Anda di halaman 1dari 12

TUGAS CBR MODEL-MODEL KONSELING

KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN

MAHASISWA MINORITAS

DOSEN PENGAMPU:

Armitasari, S.Pd., M.Pd.

Oleh:

Graciella Elovany br Pandia (1193351050)

Kelas: BK Reg D 2019

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BIMBINGAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas CBR ini guna memenuhi tugas
untuk mata kuliah Model-model Konseling.

Tugas ini disusun dengan harapan dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita
semua khususnya dalam hal mengenai Konseling Realita Terhadap Pembentukan
Kemandirian Mahasiswa Minoritas.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna, apabila dalam
tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya
pengetahuan dan pemahaman saya masih terbatas.

Saya juga sangat menantikan saran dan kritik dari pembaca guna membangun dan
menyempurnakan tugas saya ini. Saya sangat berharap tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.

Terima kasih.

Medan, 06 Maret 2021

Graciella Ellovany br Pandia

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i

DAFTAR ISI......................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................................2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A. Konseling Realita....................................................................................................3
B. Pembentukan Kemandirian......................................................................................4
C. Pengaruh Konseling Realita Terhadap Pembentukan Kemandirian…………...…5

BAB III PENUTUP............................................................................................................8

A. Kesimpulan...............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa sebagai penerus cita-cita bangsa dituntut untuk mengembangkan diri


secara optimal serta mampu melakukan penguasaan ilmu pengetahuan agar kelak di masa
mendatang mereka dapat berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan menjadi sumber daya
manusia yang berguna bagi bangsa dan Negara. Terbentuknya remaja yang berkualitas salah
satunya dapat dicapai melalui banyaknya proses belajar yang dijalani, serta kualitas
pembelajaran yang pernah ia peroleh dan didukung dengan pola asuh orangtua (Patriana,
2007:2). Kini pendidikan khususnya pendidikan perguruan tinggi merupakan alasan utama
para generasi muda untuk merantau, agar mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi dan
berkualitas.

Beberapa alasan utama mahasiswa merantau antara lain untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan yang lebih maju, meraih cita-cita yang diinginkan, meraih sebuah kesuksesan,
dan untuk mencari pengalaman hidup. Merantau bahkan sudah menjadi gaya hidup masa kini,
dan memiliki tujuan yang beragam. Kemandirian merupakan salah satu ciri utama yang
dimiliki oleh orang yang sudah matang dan dianggap dewasa. Kemampuan remaja untuk
mengembangkan karakter kemandirian berkaitan dengan pengalaman mereka dalam pola
asuh orangtua dalam keluarga. Sedangkan Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibanya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan yang Maha Esa
(Kemendiknas, 2010:9-10).

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah :

1. Konseling Realita.
2. Pembentukan Kemandirian.
3. Pengaruh Konseling Realita Terhadap Pembentukan Kemandirian.

1
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui apa itu konseling realita.
2. Mengetahui bagaimana itu pembentukan kemandirian.
3. Mengetahui pengaruh konseling realita terhadap pembentukan kemandirian.
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Membantu mahasiswa untuk memahami Konseling Realita Terhadap Pembentukan
Kemandirian Mahasiswa Minoritas.
2. Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan.
3. Memenuhi tugas mata kuliah Model-model Konseling.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konseling Realita

Istilah konseling berasal dari kata “counseling” adalah kata dalm bentuk masdar dari “
to counsel’’ secara etimologis berarti “ to give advice” atau memberikan saran atau nasihat.
Konseling juga berarti memberikan nasihat, atau member anjuran kepada orang lain secara
tatap muka atau” face to face” dan pengertian dalam bahasa Indonesia, juga dikenal sebagai
istilah penyuluhan. Dengan demikian konseling berarti merupakan salah satu teknik dalam
pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara
dalam serangkaian pertemuan langsung dengan tatap muka antara klien dan konselor, dengan
tujuan agar klien mampu memperoleh pemahaman dalam pengentasan masalah yang
diperolehnya. Atau bisa diartikan sebagai proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui
wawancara dan teknik-teknik pengubahan tingkah laku lainnya oleh seorang ahli (konselor)
kepada individu atau individu-individu yang sedang bermasalah (klien), yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi klien.

Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan. Melalui metode ini upaya
pemberian bantuan diberikan secara individu dan langsung tatap muka (berkomunikasi)
antara pembimbing (konselor) dengan klien. Dengan perkataan lain pemberian bantuan yang
dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata),
yang dilaksanakan dengan wawancara antara pembimbing (konselor) dengan klien. Masalah-
masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang bersifat
pribadi (Tohirin,2007:296). Dalam definisi yang lebih luas, Rogers mengartikan konseling
sebagai hubungan membantu di mana salah satu pihak (konselor) bertujuan meningkatkan
kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien), agar dapat menghadapi persoalan / konflik
yang dihadapi dengan lebih baik (Namora, 2011 : 2).

Konseling realita merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau
konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan
mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang
bersangkutan. Konseling realita lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling

3
dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan
datang. Konseling realita dicetuskan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925. Pada
tahun 1961, Glasser mempublikasikan konsep Reality Therarapy dalam bukunya Mental
Health or Mental Illness. 

Dalam pandangannya Glasser mempunyai pandangan bahwa semua manusia memiliki


kebutuhan dasar yaitu kebutuhan fisiologis dan kebutuhan psikologis. Kebutuhan fisiologis
yaitu kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan fisik manusia sedangkan kebutuhan psikologis
yaitu: kebutuhan dicintai dan mencintai, dan kebutuhan akan pengharagaan terhadap dirinya
Kedua kebutuhan tersebut dapat digabungkan dan disebut sebagai kebutuhan identitas.
Kebutuhan identitas mempunyai dua arah, yang pertama adalah jika individu mengalami
keberhasilan individu tersebut akan mencapai identitas kesuksesan yang disebut
sebagai Success Identity. Sedangkan individu yang mengalami kegagalan disebut
sebagai Failure Identity. Pada dasarnya failure identity ini dibangun oleh individu yang tidak
mempunyai tanggung jawab karena menolak keberadaan realita sosial, moral maupun dunia
sekitarnya.

B. Pembentukan Kemandirian

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam


mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Tetapi proses pendidikan ini banyak yang mengatakannya sebagai proses belajar- mengajar,
yang kemudian mempengaruhi jiwa pendidik sehingga yang dilakukannya adalah
mengajarkan ilmu pengetahuan saja. Apa yang sering terjadi adalah hanya proses
menstransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik,soal pembentukan karakter dan moral
tidak diutamakan, oleh sebab itu jauhkanlah pemakaian istilah proses belajar-mengajar, dan
kembalilah pada istilah proses pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Pendidikan juga sebagai sarana pengembangan bangsa, meliputi kemanusiaan dan


pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas. Komponen pemberian bantuan yang
lazimnya disebut dengan Bimbingan dan Konseling yang merupakan salah satu komponen
yang sangat diperlukan dalam melaksanakan program disekolah.Secara khusus bertujuan
membantu siswa untuk bisa bertanggung jawab dan bisa menghadapi segala permasalahan
yang dihadapinya serta mampu menjadi pribadi yang mandiri. Dikatakan mandiri, artinya

4
individu mampu berfikir dan bertindak secara sadar dan mampu memilih jalan hidupnya
untuk dapat berkembang dengan lebih mantap dan memiliki penghargaan terhadap diri
sendiri, mampu mengatur diri sendiri tentunya tidak bergantung kepada orang lain. Sikap
kemandirian menentukan siswa untuk mengarahkan diri dan membuat keputusan yang tepat
dalam mewujudkan dirinya secara optimal.

C. Pengaruh Konseling Realita Terhadap Pembentukan Kemandirian

Menurut Glasser (1965: 9), basis dari terapi realita adalah membantu para klien dalam
memenuhi kebutuhan- kebutuhan dasar psikologisnya, yang mencakup kebutuhan untuk
mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk merasakan bahwa kita berguna baik bagi diri
kita sendiri maupun bagi orang lain. Ivey (dalam Fauzan, 1994: 40) membagi konseling
realita menjadi 3 fase yakni keterlibatan (involvement), anda adalah tingkahlaku (you are
behavior), dan belajar kembali (relearning). Parker (2006: 66) mengatakan bahwa
kemandirian adalah kemampuan untuk mengelola semua milik kita,tahu bagaimana
mengelola waktu anda, berjalan dan berfikir secara mandiri, disertai kemampuan untuk
mengambil resiko dan memecahkan masalah.Yuliani (2007: 66) mengatakan bahwa
kemandirian adalah suatu upaya yang dilakukan dan dimaksudkan untuk melatih anak dalam
memecahkan masalahnya Jenis-jenis kemandirian (dalam Yamin & Sanan, 2013: 80) yaitu:

(1). Kemandirian Sosial dan Emosi, Merupakan tingkah laku yang besar bagi anak yang
sudah siap usianya untuk terjun ke lingkungan luar rumah. Sedangkan Menurut Desmita
(2012: 186) menjelaskan bahwa kemandirian emosional yakni aspek kemandirian yang
menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan
emosional peserta didik dengan guru atau dengan orang tuanya.

(2). Kemandirian Fisik dan Fungsi Tubuh, kemandirian dalam hal memenuhi kebutuhan.

(3). Kemandirian Intelektual, Kemandirian intelektual lebih kepada bagaimana anak dapat
mandiri belajar dan memperoleh pengetahuan.

(4). Menggunakan Lingkungan Untuk Belajar.

(5). Membuat Keputusan dan Pilihan, Suatu kemampuan untuk membuat keputusan-
keputusan tanpa tergantung pada orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab
merupakan kemandirian tingkah laku,

5
(6). Refleksi Dalam Belajar, Menghargai pendapat dan pandangan anak mengenai segala hal
juga merupakan salah satu cara membuat anak menjadi mandiri.

Mahasiswa perantauan sebagai pendatang baru di lingkungan baru, mereka dituntut


untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan masyarat baru yang ada di sekitarnya. Proses
beradaptasi ini tidaklah semudah yang dibayangkan, tentunya pasti ada kendala-kendala atau
hambatan-hambatan yang harus dilewati terlebih dahulu. Walaupun demikian, adaptasi sudah
kita lakukan pada masa kanak-kanak, di mana keluarga merupakan proses adaptasi yang
pertama kali dilakukan oleh manusia. Namun, tentu berbeda tingkatan kesulitan beradaptasi
yang dialami oleh masa kanak-kanak dengan masa remaja apalagi di tingkat perguruan tinggi
yang sudah memasuki masa dewasa awal. Seperti yang diungkapkan oleh Hurlock (1980)
bahwa salah satu tugas pengembangan masa remaja yang paling sulit berhubungan dengan
penyesuaian sosial.

Mahasiswa perantauan tentunya tidak lepas dari berbagai macam permasalahn yang
dihadapinya terhadap lingkungan barunya. Dalam proses adaptasi lingkungan baru oleh
mahasiswa perantauan diperlukan pemecahan masalah. Pemecahan masalah dalam
pembahasan ini ada dua faktor, yauitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dimaksud di sini adalah seperti diri mahasiswa tersebut dan hubungannya dengan
keluarganya. Sedangan dalam faktor eksternal, yaitu tentang lingkungan barunya, seperti
budaya, bahasa, serta teman-teman dan masyarakat baru di lingkungannya tersebut. Selain
penyesuaian diri terhadap lingkungan baru, mahasiswa perantauan juga harus memiliki
kemandirian sehingga perjalanan perkuliahannya dapat berjalan dengan lancar.

Konseling realita merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau
konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan
mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang
bersangkutan. Konseling realita lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling
dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan
datang. Pendekatan realita sangat penting untuk membantu dalam mengartikan dan
memperluas tujuan-tujuan hidup dan membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan
psikologis tunggal yang disebut kebutuhan akan identitas.

6
Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan merasa adanya keunikan, perbedaan dan
kemandirian. Sering kita temukan bahwa seseorang yang tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya
akan lari dari dunia kenyataan, mereka tidak dapat mengamati segala sesuatu sebagaimana
adanya. Dalam proses ini ketidak kemandirian tentu menjadi salah satu pengaruh yang sangat
berperan, dalam artian bahwa kemandirian itu juga terkait dengan perkembangan kognitif
seseorang, dimana perkembangan kognitif tersebut merupakan hasil dari pembentukan
interaksi antara individu dengan lingkungan, oleh sebab itu konseling realita membantu
individu mencapai keadaan kematangan yang mampu menyebabkan orang melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri.
Sehingga, orang dapat bertanggung jawab bagi siapa dirinya, apa yang mereka inginkan
untuk menjadi, serta untuk mengembangkan rencana-rencana yang realistis dan bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan sendiri.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam


mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi.
Tetapi proses pendidikan ini banyak yang mengatakannya sebagai proses belajar- mengajar,
yang kemudian mempengaruhi jiwa pendidik sehingga yang dilakukannya adalah
mengajarkan ilmu pengetahuan saja. Apa yang sering terjadi adalah hanya proses
menstransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik, soal pembentukan karakter dan moral
tidak diutamakan, oleh sebab itu jauhkanlah pemakaian istilah proses belajar-mengajar, dan
kembalilah pada istilah proses pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat meningkatkan
pengetahuan, kemampuan dan kreatifitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pendidikan juga sebagai sarana pengembangan bangsa, meliputi kemanusiaan dan
pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.

Konseling realita merupakan suatu bentuk hubungan pertolongan yang praktis, relatif
sederhana dan bentuk bantuan langsung kepada konseli, yang dapat dilakukan oleh guru atau
konselor di sekolah dalam rangka mengembangkan dan membina kepribadian/kesehatan
mental konseli secara sukses, dengan cara memberi tanggung jawab kepada konseli yang
bersangkutan. Konseling realita lebih menekankan masa kini, maka dalam memberikan
bantuan tidak perlu melacak sejauh mungkin pada masa lalunya, sehingga yang paling
dipentingkan adalah bagaimana konseli dapat memperoleh kesuksesan pada masa yang akan
datang. Dalam proses ini ketidak kemandirian tentu menjadi salah satu pengaruh yang sangat
berperan, dalam artian bahwa kemandirian itu juga terkait dengan perkembangan kognitif
seseorang, dimana perkembangan kognitif tersebut merupakan hasil dari pembentukan
interaksi antara individu dengan lingkungan, oleh sebab itu konseling realita membantu
individu mencapai keadaan kematangan yang mampu menyebabkan orang melepaskan
dukungan lingkungan dan menggantikannya dengan dukungan pribadi atau diri sendiri.
Sehingga, orang dapat bertanggung jawab bagi siapa dirinya, apa yang mereka inginkan
untuk menjadi, serta untuk mengembangkan rencana-rencana yang realistis dan bertanggung
jawab untuk mencapai tujuan sendiri.

8
DAFTAR PUSTAKA

Hariadi Ahmad. 2017. Pengembangan Keahlian Bimbingan dan Konseling.

Elis Sulistiya. 2016. Pengaruh Konseling Realita Terhadap Pembentukan Kemandirian Pada
Siswa Smpn 2 Kuripan.

Pardjono. 2007. Kemandirian Belajar Mahasiswa Pendidikan Teknik Mesin Ditinjau Dari
Asal Sekolah, Tempat Tinggal, Dan Lama Studi.

Aditya Aldiansyah. Strategi Beradaptasi Untuk Mahasiswa Perantauan Terhadap Lingkungan


Baru.

Anda mungkin juga menyukai