Anda di halaman 1dari 19

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING ANAK

BERKEBUTUHAN KHUSUS
Dosen Pengampu:
Dr. Endang Pudjiastuti Sartinah, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Zuliani Zahrotul Jannah (23010044030)


2. Muhammad Raihan Syafa’at (23010044064)
3. Amartia Dwi Cahyani (23010044164)
4. Alfisya Salsabillah (23010044166)

KELAS 2023D
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PEOGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR BIASA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan
lindungan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Layanan
Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. sebagai salah satu tugas dari
mata kuliah Bimbingan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam menyusun
dan menyelesaikan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak, sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Kami berharap semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi semua yang membutuhkan.

Surabaya, 6 Maret 2024

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar belakang .................................................................................................. 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................................. 2
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 3
2.1 Masalah penyertaan anak berkebutuhan khusus .......................................... 3
2.2 Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling anak berkebutuhan
khusus ................................................................................................................. 4
2.3 Bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak Berkebutuhan khusus ....... 9
BAB III KESIMPULAN................................................................................................. 14
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 14
Daftar pustaka .................................................................................................................. 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Salah satu tugas pokok sekolah (Sekolah Luar Biasa) adalah
membantu peserta didik untuk mencapai perkembangan yang optimal
sesuai dengan tingkat dan jenis anak berkebutuhan khusus. Seorang
siswa dikatakan berhasil mencapai perkembangan yang optimal apabila
ia dapat menggunakan sisa kemampuannya secara optimal sesuai
dengan derajad ketunaannya.
Namun kenyataan menunjukkan masih banyak kesenjangan dalam
mengantarkan anak untuk mencapai perkembangan tersebut.
Kesenjangan tersebut diantaranya masih banyak anak berkebutuhan
khusus yang belum mampu melakukan aktivitas sehari-hari, padahal
waktu di sekolah ia mampu; kemandirian anak tunanetra yang kurang,
karena dalam dirinya masih ada rasa khawatir; prestasi anak yang belum
sesuai dengan potensinya; bakat anak yang belum mendapatkan tempat
yang sesuai (berkembang secara optimal).
Ketidak berhasilan tersebut tidak semuanya semata-mata karena
ketunaan yang disandang siswa, tetapi ada juga karena ketidakmampuan
pelaksana pendidikan untuk memfasilitasi secara individu sehingga
dapat mengetahui berbagai hambatan-hambatan yang mereka hadapi.
Untuk itu mereka perlu diupayakan dan dibantu untuk mengatasi
berbagai hambatan tersebut. Salah satunya adalah diberikan bimbingan
dan konseling.
(Brammer, 1993: Egan, 1990) dalam Akbar Husain (2005:73)
mengungkapkan dalam bahasa aslinya bahwa,
“Counseling is a process in which clients learn how to make
decisions and formulate new ways of behaving, feeling, and
thinking. Counselors fokus on the goals their clients wish to achieve.
Clients explore their present levels of functioning and the changes

1
that must be made to achieve personal objectives. Thus, counseling
involves both choice and change, evolving through distinct stages
such as exploration, goal setting, and action.”
Artinya, Konseling adalah suatu proses dimana klien belajar
bagaimana membuat keputusan dan merumuskan cara-cara baru
dalam berperilaku, merasakan, dan berpikir. Konselor
memfokuskan pada tujuan klien mereka agar dapat tercapai. Klien
mengeksplorasi tingkat fungsi dan perubahan mereka yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu secara pribadi. Dengan
demikian, konseling melibatkan pilihan dan perubahan, berkembang
melalui tahap yang berbeda seperti eksplorasi, penetapan tujuan, dan
tindakan.

bimbingan dan konseling bagi anak berkebutuhan khusus adalah


suatu kegiatan pelayanan bantuan kepada anak berkebutuhan khusus
disekolah oleh guru BK atau konselor secara terencana, terorganisir dan
terkoordinasi yang dilaksanakan pada periode tertentu, teratur dan
berkesinambungan atau berkelanjutan.

1.2 Rumusan masalah


1. Apa saja masalah penyertaan anak berkebutuhan khusus?
2. Apa saja bentuk-bentuk Layanan bimbingan dan konseling anak
berkebutuhan khusus?
3. Apa itu bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak Berkebutuhan
khusus?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui masalah penyertaan anak berkebutuhan khusus
2. Mengetahui bentuk-bentuk Layanan bimbingan dan konseling anak
berkebutuhan khusus
3. Mengetahui bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak
Berkebutuhan khusus

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah penyertaan anak berkebutuhan khusus


Anak berkebutahn khusus memiliki dampak secara langsung
dan tidak langsung, dari segi perkembangan yang berbeda dengan
anak typikal. Dampak secara langsung yang dirasakan oleh anak
berkebutuhan khusus adalah hambatan dalam beraktivitas.
Sedangkan hambatan tidak langsung yang dirakan anak
berkebutuhan khusus ialah adanya pembatasan pembatasan dalam
beberapa kegiatan.
Berdasarkan dampak yang paling besar yang dirasakan anak
berkebutuhan khusus secara langsung maupun tidak langsung
adalah dari lingkungan. Ketika orang tua menolak kehadiran anak
berkebutuhan khusus maka mereka tidak akan mendapatkan kasih
saying selayaknya sebagai anak. Selain itu stigma buruk dari orang-
orang sekitar akan sangat berpengaruh terhadap mental anak
berkebutuhan khusus.
Anak berkebutuhan khusus memiliki peran ganda. Peran
ganda yang dimaksud adalah anak berkebutuhan khusus terkadang
merasa disayang terkadang juga merasa dikucilkan oleh lingkungan
sekitar. Peran ganda yang dimiliki anak berkebutuhan khusus dapat
berakibat munculnya frustasi yang berkepanjangan.

3
2.2 Bentuk-bentuk layanan bimbingan dan konseling anak
berkebutuhan khusus
Untuk bisa menganalisis suatu individu diperlukan layanan-
layanan yang bisa digunakan untuk mencapai keberhasilan dalam
menganalisis. Berikut bentuk-bentuk layanan bimbingan konseling
anak berkebutuhan khusus
1. Bimbingan dan koseling identik dengan Pendidikan
Konsep bimbingan identik dengan Pendidikan pertama kali
dikemukakan oleh Brewer. Browser berpendapat bahwa
Pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan para siswa (peserta
didik) agar mampu melakukan aktivitas-aktivitas kehidupan yang
bermakna, melalui pengetahuan dan kebijakan. Istilah bimbingan
dan Pendidikan sering digunakan secara bergantian oleh Brewer.
Brewer mengemukakan beberapa kriteria bimbingan sebagai
berikut:
a.Individu dibimbing dalam upaya menyelesaikan suatu
masalah, tugas, atau mencapai tujuan.
b.Individu dibimbing biasanya berdasarkan inisiatifnya.
c.Bimbingan bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman.
d.Pembimbing harus memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan kebijakan.
e.Bimbingan hendaknya memberikan peluang kepada
individu untuk memperoleh pengalaman dan wawasan
baru.
f.Individu dibimbing secara progresif dan mengambil
keputusan sendiri.
g.Bimbingan memberikan bantuan kepada individu agar
dapan membimbing diri sendiri dan lebih baik.

4
2. Bimbingan sebagai pengambilan keputusan
Bimbingan sebagai pengambil keputusan ini pertama kali
dikemukakan oleh Jones dan Myer Model bimbingan mi
berasumsi bahwa keragaman antara individu cukup berarti, baik
dalam aspek pribadi maupun sosial. Permasalahan tidak dapat
diselesaikan oleh individu itu sendiri, sehingga membutuhkan
bantuan dari orang lain Dalam hal ini konselor bertugas untuk
mendorong individu dalam memahami pilihan, memberikan
informasi yang dibutuhkan serta proses dalam pengambil
keputusan.
3. Bimbingan dan konseling sebagai distribusi dan penyesuaian
Bimbingan ini dikemukakan pertama kali oleh William M.
Proctor, konsep dasar bimbingan ini adalah bahwa sekolah
menengah atas di Amerika sangat memerlukan program
bimbingan. Dia menyakini bahwa para siswa membutuhkan
bantuan dalam memilih bidang studi, kegiatan ekstrakurikuler,
pendidikan lanjutan, dan sekolah-sekolah kejuruan sesuai dengan
kemampuan, minat, dan tujuannya. Bimbingan ini menekankan
pada dua fungsi pokok sebagai berikut:
a. Distribusi. Konselor membantu individu untuk menentukan
apa tujuannya dan diharapkan dapat memahami tentang
dirinya dan juga lingkungannya. Dalam hal ini, individu
dibantu untuk menemukan peluang-peluang dalam
pendidikan dan pekerjaan.
b. Penyesuaian. Dalam hal ini siswa dibantu untuk
menyesuaikan diri. Konselor membantu siswa memperoleh
tingkat efisiensi dan kepuasan yang tinggi sesuai dengan
tujuannya, membantu memilih kegiatan di luar sekolah yang
membuat dirirnya bahagia, membantu merencanakan tujuan
yang ingin dicapai, serta embantu siswa memperoleh
informasi mengenai perencanaan dan peluang-peluangnya
sesuai dengan kemampuan dan minat.

5
4. Bimbingan konseling sebagaiproses klinis
Bimbingan model klinis ini pertama kali diperkenalkan oleh
M.S Viteles, Donald G. Paterson, dan E. G Williamson. Bimbingan
model ini mucul karena pendekatan bimbingan di sekolah dianggap
tidak ilmiah. Dalam model klinis menekankan perlunya
menggunakan teknik-teknik untuk mengenai konseling dengan
menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik. Sehingga dengan
model klinis ini kegiatan bimbingan menjadi lebih efektif, lebih
objektif, lebih ilmiah dalam mengumpulkan data klien.

5. Bimbingan konseling sebagai konstelasi layanan


Kenneth B. Hoyt mengemukakan bahwa program bimbingan
bukan hanya tanggung jawab konselor, tetapi merupakan tanggung
jawab dari komponen sekolah, ini berarti konselor tidak bekerja
sendiri. Selain itu Hoyt mengemukakan bahwa konselor adalah
tokoh kunci dalam program bimbingan dan pekerjaan konselor
lebih utama menjalin hubungan dengan komponen sekolah, seperti
dengan guru dan kepala sekolah dari pada dengan psikolog, pekerja
sosial, dan sebagainya. Pada intinya Hoyt meyakini bahwa layanan
bimbingan akan tercapai dengan maksimal jika diintegrasikan atau
diselaraskan dengan tujuan sekolah.

6. Bimbingan sebagai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang


bertujuan
Model bimbingan ini dipelopori oleh Tiedeman dan Field.
Tiedeman dan Field mendefinisikan bimbingan sebagai kegiatan
professional yang menggunakan suatu ilmu pengetahuan tentang
kegiatan bertujuan dalam struktur pendidikan yang spesifik.
Mereka menekankan bahwa bimbingan harus eksis dalam proses
pendidikan, sehingga posisi konselor tidak dipandang berada di
samping pendidikan, tetapi ada di dalam Pendidikan itu sendiri,
serta pencapaian aplikasi bimbingan ini akan lebih efektif.

6
7. Bimbingan sebagai rekonstruksi sosial
Edward J. Shoben mengembangkan model ini dengan
berpedoman, bahwa konselor adalah pemimpin dalam
merekonstruksi atau memperbaiki keadaan sosial di sekolah.
Tugas utama bimbingan adalah membantu mengembangkan
potensi inividu dan menemukan cara-cara mengekspesikan diri
individu itu sesuai dengan norma yang ada.

8. Bimbingan sebagai pengembangan pribadi


Model ini dikembangkan oleh Chirs D. Kehas. Model ini
merupakan tahap awal dalam membangun kerangka kerja
konseling di sekolah. Kehas berpendapat bahwa Teaching dan
conseling merupakan pendekatan yang berhubungan dengan
siswa, yang bersifat komplementer dan kolaboratif. Dua
pendekatan itu sama-sama penting dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.

9. Bimbingan bersifat developmental


Semua model bimbingan pada dasarnya mengindahkan
perkembangan siswa, tapi tidak disebut bimbingan
perkembangan. Menurut Shertzer dan Stone (1994) bimbingan
perkembangan lebih bersifat komulatif dari model-model lain,
lebih banyak bersifat long term, lebih komprehensif dan lebih
interpretif. Dengan bimbingan perkembangan, siswa memperoleh
informasi tentang situasi diri dan relasi keduanya, dibantu untuk
berfikir secara developmental dan mengerahkan kapasitas dan
disposisis-disposisinya. Dalam model ini siswa disertakan
melihat kedalam diri sendiri, belajar mengatur motivasi sendiri.
Model ini diperlukan oleh anak berkebutuhan khusus. Anak
berkebutuhan khusus, lebih dari anak normal. Sering

7
mengarahkan perhatian kepada dirinya sendiri, terutama terhadap
kekurangan-kekurangannya. Tetapi mereka tidak menemukan
jalan keluar untuk mengimbangi kekurangannya. Mereka perlu
orang yang mendampingi sebagaimana yang dilakukan konselor
yang menggunakan model bimbingan perkembangan.

10. Bimbingan Pendidikan psikologis


Mosher dan Sprinthall (Shertzer dan Stone; 1994: 80)
mendefinisi kan tentang pendidikan psikologis sebagai berikut:
pendidikan psikologi adalah pengalaman pendidikan yang
dirancang untuk memberikan pengaruh pada perkembangan
pribadi, etik, estetik, dan pandangan hidup. Isi Pendidikan
psikologis meliputi program-program latihan keterampilan,
konsep, dan sikap guna memperluas pemahaman tentang
keunikan diri dalam hidup. Gagasan ini sangat baik untuk
Pendidikan Luar Biasa (PLB). Anak luar biasa atau anak
berkebutuhan khusus memerlukan pemahaman yang tepat
tentang diri dan lingkugannya. Adapun keberhasilannya
bergantung pada banyak faktor, jenis kelainan, pemahaman
konselor tentang kebutuhan dan kemampuan anak.

8
2.3 Bimbingan bagi orang tua yang memiliki anak Berkebutuhan
khusus
Bimbingan konseling adalah usaha untuk membantu individu
mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya (seperti
kemampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar yang ada
(seperti latar belakang keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta
sesuai dengan tuntutan positif lingkunganya.

Bimbingan konseling sangat diperlukan dalam membentuk


resiliensi orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Bimbingan konseling yang diberikan pada orang tua anak
berkebutuhan khusus adalah usaha yang dilakukan konselor untuk
membantu individu/orang tua (klien) dalam rangka membantu anak
agar dapat mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap
perkembangan yang dimilikinya (seperti kemampuan dasar dan
bakat-bakatnya), berbagai latar yang ada (seperti latar belakang
keluarga, pendidikan, status ekonomi), serta tuntutan positif
lingkunganya. Resiliensi sendiri adalah kemampuan yang ada dalam
diri individu untuk kembali pulih dari suatu keadaan yang menekan
dan mampu beradaptasi dan bertahan dari kondisi tersebut. Menurut
Schoon (dalam Mulyani, 2011) mengutip definisi dari beberapa ahli
dan menyimpulkan bahwa resiliensi merupakan proses dinamis
dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi
adversity yang berperan penting bagi dirinya. Sedangkan menurut
Werner (dalam Hendriani, 2018) hasil perkembangan yang baik
pada individu dengan status yang beresiko tinggi, kondisi yang
sembuh dari trauma karena adanya kompetensi yang menetap atau
berkelanjutan ketika di bawah kondisi stres. Untuk orang tua yang
memiliki anak berkebutuhan khusus dan tidak menerima anaknya
maka memiliki resiliensi yang begitu rendah karena tidak bisa
menerima bahwa sebuah kenyataan tidak seperti apa yang

9
diharapkan. Upaya agar orang tua mampu terhindar dari dampak
negatif karena kurangnya resiliensi, maka diberikan layanan
konseling individu melalui pendekatan realita untuk meningkatkan
resiliensi. Individu pada dasarnya selalu memilih setiap tindakan
yang dilakukan, serta memiliki kontrol atas setiap pilihannya.
Sehingga walaupun individu sedang berada di situasi yang sulit
tetap saja mereka mempunyai kemampuan untuk menjadi seseorang
yang dapat pulih dan menerima kenyataan dengan kondisi atau
situasi yang ada. melalui konseling individu mampu membantu
terpenuhinya aspek-aspek seperti regulasi emosi, pengendalian
impuls, optimis dan self-efficacy. tujuan konseling individu yaitu
membantu orang tua untuk mengembangkan kekuatan-kekuatan
psikis dan dapat memecahkan masalahnya, serta menilai tingkah
lakunya secara bertanggung jawab sehingga dapat memahami
dirinya dan dapat memenuhi kebutuhan dengan maksud menjadi
individu yang berhasil, serta memperoleh perilaku yang lebih
efektif.

Bimbingan dan konseling bagi orangtua anak berkebutuhan


khusus sangat diperlukan untuk membantu orang tua anak
berkebutuhan khusus mengenal diri anak. secara spesifik dan
menemukan kebutuhan dan hambatan anak secara menyeluruh.
Dalam bimbingan dan konseling orang tua anak berkebutuhan
khusus dibantu memfasilitasi dan membantu anak berkebutuhan
khusus dalam mengembangkan potensi/ tugas-tugas perkembangan
secara optimal dan mengatasi permasalahan yang dihadapi anak usia
dini, meliputi aspek kultural, pendidikan, psikologis, dan
lingkungan. Bimbingan yang dapat dilakukan pada orangtua anak
berkebutuhan khusus antara lain. bimbingan belajar, bimbingan
sosial, dan bimbingan karir. Hal ini sangat diperlukan agar orang tua
dapat membimbing anak dalam belajar, dalam mengajarkan

10
sosialisasi pada anak, dan membantu anak untuk menentukan
karirnya di masa yang akan datang.
Ada beberapa tujuan dilakukan bimbingan konseling pada orangtua
anak berkebutuhan khusus antara lain :
(1) agar orangtua memahami anak dengan baik, yaitu mengenal
segala kelebihan dan kelemahan yang dimiliki berkenaan
dengan bakat, minat, sikap dan perasaan dan kemampuannya,
(2) agar orang tua memahami Lingkungan anak yang meliputi
lingkungan pendidikan di sekolah maupun lingkungan sosial
masyarakat
(3) agar orangtua mampu mengatasi masalah-masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari hari, baik di sekolah maupun
di luar sekolah ketika nanti anak siap sekolah.

Menurut Syaodah & Agustin (2008) Dilihat dari tujuan dan


materinya, lingkup layanan bimbingan yang dapat dilakukan pada
orangtua dalam rangka mendidik dan membesarkan anak
berkebutuhan khusus mengutamakan penekanan pada jenis kegiatan
berikut ini
(1) Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan
dan tugas perkembangan pribadi-sosial anak dalam
mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan
bersosialisasi dengan lingkungan secara baik,
(2) Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan belajar
merupakan bimbingan yang diarahkan untuk membantu para
anak dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
belajar,
(3) Bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu. anak
dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-
masalah karier, seperti pemahaman terhadap jabatan dan
tugas-tugas kerja, pemahaman kondisi dan kemampuan. diri,

11
pemahaman kondisi lingkungan, perencanaan dan
pengembangan karir, penyesuaian pekerjaan, dan pemecahan
masalah-masalah karir yang dihadapi secara sederhana.

Perasaan orang tua tentang anaknya yang luar biasa


bermacam- macam, bergantung pada berbagai faktor. Telford dan
Sawrey (dalam Mangunsong, 2011) mengelompokkan reaksi orang
tua sebagai berikut:
a. Mengatasi masalah realistik masalah anak berkebutuhan khusus.
Banyak orang tua yang dapat mengatasi kekhususan anaknya
secara sehat dan kontruktif
b. Menolak kondisi anak berkebutuhan khusus. Tekanan sosial
ataupun
tekanan pribadi kerap mendorong orang tua untuk menolak kecacat
anak.
c. Mengasihani diri sendiri. Dalam hal ini orang tua merasakan hal
yang pahit sehingga mereka tidak bisa berfikir realistik dan
obyektif terhadap kebutuhan khusus pada anak. Mereka merasa
menjadi orang yang paling malang di dunia ini.
d. Perasaan ambivalen terhadap kebutuhan khusus pada anak
khusus. Meskipun sikap orang tua secara dominan positif, sering
kali disertai penolakan dan perasaanmarah. menimbulkan rasa
bersalah pada anak ini dapat
e. Proyeksi. Reaksi defentif yang biasa muncul untuk melawan
kecemasan. Kecemasan yang dikarenakan oleh rasa bersalah atau
perasaan tidak bisa menerima rasa marah yang dimiliki akan
berkurang apabila menyalahkannya pada orang lain.
f. Rasa bersalah, rasa malu, dan depresi. Featherstone (Hallahan
dkk. 2009 dalam Mangunsong, 2011) mengatakan bahwa
ketidaktahuan akan penyebab kelahiran anak berkebutuhan khusus
merupakan penyebab terbesar rasa bersalah orang tua. Ketidak
yakinan akan penyebab ketidaktahuan orang tua akan kondisi anak

12
menciptakan spekulasi bahwa merekalah penyebab dari kondisi
anak tersebut. Rasa malu orientasinya pada orang lain. Rasa
bersalah dan rasa malu melibatkan emosi kecemasan dan depresi
akan muncul apabila kecemasan dan tekanan dalam kehidupan
dirasa besar.
g. Pola saling ketergantungan. Anak berkebutuhan khusus akan
bergantung pada sikap orang tua yang berlebihan dan dilain pihak
orang tua memiliki kebutaan untuk mengasuh anak sebagai
pembuktian mereka memadai sebagai orang tua. Hal ini
menyebabkan kurangnya motivasi pada anak berkebutuhan
khusus.

13
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Anak berkebutahn khusus memiliki dampak secara langsung
dan tidak langsung, dari segi perkembangan yang berbeda
dengan anak typikal. Dampak secara langsung yang dirasakan
oleh anak berkebutuhan khusus adalah hambatan dalam
beraktivitas. Sedangkan hambatan tidak langsung yang dirakan
anak berkebutuhan khusus ialah adanya pembatasan pembatasan
dalam beberapa kegiatan.

Diperlukan sebuah layanan untuk bisa mencapai


keberhasilan dalam menganalisis suatu individu, layanan
bimbingan konseling yang bisa diberikan kepada anak
berkebutuhan khusus yakni bimbingan konseling identic dengan
Pendidikan, bimbingan sebagai pengambilan keputusan,
bimbingan sebagai distribusi penyesuaian, bimbingan sebagai
proses klinis, bimbingan sebagai konstelasi layanan, bimbingan
sebgai ilmu pengetahuan tentang kegiatan yang bertujuan,
bimbingan sebagai rekonstruksi sosial, bimbingan sebagai
pengembangan pribadi, bimbingan bersifat developmental,
bimbingan Pendidikan psikologis.

Bimbingan dan konseling bagi orangtua anak berkebutuhan


khusus sangat diperlukan untuk membantu orang tua anak
berkebutuhan khusus mengenal diri anak. secara spesifik dan
menemukan kebutuhan dan hambatan anak secara menyeluruh.
Dalam bimbingan dan konseling orang tua anak berkebutuhan
khusus dibantu memfasilitasi dan membantu anak berkebutuhan
khusus dalam mengembangkan potensi/ tugas-tugas
perkembangan secara optimal dan mengatasi permasalahan yang
dihadapi anak usia dini, meliputi aspek kultural, pendidikan,

14
psikologis, dan lingkungan. Bimbingan yang dapat dilakukan
pada orangtua anak berkebutuhan khusus antara lain. bimbingan
belajar, bimbingan sosial, dan bimbingan karir. Hal ini sangat
diperlukan agar orang tua dapat membimbing anak dalam
belajar, dalam mengajarkan sosialisasi pada anak, dan
membantu anak untuk menentukan karirnya di masa yang akan
datang.

15
Daftar pustaka

Dr. Endang Pudjiastuti Sartinah, M. d. (2021). BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS. Surabaya: Cerdas Ulet Kreatif.

Ika Febrian Kristiana, S. (2016). buku ajar psikologi anak berkebutuhan khusus.
semarang: UNDIP press.

Mudaim, P. S. (2020). PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA


PESERTA . seminar nasional pengabdian masyarakat.

16

Anda mungkin juga menyukai