Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PSIKOTERAPI

HUMANISTIK: REALITA

Dosen pengampu: Laelatul Anisah, S.Pd., M.Pd., Kons

Disusun oleh:

Aulia Ratu Azzahra (40121006)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SELAMAT SRI


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah “HUMANISTIK: REALITA” guna memenuhi
tugas mata kuliah Psikoterapi & Psikologi Konseling. Shalawat serta salam tidak lupa selalu kami
haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW.

Tak lupa juga kami ucapkan terimakasih kepada setiap pihak yang telah mendukung serta
membantu penyusun selama proses penyelesaian makalah ini hingga dapat selesai dengan tepat
waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan penyusun telah berusaha
semaksimal mungkin dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh sebab itu, sangat diharapkan kritik,
saran dan nasehat yang baik demi perbaikan tugas makalah ini kedepannya.

Demikianlah yang dapat disampaikan, semoga makalah ini dapat berguna dan bemanfaat untuk
kita semua.

Kendal, 1 Desember 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. iii
BAB I .........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................1
BAB II ........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN .........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Konseling Realita .............................................................................................3
2.2 Tujuan Konseling Realita ...................................................................................................3
2.3 Konsep Dasar Konseling Realita ........................................................................................4
2.3.1 Pandangan Tentang Manusia .......................................................................................4
2.3.2 Perkembangan Kepribadian .........................................................................................5
2.4 Teknik-teknik dan Tahap-tahap Konseling Realita ..............................................................6
2.4.1 Teknik-teknik Konseling Realita ..................................................................................6
2.4.2 Tahap-Tahap Konseling Realita ...................................................................................6
2.5 Kelebihan Dan Keterbatasan ..............................................................................................7
BAB III .......................................................................................................................................9
PENUTUP ..................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konseling realitas (reality therapy) dikembangkan oleh William Glasser pada tahun 1950
an, William Glasser adalah seorang psikolog dari California. Dalam pendekatan ini, konselor
bertindak aktif, direktif, didaktik. Dalam konteks ini konselor berperan sebagai guru dan sebagai
model bagi konseli.
Glasser dilahirkan pada 1925 dan dibesarkan di Cleveland, Ohio. William
Glasser merupakan lulusan dari the Case Institute Of Technology sebagai insinyur kimia pada
tahun 1944 di usia 19 tahun, kemudian ia mengambil master dibidang psikologi klinis pada usia
23 tahun di universitas yang sama. Pada tahun 1956 Glasser menjadi kepala bagian psikiatri di
the ventura School of Girls yang merupakan institusi untuk menangani masalah kenakalan remaja
perempuan.
Pada saat inilah Glasser mengembangkan konsep pendekatan realitas. Buku
pertamanya Mental Health or Mental Illmes pada tahun 1961 merupakan landasan berpikir dari
teknik dan konsep dasar terapi realitas (Thompson, et.al,.2004, p. 110). Glasser menggunakan
istilah reality terapy pada April 1964 pada menu skrip yang berjudul Reality Terapy.

1.2 Rumusan Masalah


1 Jelaskan definisi Konseling Realita?
2 Apa tujuan teori Realita?
3 Bagaimana konsep dasar teori Realita?
4 Bagaimana kelebihan dan kekurangan pendekatan Realita?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Mengetahui definisi Konseling Realita.
2. Mengehui tujuan teori Humanistik Realita.
3. Mengetahui konsep dasar teori Humanistik Realita.

1
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan pendekatan Humanistik Realita.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konseling Realita


Menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang diperkenalkan oleh William Glasser
memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan
tiga hal (3-R) yaitu: realitas (reality), baik (right), dan tanggungjawab (responsiblility). Konseling
realitas (reality therapy) adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan tentang adanya satu
kebutuhan psikologis pada seluruh kehidupannya, kebutuhan akan identitas dirinya yaitu
kebutuhan untuk merasa unik, terpisah, dan berbeda dengan orang lain.

2.2 Tujuan Konseling Realita


Secara luas tujuan dari terapi realitas adalah mencapai identitas keberhasilan (sucsess
identity), dimana sucsess identity ini ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi
kebutuhan psikologisnya secara tepat, yaitu: meliputi kebutuhan mencintai dan dicintai, kekuasaan
atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan untuk senang. Sehingga mereka
mampu mengembangkan identitas berhasil.

Tujuan konseling realitas adalah sebagai berikut:

1. Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.
2. Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.
3. Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
4. Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses,
yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.
5. Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri.

3
2.3 Konsep Dasar Konseling Realita
2.3.1 Pandangan Tentang Manusia
Glasser percaya bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan psikologis yang secara konstan
(terus – menerus) hadir sepanjang rentang kehidupanya dan harus dipenuhi. Secara lebih rinci,
Glasser menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dasar psikologis manusia yaitu:

a. Kelangsungan hidup (Survival)

kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan, rasa aman, dan kenyamanan
fisik).

b. Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)

Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki dan terlibat
atau melibatkan diri dengan orang lain. Contohnya: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan
keterlibatan dalam organisasi kemahasiswaan.

c. Kekuasaan (power)

Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa berharga, dan
mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi dengan orang-
orang di sekitar kita.

d. Kesenangan (fun)

Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam aktivitas
bermain. Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan
sebagainya.

e. Kebebasan (freedom)

Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau kemerdekaan dan
tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada organisasi
kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan berpindah
dari satu tempat ke tempat lain.

4
2.3.2 Perkembangan Kepribadian
a. Struktur Kepribadian

Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah
mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu:

 Tanggungjawab (Responsibility).

Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan orang
lain.

 Kenyataan (Reality).

Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi kebutuhannya.
Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka harus memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita yang dimaksud adalah sesuatu
yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adanya.

 Kebenaran (Right).

Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku dapat
diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri sendiri bila
melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila mampu bertingkah laku
dalam tata cara yang diterima secara umum.

b. Perilaku Bermasalah

Perilaku bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya.


Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan
pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.

5
2.4 Teknik-teknik dan Tahap-tahap Konseling Realita
2.4.1 Teknik-teknik Konseling Realita
Menurut Corey (2009), pada hakikatnya terapi realitas sama sekali tidak menggunakan
teknik khusus seperti pendekatan yang lain. Adapun fokus utama teknik realitas adalah
mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilan dalam hidupnya, Menurut
Corey (2009), teknik-teknik yang dapat digunakan sbb:

 Terlibat dalam permainan peran dengan klien.


 Menggunakan humor.
 Mengonfrontasikan klien dan menolak alasan apapun dari klien.
 Membantu klien merumuskan rencana tindaka secara spesifik.
 Bertindak sebagai guru atau model.
 Menentukan batas-batas dan menyususn situasi terapi.
 Menggunakan terapi kejutan verbal atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan
klien dengan tingkalh lakunya yand tidak realitas.
 Melibatkan diri dengan klien untuk kehidupan yang lebih efektif.

2.4.2 Tahap-Tahap Konseling Realita


Thomson, et.al (2004:115-120) mengemukakan delapan tahap dalm konseling realita.
 Keterlibatan (Be Friend).
Pada tahap ini, konselor mengawali pertemuan dengan bersikap otentik, hangat,menaruh
perhatian pada hubungan yang sedang dibangun, sikap yang hangat dan ramah.
 Fokus pada perilaku sekarang
Setelah konseli dapat melibatkan diri kepada konselor, maka konselor menanyakan kepada
konseli apa yang dilakuknya sekarang. Konseli mengungkapkan permasalahan yang di
alami.
 Pertimbangan nilai
Konseli perlu dibantu menilai kualitas apa yang dilakukannya dan menentukan apakah
tingkah laku tersebut bertanggung jawab atau tidak, baik atau tidak bagi dirinya. Fungsi

6
konselor tidak untuk menilai benar atau salah perilaku konseli, tetapi membimbing konseli
untuk menilai perilakunya saat ini.
 Perencanaan tingkah laku bertanggung jawab
Rencana perubahan tingkah tidak bertanggung jawab menjadi tingkah laku bertanggung
jawab. Rencana tindakan yang efektif berupa rencana yang sederhana, dapat dicapai ,
terukur, segera dan terkendalikan oleh klien.
 Pembuatan komitmen
Rencana akan bermanfaat jika konseli membuat suatu komitmen untuk melaksanakannya.
Komitmen dapat secara lisan atau tertulis.
 Tidak menerima alasan kegagalan
Konselor tidak boleh mengeksplorasi alasan-alasan mengapa konseli gagal dalam
melaksanakan rencana. Konselor memusatkan perhatian kembali pada rencana baru yang
lebih cocok.
 Peniadaan hukuman
Pemberian hukuman pada konseli yang gagal melaksanakan rencana sebetulnya akan
memperkuat identitas gagal konseli.
 Tindak lanjut
Merupakan tahap terakhir dalam konseling. Konselor dan konseli mengevaluasi
perkembangan yang dicapai, konseling dapat berakhir atau dilanjutkan jika tujuan yang telah
diterapkan belum berhasil

2.5 Kelebihan Dan Keterbatasan


a. Kelebihan

Karakteristik pendekatan konseling realitas secara khusus menekankan pada akuntabilitas. Aspek
lain dari pendekatan konseling realitas yang disokong Corey (1985) termasuk ide-idednya yang
tidak menerima alasan dari gagalnya pelaksanaan kontrak dan menghindari hukuman atau
menyalahkan

b. Keterbatasan

7
Di anggap terlalu sederhana dan dangkal. Di akui bahwa kritik pendekatan konseling realitas pada
daerah ini. Glasser juga menyetujui bahwa delapan tahap dari pendekatan konseling realitas adalah
sederhana dan jelas leebih menekankan pada praktek dan tidak pada materi yang sederhana.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Menurut Paul D. Meier, dkk., terapi realitas yang diperkenalkan oleh William Glasser
memusatkan perhatiannya terhadap kelakuan yang bertanggung jawab, dengan memperhatikan
tiga hal (3-R) yaitu: realitas (reality), baik (right), dan tanggungjawab (responsiblility).

9
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2013. Teori dan praktik konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Feist, Jess dan Feist, Gregory. 2010. Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika

Glading. T, Samuel. 2012. Konseling profesi yang menyentuh. Jakarta: Permata putri media.

Hartono. Soedarmadji, Boy. 2013. Psikologi konseling. Jakarta: Kencana pernada media group.

Komalasari, Gantina, dkk. 2011. Teori dan teknik konseling . Jakarta: Indeks.

Pervin, Laurence dkk. (2010) Psikologi Kepribadian Teori dan Penelitian, Jakarta: Kencana

10

Anda mungkin juga menyukai