Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TEKNIK-TEKNIK KHUSUS KONSELING

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendekatan Konseling

Dosen Pengampu : Mirza Irawan, S.Pd, M.Pd, Kons

Oleh

KELOMPOK Vl :

1. Nafilah (1802080022)
2. Muhammad Bayu Kurniawan(1802080039)
3. Muhammad Bahagia (1802080010)

BK A-V PAGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN

TA.2019
KATA PENGANTAR

Syukur yang tak terhingga kami panjatkan kehadirat Allah Rabbul’ Alamin yang tiada
henti-hentinya kami panjatkan.Begitu pula dengan segala rahmat dan hidayah-Nya-lah sehingga
makalah ‘’Konseling Realitas’’dapat terselesaikan.

Kami banyak mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini.

Demikianlah Makalah ini dibuat dan tidak menutup kemungkinan dalam penyusunannya
terdapat kekurangan dan kesalahan didalamnya.Oleh karena itu,kami mengharapkan saran dan
kritik yang membangun yang dapat dijadikan masukan dalam penyusunan laporan selanjutnya.

Medan, 14 Desember 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….......2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..........3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………….....4

A. Latar belakang…………………………………………………………….......4

B. Rumusan Masalah&Tujuan……………………………………………….......5

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………....6

A. Sejarah Perkembangan Konseling Realitas……………………………………6

B. Hakekat Manusia………………………………………………………………6

C. Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas……………………………….8

D. Tujuan Konseling Realitas…………………………………………………….10

E. Teknik – Teknik Konseling Realitas…………………………………………..14

F. Peran Konselor Dan Konseli Realitas…………………………………………15

G. Konseling realita dihadapkan pada pengalaman-pengalaman yang dilalui……15

H. Kelemahan dan Kelebihan Konseling Realitas………………………………..16

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………17

A. Kesimpulan……………………………………………………………………17

B. Saran…………………………………………………………………………..17

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser, yang merupakan suatu bentuk
hubungan pertolongan yang praktis, relatif sederhana dan bentuk bantuan langsung pada klien.
Perkembangan ini berkembang pada awal tahun 30 an – 60 an. Alasan Glesser mengembangkan
pendekatan ini antara lain ketidakpuasan terhadap pendekatan psikoanalisis karena pendekatan
psikoanalisis kurang efektif dan efisien. Dan tidak setuju dengan anggapan bahwa pada dasarnya
manusia itu baik. Proses pengembangan Gletser mulai menerbitkan sebuah buku dan
dikembangkan di rumah sakit, tetapi oleh teman-temannya tidak mendapat persetujuan serta
dukungan bahkan ditolak namun hal ini tidak membuat Gletser putus asa dan dilanjutkan dengan
mempraktekkan teorinya di V.A. Hospital disana mendapat tanggapan baik yang akhirnya teori
tersebut dapat berkembang serta diterima oleh kolega-kolega yang bahkan dulu tidak
menyetujuinya. Hal ini berdasarkan pada konsep terapi realitas dimana seorang klien ditolong
agar dia mampu menghadapi realita di masa depan dengan penuh optimis. Konseling realitas
berprinsip bahwa seseorang dapat dengan penuh optimis menerima bantuan dan terapi untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan mampu menghadapi kenyataan tanpa merugikan
siapapun.

Konseling realitas lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan alternatif
bantuan tidak usah melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang dipentingkan
bagaimana klien dapat sukses mencapai hari depannya, karena manusia dalam kehidupan
mempunyai kebutuhan dasar, yaitu cita dan harga diri. Setiap orang akan belajar memenuhi
kebutuhannya dengan bertingkah laku normal, yaitu 3 R (Right, Responsibility, dan Reality)
dimana masa yang penting dalam penanaman adalah usia 2-5 tahun dengan peranan orang tua
dan sekolah sebagai faktor yang menentukan.

4
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan konseling realitas?

2. Apa itu Hakikat Manusia Konseling Realitas ?

3. Bagaimana Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas ?

4. Apa itu Tujuan Konseling Realitas ?

5. Apa saja teknik-teknik dalam konseling realitas ?

6. Apa peranan konselor dalam konseling kelompok realitas?

7. Apa saja kelemahan dan kelebihan konseling realitas ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui sejarah perkembangan konseling realitas.

2. Untuk Mengetahui Hakikat Manusia Konseling Realitas.

3. Untuk Mengetahui Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas.

4. Untuk Mengetahui Tujuan Konseling Realitas.

5. Untuk Mengetahui Teknik Konseling Realitas.

6. Untuk mengetahui peranan konselor dalam konseling kelompok realitas.

7. Untuk mengetahui kelemahan dan kelebihan konseling realitas

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Konseling Realitas

Konseling realitas dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925 dan
menghabiskan masa kanak-kanak dan remajanya di Cliveland, Obio. Pertumbuhannya relatif
tanpa hambatan, sehingga ia memahami dirinya sebagai lelaki yang baik. Glasser meninggalkan
kota kelahirannya setelah ia masuk ke perguruan tinggi. Ia memperoleh gelar sarjana muda
dalam bidang rekayasa kimia, sarjana psikologi klinis dan dokter dari Case Western Reserve
University.

Pada tahun 1961 Glasser mempublikasikan konsep konseling realitas dalam bukunya
yang pertama Mental Health or Mental Illness. Konsep ini diperluas, diperbaiki dan disusun pada
penerbitan tahun 1965: Reality Therapy : A New Approach to Psichiatry. Tidak lama setelah
penerbitan yang kedua ini, Glasser membuka Institute of Reality Therapy yang digunakan untuk
melatih profesi-profesi layanan kemanusiaan. Sebagai kata sambung atas suksesnya, sekolah-
sekolah membutuhkan konsultasi Glasser, dan ia dapat menyesuaikan dengan prosedur-
prosedunya dengan setting sekolah. Ia mempublikasikan ide ini dalam School Without Failure
(1969) dan mendirikan Educatinal Training Centre yang di dalamnya guru-guru mendapat
latihan konseling realitas.

B. Hakekat Manusia

Konseling Realitas merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli dalam suatu kelompok, yang dapat
dilakukan oleh guru atau konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina
kepribadian ataupun kesehatan mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung
jawab kepada konseli yang bersangkutan. Adalah William Glasser sebagai tokoh yang
mengembangkan bentuk terapi ini.
6
Menurutnya, bahwa tentang hakikat manusia adalah: 1. Bahwa manusia mempunyai
kebutuhan yang tunggal, yang hadir di seluruh kehidupannya, sehingga menyebabkan dia
memiliki keunikan dalam kepribadiannnya. 2. Setiap orang memiliki kemampuan potensial
untuk tumbuh dan berkembang sesuai pola-pola tertentu menjadi kemampuan aktual. Karennya
dia dapat menjadi seorang individu yang sukses. 3. Setiap potensi harus diusahakan untuk
berkembang dan terapi realitas berusaha membangun anggapan bahwa tiap orang akhirnya
menentukan nasibnya sendiri. Manusia digerakkan oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang asalnya
bersifat genetik. Semua prilaku manusia mempresentasikan upaya untuk mengontrol dunia agar
memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu dengan sebaik-baiknya. Orang tidak pernah terbebas dari
kebutuhan-kebutuhannya dan, begitu terpenuhi, muncul kebutuhan lain. Kehidupan manusia
adalah perjuangan konstan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan ini dan mengatasi
konflik yang selalu muncul di antara mereka. Secara rinci Glasser menjelaskan kebutuhan-
kebutuhan dasar manusia, yaitu:

1. Kelangsungan hidup (Survival)

Kehidupan fisik ini bertempat di otak tua yang berlokasi di sebuah kelompok kecil
struktur yang terklaster di puncak tulang belakang. Gen orang mengistruksikan otak tuanya
untuk melaksanakan semua kegiatan yang menjaga kelangsungan hidup yang mendukung
kesehatan dan reproduksi.(kebutuhan memperoleh kesehatan, makanan, udara, perlindungan,
rasa aman, dan kenyamanan fisik).

2. Cinta dan rasa memiliki (Love and belonging)

Salah satu kebutuhan psikologis manusia adalah kebutuhannya untuk merasa memiliki
dan terlibat atau melibatkan diri dengan orang lain. Beberapa aktivitas yang menunjukkan
kebutuhan ini antara lain: persahabatan, acara perkumpulan tertentu, dan keterlibatan dalam
organisasi kemahasiswaan

3. Kekuatan atau prestasi (Power or achievemen )

Kebutuhan akan kekuasaan (power) meliputi kebutuhan untuk berprestasi, merasa


berharga, dan mendapatkan pengakuan. Kebutuhan ini biasanya diekspresikan melalui kompetisi
dengan orang-orang di sekitar kita, memimpin, mengorganisir, meyelesaikan pekerjaan sebaik
7
mungkin, menjadi tempat bertanya atau meminta pendapat bagi orang lain, melontarkan ide atau
gagasan dan sebagainya.

4. Kebebasan atau kemerdekaan (Freedom or independence)

Kebebasan (freedom) merupakan kebutuhan untuk merasakan kebebasan atau


kemerdekaan dan tidak tergantung pada orang lain, misalnya membuat pilihan (aktif pada
organisasi kemahasiswaan), memutuskan akan melanjutkan studi pada jurusan apa, bergerak, dan
berpindah dari satu tempat ke tempat lain.

5. Kesenangan (Fun)

Merupakan kebutuhan untuk merasa senang, dan bahagia. Pada anak-anak, terlihat dalam
aktivitas bermain. Kebutuhan ini muncul sejak dini, kemudian terus berkembang hingga dewasa.
Misalnya, berlibur untuk menghilangkan kepenatan, bersantai, melucu, humor, dan sebagainya.

C. Perkembangan Kepribadian Konseling Realitas

Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser orang tersebut


mencapai identitas sukses. Ini terkait dengan konsep perkembangan kepribadian yang sehat,
yang ditandai dengan berfungsinya individu dalam memenuhi kebutuhan psikologisnya secara
tepat. Dalam proses pembentukan identitas, individu mengembangkan keterlibatan secara
emosional dengan orang lain. Individu perlu merasakan bahwa orang lain memberikan perhatian
kepadanya dan berfikir bahwa dirinya memiliki arti. Jika kebutuhan psikologisnya sejak awal
tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan pengalaman belajar bagaimana memenuhi
kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain. Belajar bagaimana bertingkah laku yang
bertanggung jawab merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak untuk mencapai
“identitas sukses”.

Menurut Glasser ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, orang tersebut telah
mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan
dimana individu dapat menerima kondisi yang dihadapinya, dicapai dengan menunjukkan total
behavior (perilaku total), yakni tindakan (acting), pikiran (thingking), perasaan (feeling), dan

8
fisik (physiology) secara bertanggungjawab (responsibility), sesuatu realita (reality), dan benar
(right), adapun konsep 3R yaitu:

1. Tanggungjawab (Responsibility)

Merupakan kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya tanpa harus merugikan


orang lain.

2. Kenyataan (Reality)

Merupakan kenyataan yang akan menjadi tantangan bagi individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Setiap individu harus memahami bahwa ada dunia nyata, dimana mereka
harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam rangka mengatasi masalahnya. Realita
yang dimaksud adalah sesuatu yang tersusun dari kenyataan yang ada dan apa adalah.

3. Kebenaran (Right)

Merupakan ukuran atau norma-norma yang diterima secara umum, sehingga tingkah laku
dapat diperbandingkan. Individu yang melakukan hal ini mampu mengevaluasi diri
sendiri bila melakukan sesuatu melalui perbandingan tersebut ia merasa nyaman bila
mampu bertingkah laku dalam tata cara yang diterima secara umum.

 Pribadi sehat dan bermasalah

Pribadi Sehat

a) Konseling reality menekankan pilihan-pilihan pada setiap situasi individu memiliki


kemampuan membuat pilihan dan mempertanggung jawabkan berhasil.

b) Status kesehatan mental individu dapat dilihat dalam tahapan yang dialaminya, yaitu:

Tahapan Kemunduran/ Regresive Stage, dibagi menjadi 3 tahap :

a) “Saya Menyerah” (1 give up).

b) Simptom-simptom (-), pada perlikau menyeluruh


9
c) Kecanduan negative = individu mengulang-ulang perilaku yang tidak efektif dan
destruktif dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan positif / Progress Stage ,terjadi 3 tahap:

a) “Saya akan melakukannya”. “Saya ingin berkembang” “Saya berkomitmen untuk


berubah”

b) Simpton-simpton positif, pada perilaku menyeluruh

c) Kecanduan positif = ditandai dengan perasaan berharga pada diri sendiri (self worth),
konstruktif dan kepuasan terhadap pencapaian diri sendiri.

pribadi bermasalah

Pribadi bermasalah terjadi ketika seseorang gagal dalam memenuhi kebutuhannya.


Apabila kebutuhan psikologisnya sejak awal tidak terpenuhi, maka seseorang tidak mendapatkan
pengalaman belajar bagaimana memenuhi kebutuhan psikologis dirinya atau orang lain.

D. Tujuan Konseling Realitas

Tujuan utama pendekatan konseling ini untuk membantu menghubungkan (connect) atau
menghubungkan ulang (reconnected) klien dengan orang lain yang mereka pilih untuk mendasari
kualitas hidupnya. Di samping itu, konseling realitas juga bertujuan untuk membantu klien
belajar memenuhi kebutuhannya dengan cara yang lebih baik, yang meliputi kebutuhan
mencintai dan dicintai, kekuasaan atau berprestasi, kebebasan atau independensi, serta kebutuhan
untuk senang. Sehingga mereka mampu mengembangkan identitas berhasil. Tujuan konseling
realitas adalah sebagai berikut :

a) Menolong individu agar mampu mengurus diri sendiri, supaya dapat menentukan dan
melaksanakan perilaku dalam bentuk nyata.

b) Mendorong konseli agar berani bertanggung jawab serta memikul segala resiko yang ada,
sesuai dengan kemampuan dan keinginannya dalam perkembangan dan pertumbuhannya.

10
c) Mengembangkan rencana-rencana nyata dan realistik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

d) Perilaku yang sukses dapat dihubungkan dengan pencapaian kepribadian yang sukses,
yang dicapai dengan menanamkan nilai-nilai adanya keinginan individu untuk
mengubahnya sendiri.

e) Terapi ditekankan pada disiplin dan tanggung jawab atas kesadaran sendiri

1. Teknik – Teknik Konseling Realitas

Konseling Realita menggunakan banyak teknik untuk mencapai tujuan-tujuan konseling,


khususnya teknik-teknik dari perspektif konseling perilaku seperti yang telah dikemukakan.
Teori konseling realita memiliki beberapa teknik tersendiri yaitu:

a) Metapor

Konselor menggunakan taknik ini seperti senyuman, imej, analogi, dan anekdot untuk
memberi konseli suatu pesan penting dalam cara yang efekitif. Konselor juga
mendengarkan dan menggunakan metapor yang ditampilkan diri konseling

b) Hubungan

Menggunakan hubungan sebagai bagian yang asensial dalam proses terapoutik.


Hubungan ini harus memperlihatkan upaya menuju perubahan, menyenagkan, positif,
tidak menilai, dan mendorong kesadaran konseli.

c) Pertanyaan

Konselor menekankan evaluasi dalam perilaku total, asesmen harus berasal dari konseli
sendiri. Konselor tidak mengatakan apa yang harus dilakukan koseli, tetapi menggunakan
pertanyaan yang terstruktur dengan baik untuk membantu konseli menilai hidupnya dan
kemudian merumuskan perilaku-perilaku yang perlu dan tidak perlu di ubah.

11
d) WDEP & SAMI2C3

Merupakan akronim dari wants (keinginan), direction (arahan), evaluasi (penilaian), dan
planing (rencana). Teknik ini digunakan untuk membantu konseli menilai keinginan-
keinginannya. Perilaku-perilakunya, dan kemudian merumuskan rencana-rencana.

SAMI2C3 mempersentasikan elemen-elemen yang memaksimalkan keberhasilanya


keberhasilan rencana : mudah/ sederhana (simple), dapat dicapai (attainable), dapat diukur
(measurable), segera (immedate), melibatkan tindakan (involving), dapat dikontrol (controled),
konsisten (consistent), dan menekankan pada komitmen (committed).

e) Renegosiasi

Konseli tidak selalu dapat menjalankan rencana perilaku pilihanya. Jika ini terjadi, maka
konselor mengajak konseli untuk membuat rencana ulang dan menemukan pilihan
perilaku lain yang lebih mudah.

f) Intervebsi paradox

Terinspirasi oleh Frankl (pendiri konselng Gestalt), Glasser menggunakan paradoks


untuk mendorong konseli menerima tanggung jawab bagi perilakunya sendiri. Intetrvensi
paradoksikal ini memiliki dua bentuk rerabel atau reframe dan paradoxical pressciption.

g) Pengembangan ketrampilan

Konselor perlu membantu konseli mengembangkan ketrampilan untuk memenuhi


kebutuhan dan keinginan-keinginannya dalam cara yang bertanggung jawab. Koselor
dapat mengajar konseli tentang berbagai ketrampilan seperti perilaku asertif, berfikir
rasional, dan membuat rencana.

h) Adiksi positif

Menurut Glesser, merupakan teknik yang digunakan untuk menurunkan barbagai bentuk
perilaku negatif dengan cara memberikan kesiapan atau kekuatan mental, kreatifitas,
energi dan keyakinan. Contoh : mendorong olah raga yang teratur, menulis jurnal,
bermain musik, yoga, dan meditasi.
12
i) Penggunakan kata kerja

Dimaksudkan untuk membantu konseli agar mampu mengendalikan hidup mereka sendiri
dan membuat pilihan perilaku total yang positif. Daripada mendeskripsikan koseli dengan
kata-kata: marah, depresi, fobia, atau cemas . Konselor perlu menggunakan kata
memarahi, mendepresikan, memfobiakan, atau mencemaskan. Ini mengimplikasikan
bahwa emosi-emosi tersebut bukan merupakan keadaan yang mati tetapi bentuk tindakan
yang dapat diubah.

j) Konsekuensi natural

Konselor harus memiliki keyakinan bvahwa konseli dapat bertanggung jawab dan karena
itu dapat menerima konsekuensi dari perilakunya. Koselor tidak perlu menerima
permintaan maaf ketika konseli membuat kesalahan, tetapi juga tidak memberikan sangsi.
Alih-alih koselor lebih memusatkan pada perilaku salah atau perilaku lain yang bisa
membuat perbedaan sehingga konseli tidak perlu mengalami kosekuensi negatif dari
perilakunya yang tidak bertanggung jawab.

Terapi realitas bisa ditandai sebagai terapi yang aktif secara verbal. Dalam membantu
klien dalam menciptakan identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik
sebagai berikut :

1. Melakukan permainan peran dengan konseli

2. Menggunakan humor

3. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan

4. Tidak menerima alasan tingkah laku yang tidak bertanggung jawab

5. Berperan sebagai model dan guru

6. Melibatkan diri pada perjuangan konseli mencari hidup yang efektif

7. Konfrontasi tingkah laku yang tidak realistis

8. Memberikan PR antar pertemuan dengan pertemuan berikutnya


13
9. Membaca artikel yang relevan

10. Kesepakatan kontrak antara konselor dan konseli

11. Debat konstruktif

Terapi realitas tidak memasukkan sejumlah teknik yang secara umum diterima oleh
pendekatan-pendekatan terapi lain. Pempraktek terapi realitas berusaha membangun kerja sama
dengan para klien untuk membantu mereka dalam mencapai tujuan-tujuannya. Teknik-teknik
diagnostik tidak menjadi bagian dari terapi realitas. Teknik-teknik lain yang tidak digunakan
adalah penafsiran, pemahaman, wawancara-wawancara non direktif, sikap diam yang
berkepanjangan, asosiasi bebas, analisis transferensi dan resistensi, dan analisis mimpi.

E. Peran Konselor Dan Konseli Realitas

1. Konselor terlibat dengan klien dan membawa klien menghadapi realita. Tugas utama
konselor adalah menjadi terlibat dengan konselinya dan kemudian menghadapi konseli
dengan mengusahakan agar konseli mengambil keputusan.

2. Konselor sebagai pembimbing. Konselor bertugas melayani sebagai pembimbing untuk


membantu konseli menaksir tingkahlaku mereka secara realistis.

3. Memberi hadiah. Konselor diharapkan memberi hadiah bila konseli berbuat dalam cara
yang bertanggungjawab dan tidak menerima setiap penghindaran atas kenyataan atau
tidak mengarahkan konseli menyalahkan setiap hal atau setiap orang.

4. Mengajar konseli Beberapa kualitas pribadi yang harus dimiliki konselor adalah
kemampuan untuk mengajar konseli, untuk mencapai kebutuhan mereka secara terbuka,
tidak untuk menerima ampunan, menunjukkan dukungan yang terus menerus dalam
membantu konseli, untuk memahami dan mengempati konseli, dan untuk terlibat dengan
tulus hati.

5. Motivator, yang mendorong konseli untuk: a) menerima dan memperoleh keadaan nyata,
baik dalam perbuatan maupun harapan yang ingin dicapainya. b) merangsang klien untuk
14
mampu mengambil keputusan sendiri, sehingga klien tidak menjadi individu yang hidup
selalu dalam ketergantungan yang dapat menyulitkan dirinya sendiri.

6. Penyalur tanggung jawab, sehingga : a) keputusan terakhir berada di tangan konseli. b)


konseli sadar bertanggung jawab dan objektif serta realistik dalam menilai perilakunya
sendiri.

7. Moralis Konselor memegang peranan untuk menentukan kedudukan nilai dari tingkah
laku yang dinyatakan kliennya. Konselor akan memberi pujian apabila konseli
bertanggung jawab atas perilakunya, sebaliknya akan memberi celaan bila tidak dapat
bertanggung jawab terhadap perilakunya.

8. Pengikat janji (contractor) Artinya peranan konselor punya batas-batas kewenangan, baik
berupa limit waktu, ruang lingkup kehidupan konseli yang dapat dijajagi maupun akibat
yang ditimbulkannya.

F. Konseling realita dihadapkan pada pengalaman-pengalaman yang dilalui

1. .konseli memusatkan pada perilaku

2. konseli mengevaluasi perilakunya sendiri

3. konseli membuat pilihan

4. pengalaman konseli

G. Kelemahan dan Kelebihan Konseling Realitas

Kelebihan :

1. Asumsi mengenai tingkah laku merupakan hasil belajar.

15
2. Asumsi mengenai kepribadian dipengaruhi oleh lingkungan dan kematangan.

3. Konseling bertujuan untuk mempelajari tingkah laku baru sebagai upaya untuk
memperbaiki tingkah laku malasuai.

4. Klien bisa belajar tingkah laku yang lebih realistik dan karenanya bisa tercapai
keberhasilan.

5. Langsung lebih cepat menyadarkan klien karena menggunakan secara langsung mengajak
klien berbuat.

6. Bersifat praktis, luwes dan efektif.

7. Mudah dilaksanakan dan tidak memerlukan pengetahuan tentang diagnosis.

Kelemahan:

1. Teori ini mengabaikan tentang intelegensi manusia, perbedaan individu dan faktor
genetik lain.

2. Dalam konseling kurang menekankan hubungan baik antara konselor dan konseli, hanya
sekedarnya.

3. Pemberian reinforcement jika tidak tepat dapat mengakibatkan kecanduan atau


ketergantungan.

4. Jangka waktu terapi yang relatif pendek dan berurusan dengan masalah tingkah laku
sadar pada konseli.

5. Teknik yang digunakan kurang mampu mengungkapkan data yang dialami dari diri
pribadi klien.

6. Hanya menekankan perilaku tanpa mempertimbangkan sisi perasaan.

7. Tidak memberikan penekanan yang cukup pada dinamika tidak sadar dan pada masa
lampau individu sebagai salah satu determinan dari tingkah lakunya sekarang.
16
8. Bisa terjadi suatu tipe campur tangan yang dangkal karena ia menggunakan kerangka
yang terlampu disederhanakan.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pada dasarnya konseling realitas adalah membantu individu mencapai otonomi. Otonomi
merupakan keadaan yang menyebabkan orang mampu melepaskan dukungan lingkungan dan
menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri (internal). Kriteria konseling yang
sukses bergantung pada tujuan yang ditentukan oleh konseli. Dalam konseling realitas,
pengalaman yang perlu dimiliki oleh konseli adalah peran konseli memusatkan pada tingkah laku
dalam proses konseling (konseli diharapkan memusatkan pada tingkah laku mereka sebagai ganti
dari perasaan dan sikap-sikapnya), konseli membuat dan menyepakati rencana (ketika konseli
memutuskn untuk bagaimana mereka ingin berubah, mereka diharapkan untuk mengembangkan
rencana khusus untuk mengubah tingkah laku gagal ke tingkahlaku berhasil), konseli
mengevaluasi tingkah lakunya sendiri, dan konseli belajar kecanduan positif (dalam hal ini
Glasser mengungkapkan pentingnya belajar tanpa kritik dari orang lain dalam setiap usaha kita.

B. Saran

Sebagai seorang calon konselor kita seharusnya mengetahui dan memahami  mengenai
apa itu teknik konseling realitas, karena dapat kita pakai sebagai model serta mengonfrontasikan
klien dengan cara-cara yang bisa membantu klien menghadapi kenyataan dan memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar tanpa merugikan diri sendiri ataupun orang lain.

18
DAFTAR PUSTAKA

Corey. Teori dan Praktik Konseling dan Psikoterapi. (Semarang


press,1995,SEMARANG) Hal.32

Latipun. 2003. Psikologi Konseling. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.

Enik Nur Kholidah. 2013. Bahan Ajar Layanan Konseling Traumatik.

Yogyakarta: Komalasari, Gantina. 2011. Teori dan Teknik Konseling. Universitas PGRI
Yogyakarta.

http://haelatulfitrimaulida.blogspot.com/2014/05/makalah-konseling-realitas.html

http://materi-bimbingankonseling.blogspot.com/2013/05/teknik-konseling-kelompok-
realitas.html

http://triyonotriyono.blogspot.com/2013/03/pendekatan-konseling-realitas dalam.htm

http://konselingzone.blogspot.com/2012/04/konseling-realita.html

19

Anda mungkin juga menyukai