HUMANISTIK: REALITA
Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu penyusun selama proses penyelesaian makalah ini hingga dapat selesai dengan tepat
waktu.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik,
saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.
Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat untuk
kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Humanistik Realita.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses,
yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.
3
2.3 Konsep Dasar Konseling Realita
2.3.1 Pandangan Tentang Manusia
Glasser percaya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan
(terus – menerus) hadir sepanjang rentang kehidupanya dan harus dipenuhi. Secara lebih rinci,
Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar psikologis manusia yaitu:
kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan
fisik).
Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat
atau melibatkan diri dengan orang lain. Contohnya: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan
keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.
c. Kekuasaan (power)
Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan
mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-
orang di sekitar kita.
d. Kesenangan (fun)
Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas
bermain. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan
sebagainya.
e. Kebebasan (freedom)
Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan
tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi
kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah
dari satu tempat ke tempat lain.
4
2.3.2 Perkembangan Kepribadian
a. Struktur Kepribadian
Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah
mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu:
Tanggungjawab (Responsibility).
Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang
lain.
Kenyataan (Reality).
Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu
yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.
Kebenaran (Right).
Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat
diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila
melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku
dalam tata cara yang diterima secara umum.
b. Perilaku Bermasalah
5
2.4 Teknik-teknik dan Tahap-tahap Konseling Realita
2.4.1 Teknik-teknik Konseling Realita
Menurut Corey (2009), pada hakikatnya terapi realitas sama sekali tidak menggunakan
teknik khusus seperti pendekatan yang lain. Adapun fokus utama teknik realitas adalah
mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya, Menurut
Corey (2009), teknik-teknik yang dapat digunakan sbb:
6
konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli
untuk menilai perilakunya saat ini.
Perencanaan tingkah laku bertanggung jawab
Rencana perubahan tingkah tidak bertanggung jawab menjadi tingkah laku bertanggung
jawab. Rencana tindakan yang efektif berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai ,
terukur, segera dan terkendalikan oleh klien.
Pembuatan komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk melaksanakannya.
Komitmen dapat secara lisan atau tertulis.
Tidak menerima alasan kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam
melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian kembali pada rencana baru yang
lebih cocok.
Peniadaan hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana sebetulnya akan
memperkuat identitas gagal konseli.
Tindak lanjut
Merupakan tahap terakhir dalam konseling. Konselor dan konseli mengevaluasi
perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah
diterapkan belum berhasil
Karakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus menekankan pada akuntabilitas. Aspek
lain dari pendekatan konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idednya yang
tidak menerima alasan dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan menghindari hukuman atau
menyalahkan
b. Keterbatasan
7
Di anggap terlalu sederhana dan dangkal. Di akui bahwa kritik pendekatan konseling realitas pada
daerah ini. Glasser juga menyetujui bahwa delapan tahap dari pendekatan konseling realitas adalah
sederhana dan jelas leebih menekankan pada praktek dan tidak pada materi yang sederhana.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang diperkenalkan oleh William Glasser
memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan
tiga hal (3-R) yaitu: realitas (reality), baik (right), dan tanggungjawab (responsiblility).
9
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2013. Teori dan praktik konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama
Feist, Jess dan Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
Glading. T, Samuel. 2012. Konseling profesi yang menyentuh. Jakarta: Permata putri media.
Hartono. Soedarmadji, Boy. 2013. Psikologi konseling. Jakarta: Kencana pernada media group.
Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan teknik konseling . Jakarta: Indeks.
Pervin, Laurence dkk. (2010) Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian, Jakarta: Kencana
10