BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dosen Pengampu:
Dr. Endang Pudjiastuti Sartinah, M.Pd
Disusun Oleh:
KELAS 2023D
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PEOGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
lindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Layanan
Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam menyusun
dan menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkan.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Masalah penyertaan anak berkebutuhan khusus .......................................... 3
2.2 Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling anak berkebutuhan
khusus ................................................................................................................. 4
2.3 Bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak Berkebutuhan khusus ....... 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
Daftar pustaka .................................................................................................................. 16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu tugas pokok sekolah (Sekolah Luar Biasa) adalah
membantu peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal
sesuai dengan tingkat dan jenis anak berkebutuhan khusus. Seorang
siswa dikatakan berhasil mencapai perkembangan yang optimal apabila
ia dapat menggunakan sisa kemampuannya secara optimal sesuai
dengan derajad ketunaannya.
Namun kenyataan menunjukkan masih banyak kesenjangan dalam
mengantarkan anak untuk mencapai perkembangan tersebut.
Kesenjangan tersebut diantaranya masih banyak anak berkebutuhan
khusus yang belum mampu melakukan aktivitas sehari-hari, padahal
waktu di sekolah ia mampu; kemandirian anak tunanetra yang kurang,
karena dalam dirinya masih ada rasa khawatir; prestasi anak yang belum
sesuai dengan potensinya; bakat anak yang belum mendapatkan tempat
yang sesuai (berkembang secara optimal).
Ketidak berhasilan tersebut tidak semuanya semata-mata karena
ketunaan yang disandang siswa, tetapi ada juga karena ketidakmampuan
pelaksana pendidikan untuk memfasilitasi secara individu sehingga
dapat mengetahui berbagai hambatan-hambatan yang mereka hadapi.
Untuk itu mereka perlu diupayakan dan dibantu untuk mengatasi
berbagai hambatan tersebut. Salah satunya adalah diberikan bimbingan
dan konseling.
(Brammer, 1993: Egan, 1990) dalam Akbar Husain (2005:73)
mengungkapkan dalam bahasa aslinya bahwa,
“Counseling is a process in which clients learn how to make
decisions and formulate new ways of behaving, feeling, and
thinking. Counselors fokus on the goals their clients wish to achieve.
Clients explore their present levels of functioning and the changes
1
that must be made to achieve personal objectives. Thus, counseling
involves both choice and change, evolving through distinct stages
such as exploration, goal setting, and action.”
Artinya, Konseling adalah suatu proses dimana klien belajar
bagaimana membuat keputusan dan merumuskan cara-cara baru
dalam berperilaku, merasakan, dan berpikir. Konselor
memfokuskan pada tujuan klien mereka agar dapat tercapai. Klien
mengeksplorasi tingkat fungsi dan perubahan mereka yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu secara pribadi. Dengan
demikian, konseling melibatkan pilihan dan perubahan, berkembang
melalui tahap yang berbeda seperti eksplorasi, penetapan tujuan, dan
tindakan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling anak
berkebutuhan khusus
Untuk bisa menganalisis suatu individu diperlukan layanan-
layanan yang bisa digunakan untuk mencapai keberhasilan dalam
menganalisis. Berikut bentuk-bentuk layanan bimbingan konseling
anak berkebutuhan khusus
1. Bimbingan dan koseling identik dengan Pendidikan
Konsep bimbingan identik dengan Pendidikan pertama kali
dikemukakan oleh Brewer. Browser berpendapat bahwa
Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa (peserta
didik) agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang
bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Istilah bimbingan
dan Pendidikan sering digunakan secara bergantian oleh Brewer.
Brewer mengemukakan beberapa kriteria bimbingan sebagai
berikut:
a.Individu dibimbing dalam upaya menyelesaikan suatu
masalah, tugas, atau mencapai tujuan.
b.Individu dibimbing biasanya berdasarkan inisiatifnya.
c.Bimbingan bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman.
d.Pembimbing harus memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan kebijakan.
e.Bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada
individu untuk memperoleh pengalaman dan wawasan
baru.
f.Individu dibimbing secara progresif dan mengambil
keputusan sendiri.
g.Bimbingan memberikan bantuan kepada individu agar
dapan membimbing diri sendiri dan lebih baik.
4
2. Bimbingan sebagai pengambilan keputusan
Bimbingan sebagai pengambil keputusan ini pertama kali
dikemukakan oleh Jones dan Myer Model bimbingan mi
berasumsi bahwa keragaman antara individu cukup berarti, baik
dalam aspek pribadi maupun sosial. Permasalahan tidak dapat
diselesaikan oleh individu itu sendiri, sehingga membutuhkan
bantuan dari orang lain Dalam hal ini konselor bertugas untuk
mendorong individu dalam memahami pilihan, memberikan
informasi yang dibutuhkan serta proses dalam pengambil
keputusan.
3. Bimbingan dan konseling sebagai distribusi dan penyesuaian
Bimbingan ini dikemukakan pertama kali oleh William M.
Proctor, konsep dasar bimbingan ini adalah bahwa sekolah
menengah atas di Amerika sangat memerlukan program
bimbingan. Dia menyakini bahwa para siswa membutuhkan
bantuan dalam memilih bidang studi, kegiatan ekstrakurikuler,
pendidikan lanjutan, dan sekolah-sekolah kejuruan sesuai dengan
kemampuan, minat, dan tujuannya. Bimbingan ini menekankan
pada dua fungsi pokok sebagai berikut:
a. Distribusi. Konselor membantu individu untuk menentukan
apa tujuannya dan diharapkan dapat memahami tentang
dirinya dan juga lingkungannya. Dalam hal ini, individu
dibantu untuk menemukan peluang-peluang dalam
pendidikan dan pekerjaan.
b. Penyesuaian. Dalam hal ini siswa dibantu untuk
menyesuaikan diri. Konselor membantu siswa memperoleh
tingkat efisiensi dan kepuasan yang tinggi sesuai dengan
tujuannya, membantu memilih kegiatan di luar sekolah yang
membuat dirirnya bahagia, membantu merencanakan tujuan
yang ingin dicapai, serta embantu siswa memperoleh
informasi mengenai perencanaan dan peluang-peluangnya
sesuai dengan kemampuan dan minat.
5
4. Bimbingan konseling sebagaiproses klinis
Bimbingan model klinis ini pertama kali diperkenalkan oleh
M.S Viteles, Donald G. Paterson, dan E. G Williamson. Bimbingan
model ini mucul karena pendekatan bimbingan di sekolah dianggap
tidak ilmiah. Dalam model klinis menekankan perlunya
menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseling dengan
menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik. Sehingga dengan
model klinis ini kegiatan bimbingan menjadi lebih efektif, lebih
objektif, lebih ilmiah dalam mengumpulkan data klien.
6
7. Bimbingan sebagai rekonstruksi sosial
Edward J. Shoben mengembangkan model ini dengan
berpedoman, bahwa konselor adalah pemimpin dalam
merekonstruksi atau memperbaiki keadaan sosial di sekolah.
Tugas utama bimbingan adalah membantu mengembangkan
potensi inividu dan menemukan cara-cara mengekspesikan diri
individu itu sesuai dengan norma yang ada.
7
mengarahkan perhatian kepada dirinya sendiri, terutama terhadap
kekurangan-kekurangannya. Tetapi mereka tidak menemukan
jalan keluar untuk mengimbangi kekurangannya. Mereka perlu
orang yang mendampingi sebagaimana yang dilakukan konselor
yang menggunakan model bimbingan perkembangan.
8
2.3 Bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak Berkebutuhan
khusus
Bimbingan konseling adalah usaha untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar yang ada
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta
sesuai dengan tuntutan positif lingkunganya.
9
diharapkan. Upaya agar orang tua mampu terhindar dari dampak
negatif karena kurangnya resiliensi, maka diberikan layanan
konseling individu melalui pendekatan realita untuk meningkatkan
resiliensi. Individu pada dasarnya selalu memilih setiap tindakan
yang dilakukan, serta memiliki kontrol atas setiap pilihannya.
Sehingga walaupun individu sedang berada di situasi yang sulit
tetap saja mereka mempunyai kemampuan untuk menjadi seseorang
yang dapat pulih dan menerima kenyataan dengan kondisi atau
situasi yang ada. melalui konseling individu mampu membantu
terpenuhinya aspek-aspek seperti regulasi emosi, pengendalian
impuls, optimis dan self-efficacy. tujuan konseling individu yaitu
membantu orang tua untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan
psikis dan dapat memecahkan masalahnya, serta menilai tingkah
lakunya secara bertanggung jawab sehingga dapat memahami
dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan dengan maksud menjadi
individu yang berhasil, serta memperoleh perilaku yang lebih
efektif.
10
sosialisasi pada anak, dan membantu anak untuk menentukan
karirnya di masa yang akan datang.
Ada beberapa tujuan dilakukan bimbingan konseling pada orangtua
anak berkebutuhan khusus antara lain :
(1) agar orangtua memahami anak dengan baik, yaitu mengenal
segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki berkenaan
dengan bakat, minat, sikap dan perasaan dan kemampuannya,
(2) agar orang tua memahami Lingkungan anak yang meliputi
lingkungan pendidikan di sekolah maupun lingkungan sosial
masyarakat
(3) agar orangtua mampu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari hari, baik di sekolah maupun
di luar sekolah ketika nanti anak siap sekolah.
11
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.
12
menciptakan spekulasi bahwa merekalah penyebab dari kondisi
anak tersebut. Rasa malu orientasinya pada orang lain. Rasa
bersalah dan rasa malu melibatkan emosi kecemasan dan depresi
akan muncul apabila kecemasan dan tekanan dalam kehidupan
dirasa besar.
g. Pola saling ketergantungan. Anak berkebutuhan khusus akan
bergantung pada sikap orang tua yang berlebihan dan dilain pihak
orang tua memiliki kebutaan untuk mengasuh anak sebagai
pembuktian mereka memadai sebagai orang tua. Hal ini
menyebabkan kurangnya motivasi pada anak berkebutuhan
khusus.
13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Anak berkebutahn khusus memiliki dampak secara langsung
dan tidak langsung, dari segi perkembangan yang berbeda
dengan anak typikal. Dampak secara langsung yang dirasakan
oleh anak berkebutuhan khusus adalah hambatan dalam
beraktivitas. Sedangkan hambatan tidak langsung yang dirakan
anak berkebutuhan khusus ialah adanya pembatasan pembatasan
dalam beberapa kegiatan.
14
psikologis, dan lingkungan. Bimbingan yang dapat dilakukan
pada orangtua anak berkebutuhan khusus antara lain. bimbingan
belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir. Hal ini sangat
diperlukan agar orang tua dapat membimbing anak dalam
belajar, dalam mengajarkan sosialisasi pada anak, dan
membantu anak untuk menentukan karirnya di masa yang akan
datang.
15
Daftar pustaka
Ika Febrian Kristiana, S. (2016). buku ajar psikologi anak berkebutuhan khusus.
semarang: UNDIP press.
16