Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH LAYANAN KONSELING INDIVIDU MENGGUNAKAN

TEORI PENDEKATAN COGNITIVE BEHAVIOUR THERAPY


TERHADAP PERKEMBANGAN POLA PIKIR SISWA-SISWI KELAS
XII SMA BINAR BERLIAN KABUPATEN JEMBER TERHADAP
PERENCANAAN KARIR

PROPOSAL PENELITIAN SKRIPSI


Diajukan Guna Memperoleh Persetujuan Melaksanakan Penelitian Lebih Lanjut

OLEH :

1. ASTITI PUTRI 211B10299


2. RISKA NUR ASRI 211B10016
3. EKA FAJAR YULIA NINGSIH 211B10056

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER
2023
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pengangguran merupakan salah satu permasalahan yang ada di Indonesia.
Pengangguran yang begitu tinggi bisa membawa dampak negatif dan permasalahan
kemiskinan titik kemiskinan sering menjadi penyebab seseorang untuk melakukan tindak
kriminal, seperti mencuri ataupun penipuan. Dampak lain dari pengangguran secara
psikologis adalah memicu bunuh diri karena tidak siap dengan keadaan yang dihadapi. Jika
kondisi seperti ini terus berlangsung, timbul pertanyaan di mana letak pemahaman karir
sebagai wadah untuk menunjang pencari pekerjaan dan seberapa siapkah untuk bersaing
mendapatkan pekerjaan sesuai karir yang diinginkan agar mengurangi angka pengangguran di
Indonesia.
Karir merupakan suatu keseluruhan kehidupan seseorang dalam perwujudan diri untuk
menjalani hidup dan mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, individu harus
memiliki kekuatan yang dimiliki seperti penguasaan kemampuan dan aspek yang menunjang
kesuksesan karir. Perencanaan karir merupakan salah satu aspek yang paling penting dalam
perkembangan karir individu adalah titik kecakapan dalam mengambil keputusan merupakan
tujuan utama dalam perencanaan karir yang harus ditempuh oleh setiap individu.
Setiap orang mengharapkan langkah dalam menempuh karir bisa berjalan lancar dan
sukses. Kesuksesan seseorang bisa diukur dengan melihat kesuksesan jenjang karir yang
dimiliki. Sukses dalam karir bisa dirasakan dengan perasaan bangga mendapatkan pekerjaan
yang diharapkan, penghasilan yang lebih, status sosial yang tinggi dan dihargai orang lain.
Sebaliknya, jika seseorang gagal dalam menempuh karir akan merasa rendah diri dengan
status pengangguran, tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup dan ekonomi serta dikucilkan
oleh masyarakat. Perencanaan karir yang matang saat sekolah bisa membantu seseorang
untuk lebih mengenal dan memahami bakat dan minat yang dimiliki. Kemampuan
merencanakan karir perlu dimiliki oleh setiap individu termasuk siswa di sekolah.
Perencanaan karir yang dimiliki oleh siswa berguna untuk pemilihan jenis studi lanjut, dan
pemilihan rencana pekerjaan. Upaya meningkatkan perencanaan karir siswa di sekolah dapat
ditempuh melalui layanan bimbingan dan konseling.
Dalam undang-undang Republik Indonesia tahun 2003 No 20 pasal 3 tentang sistem
pendidikan nasional menentukan bahwa bimbingan dan konseling sebagai bagian integral
dari sistem pendidikan. Layanan bimbingan konseling di sekolah bertujuan untuk membantu
mengoptimalkan perkembangan siswa dan membantu memecahkan permasalahan siswa
dalam berbagai bidang pelayanan. Bidang layanan dalam bimbingan konseling terdiri dari
bidang pribadi dan agama sosial dan ekonomi belajar dan koma dan karir. Pelayanan
bimbingan karir selain memberikan respon pada masalah-masalah yang dialami siswa, juga
bertujuan untuk membantu siswa memperoleh pengetahuan sikap dan keterampilan dalam
pekerjaan. Selain itu bimbingan karir menitikberatkan pada perencanaan kehidupan seseorang
dengan mempertimbangkan keadaan individu dengan lingkungan agar dapat memperoleh
pandangan positif ke depan. Dengan demikian, bimbingan karir berperan penting dalam
meningkatkan perencanaan dari siswa. Remaja sebagai siswa di sekolah menengah
merupakan individu yang masih dalam tahap perkembangan dalam merencanakan karir.
Remaja SMA yang merupakan Sekolah Lanjutan tingkat atas adalah individu yang
sudah dianggap dewasa dan bisa lebih siap untuk menghadapi dunia kerja ataupun karir.
Akan tetapi, berhubungan dengan layanan bimbingan konseling di Indonesia, remaja SMA
belum mendapatkan layanan secara optimal termasuk bimbingan dari, Hal tersebut
dikarenakan banyak sekolah yang masih memfokuskan Semua usaha untuk menempuh nilai
akademik dan menyampingkan fungsi layanan bimbingan konseling yang berakibat
ketidaksiapan dalam pemahaman karir secara optimal.
Permasalahan dalam perencanaan karir juga terjadi pada siswa kelas 12 SMA biner
berlian Kabupaten Jember. Minat siswa untuk melanjutkan studi sangat minim, secara
keseluruhan cenderung untuk memilih kerja. Namun, ketika ada pertanyaan "akan bekerja
dimana dan kerja apa?" Mereka masih kebingungan, tidak memiliki jawaban pasti, dan hanya
mengandalkan keterampilan terbatas dengan pengetahuan dunia kerja yang minim. Selain itu,
pemberian layanan bimbingan konseling yang diterima siswa belum optimal dikarenakan
tidak ada jam reguler bimbingan konseling. Kenyataan ini dibuktikan dari hasil pengamatan
dan wawancara kepada 20 siswa SMA biner berlian Kabupaten Jember.
I.2 Rumusan Masalah
A. Apakah siswa kelas XII SMA Binar Berlian sudah memiliki perkembangan pola pikir
yang mumpuni terhadap perencanaan karir?
I.3 Tujuan Penelitian
A. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh layanan bimbingan dan konseling cognitive
behaviour therapy terhadap perkembangan pola pikir siswa kelas XII SMA Binar Berlian
tentang perencanaan karir
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Layanan
Layanan dalam kamus bahasa indonesia berasal dari kata layan yang berarti meladeni,
membantu menyiapkan apa-apa yang diperlukan oleh seseorang. Pelayanan atau layanan
merupakan proses, cara seseorang melayani (KBI : 269). Sedangkan menurut Toni Wijaya
(2006) pelayanan adalah semua tindakan atau kinerja yang dapat ditawarkan satu pihak
kepada pihak yang lain pada intinya tidak berwujud fisik dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun. Sejalan dengan itu, menurut Swasta (1993) pelayanan adalah kegiatan
yang dapat didefinisikan dan bersifat media penghubung antara satu pihak dengan pihak lain
dengan maksud dan tujuan tertentu.
2.2 Pengertian Konseling
menurut Willis (2014: 18) konseling adalah upaya bantuan yang diberikan seorang
pembimbing yang terlatih dan berpengalaman, terhadap individu-individu yang
membutuhkannya, agar individu tersebut berkembang potensinya secara optimal, mampu
mengatasi masalahnya, dan mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang selalu
berubah.Konseling adalah hubungan timbal balik diantara dua individu (a face- to- face
relationship) yaitu seorang dengan keahliannya (konselor) dapat membantu klien (yang
mempunyai problem). Melalui perhubungan atau hubungan timbal balik itu. Konselor
berupaya menolong klien untuk memahami dirinya dan problemnya agar klien itu dapat
mengatasi problem yang sedang dihadapi klien (Thantawy, 2005 : 56).
Dalam buku Hartono & Boy Soedarmadji (2012: 26-27) menguraikan definisi konseling
menurut para ahli, diantaranya sebagai berikut :
1) Mortensen dan Schmuller (1964) menyatakan bahwa konseling merupakan jantungnya
bimbingan.
2) Ruth Strang yang dikutip Surya dan Natawidjaja (1986)menyatakan bahwa bimbingan
lebih luas dari konseling dan konseling merupakan alat penting dari layanan bimbingan,
dengan kata lain konseling sebagai tekniknya bimbingan.
3) Rogers (1951) menyatakan bahwa konseling adalah serangkaian hubungan langsung
dengan indivudu konseli dengan tujuan memberikan bantuan kepadanya agar dapat
mengubah sikap dan perilakunya.
4) Tolbert dikutip dari Winkel (1991) menyatakan bahwa konseling adalah bantuan pribadi
secara tatap muka antara dua orang, yaitu seorang yang disebut konselor yang berkompeten
dalam bidang konseling membantu seseorang yang disebut konseli yang berlangsung dalam
situasi belajar, agar konseli dapat memperolehpemahaman baik tentang dirinya dan
pemahaman tentang situasi sekarang dan yang akan datang.Secara umum, tujuan konseling
adalah agar konseli dapat mengubah perilakunya ke arah yang lebih maju (progressive
behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal,
kemandirian, dan kebahagiaan hidup. Secara khusus, tujuan konseling tergantung bagaimana
masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh konseli. (Hartono & Soedarmadji, 2012: 30).
2.3 Pengertian Individu
Individu berasal dari kata “in” dan “devided”. Dalam Bahasa Inggris “in” dapat diartikan
“tidak”, sedangkan “devided” artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau
merupakan satu kesatuan. Dalam Bahasa Latin, individu berasal dari kata “individium”, yang
artinya tak terbagi, Kata tidak terbagi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas (Sukardi, 2013 : 10). Individu
dalam kamus besar bahasa Indonesia berarti orang seorang; pribadi orang (terpisah dari yang
lain) atau organisme yang berdiri sendiri dan secara fisiologis bersifat bebas. Sejalan dengan
itu, menurut Syukri Albani, dkk (2015: 47) individu merupakan kesatuan aspek jasmani dan
rohani, atau fisik dan psikologis dengan ciri khas dan keunikan yang berbeda. Individu adalah
orang seorang, pribadi seseorang yang secara fisiologis setiap individu/ orang tak ada
hubungan organik dengan individu lain, tetapi secara sosial individu itu memerlukan kontak
sosial dan terpengaruh oleh individu lain (Thantawy, 2005: 40).
2.4 Pengertian Konseling Individual
Konseling individual menurut Tohirin (2007: 296) adalah pemberian bantuan yang dilakukan
melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang
dilaksanakan antara konselor dengan klien. Sementara itu, menurut Willis (2013: 159)
konseling individual adalah pertemuan konselor dengan klien secara individual, dimana
terjadi hubungan konseling yang bernuansa rapport, dan konselor berupaya memberikan
bantuan untuk pengembangan pribadi klien serta klien dapat mengantisipasi masalahmasalah
yang dihadapinya. Konseling individual menurut Tolbert dalam (Syamsu Yusuf 2016: 49)
adalah hubungan tatap muka antara konselor dan konseli, dimana konselor sebagai seorang
yang memiliki kompetensi khusus memberikan suatu situasi belajar kepada konseli sebagai
seorang yang normal, membantu konseli mengenali dirinya, situasi yang akan dihadapi
dimasa depan, sehingga konseli dapat menggunakan potensinya untuk mencapai kebahagiaan
pribadi maupun sosial, dan lebih lanjut dia dapat belajar tentang bagaimana memecahkan
masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan.

2.5 Pengertian Remaja


Remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa. Santrock (2009:26)
mengatakan bahwa remaja diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis dan, kognitif dan sosial emosional.
Sementara itu, menurut Yusuf (2009:11) mengatakan bahwa kasur remaja merupakan masa
terjadi banjir hormon tanda kurma yaitu zat-zat kimia yang sangat kuat, yang disekresikan
oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan dibawa ke seluruh tubuh oleh aliran darah. Pengertian
masa remaja di atas dapat diambil kesimpulan bahwa remaja adalah masa transisi antara
anak-anak dan dewasa ditandai dengan perubahan fisik, kematangan organ seksual dan,
perkembangan sosial dan psikologi zona, serta peralihan dari masa ketergantungan pada
orang lain menjadi individu yang lebih Mandiri. Selain itu, siswa SMA dapat dikategorikan
sebagai individu yang telah memasuki usia remaja awal, yaitu individu yang berada dalam
rentang usia 12 sampai 21 tahun bagi wanita dan usia 13 sampai 22 tahun bagi laki-laki.
2.6 Pengerrtian Teori dan Pendekatan Cognitive Behaviour Therapy
Sejarah terapi kognitif pada awalnya dikembangkan pada awal 1960 oleh Dr. Aaron Beck
dari University of Pennsylvania. Teori tersebut memostulasikan bahwa selama perkembangan
kognitifnya klien belajar kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat untuk memproses dan
menginterpretasi informasi. Terapi kognitif berusaha mendistorsi kognitif klien dan
membantunya mempelajari berbagai macam cara yang berbeda dan lebih realistis untuk
memproses dan menguji realitas informasi. Secara historis, terapi kognitif dapat dirunut
kembali kepada karya filsuf Epictetus, pada abad pertama Masehi berpendapat bahwa orang-
orang tidak terganggu oleh hal jasmaniah, namun terganggu oleh pandangan mereka tentang
hal-hal itu.
Menurut Beck, Jika keyakinan tidak berubah, maka tidak ada peningkatan. Jika keyakinan
berubah, maka gejala pun berubah. Keyakinan berfungsi sebagai unit-unit operasional kecil’.
Hal ini berarti pikiran dan keyakinan (skema) seseorang mempengaruhi perilaku dan tindakan
seseorang berikutnya. Beck yakin bahwa perilaku disfungsi disebabkan karena disfungsi
berpikir, dan bahwa berpikir membentuk keyakinan kita. Keyakinan kemudian mengarahkan
tindakan kita. Beck diyakinkan bahwa akan ada hasil positif jika klien dapat diajak berpikir
secara konstruktif dan meninggalkan pikiran negatifnya.
Adapun tahapan-tahapan dalam teori ini adalah sebagai berikut :
Sesi 1: Asesmen dan Diagnosa Awal
Dalam sesi ini, terapis (konselor) diharapkan mampu:
a. Melakukan asesmen, observasi, anamnese, dan analisis gejala, demi menegakkan diagnosa
awal mengenai gangguan yang terjadi
b. Memberikan dukungan dan semangat kepada klien untukmelakukan perubahan
c. Memperoleh komitmen dari klien untuk melakukan terapi dan pemecahan masalah
terhadap gangguan yang dialami
d. Menjelaskan kepada klien formulasi masalah dan situasi kondisiyang dihadapi.
Sessi 2: Mencari emosi negatif, pikiran otomatis, dan keyakinan utama yang berhubungan
dengan gangguan.
Beberapa tokoh meyakini bahwa sessi ini sebaiknya dilakukan di sessi (paling tidak)
8-10. Namun pada prakteknya sessi ini lebihmudah dilakukan segera setelah asesmen dan
diagnosa, selainkarena tuntutan klien akan gambaran yang lebih jelas dalam waktu yang
singkat, klien juga menuntut adanya manfaat terapi yang dapat segera dirasakan dalam
pertemuan kedua, dalam sessi ini,terapis diharapkan mampu :
a. Memberikan bukti bagaimana sistem keyakinan dan pikiran otomatis sangat erat
hubungannya dengan emosi dan tingkah laku, dengan cara menolak pikiran negatif secara
halus dan menawarkan pikiran positif sebagai alternatif untuk dibuktikan bersama.
b. Memperoleh komitmen klien untuk melakukan modifikasi secara menyeluruh, mulai dari
pikiran, perasaan sampai perbuatan, dari negatif menjadi positif.
Sessi 3: Menyusun rencana intervensi dengan memberikan konsekwensi positif-konsekwensi
negatif kepada kliendan kepada “significant persosns”.
Sessi 4: Formulasi status, fokus terapi, intervensi tingkah laku lanjutan.
Sessi 5: Pencegahan relapse.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis
penelitian non-eksperimen dan desain penelitian korelasional. Menurut Ary, dkk (2010)
Penelitian non eksperimen dalam pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang
penelitinya hanya dapat mengidentifikasi hubungan antar variabel, tetapi tidak dapat
melakukan manipulasi variabel.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Adapun waktu dilaksanakannya penelitian ini adalah pada tanggal 01 Februari 2023 – 18
April 2023 bertempat di SMA Binar Berlian Kabupaten Jember.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang membentuk apa saja yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut yang kemudian
ditarik kesimpulannya. Berdasarkan permasalahan yang diteliti yaitu pengaruh layanan
konseling individu terhadap kesehatan mental Siswa-siswi SMA Binar Berlian Kabupaten
Jember maka terdiri dari dua variabel yaitu:
(a) variabel independen merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya varibel dependen (terikat)
(b) variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini layanan konseling individu adalah variabel bebas yang kemudian akan
diberi simbol (X) dan kesehatan mental merupakan variabel terikat yang kemudian akan
diberi simbol (Y).
3.4 Definisi Operasional
Definisi opreasional variabel merupakan uraian yang berisikan sejumlah indikator yang dapat
diamati dan diukur untuk mengidentifikasi variabel atau konsep yang digunakan. Definisi
operasional dibuat untuk memudahkan pemahaman dan pengukuran setiap variabel yang ada
dalam penelitian. Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
A. Variabel bebas (X) adalah pelaksanaan konseling individu dengan definisi operasional
sebagai berikut: Konseling Individu adalah hubungan tatap muka antara konselor dan konseli,
dimana konselor sebagai seorang yang memiliki kompetensi khusus memberikan suatu situasi
belajar kepada konseli sebagai seorang yang normal, membantu konseli mengenali dirinya,
situasi yang akan dihadapi dimasa depan, sehingga konseli dapat menggunakan potensinya
untuk mencapai kebahagiaan pribadi, maupun sosial dan lebih lanjut dia dapat belajar tentang
bagaimana memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhan di masa depan (Syamsu Yusuf
2016: 49).
B. Variabel terikat (Y) adalah pengamatan kesehatan mental dengan definisi operasional
sebagai berikut: kesehatan mental adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengalami
perasaan bersalah terhadap dirinya sendiri, memiliki estimasi yang relistis terhadap dirinya
sendiri dan dapat menerima kekurangan atau kelemahannya, kemampuan menghadapi
masalah-masalah dalam hidupnya, memiliki kepuasan dalam kehidupan sosialnya, serta
memiliki kebahagiaan dalam hidupnya ( Pieper dan Uden : 2006).
3.5 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas sampel yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Dalam penelitian ini populasi adalah seluruh siswa SMA Binar Berlian
dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 100 siswa.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sampel yang akan diteliti oleh peneliti adalah 20 orang siswa SMA Binar Berlian secara acak
dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling yaitu quota sampling,
pertimbangan yaitu tiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
A. Metode Kuesioner/Angket
Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah penyebaran angket kuesioner
mengunakan skala model likert dengan rentang skala lima. Menurut Sugiyono (2012:93)
skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban
diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (positif) atau
tidak mendukung pernyataan (negatif). Adapun skoring jawaban pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
l Sangat Setuju (SS) = 5
l Setuju (S) = 4
l Ragu-ragu (RR) = 3
l Tidak Setuju (TS) = 2
l Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
B. Metode Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hasil kegiatan dan
data-data yang berkaitan dengan penelitian. Dokumentasi yang dimaksud seperti memotret
saat penelitian serta data-data penelitian yang telah dilakukan.
C. Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara pengumpulan data dengan cara pengamatan sistematis
terhadap hal-hal yang diselidiki. Dalam arti luas observasi meliputi pengamatan yang
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Ada
tiga jenis teknik pokok dalam penggunaan observasi yaitu observasi partisipan dan observsi
non partisipan, observasi sistematik dan observasi non sistematik, dan observasi eksperimen
dan observasi non eksperimen. Namun dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan
metode non partisipan karena peneliti tidak mengambil bagian secara penuh dari aktivitas
objek yang diteliti.
D. Metode Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara ini dilakukan untuk
memperoleh keterangan dari peserta didik maupun guru bimbingan dan konseling.
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data Penelitian eksperimen bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan
yaitu mencobakan sesuatu, lalu dicermati hasil dari perlakuan tersebut.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data “Person Product Moment
Correlation”:
Teknik analisis Korelasi PPM termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data
interval dan ratio dengan persyaratan tertentu. Misalnya: data dipilih secara acak (random);
datanya berdistribusi normal; data yang dihubungkan berpola linier; dan data yang
dihubungkan mempunyai pasangan yang sama sesuai dengan subjek yang sama. Kalau salah
satu tidak terpenuhi persyaratan tersebut analisis korelasi tidak dapat dilakukan (Nasehudin &
Gozali : 2012). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :
N = Jumlah/ Banyaknya siswa
x = Nilai/ Skor bimbingan dan konseling
y= Nilai/kesehatan mental
xy= Product Moment perkalian layanan bimbimgam dan konseling dengan kesahatan mental.
rxy= Keefisien Korelasi antara layanan bimbimgam dan konseling dengan kesahatan mental.
Dasar pengambilan uji validitas pearson adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai rhitung > rtabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam angket berkorelasi
signifikan terhadap skor total (artinya item angket dinyatakan valid).
2. Jika nilai rhitung < rtabel, maka item pertanyaan atau pernyataan dalam angket tidak
berkorelasi signifikan terhadap skor total (artinya item angket dinyatakan tidak valid).
Cara mencari nilai rtabel dengan N=20 pada signifikansi 5% pada distribusi nilai rtabel
statistik maka diperoleh nilai rtabel sebesar 0,444.

Anda mungkin juga menyukai