, 2020). Dalam penanganan penyakit ini karena
jiwa yang tergangangu maka di butuhkan adalah terapi, rehabilitasi serta
dengan konseling. Upaya terbesar untuk penangan penyakit gangguan jiwa
terletak pada keluarga dan masyarakat, dalam hal ini terapi terbaik adalah
bentuk dukungan keluarga dalam mencegah kambuhnya penyakit skizofrenia
(Pitayanti, & Hartono, 2020).
Risiko perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara
verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku
kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung
perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Musmini, 2019).
Penyebab dari perilaku kekerasan yaitu seperti kelemahan fisik (penyakit
fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, dan kurang percaya diri. Untuk faktor
penyebab dari perilaku kekerasan yang lain seperti situasi lingkungan yang
terbiasa dengan kebisingan, padat, interaksi sosial yang proaktif, kritikan
yang mengarah pada penghinaan, dan kehilangan orang yang di cintai
(Madhani, & Kartina, 2020).
Seseorang yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan
perubahan perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-
mandir, gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan
semangat, agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara berlebihan. Pada

1
seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami perubahan
adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan masalah, orientasi
terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah (Pardede, Siregar, & Halawa,
2020).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan resiko perilaku kekerasan?
2. Bagaimana pemberian asuhan keperawatan pada klien dengan resiko
perilaku kekerasan?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan umum
Setelah mengikuti kegiatan TAK klien dapat lebih menerapkan
strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan secara fisik dan
mengontrol resiko perilaku kekerasan.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Klien dapat mengekspresikan perasaannya lewat cerita
2. Klien dapat mengetahui cara mengendalikan Resiko Perilaku
Kekerasan dengan SP
3. Klien dapat melakukan aktivitas kognitif dengan mendengarkan,
bersosialisasi, menebak warna, mempraktikkan SP Resiko
Perilaku Kekerasan
4. Klien dapat melakukan aktivitas motorik dengan bekerja sama
dengan melatih kekompakan dalam kelompok.Klien dapat melatih
konsentrasi melalui permainan.
5. Klien dapat melatih konsentrasi melalui permainan.

1.4 Manfaat Penulisan


1. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada klien jiwa dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku
kekerasan.

2
2. Bagi Istitusi Pendidikan
Sebagai sumber informasi dan pedoman dalam pembuatan
asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa keperawatan resiko
perilaku kekerasan.
3. Bagi Istitusi Pelayanan Kesehatan
Menambahkan irformasi tentang asuhan keperawatan dengan
diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep dasar RPK


2.1.1 Definisi
Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptive dimana pasien
melakukan kekerasan yang disebabkan oleh ketidakmampuan klien
mengatasi stressor yang dialaminya sehingga menyebabkan kerugian
baik terhadap pasien maupun orang lain (Wiranto, 2022). Seseorang
yang mengalami perilaku kekerasan sering menunjukan perubahan
perilaku seperti mengancam, gaduh, tidak bisa diam, mondar-mandir,
gelisah, intonasi suara keras, ekspresi tegang, bicara dengan semangat,
agresif, nada suara tinggi dan bergembira secara berlebihan. Pada
seseorang yang mengalami resiko perilaku kekerasan mengalami
perubahan adanya penurunan kemampuan dalam memecahkan
masalah, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang serta gelisah
(Hulu, Manurung, Meylani, Pagan, & Pardede, 2022).
Perilaku kekerasan adalah seseorang yang dapat melukai orang lain
secara fisik maupun perkataan akibat sesorang yang tidak mampu
mengatasi stressor lingkungan. satu respon terhadap stressor yang
dihadapi oleh seseorang yang dihadapi oleh seeorang yang di tunjukan
dengan perilaku kekerasan baik pada diri sediri maupun orang lain dan
lingkungan baik secara verbal maupun non-verbal. Bentuk perilaku
kekerasan yang dilakukan bisa amuk, bermusuhan yang berpotensi
melukai, merusak baik fisik maupun kata-kata (Siregar, 2022).
Sehingga Dapat disimpulkan bahwa risiko perilaku kekerasan adalah
perilaku marah yang diekspresikan dengan tindakan mengancam dan
juga mengakibatkan seseorang beresiko menyakiti diri sendiri, dan
banyak orang disekitarnya. Resiko perilaku kekerasan juga menjadi
masalah gangguan jiwa yang memberikan dampak hilangnya
kesadaran seseorang dalam mengontrol emosinya.

4
2.1.2 Etiologi
Menurut Malfasari (2020), ada beberapa faktor penyebab perilaku
kekerasan seperti :
1. Faktor predisposisi Faktor pengalaman yang dialami tiap orang
yang merupakan faktor predisposisi, artinya mungkin terjadi atau
mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut di
alami oleh individu :
a. Psikologis Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi
yang kemudian menyenagkan atau perasaan ditolak, dihina,
dianiaya, atau sanksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement Yang diterima saat melakukan
kekerasan, dirumah atau di luar rumah, semua aspek ini
menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Teori psikoanalitik Menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya ego
dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dapat
meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam hidupnya.
d. d. Hal-hal yang dapat mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan meliputi :
a) Faktor Biologis
Hal yang dikaji pada faktor biologis meliputi adanya faktor
herediter yaitu adanya anggota keluarga yang sering
memperlihatkan atau melakukan perilaku kekerasan,
adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa,
adanya riwayat penyakit atau trauma kepala, dan riwayat
penggunaan NAPZA (narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif lainnya). Sedangkan menurut Sutejo (2017) dari
faktor-faktor tersebut masih ada teoriteori yang
menjelaskan tiap faktor.
1) Teori dorongan naluri (Instinctual drive theory)
Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan
disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang
kuat. Penelitian neurobiologi mendapatkan bahwa

5
adanyapemberian stimulus elektris ringan pada
hipotalamus (yang berada di tengah sistem limbik)
binatang ternyata menimbulkan perilaku agresif.
2) Teori psikomatik (Psycomatic theory)
Pengalaman marah dapat diakibatkan oleh respon
psikologi terhadap stimulus eskternal maupun internal.
Sehingga sistem limbik memiliki peran sebagai pusat
untuk mengekspresikan maupun menghambat rasa
marah.
b) Faktor Psikologi
Frustation aggresion theory Menerjemahkan bahwa bila
usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami
hambatan maka akan timbul dorongan agresif yang pada
gilirannya akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk
melukai orang atau objek. Hal ini dapat terjadi apabila
keinginan individu untuk mencapai sesuatu gagal atau
terhambat. keadaan frustasi dapat mendorong individu
untuk berperilaku agresif karena perasaan frustasi akan
berkurang melalui perilaku kekerasan.
c) Faktor Sosial Budaya
Teori lingkungan sosial (social environment theory)
menyatakan bahwa lingkungan sosial sangat mempengaruhi
sikap individu dalam mengekspresikan marah. Norma
budaya dapat mendukung individu untuk berespon asertif
atau agresif. Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara
langsung melalui proses sosialisasi (Social learning theory).
Social learning theory menerjemahkan bahwa agresi tidak
berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi dapat
dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Sehingga seseorang akan
berespon terhadap keterbangkitan emosionalnya secara

6
agresif sesuai dengan respon yang dipelajarinya.
Pembelajaran tersebut bisa internal maupun eksternal.
Contoh internal: orang yang mengalami keterbangkitan
seksual karena menonton film erotis menjadi lebih agresif
dibandingkan mereka yang tidak menonton film tersebut;
seorang anak yang marah karena tidak boleh beli es krim
kemudian ibunya memberinya es agar si anak berhenti
marah, anak tersebut akan belajar bahwa bila ia marah
maka ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Contoh
eksternal : seorang anak menunjukan perilaku agresif
setelah melihat seorang dewasa mengekspresikan berbagai
bentuk perilaku agresif terhadap sebuah boneka. Kultural
dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya
norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif
mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima.
Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan
marah dengan cara yang aserif.
2. Faktor presipitasi perilaku kekerasan pada seiap individu
bersifat unik, berbeda satu orang dengan yang lain. Faktor
ini berhubungan dengan pengaruh stresor yang
mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu.
Stresor tersebut dapat merupakan penyebab yang berasal
dari dalam maupun dari luar individu. Stresor dari dalam
berupa kehilangan relasi atau hubungan dengan orang yang
dicintai atau berarti seperti kehilangan keluarga, sahabat
yang dicintai, kehilangan rasa cinta, kekhawatiran terhadap
penyakit, fisik dan lain-lain. Sedangkan stresor dari luar
berupa serangan fisik. Secara umum seseorang akan marah
jika dirinya merasa terancam, baik injuri fisik, psikis, atau
ancaman konsep diri. Faktor pencetus sebagai berikut:

7
a. Klien : kelemahan fisik, keputusan, ketidakberdayaan,
kehidupan yang penuh agresif dan masa lalu yang tidak
menyenangkan.
b. Interaksi : penghinaan, kekerasan, kehilangan orang
yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal
maupun eksternal (Nadek,2019).
2.1.3 Mekanisme Koping
Menurut Prastya, & Arum (2017). Perawat perlu mengidentifikasi
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan
kemarahannya.Mekanisme koping yang umum digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi formasi. Perilaku yang berkaitan dengan
risiko perilaku kekerasan antara lain:
a. Menyerang atau menghindar
Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena kegiatan system
syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi epinefrin yang
menyebabkan tekanan darah meningkat, takikardi, wajah marah,
pupil melebar, mual, sekresi HCL meningkat, peristaltik gaster
menurun, kewaspadaan juga meningkat, tangan mengepal, tubuh
menjadi kaku dan disertai reflek yang cepat.
b. Menyatakan secara asertif
Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan
kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif, agresif dan perilaku
asertif adalah cara yang terbaik, individu dapat mengekspresikan
rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun
psikologis dan dengan perilaku tersebut individu juga dapat
mengembangkan diri.
c. Memberontak
Perilaku muncul biasanya disertai kekerasan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
d. Perilaku kekerasan

8
e. Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan akibat konflik
perilaku untuk menarik perhatian orang lain.
2.1.4 Manifestasi Klinis
Tanda dan gerjala perilaku kekerasan adalah muka merah, tegang,
mata melotot/pandangan tajam, bicara kasar, nada suara tinggi,
membentak, katakata kotor, ketus, memukul benda/orang lain,
menyerang orang lain, merusk lingkungan, amuk/agresif, jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, cerewet, kasar,
berdebat, menyinggung perasaan orang lain, tidak peduli, kasar,
penolakan, kekerasan, ejekan dan sindiran (Estika, 2021, dalam Hulu,
& Pardede, 2022). Tanda dan gejala perilaku kekerasan berdasarkan
standar asuhan keperawatan jiwa dengan masalah resiko perilaku
kekerasan, (Pardede, Siregar, & Hulu,2020):
Data Subjektif
1. Mengungkapkan perasaan kesal atau marah.
2. Keinginan untuk melukai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan.
3. Klien suka membentak dan menyerang orang lain.

Data Objektif

1. Mata melotot/pandangn tajam.


2. Tangan mengepal dan Rahang mengatup.
3. Wajah memerah dan Postur tubuh kaku.
4. Mengancam dan Mengumpat dengan kata-kata kotor.
5. Suara keras, Bicara kasar, ketus.
6. Menyerang orang lain dan Melukai diri sendiri/orang lain.
7. Agresif dan mau merusak lingkungan.

Menurut keliet (2016), gejala klinis perilaku kekerasan berawal


dari adanya :

1. Persaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan


terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)

9
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan
diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Kurang percaya diri (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai
harapan yang suram, mungkin klien akan mengakhiri
kehidupannya)

2.1.5 Pathway

2.1.6 Penatalaksanaan
Yang diberikan pada klien yang mengalami gangguan jiwa amuk
ada 2 yaitu:
1. Penatalaksanaan keperawatan
A. Psikoterapeutik
B. Lingkungan terapieutik
C. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
D. Pendidikan kesehatan

10
2. Penanganan medis yang dapat di berikan seperti obat antipsikotik
adalah Chlorpoazine (CPZ), Risperidon (RSP) Haloperidol (HLP),
Clozapin dan Trifluoerazine (TFP). Untuk terapi non medis seperti
terapi generalis, untuk mengenal masalah perilaku kekerasan serta
mengajarkan pengendalian amarah kekerasan secara fisik: nafas
dalam dan pukul bantal, minum obat secara teratur, berkomunikasi
verbal dengan baik-baik, spritual : beribadah sesuai keyakinan
pasien dan terapi aktivitas kelompk (Estika, 2021)

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan RPK

2.2.1 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, No MR, tanggal masuk RS, tangal pengkajian.
2. Alasan masuk
Biasanya klien masuk dengan alasan sering mengamuk tanpa sebab,
memukul, membanting, mengancam, menyerang orang lain, melukai diri
sendiri, mengganggu lingkungan, bersifat kasar dan pernah mengalami
gangguan jiwa dimasa lalu kambuh karena tidak mau minum obat secara
teratur (Keliat,2016).
3. Faktor Predisposisi
a. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu dan
pernah dirawat atau baru pertama kali mengalami gangguan jiwa
(Parwati, Dewi & Saputra 2018).
b. Biasanya klien berobat untuk pertama kalinya kedukun sebagai
alternative serta memasung dan bila tidak berhasil baru di bawa
kerumah sakit jiwa.
c. Trauma. Biasnya klien pernah mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual, penolakan, dari lingkungan.
d. Biasanya ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa, kalau
ada hubungan dengan keluarga, gejala, pengobatan dan perawatan.

11
e. Biasanya klien pernah mengalami pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan misalnya, perasaan ditolak, dihina, dianiaya, penolakan
dari lingkungan
4. Fisik Pengkajian fisik
a. Ukur dan observasi tanda-tanda vital seperti tekanan darah akan
bertambah naik, nadi cepat, suhu, pernapasan terlihat cepat.
b. Ukur tinggi badan dan berat badan.
c. Yang kita temukan pada klien dengan prilaku kekerasan pada saat
pemeriksaan fisik (mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal,
rahang mengatup, wajah memerah)
d. Verbal (mengancam, mengupat kata-kata kotor, berbicara kasar dan
ketus).
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram dibuat 3 generasi keatas yang dapat menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga. Tiga generasi ini dimaksud
jangkauan yang mudah diingat oleh klien maupun keluarga saat
pengkajian.
b. Konsep diri
Biasanya ada anggota tubuh klien yang tidak disukai klien yang
mempengaruhi keadaan klien saat berhubungan dengan orang lain
sehingga klien merasa terhina, diejek dengan kondisinya tersebut.
c. Identitas
Biasanya pada klien dengan prilaku kekerasan tidak puas dengan
pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah, tempat
kerja dan dalam lingkungan tempat tinggal
d. Harga diri
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan hubungan dengan
orang lain akan terlihat baik, harmoni sata terdapat penolakan atau
klien merasa tidak berharga, dihina, diejek dalam lingkungan keluarga
maupun diluar lingkungan keluarga.
e. Peran diri

12
Biasanya klien memiliki masalah dengan peranatau tugas yang
diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan biasanya
klien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran tersebut dan merasa
tidak berguna.
f. Ideal diri
Biasanya klien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh, posisi dan
perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan masyarakat.
6. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti Tempat mengadu, berbicara
b. Kegiatan yang diikuti klien dalam masyarakat dan apakah klien
berperan aktif dalam kelompok tersebut
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat keterlibatan
klien dalam hubungan masyarakat.
7. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Biasanya klien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
b. Kegiatan ibadah
Biasaya dalam selama sakit klien jarang melakukan ibadah.
8. Status mental
a. Penampilan.
Biasanya penampilan klien kotor.
b. Pembicaraan.
Biasanya pada klien prilaku kekerasan pada saat dilakukan pengkajian
bicara cepat,keras, kasar, nada tinggi dan mudah tersinggung.
c. Aktivitas motoric
Biasanya aktivitas motoric klien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah, gerakan otot muka berubah- ubah, gemetar,
tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
d. Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah dilakukan
e. Efek

13
Biasanya klien mudah tersinggung dan sering marah-marah tanpa
sebab
f. Interaksi selama wawancara
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, curiga, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara
dan mudah tersinggung.
g. Persepsi
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
h. Isi Pikir
Biasanya klien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
i. Tingkat kesadaran
Biasanya klien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
j. Memori
Biasanya klien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian yang
terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
k. Kemampuan penilaian
Biasanya klien mengalami kemampuan penilaian ringan dan sedang
dan tidak mampu mengambil keputusan
l. Daya fikir diri
Biasanya klien mengingkari penyakit yang dideritanya
9. Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Biasanya klien tidak mengalami perubahan
b. BAB/BAK
Biasanya klien dengan risiko prilaku kekerasan tidak ada gangguan
c. Mandi
Biasanya klien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang mencuci
rambut dan bercukur atau berhias. Badan klien sangat bau dan kotor,
dan klien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
d. Berpakaian

14
Biasanya klien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau berdandan.
Klien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai dan klien tidak
mengenakan alas kaki
e. Istirahat dan tidur
Biasanya klien tidak melakukan persiapan sebelum tidur, seperti:
menyikat gigi, cucu kaki, berdoa. Dan sesudah tidur. Seperti:
merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan menyikat gigi.
Frekuensi tidur klien berubah-ubah, kadang nyenyak dan kadang
gaduh atau tidak tidur.
f. Penggunaan obat
Biasanya klien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan klien tidak
mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum obat.
g. Pemeliharaan Kesehatan
Biasanya klien tidak memperhatikan kesehatannya, dan tidak peduli
tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat dirinya.
h. Aktifitas didalam rumah
Biasanya klien mampu merencanakan, mengolah, dan menyajikan
makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur
biaya sehari-hari.
10. Mekanisme koping
Biasanya klien menggunakan respon maldaptif yang ditandai dengan
tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila keinginannya tidak
terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan merusak alat-alat rumah
tangga.
11. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya klien merasa ditolak dan mengalami masalah interaksi dengan
lingkungan
12. Pengetahuan
Biasanya klien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan tentang
penyakitnya, dan klien tidak mengetahui akibat dari putus obat dan fungsi
Dari obat yang diminumnya.

15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan pohon masalah dari teori (Nursali, Damaiyanti, 2018)


bahwa perilaku kekerasan disebabkan oleh halusinasi pendengaran, akan
berakibat resiko mencederai diri sendiri dan orang lain, dan lingkungan,
darihalusinasi dapat berakibat terjadi mencedarai orang 12 lain.Diagnosa
keperawatan yang muncul pada klien dengan perilaku kekerasan,
halusinasi pendengaran, isolasi sosial dan harga diri rendah.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

SP 1 RPK

1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala, PK yang dilakukan, akibat PK.


2. Jelaskan cara mengontrol PK: fisik, obat, verbal, spiritual.
3. Latih cara mengontrol PK fisik I (tarik nafas dalam) dan fisik II (pukul
kasur atau bantal).
4. Masukkan jadwal kegiatan untuk latihan fisik.

SP 2 RPK

1. Evaluasi kegiatan fisik I dan II. Beri pujian


2. Latih cara mengontrol PK dengaan obat (jelaskab 6 benar: jenis, guna,
dosis, frekuensi, cara, konttiunitas minum obat).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat

SP 3 RPK

1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1 dan 2 dan obat. Beri pujian.


2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (tiga cara: mengungkapkan,
meminta, menolak dengan benar).
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latiham fisik, minum obat, dan
verbal.

SP 4 RPK

1. evaluasi kegiatan fisik 1 dan 2, obat, dan verbal. Beri pujian

16
2. latih cara mengontrol PK secara spiritual (2 kegiatan)
3. masukkan pada jadwal kegiatan latihan fisik, obat, verbal dan spiritual.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.


Pada situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini
terjadi karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan kliensesuai
dengan kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan
tindakan yang akandilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien.
Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan (Sahputra, 2021)

Implementasi dilakukan sesuai intervensi keperawatan pada klien


dengan perilaku kekerasan dengan melihat kemampuan kognitif, afektif
dan psikomotor klien. Tehnik yang perlu diperhatikan adalah strategi
komunikasi, yang harus dilakukan yaitu : bersikap tenang, bicara lambat,
bicara tidak dengan cara menghakimi, bicara netral dengan cara yang
kongkrit, tunjukkan respek pada klien, hindari intensitas kontak mata
langsung, demonstrasikan cara mengontrol situasi tanpa kesan berlebihan,
fasilitasi pembicaraaan klien, dengarkan klien, jangan terburuburu
menginterpretasikan, jangan buat janji yang tidak dapat perawat sejati.
Lingkungan: menyediakan berbagai aktivitas. Tindakan perilaku: membuat
kontrak dengan klien mengenai perilaku yang dapat diterima

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan


membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan khusus yang
telah ditentukan. untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
pasien. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan SOAP, selain itu klien

17
dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat mengenal RPKnya,
klien dapat mengontrol RPK. Data objektif pasien tampak berbicara
sendiri saat RPK itu datang, pasien dapat berbincang- bincang dengan
orang lain, pasien mampu melakukan Tarik nafas dalam terjadwal, dan
minum obat secara teratur (Anggit, 2021).

18
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DI RUANG CAMAR

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Tanggal MRS : 1 November 2022

Tanggal Dirawat di Ruangan : 1 November 2022

Tanggal Pengkajian : 1 November 2022

Ruang Rawat : Ruang Camar

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : Tn. D (L) Status : Belum menikah


Umur : 35 tahun Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kediri Jenis Kel. : Laki-laki
Pendidikan : SMU/SMK No CM : 111148
Agama : Islam
II. ALASAN MASUK
a. Data Primer
Klien marah-marah dan habis memukul ayahnya
b. Data Sekunder
Penyebab awal menurut keluarga karena saat kntrol, obat ganti, ejak
kambuh bicara tidak nyambung. Semalam parah memukul ayahnya
sampai kepala nayahnya sobek, mukul pakai batu dan tangan,
mengancam dan tertawa sendiri, bicara ngelantur
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Ds : Px mengatakan habis mukul orang
Do : Klien terlihat menyendiri, tidak mau membaur dan sering
melamun
III. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)

19
Klien kambuh parah sejak 3 hari penyebab awal menurut keluarga karena
saat control, obat ganti,sejak kambuh bicara tidak nyambung, semalam
parah memukul ayahnya, sampai kepala nya sobek, mukul pakai batu dan
tangan, mengancam dan tertawa sendiri, bicara ngelantur, mengusir adik
kandungnya dikatakan rumah ini bukan rumah adiknya. Bicara sendiri
IV. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
 Ya (v)
 Tidak

Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/keluhan :

MRS RSJRW 2006, pasien rajin control dan terkontrol minum obat.
Pasien ganti obat 3 hari kemudian kambuh, dan MRS lagi saat ini.

2. Faktor Penyebab/Pendukung :
a. Riwayat Trauma

Trauma Usia Pelaku Korban Saksi


1. Aniaya fisik ………. ………… ………… …………
2. Aniaya seksual ………. ………… ………… …………
3. Penolakan ………. ………… ………… …………
4. Kekerasan dalam ………. (v) ………… …………
keluarga
5. Tindakan criminal ………. ………… ………… …………
Jelaskan:
Klien kambuh parah sejak 3 hari penyebab awal menurut keluarga
karena saat control, obat ganti,sejak kambuh bicara tidak
nyambung, semalam parah memukul ayahnya, sampai kepala nya
sobek, mukul pakai batu dan tangan, mengancam dan tertawa
sendiri, bicara ngelantur, mengusir adik kandungnya dikatakan
rumah ini bukan rumah adiknya. Bicara sendiri.
Diagnosa Keperawatan : RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri

20
Jelaskan : Tidak ada percobaan bunuh diri, tetapi klien melakukan
kekerasan pada ayahnya dengan memukul kepala menggunakan
batu dan tangan, dan membacok kepala kambing sampai putus
Diagnosa Keperawatan : RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (Peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan)
Jika ada jelaskan : Klien mengatakan kalau dia ada masalah pada
keluarganya da nada dendam.
Diagnosa Keperawatan :
d. Pernah mengalami penyakit fisik (Termasuk gangguan tumbuh
kembang)
 Ya
 Tidak

Jika Ya, Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan :

e. Riwayat Penggunaan NAPZA


Jelaskan: Klien mengatakan tidak pernah menggunakan obat-
obatan NAPZA.
Diagnosa Keperawatan :
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi di atas dan hasilnya :
Jelaskan : Klien pernah dibawa keluarga berobat ke tenaga kesehatan
tetapi pasien kadang-kadang kambuh
Diagnosa Keperawatan :
4. Riwayat Penyakit Keluarga
 Ada
 Tidak

Jika ada :

Hubungan keluarga : Tidak terkaji

Gejala : Tidak terkaji

21
Riwayat pengobatan : Tidak terkaji

Diagnosa Keperawatan :

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Meninggal

: Serumah

: Perkawinan

: Klien

Jelaskan : Klien adalah anak pertama dari dua bersaudara, saudara


kedua berjenis kelamin perempuan. Klien belum menikah, pola
komunikasi dan hubungan klien dan keluarga tidak baik, klie dan
keluarganya tidak baik karena lebih senang menyendiri daripada
berkumpul dengan keluarga.
Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial Menarik Diri

22
2. Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan menyukai seluruh anggota
badannya
b. Identitas : Laki-laki 35 Tahun, merupakan anak pertama dari 2
bersaudara lulusan SMU. Pasien mengatakan tidak puas sebagai
laki-laki
c. Peran : Pasien mengatakan peran sebagai anak pertama sulit
karena harus menjadi contoh bagi adiknya
d. Ideal Diri : Belum dapat dikaji, klien masih tampak bingung
e. Harga Diri : Belum dapat dikaji, klien masih tampak bingung

Diagnosa Keperawatan :

3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / terdekat : Klien mengatakan tidak ada yang
mengerti dia dan merasa tidak yg berarti
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat dan hubungan
social : selama sakit pasien mau dekat dengan keluarga tetapi
tidak mau dekat dengan orang lain
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : klien memilih
untuk diam pasien terlihat menjauh dari pasien lainnya

Diagnosa Keperawatan :

4. Spiritual
a. Agama : selama kambuh pasien tidak menjalankan ibadah
b. Pandangan terhadap gangguan jiwa : PAsien mengatakan dirinya
sehat tidak gila tidak sakit

Diagnosa Keperawatan :

VI. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum Composmentis
2. Kesadaran (Kuantitas) 456
3. Tanda vital :
TD : 105/65

23
N: 81
S:36,1
P:20
4. Ukur :
BB : Kg
TB :170 Cm
5. Keluhan fisik: Pasien mengatakan tidak merasakan apapun

Jelaskan :

Diagnosa Keperawatan :

VII. STATUS MENTAL


1. Penampilan (Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Jelaskan: Pasien terlihat penampilan sesuai usia, kuku terlihat kurang
bersih, cara berpakaian bersih dan rapi.
2. Pembicaraan (Frekuensi, Volume, Jumlah, Karakter) :
Jelaskan: pasien terlihat berbicara seperti biasa dengan nada rendah
3. Aktifitas motorik / Psikomotor
Kelambanan :
 Hipokinesia, Hipoaktifitas
 Katalepsi
 Sub stupor katatonik
 Fleksibilitas serea

Jelaskan: Pasien tidak ada kelambatan motoric atau psikomotorik

Peningkatan :

 Hiperkinesia,hiperaktifitas  Command automatism


 Stereotipi  Grimace

 Gaduh Gelisah Katatonik  Otomatisma

 Mannarism  Negativisme

 Katapleksi  Reaksi konversi


 Tik  Tremor

 Ekhopraxia  Verbigerasi

24
 Berjalan kaku/rigid  Kompulsif : sebutkan ……
Jelaskan: Sehari-hari klien banyak diam dan mondar mandir tetapi klien mau beraktifitas
jika disuruh atau dimotivasi oleh perawat

4. Mood dan Afek


a. Mood
 Depresi  Khawatir
 Ketakutan  Anhedonia
 Euforia  Kesepian
 Lain-lain
Jelaskan : Pasien tampak kebingungan dan senang menyendiri
b. Afek
 Sesuai  Tidak Sesuai
 Tumpul / Dangkal / Datar  Labil
Jelaskan : Klien relative tenang tidak ada perubahan ekspresi selama proses pembicaraan
dengan klien
5. Interaksi Selama Wawancara
 Bermusuhan  Kontak Mata Kurang
 Tidak Kooperatif  Defensif
 Mudah Tersinggung  Curiga
Jelaskan : Pasien tidak saling menatap ketika wawancara
6. Persepsi Sensori
a. Halusinasi
 Pendengaran
 Penglihatan
 Perabaan
 Pengecapan
 Penciuman
b. Ilusi
 Ada
 Tidak Ada

Jelaskan : Pasien melihat bayangan tambah takut tidur sendiri

7. Proses Pikir
a. Arus Pikir:
25
 Koheren  Clang Association
 Inkoheren  Main kata-kata
 Sirkumstansial  Blocking
 Neologisme  Afasia
 Tangensial  Asosiasi longgar
 Logorhoe  Perseverasi
 Flight of idea  Lain-lain ……………………
Jelaskan : Pasien tidak focus pada wawancara

Isi Pikir:

 Obsesif  Ide yang terkait


 Ekstansi  Pikiran rendah diri
 Fantasi  Pesimisme
 Alienasi  Pikiran magis
 Pikiran bunuh diri  Pikiran curiga
 Preokupasi o Fobia, sebutkan ……….
 Pikiran isolasi sosial
Waham :
o Agama o Dosa
o Somatik / hipokondria o Sisip pikir
o Kebesaran o Siar pikir
o Kejar / curiga  Kontrol pikir
o Nihilistik  Lain-lain :

Jelaskan: Klien merasakan bahwa ada temannya yang mau jahat padanya, klien terlihat menjauh
dari pasien lain

Jelaskan :
Bentuk Pikir:
 Realistik
 Non realistik
 Dereistik
 Otistik

26
Jelaskan:

8. Kesadaran
 Orientasi (Waktu, tempat, orang)
Jelaskan: Pasien menyadari kondisi sekitar
9. Memori
 Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bulan)
 Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam - < 1 bulan)
 Gangguan daya ingat pendek (Kurun waktu 10 detik sampai 15 menit)

Jelaskan: Pasien tidak mengingat kejadian sebelumnya

10. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung


a. Konsentrasi
 Mudah beralih
 Tidak mampu berkonsentrasi

Jelaskan: Pasien terlihat tidak focus

b. Berhitung
Jelaskan: Pasien dapat berhitung dengan benar
Diagnosa Keperawatan:
11. Kemampuan Penilaian
 Gangguan ringan
 Gangguan bermakna

Jelaskan: Klien memiliki penilaian yang utuh

12. Daya Tilik Diri


 Mengingkari penyakit yang diderita
 Menyalahkan hal-hal diluar nalar
Jelaskan: Pasien mengatakan tidak gila.
VIII. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
 Perawatan kesehatan

27
 Transportasi
 Tempat tinggal
 Keuangan dan kebutuhan lainnya

Jelaskan : Pasien tidak dapat merawat kesehatan sendiri

2. Kegiatan hidup sehari-hari


a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan : Pasien dapat mandi secara mandiri sehari 3x, menggunakan
sabun,sampo,pasta gigi dan sikat gigi
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan : Pasien mengatakan dapar berpakaian secara mandiri
3) Makan
Jelaskan : pasien dapat makan secara mandiri
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan : Pasien bias ke toilet dan melakukan kegiatan BAB/BAK secara
mandiri
Diagnosa Keperawatan
b. Nutrisi
Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari : 3xsehari dengan
menghabiskan satu posi makanan 2x porsi snack habis.
Bagaimana nafsu makannya : Pasien terlihat lahap saat makan
Bagaimana berat badannya :
Diagnosa Keperawatan :
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama : 13.00 s/d 13.15
Tidur malam, lama : Jarang-bisa tidur
Aktifitas sebelum / sesudah tidur : jalan- jalan
Jelaskan : saat malam sulit untuk tidur
2) Gangguan tidur

28
 Insomnia
 Hipersomnia
 Parasomnia
 Lain-lain

Jelaskan : Klien mengatakan jarang bias tidur

Diagnosa Keperawatan : gangguan pola tidur

3. Kemampuan lain-lain
 Mengantisipasi kebutuhan hidup : Klien mengatakan dia ingin menruskan
meladang
 Membuat keputusan berdasarkan keinginannya : Pasien mengatakan ingin
membuat keputusan berdasarkan keingainan tanpa dilarang
 Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatan sendiri :
klien minum obat diatur perawat pada saat jadwalnya

Diagnosa Keperawatan :

4. Sistem pendukung
Ya Tidak
Keluarga
Terapis
Teman sejawat
Kelompok sosial
Jelaskan : Klien mengatakan kalau punya masalah beliau memilih diam atau
memendamnya
Diagnosa Keperawatan : Koping keluarga tidak efektif
IX. MEKANISME KOPING
Jelaskan : Klien mengatakan saat ada masalah klien lebih memilih memendam sendiri
tidak mau bercerita dengan siapapun lalu klien marah
Diagnosa Keperawatan : Koping individu tidak efektif
X. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifiknya

29
Jelaskan : Klien tidak mampu mencari dukungan kelompok karena klien lebih suka
diam
 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan : klien tidak mau beriteraksi dengan orang lain
 Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan : Klien mengatakan lulusan SMA
 Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan : Klien pernah merantau bekerja tetapi gagal
 Masalah dengan perumahan, spesifiknya
Jelaskan : Klien masih tinggal bersama keluarganya
 Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan : Klien tidak ingn menceritkannya
 Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan : Klien mengatakan rumahnya jauh dari faskes
 Masalah dengan lainnya, spesifiknya
Jelaskan : Klien merasa bosan di RS karena kurang bebas

Diagnosa Keperawatan :

XI. ASPEK PENGETAHUAN


Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang kurang
tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien / keluarga saat ini tentang penyalit gangguan jiwa,
perawatan dan penatalaksanaannya faktor yang memperberat masalah (Presipitasi), obat-
obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan pengetahuan yang berkaitan
dengan spesifikasinya masalah tsb
 Penyakit / gangguan jiwa
 Sistem pendukung
 Faktor presipitasi
 Penatalaksanaan
 Lain-lain
 Jelaskan : Klien mengetahui kalau dirinya sakit

30
XII. ASPEK MEDIS
1. Diagnosis Multi Axis
Axis I : F.20.1 Hebfrenik schizofrenia
Axis II :
Axis III :
Axis IV : Masalah psikososial dan lingkungan lainnya
Axis V : 30-21
2. Terapi Medis
a. Diazepam 5mg/ml injeksi ampul 2ml 12.00
b. Risperidone 2mg
c. Dexa 1-0-1 peroral
d. Klozoprine 25mg 0-0-1 per oral

3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

NO DATA DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. DS: Klien mengatakan sebelum masuk RSJ RPK (Resiko PErilaku
klien marah marah dan bicara ngelantur, Kekerasan)
memukul ayahnya

DO: Klien relative tenang cukup


kooperatif,klien terlihat menyendiri tidak
mau dekat dengan orang lain

2. DS: Klien mengatakan pola komunikasi Isolasi Sosial menarik diri


dengan kelurga tidak baik karena klien lebih
senang menyendiri daripada berkumpul
dengan keluarga

DO: Klien cukup kooperatif , klien terlihat

31
menyendiri

3. DS: Klien mangatakan kalu pumya masalah Koping individu tidak


dia lebih memilih diam/ memndamnya efektif

DO: klien terlihat khawatir saat bercerita,


namun dengan wajah datar

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Perilaku Kekerasan


2. Isolasi social menarik diri
3. Koping individu tidak efektif
4. Koping keluarga tidak efektif

POHON MASALAH

RPK

Isolasi Sosial

Koping individu tidak efektif Koping keluarga tidak efektif

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. RPK (Resiko Perilaku Kekerasan)

32
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Risiko perilaku TUM : klien dapat 1. Bina hubungan saling percaya dengan :
1. Klien menunjukkan
kekerasan mengontrol perilaku
tanda-tanda percaya kepada a. Beri salam setiap interaksi
kekerasan
perawat : b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan
TUK :
berinteraksi
1. Klien dapat a. Wajah cerah, tersenyum
c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien
membina hubungan b. Mau berkenalan
saling percaya
d. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
c. Ada kontak mata
berinteraksi
d. Bersedia menceritakan
e. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
perasaan
f. Buat kontrak interaksi yang jelas
g. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien

2. Klien dapat 2. Klien mampu 2. Bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya :


mengidentifik asi menceritakan
a. Motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
penyebab perilaku penyebab perilaku
jengkelnya
kekerasan kekerasan yang
b. Dengarkan tanpa menyela atau member penilaian setiap
dilakukannya :
ungkapan perasaan klien

33
yang dilakukannya a. Menceritakan
penyebab perasaan
jengkel/kesal baik dari
diri sendiri maupun
lingkungannya

3. Klien dapat 3. Klien mampu 3. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang
mengidentifikasi menceritakan tanda- dialaminya :
tanda-tanda perilaku tanda saat terjadi a. Motivasi klien menceritakan kondisi fisik saat perilaku
kekerasan perilaku kekerasan keekerasan terjadi
a. Tanda fisik : mata b. Motivasi klien menceritakan kondisi emosinya saat terjadi perilaku
merah, tangan kekerasan
mengepal, ekspresi c. Motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain
tegang, dll saat terjadi perilaku kekerasan
b. Tanda emosional :
c. Perasaan marah ,
jengkel, bicara
kasar
d. Tanda sosial :
bermusuhan yang
dialami saat terjadi
perilaku kekerasan

4. Klien dapat 4. Klien mampu 1. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang

34
mengidentifikasi menjelaskan : dilakukannya selama ini :
jenis perilaku a. Jenis-jenis ekspresi a. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindak kekerasan yang
kekerasan yang kemarahan yang selama ini pernah dilakukannya
pernah dilakukannya selama ini pernah b. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindak kekerasan
dilakukannya itu terjadi
b. Perasaan saat c. Diskusikan apakah dengan tindak kekerasan yang
melakukan perilaku dilakukannya masalah yang dialami teratasi
kekerasan
c. Efetivitas cara
yang dipakai
dalam
menyelesaikan
Masalah
5. Klien dapat 5. Klien mampu 5. Diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan kepada :
mengidentifikasi menjelaskan akibat a. Diri sendiri
akibat perilaku dari tindakan yang b. Orang lain / keluarga
kekerasan diulakukannya
c. Lingkungan
a. Diri sendiri : luka,
dijauhi teman , dll
b. Oranglain/
keluarga : luka,
tersinggung,
kesakitan, dll
c. Lingkungan :
barang atau benda rusak
dll

35
6. Klien dapat 6. Klien mampu menjelaskan 6. Diskusikan dengan klien :
mengidentifikasi cara-cara sehat a. Apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah
cara konstruktif mengungkapkan marah yang sehat
dalam
b. Jelaskan berbagai alternative pilihan untuk mengungkapkan
mengungkapkan
marah selain perilaku kekerasan yang diketahui pasien
perasaan
c. Jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah : Cara fisik
: nafas dalam, pukul bantal atau kasur
Verbal : mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal kepada oranglain
Sosial : latihan asertif dengan oranglain
Spiritual : sembahyang,doa, dzikir, meditasi ,dsb

7. Klien dapat 7. Klien mampu 7.1 Diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih
mengidentifikasi memperagakan cara cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahanh dilatih saat
cara mengontrol mengontrol perilaku marah/jengkel
perilaku kekerasan kekerasan : 7.2 Latih klien memperagakan cara yang dipilih
a. Cara fisik : nafas a. Peragakan cara melaksanakan yang dipilih
dalam, pukul bantal
b. Jelaskan manfaat tersebut
atau kasur
c. Anjurkan klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan
b. Verbal :
d. Beri penguatan pada klien, perbaiki cara yang masih belum

36
mengungkapkan sempurna
bahwa dirinya 7.3 Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah/jengkel
sedang kesal kepada
oranglain
c. Sosial : latihan
asertif dengan
orang lain
d. Spiritual :
sembahyang,doa,
dzikir, meditasi
,dsb
8. Klien mendapat 8. Keluarga mampu: 8.1 Diskusikan peran pentingnya keluarga sebagai pendukung klien
dukungan keluarga a. Menjelaskan cara mengatasi perilakun kekerasan
untuk mengontrol merawat klien 8.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilakun
perilaku kekerasan dengan perilaku kekerasan
kekerasan 8.3 Jelaskan pengertian , penyebab, akibat dan cara merawat kjlien
b. Mengungkapkan perilaku kekrasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga
rasa puas dalam 8.4 Peragakan cara merawat klien
merawat klien 8.5 Beri kesempatan keluarga untuk meragakan ulang
8.6 Beri pujian kepada keluarga setelah peragaan
8.7 Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih

37
9. Klien menggunakan 9.1 Klien mampu 9.1 Jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian
obat sesuai menjelaskan : tidak menggunakan obat
program yang a. Manfaat minum 9.2 Jelaskan kepada klien :
telah diterapkan obat a. Jenis obat (nama, warna dan bentuk)
b. Kerugian tidak b. Dosis
minum obat
c. Waktu pemakaian
c. Nama obat
d. Cara pemakaian
d. Bentuk dan
e. Efek yang akan dirasakan pa sien
warna obat
9.3 Anjurkan klien :
e. Dosis yang
diberikan a. Minta dan menggunakan obat tepat waktu
padanya b. Lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa
f. Waktu c. Beri pujian terhadap kedisiplinan klien menggunakan obat
pemakaian
g. Cara pemakaian
h. Efek yang
dirasakan
9.2 Klien dapat
menggunakan obat

sesuai program

38
3.4 Dokumentasi Hasil Keperawatan

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


SP I SP I
1. Mengidentifikasi penyebab, tanda dan S = px mengatakan kalau pasien habis mukuli
gejala pk yang dilakukan, akibat pk. orang.
2. Menjelaskan cara mengontrol pk O = px terlihat bingung, kooperatif, kontak
dengan cara nafas dalam dan pukul mata kurang, mondar-mandir.
bantal. A = px mampu mengidentifikasi dan
3. Memasukkan kedalam jadwal kegiatan mengetahui cara-cara mengontrol pk, mampu
harian pasien. melakukan nafas dalam dan pukul bantal.
Px = pasien memasukkan latihan nafas dalam
kedalam jadwal aktivitas.
P = Sp 1 terjalankan, lanjutkan pemberian sp 2
rpk untuk pasien.
SP II SP II
1. Melatih cara mengontrol pk dengan S = px mengatakan sudah memahami langkah
obat. minum obat dengan benar, dan rutin minum
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan obat sesuai jadwal.
untuk latihan fisik dan minum obat. O = px rutin minum obat, terlihat tenang,
kontak mata kurang.
A = px mampu memahami langkah minum
obat.
Pasien = memasukkan latihan minum obat
dengan 6 benar dalam aktivitas harian pasien.
P = Sp II terjalankan, lanjutkan pemberian sp
III rpk untuk pasien.
SP III SP III
1. Melatih cara mengontrol pk secara S = px mengatakan kalau dirinya sudah mampu
verbal 3 cara yaitu : mengungkapkan, mengontrol emosinya.
meminta dan menolak dengan benar. O = px terlihat lebih tenang tetapi masih

39
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan terlihat bingung, px masih kurang kontak mata.
untuk latihan fisik minum obat, dan A = px mampu mengontrol emosinya.
verbal. Pasien : memasukkan dalam jadwal latihan
harian.
P = Sp III terjalankan, lanjutkan pemberian sp
IV rpk untuk pasien.
SP IV SP IV
1. Melatih cara mengontrol pk secara S = px mengatakan lebih berarti dan terarah
spiritual ( 2 kegiatan ). sejak mengetahui cara-cara mengendalikan
2. Memasukkan pada jadwal kegiatan emosinya, dan px merasa senang dan
untuk latihan fisik, minum obat, verbal bersemangat menjalani jadwal.
dan spiritual. O = px mampu melakukan aktivitas harian
yang sudah disepakati, terlihat tenang.
A = px mampu melakukan 2 kegiatan harian
untuk mengontrol emosinya.
Pasien : px memasukkan aktivitas harian dalam
jadwal aktivitas harian.
P = Sp IV terjalankan.
- Latih kegiatan harian pasien
- Nilai kemampuan px yang telah
mandiri.

40
BAB 4

PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawatan kepada Tn. D dengan Resiko Perilaku
Kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Dr.Radjiman Wediodiningrat, maka penulis pada BAB ini akan
membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus. Pembahasan dimulai melalui
tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi.

4.1 Tahap Pengkajian

Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber, yaitu dari
pasien dan tenaga kesehatan di rumah sakit jiwa. Penulis mendapat sedikit kesulitan dalam
menyimpulkan data karena keluarga pasien tidak pernah mengunjungi pasien di rumah sakit
jiwa. Maka penulis melakukan pendekatan kepada pasien melalui komunikasi teraupetik
yang lebih terbuka membantu klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:

a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada pasien agar
pasien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian pasien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan membaca status pasien, melihat buku rawatan serta
bertanya kepada perawat di ruang Camar

Dalam pengkajian yang dilakukan, ditemukan kesenjangan dimana Tn.D sangat


mudah marah, emosinya mudah terpancing ditemukan hal sama seperti diteori: Risiko
perilaku kekerasan terhadap orang lain adalah rentan melakukan perilaku yang
menunjukkan dapat membahayakan orang lain secara fisik dan emosional. Kritikan yang
mengarah pada penghinaan, dan kehilangan orang yang di cintai (Madhani, & Kartina,
2020).

4.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Keliat (2019) Diagnose keperawatan yang yang menjadi penyebab RPK adalah :

41
1. Waham
2. Halusinasi
3. Berencana bunuh diri
4. Gangguan Konsep diri (Harga diri rendah)
5. Isolasi social

Sedangkan pada Tn.D ditemukan 3 diagnosa keperawatan yang muncul yaitu Risiko
perilaku kekerasan, Isolasi Sosial,Halusinasi. Dari hal tersebut dapat dilihat ada beberapa
perbedaan antara teori dengan kasus, yaitu tidak semua diagnose pada teori dialami oleh
Tn.D

4.3. Tahap Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana asuhan


keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah pangkajian dan penentuan
diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan penulis hanya menyusun rencana
tindakan keperawatan sesuai dengan pohon masalah keperawatan yaitu Resiko Perilaku
Kekerasan. Secara teoritis digunakan cara strategi pelaksanaan sesuai dengan diagnosa
keperawatan yang muncul saat pengkajian. Adapun upaya yang dilakukan penulis yaitu :

1. Strategi Pelaksanaan pada Risiko Perilaku Kekerasan


a. Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik 1 : Tarik napas
dalam
b. Melatih klien mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan fisik 2 : Pukul Kasur
bantal
c. Menjelaskan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan minum obat
d. Melatih klien mengontrol Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara baik-baik
dengan orang lain
e. Mengevaluasi spritual klien
2. Strategi Pelaksanaan pada Halusinasi
a. Mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus perasaan dan respon
halusinasi
b. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara menghardik

42
c. Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan minum obat teratur
d. Melatih klien bercakap-cakap dengan orang lain
e. Melatih klien melakukan kegiatan terjadwal
3. Strategi Pelaksanaan pada Isolasi Sosial
a. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, siapa yang serumah, siapa yang dekat,
yang tidak dekat, dan apa sebabnya.
b. Keuntungan punya teman dan bercakap-cakap
c. Kerugian tidak punya teman dan tidak bercakap-cakap
d. Melatih cara bercakap-cakap dengan anggota keluarga dalam satu kegiatan harian
e. Masukkan dalam jadwal untuk kegiatan harian

4.4 Tahap Implementasi

Pada tahap implementasi mahasiswa hanya mengatasi masalah keperawatan


dengan diagnosa keperawatan Risiko perilaku Kekerasan/Perilaku Kekerasan karena
masalah utama yang dialami pasien. Pada diagnosa keperawatan Risiko Perilaku
Kekerasan/Perilaku Kekerasan strategi pertemuan ialah mengidentifikasi perilaku
kekerasan, mengotrol perilaku kekerasan, dan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal
kasur. Strategi pertemuan yang kedua ialah anjurkan minum obat secara teratur, strategi
pertemuan ketiga ialah latihan cara komunikasi secara verbal atau bicara baik-baik dan
strategi terakhir pertemuan keempat yaitu spritual.

4.5. Tahap Evaluasi

Pada tinjauan kasus evaluasi yang dihasilkan adalah :

1. Klien sudah dapat mengontrol dan mengidentifikasi Risiko Perilaku Kekerasan.


2. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan melalui latihan fisik.
3. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan cara pergi ke poli jiwa
untuk mendapatkan minum obat.
4. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan berbicara baik-baik
dengan orang lain.
5. Klien dapat mengendalikan Risiko Perilaku Kekerasan dengan melakukan spritual
terjadwal.

43
BAB 5

PENUTUP

5.1 Evaluasi

Setelah menguraikan tentang proses keperawatan pada Tn. D dan disimpulkan


bahwa klien dapat beroirentasi secara realita, mengatasi halusinasi, serta RPK. Dimana
klien dapat melakukan terapi generalis yang telah diajarkan selama proses keperawatan.
Maka dapat diambil keputusan sebagai berikut:

1. Pengkajian yang dilakukan tidak banyak berbeda dengan pengkajian teoritis dan
penulis mengalami kesulitan selama pengkajian karena klien suka tertawa sendiri.
2. Dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien, mahasiswa mapu Menyusun tindakan
keperawatan sesuai dengan teoritis yang ada.
3. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan perencanaan dan dapat
dilaksanakan dengan bantuan dari perawat ruangan dan segenap tim.
4. Pada tahap evaluasi masalah yang dihadapi klien dapat teratasi.

5.2 Saran

1. Bagi Mahasiswa
Hendaknya mahasiswa/i dapat melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan tahapan-
tahapan dengan baik dan benar yang diperoleh selama masa pendidikan baik diakademik
maupun dilapangan praktek.
2. Bagi Pasien
Diharapkan pasien dapat mengontrol emosi dengan menerapkan strategi pelaksanaan,
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara tarik nafas dalam dan pukul bantal kasur,
minum obat secara teratur, latihan cara komunikasi secara verbal atau bicara baik-baik,
dan spiritual untuk mendukung kelangsungan kesehatan pasien.

44
3. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan strategi
pertemuan 1-4 pada klien dengan Resiko Perilaku Kekerasan sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
4. Bagi keluarga
Agar keluarga selalu memberikan motivasi kepada klien dan juga perawatan yang baik
sesuai strategi pelaksanaan resiko perilaku kekerasan dirumah.
5. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa profesi ners sehingga
mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien-pasien
yang mengalami Resiko Perilaku Kekerasan.
6. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan pelayanan kesehatan yang baik dan membuat suasana lingkungan menjadi
lebih nyaman agar klien tidak melakukan risiko perilaku kekerasan. Usahakan
memberikan saran, nasehat dan motivasi kepada klien agar klien mendapatkan cara
tentang bagaimana mengontrol marah.

45

Anda mungkin juga menyukai