Anda di halaman 1dari 17

PERAN DAN FUNGSI KONSELOR DALAM BIMBINGAN KONSELING ANAK

USIA DINI

Tugas Makalah

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini

Dengan dosen pengampu yaitu Bapak Alvian Agung Nurhaqy, M.Pd

NIDN

Disusun Oleh

Diana Siti Fatimah 20010335


Ivo Baiduri 20010251
Siti Sakuroh 20010294
Wanda Novia C 20010292
Shifa Rahmawati 20010286

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN SILIWANGI

2022
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang talah melimpahkan
rahmat dan anugerah-Nya, sehingga kami selaku mahasiswi IKIP Siliwangi dapat
melaksanakan kegiatan ini dengan lancar dan sebagaimana semestinya, serta kami dapat
menyelesaikan makalah ini pada Sabtu 29 Oktober 2022.

Saya ingin berterima kasih kepada anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam
menyelesaikan makalah ini dan para pihak yang telah membantu. Rasa terima kasih juga saya
ucapkan kepada Bapak Alvian Agung Nurhaqy, M.Pd selaku dosen pengampu yang sudah
memberikan tugas ini, sehingga kami dapat menambah wawasan dan ilmu terkait dengan
Peran Dan Fungsi Konselor Dalam Bimbingan Konseling Anak Usia Dini.

Selain itu, saya juga mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang dapat saya
jadikan koreksi dalam pembuatan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
digunakan sebaik mungkin, sehingga akan menghasilkan hasil yang memuaskan.

Cimahi, 29 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konselor
Konselor merupakan istilah yang ditujukan untuk tenaga profesional yang
memberikan layanan dalam bidang konseling. Jadi tugasnya adalah mengumpulkan
fakta serta pengalaman klien lalu memfokuskan pada masalah tertentu yang dialami
oleh klien. Kemudian pada akhirnya, konselor akan memberikan masukan sebagai
solusi masalah tersebut. Pada umumnya konselor adalah profesi yang bergerak di
bidang pendidikan. Tugasnya di sekolah adalah untuk memberi bimbingan serta
konseling untuk para siswa. Namun, ada juga konselor yang berkecimpung digunakan
di organisasi, industri, penanganan bencana alam, serta konseling masyarakat. Banyak
sektor yang membutuhkan kehadiran orang yang ahli dalam konseling. Seorang
konselor akan membantu klien melakukan konseling dalam menghadapi sebuah
masalah terutama masalah yang berat. Jika masalah memang berat dan sangat
mendalam maka klien bisa dirujuk pergi ke psikiater. Jadi ahli konseling ini dapat
melakukan kerja sama dengan para psikiater atau psikolog. Untuk bisa menjadi
seorang konselor tentu membutuhkan keahlian tertentu atau harus memenuhi kriteria
seorang ahli konseling yang baik.

B. Bimbingan Konseling Anak Usia Dini ( AUD)


Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun (Undang-
Undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar pendidikan anak.
Menurut Mansur ( dalam Ferdiansyah;(Prasetia & Putri, 2018)) anak usia dini adalah
kelompok anak yang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang
bersifat unik. Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang
dewasa, Sofia Hartati dalam Ferdiansyah ( dalam Ferdiansyah;(Prasetia & Putri,
2018)) menjelaskan bahwa anak usia dini memiliki karakter sebagai berikut: 1)
memiliki rasa ingin tahu yang besar, 2) merupakan pribadi yang unik, 3) suka
berfantasi dan berimajinasi, 4) masa potensial untuk belajar, 5) memiliki sikap
egosentris, 6) memiliki rentan daya konsentrasi pendek, 7) merupakan bagian dari
makhluk sosial.
Sedangkan karakter bangsa Indonesia yang hendak diwujudkan tersurat pada
tujuan pendidikan nasional sebagaimana diatur dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yaitu beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Merujuk pada pernyataan tersebut, kerja sama antara orang tua dan pihak
sekolah sangat dibutuhkan untuk membantu mengembangkan segenap potensi pada
peserta didik baik itu dari segi bakat, minat, dan kecenderungan umum peserta didik.
Sekolah sebagai lingkungan pendidikan formal menyelenggarakan program
pendidikan yang dikemas ke dalam program manajemen dan supervisi, pembelajaran
bidang studi, dan bimbingan dan konseling. Guru BK memiliki peran yang sangat
penting dalam membantu peserta didik baik dati tingkat TK hingga Perguruan tinggi
agar dapat mengembangkan potensi dan kemampuan pada dirinya. Anak usia dini
sangat membutuhkan bimbingan untuk pencegahan dan pengembangan perilaku sejak
usia dini (Prasetia & Putri, 2018).
a) Bimbingan dan Konseling
Crow & Crow (dalam Prayitno & Erman Amti, 1999) menyatakan
bahwa “bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, laki-laki
atau perempuan yang memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih
dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya
mengatur kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan
hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggungnya
sendiri.”
Sedangkan pengertian konseling menurut Jones (dalam Prayitno &
Erman Amti, 1999) adalah “kegiatan dimana semua fakta dikumpulkan
dan semua pengalaman siswa difokuskan pada masalah tertentu untuk
diatasi sendiri oleh yang bersangkutan, dimana ia diberi bantuan pribadi
dan langsung dalam pemecahan masalah itu. Konselor tidak memecahkan
masalah untuk klien. Konseling harus ditujukan pada perkembangan yang
progresif dari individu untuk memecahkan masalah-masalahnya sendiri
tanpa bantuan.”
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan
dan konseling adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh
konselor atau pembimbing kepada seorang klien atau siswa secara terus
menerus dan menyeluruh, agar mereka dapat menentukan pilihan-pilihan
untuk menyesuaikan diri dan memahami dirinya dalam mencapai
kemampuan yang optimal untuk memikul tanggung jawab.
b) Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentan usia 0-6 tahun
(Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Anak usia dini merupakan masa keemasan (Golden Age)
dimana semua potensi anak berkembang dengan cepat. Beberapa konsep
yang disandingkan pada anak usia dini yaitu masa eksplorasi, masa
identifikasi/imitasi, masa peka, masa bermain, masa membangkang tahap
awal. Namun disisi lain masa anak usia dini merupakan masa kritis yaitu
masa keemasan anak tidak akan diulang kembali pada masa berikutnya.
Jika potensi-potensinya tidak distimulasikan pada anak usia dini. Dampak
dari tidak ter aplikasikannya potensi pada anak usia dini akan berpengaruh
pada penghambatan perkembangan anak usia dini. Jadi, usia emas hanya
sekali dan tidak dapat diulang lagi.
Beberapa ahli pendidikan anak usia dini mengategorikan anak usia dini
sebagai berikut: (1) kelompok bayi (infancy) berada pada usia 0-1 tahun,
(2) kelompok awal berjalan (toddler) berada pada rentang usia 1-3 tahun,
(3) kelompok pra-sekolah (preschool) berada pada rentang usia 3-4 tahun,
(4) kelompok usia sekolah (kelas awal SD) berada pada rentang usia 5-6
tahun, (5) kelompok usia sekolah (kelas lanjut SD) berada pada rentang
usia 7-8 tahun. Hal ini mengisyaratkan bahwa anak usia dini adalah
individu yang unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang
khusus sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut.
(LINA)

C. Fungsi Konselor Dalam Layanan Bimbingan AUD


Berdasarkan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai Ernawulan Syaodih dan Mubiar
Agustin (2008: 1.15) mengemukakan bahwa layanan bimbingan bagi anak usia dini
dapat berfungsi sebagai berikut (Rifda El Fiah, 2016):
1. Fungsi pemahaman, yaitu usaha bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan
pemahaman tentang beberapa hal, yaitu sebagai berikut:
a. Pemahaman terhadap diri anak didik terutama oleh orang tua dan guru.
Sebagaimana dimaklumi anak merupakan figur individu yang unik. Ini adalah
bagian dari tanda kebesaran Tuhan dalam proses penciptaan manusia. Anak
memiliki sejumlah karakteristik yang berbeda antara satu dengan anak lainnya,
berbeda dalam kelebihan dan kelemahannya, memiliki irama perkembangan
masing-masing dan memiliki kapasitas untuk berkembang sesuai dengan
kemampuannya. Yang perlu juga disadari adalah bahwa bila orang dewasa tidak
mau dibandingkan dengan orang lain, begitu juga anak. Orang tua dan guru harus
memahami anak-anak sesuai dengan keadaan dirinya, tanpa harus membanding-
bandingkan mereka dengan siapa pun. Bimbingan dan konseling yang dilakukan
pada pendidikan anak usia dini diarahkan agar orang tua dan guru diharapkan
mampu memberikan pemahaman tentang berbagai hal yang ada pada diri anak.
Sehingga akhirnya orang tua mampu berbicara, menegur, menasihati, maupun
bercanda dengan masing-masing anak hendaknya berbeda. Orang tua dan guru
menghargai anak, berbicara dengan mereka sesuai dengan keunikan mereka
tersebut.
b. Pemahaman terhadap lingkungan anak didik yang mencakup lingkungan keluarga
dan sekolah terutama oleh orang tua, guru, dan pembimbing.
Lingkungan sehari-hari yang ada di sekitar turut memengaruhi tumbuh
kembang anak-anak, yaitu lingkungan keluarga dan tempat belajar yang sehari-
hari dimasuki anak. Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya anak tidak
hanya ditentukan oleh faktor genetika, namun andil yang terbesar justru diberikan
oleh lingkungan. Dengan kata lain masing-masing anak dilahirkan dengan bakat
dan minat yang berbeda. Namun bukan berarti lingkungan tidak dapat
memengaruhi potensi yang ia punya. Contohnya, anak yang normal kemampuan
bicaranya bila dibesarkan di tengah orang bisu, kelak iapun hanya akan mampu
berbahasa isyarat seperti lingkungan sekitarnya. Hal ini karena tidak seorang pun
yang mengajarnya bagaimana berbahasa verbal. Namun sebaliknya anak yang
dilahirkan dari kedua orang tua yang pandai belum tentu menjadi anak yang juga
pandai, bila ia terlahir cacat mental, misalnya. Maka upaya bimbingan dan
konseling untuk anak usia dini adalah memberikan pemahaman tentang
bagaimana kondisi lingkungan yang senantiasa dimasuki anak dalam
kesehariannya. Berupaya juga memahami bahwa masing-masing anak terlahir
dengan bakat dan potensinya yang berbeda-beda, dan lembaga pendidikan anak
usia dini seyogianya memberi lingkungan dan pengaruh positif pada anak, serta
berupaya meminimalisasi kecenderungan negative yang ada.
c. Pemahaman terhadap lingkungan yang lebih luas (di luar rumah dan
sekolah).
Selain lingkungan rumah dan tempat belajar yang sehari-hari dimasuki anak,
lingkungan yang perlu menjadi perhatian guru dan orang tua adalah di luar rumah
dan sekolah terutama kedua lingkungan ini menyediakan sarana belajar dan
bermain elektronik yang terkadang lebih hebat dan canggih daripada yang tersedia
di rumah dan di tempat belajar. Sebab bagaimanapun juga semua itu akan
mewarnai proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Media elektronik dan
berbagai perkembangan yang terjadi di masyarakat secara luas akan turut
memengaruhi perkembangan anak. Anak hidup di zaman yang jauh lebih maju
dari keadaan dahulu. Keadaan lingkungan sekitar anak juga semakin tidak nyaman
dengan buruknya informasi yang disajikan koran, majalah, komik dan permainan
(games), internet porno, televisi, VCD serta banyaknya tindak kejahatan dan
criminal lainnya. Mudahnya anak terpengaruh oleh hal-hal yang berkembang di
masyarakat menjadi perhatian utama bimbingan dan konseling anak usia dini.
Dengan kegiatan bimbingan, guru/pendamping orang tua dapat memiliki
pemahaman tentang hal-hal yang terjadi di lingkungan masyarakat.
d. Pemahaman terhadap cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri.
Salah satu kriteria keberhasilan pendidikan anak usia dini adalah membantu
anak untuk mampu menyesuaikan diri dan mengembangkan diri secara optimal
sesuai dengan potensinya masing-masing. Kemampuan menyesuaikan diri
merupakan suatu aspek yang perlu dimiliki oleh anak usia dini. Luasnya
lingkungan yang akan dimasuki anak menuntut kemampuan penyesuaian diri yang
lebih baik dari anak. Selain dari itu, berbagai tuntutan yang terjadi di masyarakat
mendorong anak untuk lebih mampu mengembangkan dirinya agar anak dapat
berperan secara lebih baik di kemudian hari. Upaya bimbingan pada pendidikan
anak usia dini dapat menumbuhkan pemahaman bagi guru/pendamping dan orang
tua bagaimana cara menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan anak.
Penyesuaian dan pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada
anak untuk menyesuaikan, mengembangkan, dan mengekspresikan dirinya nanti
sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap anak sesuai dengan situasi dan
kondisi kehidupannya nanti. Agar harapan ini terwujud maka orang tua dan guru
dituntut untuk memiliki kepiawaian, kemampuan, dan kinerja yang kreatif dalam
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada anak agar anak nantinya
memiliki (1) pemahaman wawasan dan kesadaran akan identitas dirinya; (2)
kemampuan mengembangkan potensi dirinya (fisik, intelektual, emosi, sosial, dan
moral spiritual); (3) keterampilan mengatasi masalah yang dihadapinya; dan (4)
dan kemampuan menyesuaikan diri secara konstruktif dengan lingkungan dalam
upaya menciptakan kesejahteraan hidup bersama.
2. Fungsi pencegahan, yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak
didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun
menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangnya anak tidak jarang menemui
berbagai masalah dan kendala. Mereka sering menemui hambatan dan permasalahan
khususnya dalam menjalankan tugas-tugas perkembangannya. Sehingga anak banyak
bergantung kepada orang lain terutama orang tua dan guru. Dengan kata lain anak
usia dini sangat memerlukan perhatian khususnya dari orang tua dan guru. Bimbingan
untuk anak usia dini berfungsi memberikan pencegahan terhadap berbagai
kemungkinan yang dapat dialami anak selama proses perkembangan. Kemungkinan
tersebut dapat berupa masalah yang berkaitan dengan kondisi sosial, emosional atau
kemampuan beradaptasi dengan lingkungan secara lebih luas. Penyelenggaraan
pengajaran, pelatihan, dan bimbingan diharapkan dapat menunjang pencapaian tugas-
tugas perkembangannya itu sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan tujuan
pendidikan anak usia dini. Dalam pelaksanaan fungsi pencegahan, guru/pendamping
dapat melakukannya melalui berbagai teknik, di antaranya dengan home visit atau
kunjungan rumah. Kunjungan rumah (home visit) dilakukan untuk berdiskusi dan
berbincang-bincang tentang perkembangan anak dengan orang tua. Kondisi ini juga
menggambarkan bahwa guru dapat dengan proaktif membantu mengatasi masalah
anak, tidak hanya di tempat belajar anak, akan tetapi kunjungan rumah (home visit)
juga dapat dijadikan teknik dalam upaya membantu mengatasi masalah yang dihadapi
anak.
3. Fungsi perbaikan, yaitu usaha bimbingan yang akan menghasilkan terpecahkannya
berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik.
Fungsi perbaikan ini ditujukan kepada terselesaikannya berbagai hambatan
atau kesulitan yang dihadapi anak. Sebab kesulitan anak seberapa pun kecilnya akan
senantiasa memengaruhi aktivitas dan tumbuh kembang anak. Saat anak menemui
masalah dan kesulitan maka akan terlihat dari perubahan sikap yang ditunjukkan anak
sehari-hari. Anak terlihat kurang memiliki pemahaman diri, bersikap negatif, marah-
marah, dan tidak menghargai orang lain dengan menghardik temannya. Apabila
kesulitan anak dibiarkan maka anak akan lebih terganggu aktivitasnya dan akan
memengaruhi proses perkembangan selanjutnya. Upaya bimbingan juga diarahkan
untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang dihadapi anak. Misalnya
anak yang sulit bersosialisasi. Guru dapat melakukan serangkaian upaya perbaikan
dengan cara antara lain (1) meminta dukungan teman-teman sekelasnya dengan cara
meminta untuk menemaninya bermain atau belajar; (2) memberikan persetujuan dari
teman-temannya sebagai wujud kesetiakawanan; (3) mengajak anak melakukan
kegiatan bersama dengan teman-temannya, seperti berkebun, bermain pasir ataupun
bermain di area out door; dan (4) mendampingi anak selama berada di kelompok
bermain, hal ini mengurangi kemungkinan anak merasa takut dan ingin menarik diri.
4. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu usaha bimbingan yang
menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif
anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
Fungsi pemeliharaan dan pengembangan lebih bersifat proaktif dari fungsi-
fungsi lainnya. Bimbingan tidak hanya diarahkan pada upaya membantu mengurangi
berbagai kesulitan yang dihadapi anak didik, tetapi upaya bimbingan juga berfungsi
untuk senantiasa memelihara berbagai potensi dan kondisi yang baik yang sudah
dimiliki anak. Pemeliharaan ini menjadi penting artinya karena anak perlu berada
dalam kondisi kondusif dalam upaya pengembangan dirinya, selain dari itu, dengan
terpeliharanya potensi dan kondisi positif anak, anak perlu dikembangkan seoptimal
mungkin. Upaya bimbingan dalam mengembangkan kemampuan anak harus
berorientasi pada kemampuan yang dimiliki anak. Pada fungsi ini guru senantiasa
berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi
perkembangan anak. Guru, pendamping, dan orang tua secara sinergi sebagai
teamwork berkolaborasi atau bekerja sama merencanakan dan melaksanakan program
bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu anak
mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Teknik bimbingan yang dapat digunakan adalah layanan informasi, home
room, dan karyawisata. Misalnya, anak yang senang dengan kegiatan-kegiatan alam
atau memiliki potensi kecerdasan naturalis dapat dibantu dikembangkan dengan cara-
cara seperti berikut ini (Ernawulan Syaodih dan Mubiar Agustin, 2008: 1.19).
a. Mengajak anak-anak menikmati dan mengamati alam terbuka. Misalnya, ke
pegunungan, sungai atau laut untuk mengidentifikasi jenis bebatuan, rumput,
tanaman, dan juga hewan-hewan kecil, seperti, semut, capung, jangkrik, ulat,
kupu-kupu, dan kerang.
b. Membantu anak-anak untuk membiasakan menyiram dan merawat tanaman,
menanam biji-bijian dalam media yang mudah dan mengamati pertumbuhannya.
c. Selain itu, bantu juga anak-anak untuk membiasakan membuang sampah, buang
air kecil dan besar pada tempatnya beserta cara membersihkannya.
d. Guru/pendamping dapat mengadakan permainan dan program pembelajaran yang
berkaitan dengan unsur-unsur alam, seperti membandingkan berbagai bentuk daun
dan bunga, mengamati perbedaan tekstur pasir, tanah, dan kerikil, mengoleksi biji-
bijian dan menirukan karakteristik binatang tertentu.
e. Dapat juga menyediakan buku-buku dan VCD yang memuat seluk- beluk hewan,
alam, dan tumbuhan dengan gambar-gambar yang bagus dan menarik.
f. Tidak salah jika kita mengajak anak-anak untuk berkunjung ke tempat-tempat
bekas bencana alam, seperti tanah longsor, hutan gundul, gempa dan tsunami,
pendangkalan sungai, luapan lumpur panas ataupun abrasi di pantai sehingga
anak-anak memiliki rasa mencintai dan motivasi untuk memelihara dan menjaga
lingkungan

D. Peran Konselor Dalam Pendidikan Anak Usia Dini


Perlu ditegaskan di sini bahwa anak-anak yang masuk dalam pendidikan anak
usia dini adalah anak-anak yang masih dalam taraf awal pertumbuhan dan
perkembangan. Pernyataan ini menyiratkan kepada guru bahwa guru hendaklah
menciptakan lingkungan yang kondusif. Lingkungan hendaklah diciptakan
sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memerhatikan
keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan bermain dan belajar
anak. Hal ini sejalan dengan ungkapan Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2002: 86)
dalam buku Quantum Learning; Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan
tentang teori belajar quantum yang menyatakan bahwa, “Quantum Learning adalah
gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan
internal dan eksternal, dan antara waktu yang dihabiskan di dalam zona aman Anda
berada dan melangkahlah keluar dari tempat itu. Baik Anda di rumah, di kantor Anda,
di perpustakaan, atau di mana saja di dunia ini, waspadalah terhadap kontrol yang
Anda lakukan di atas detail-detail lingkungan Anda dan bagaimana Anda memilih
untuk berinteraksi dengan semua itu. Karena cara Anda mengontrol lingkungan
sangat menentukan bagaimana Anda akan belajar”. Jadi, konselor pada pendidikan
anak usia dini yang berperan sebagai pembimbing, pengarah, dan pendamping harus
menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan.
Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat
dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh guru dan bekerja sama dengan konselor
melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa
ingin tahu (curiosity) anak. Serta memotivasi anak untuk berpikir kritis dan
menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaklah dilakukan secara
demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
Sejumlah tokoh pendidikan seperti Ki Hajar Dewantara menganjurkan agar
dalam pendidikan anak memperoleh pendidikan untuk mencerdaskan
(mengembangkan) pikiran, pendidikan untuk mencerdaskan hati (kepekaan hati
nurani), dan pendidikan untuk meningkatkan keterampilan. Ketiga jenis pendidikan
ini dilakukan secara sengaja namun alamiah seperti bermain di “taman”. Bagaikan
keluarga yang mengasuh dan membimbing anak-anak secara alamiah sesuai dengan
kodrat anak di sebuah taman. Anak-anak yang mengalami suasana kekeluargaan yang
hangat, akrab, damai, baik di rumah maupun di sekolah, serta memperoleh bimbingan
dengan penuh kasih sayang, pelatihan kebiasaan secara alami, akan berkembang
menjadi anak yang bahagia dan sehat.(Rifda El Fiah, 2016)

E. Konselor Dalam Membaca Dan Menggali Multipotensi Anak


Pendidikan merupakan proses bimbingan yang sangat menentukan corak
pertumbuhan dan perkembangan anak menuju kedewasaan. Oleh sebab itu, menjadi
kebutuhan dasar manusia dalam proses pembinaan potensi (akal, spiritual, moral,
fisik) untuk perkembangan kepribadian melalui transformasi nilai-nilai kebudayaan.
Dalam konteks ini, dipahami bahwa pendidikan anak usia dini memberikan
pengasuhan anak yaitu mendidik, membimbing, dan memeliharanya, mengurus
makanan, minuman, dan pakaian, serta kebersihannya atau segala urusan yang
seharusnya diperlakukan, sampai batas anak mampu melaksanakan keperluannya
yang vital yakni makan, minum, mandi, dan berpakaian (Hasyim, 1980: 36). Seorang
pendidik pada pendidikan anak usia dini disebut sukses bila ia mampu mengemban
tugas dan membuat anak-anak didiknya mampu tumbuh dan berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang selalu berpikir positif, bersikap optimis, memiliki kepercayaan
dan keyakinan diri, senantiasa menebar keindahan dan kemuliaan, dan kebaikan di
mana pun mereka berada. Ide dan konsep yang diemban sang pendidik terhadap peran
yang diembannya dan bagaimana cara ia menjalankan amanat serta profesinya
tentunya akan bermuara pada sampainya tujuan pembelajaran.
Dalam rentang kehidupannya di pendidikan usia dini anak memiliki banyak
sekali bakat, kecenderungan, dan mutiara-mutiara lain dalam dirinya. Mereka
memiliki potensi yang sangat banyak dan luar biasa, dan semua potensi itu bisa
dikembangkan dengan optimal. Di sinilah tugas guru yang paling penting yaitu,
membaca dan menggali potensi-potensi tersebut untuk dikembangkan secara
maksimal. Kewajiban konselor untuk mampu mengeksplorasi apa yang ada di dalam
diri anak saat anak memperlihatkan perilaku tidak biasa misalnya konselor sebagai
pendidik dan pembimbing hendaklah mampu membacanya dengan seksama latar
belakang sang anak berperilaku demikian. Lumrahnya konselor melakukan observasi
dengan dilengkapi “kertas aktivitas” yang bertujuan untuk mengetahui sebab anak
berlaku demikian. Tentunya guru mampu menggunakan strategi beragam dalam
eksplorasinya, tergantung dengan kepiawaian konselor tersebut. Satu yang perlu
digarisbawahi adalah strategi apa pun yang dipakai hendaknya jangan sampai
membebani dan memberatkan anak, apalagi sampai menyakitinya. Strategi yang
digunakan konselor seyogianya juga jangan sampai mengganggu proses belajar anak,
mengganggu dan menghambat pertumbuhan dan perkembangannya. Agar pembacaan
dan penggalian potensi anak berjalan sebagaimana yang diharapkan maka hal pertama
kali yang perlu dilakukan guru adalah membaca minat dan kehendak anak.
Pengamatan atau pembacaan ini merupakan sesuatu yang sangat penting, sebab hal ini
menjadi landasan untuk membaca dan menemukan bakat dan potensi terpendam anak.
Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan anak yang memiliki kecenderungan
yang berhubungan dengan orang tua mereka (keturunan atau genitas). Namun tidak
mustahil kemungkinan bakat tersebut tidak berasal dari orang tuanya. Namun berasal
dari keluarganya yang lain atau bahkan dari hasil pergaulan anak dengan
lingkungannya. Konselor di lembaga pendidikan anak usia dini dituntut untuk
memiliki kemampuan dan skill yang mumpuni untuk membaca kecenderungan dan
bakat yang dimaksud. Sebab sangat mungkin terjadi ada anak yang memiliki
kecenderungan yang sama sekali berbeda (unik) dengan anak-anak lainnya. Perbedaan
dimaksud dapat terjadi dalam sikap, kata-kata atau bahkan imajinasinya. Adanya skill
yang melekat dalam diri konselor sangat dibutuhkan dan diperlukan untuk membantu
dan menemani anak dalam menemukan multipotensi anak. Misalnya saat anak
beraktivitas dan tak bisa diam, selalu ingin berkreasi – walau terkadang menyusahkan
banyak orang – maka guru dituntut untuk mampu memahami anak tersebut. Sebab
dapat dimungkinkan sikap dan perilakunya tersebut merupakan bentuk untuk berkarya
menurut potensi dan karakternya.(Rifda El Fiah, 2016)
F. Faktor Yang Mempengaruhi Konseling Anak Usia Dini ( AUD)
Ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi dalam menjalankan layanan konseling
pada anak usia dini, antara lain sebagai berikut (Fitriya, 2019).
1. Usia. Perbedaan usia pada anak dapat mempengaruhi berbagai macam hal yang
membantu dalam pelaksanaan konseling, misalnya penerimaan/persepsi anak yang
masih sederhana berpengaruh pada bahasa dan juga metode pendekatan, serta
media yang digunakan. Contohnya, konseling untuk anak prasekolah
menggunakan pendekatan dengan berbagai metode pembelajaran prasekolah
seperti bercerita, menggunakan alat permainan, menggunakan alat media gambar,
dan kontruksi, atau berbagai alat permainan yang biasa digunakan.
2. Latar belakang anak yang terdiri dari: orang tua, gaya pengasuhan (pola
kedisiplinan, hubungan-keterdekatan, pola komunikasi,), aturan/norma keluarga,
kebiasaan/habituasi dalam keluarga, status sosia ekonomi, budaya lingkungan,
tingkat pendidikan, bakat dan minat.
3. Keterbukaan dan kerjasama orang tua dalam memberikan informasi merupakan
hal penting untuk melihat perubahan perilaku pada anak, karna salah satu
keberhasilan konseling tergantung pada kerjasama dengan orang tua dalam
memberikan
G. Keterampilan Konselor Pada Anak Usia Dini
Selama proses konseling dilakukan, ada beberapa keterampilan konseling
yang harus dimiliki oleh seorang konselor atau pendidik, yang dapat membentu anak
dalam mengatasi hambatan atau masalah pada diri anak. Hal tersebut adalah (Fitriya,
2019):
1. Pendekatannya menyatu dengan anak ( joining with the child)
2. Mengamati perilaku anak selama konseling (observation)
3. Mendengar secara aktif (active listening)
4. Menyadari berbagai isu untuk menfasilitasi perubahan (aweareness raising in the
resolution of issues to facilitate change)
5. Menyelami apa yang dipercaya anak (dealing with the child’s belief),
6. Aktif menfasilitasi anak (memberi kesempatan anak untuk mengekspresikan apa
yang dipikir dan dirasa) (actively facilitating);
7. Mengakhiri dengan kesimpulan (termination).

Agar konseling berjalan sesuai dengan rencana dan tujuan, keterampilan


konselor dalam membangun hubungan yang baik, ramah, hangat, antusias,
genuine, dan empati, menjadi kuncinya. Konselor juga perlu memastikan bahwa
tempat konseling nyaman, aman, dan ramah bagi anak. Proses konseling
dijadwalkan dengan jelas dan ditepati oleh konselor khususnya, menghindari hal-
hal yang mengganggu (dering telepon, ktukan pintu, dan gangguan lainnya), hal
ini dimaksudkan agar anak merasa penting dan dihargai. Anak perlu mengerti apa
itu konseling dan apa yang bisa mereka dapatkan dari proses tersebut.
Keterampilan konselor dalam membangun komunikasi dengan anak sangat
diperlukan, guna mencapai hal tersebut. Lebih lanjut, dalam proses konseling
anak, Handerson dan Thompson ( Fitriya, A (2019) menyatakan keterampilan-
keterampilan yang perlu dimiliki adalah:
1. Mendefinisikan masalah dengan mendengar secara aktif
2. Mengklarifikasi harapan-harapan anak
3. Mengeksplorasi apa yang telah terjadi guna menyelesaikan masalh
4. Mengeksplorasi hal apa yang dilakukan untuk dapat menyelesaikan
masalah.
5. Memberlakukan komitmen untuk mencoba salah satu alternatif
penyelesaian masalah.
BAB III

PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

Ferdiansyah. 2014. Pelayanan Konseling Untuk Anak Usia Dini. Jurnal: Wahana Didaktika.
12 (2). Universitas PGRI Palembang

Fitriya, A. (2019). Modal Menjadi Konselor Anak Usia Dini. Al Qodiri: Jurnal Pendidikan,
Sosial Dan Keagamaan, 16(1), 28–45.

Prasetia, L., & Putri, M. (2018). Implementasi Bimbingan dan Konseling dalam
Pembentukan Karakter Anak Usia Dini. Prosiding Konferensi Pendidikan Nasional
“Penguatan Karakter Bangsa Melalui Inovasi Pendidikan Di Era Digital,” 105–108.

Rifda El Fiah, M. P. (2016). Buku Lengkap Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini. PT.
Raja Grafindo Persada, Depok.

Quipper. Profesi/Karier Konselor. https://campus.quipper.com/careers/konselor. Diakses

Anda mungkin juga menyukai