Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Konseling Anak Berkebutuhan Khusus

Di susun oleh :

Kelompok 1

1. Amilia Putri (20010014001)

2. Muhammad Raditya Rahmannanda (2001001005)

3. Risma Indah Nurfadhila (20010014029)

4. Annisa Al Isra' (20010014047)

5. M. Syafi'i (2001001063)

Bimbingan Konseling 2020A

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Surabaya


1) Latar Belakang

Berdasarkan sejarah berkembangnya pandangan masyarakat umum terhadap


anak berkebutuhan khusus (ABK) yang telah dianggap tidak sama dengan anak
normal, maka banyak dari masyarakat menghindari anak tersebut. Sehingga selama
bertahun-tahun anak berkebutuhan khusus masih terabaikan dalam interaksi sosial
masyarakat.

Masih banyak anggapan masyarakat tentang anak berkebutuhan khusus yang


dianggap sebagai penyakit menular, kutukan, gila, dan lain-lain. Sehingga terdampak
bagi keluarga anak berkebutuhan khusus dan dihindari oleh sebagian masyarakat
sekitar. Kondisi tersebut bisa terdampak langsung dalam psikologi anak berkebutuhan
khusus tersebut, sehingga anak tersebut semakin merasa dikucilkan dan tidak
memiliki teman bermain layaknya anak lainnya. Dampak buruk lainnya adalah
kurangnya konsep diri pada anak berkebutuhan khusus, prestasi belajar,
perkembangan fisik dan perilaku menyimpang dapat menyebabkan buruknya
penilaian masyarakat terhadap anak berkebutuhan khusus (ABK).

Lingkungan yang tidak mendukung anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat


menyebabkan bertambahnya beban bagi anak tersebut. Tidak hanya mengatasi
hambatan yang dimilikinya, tetapi juga harus mengatasi masalah terhadap perilaku
masyarakat yang kurang menganggap dirinya sebagi orang yang memiliki kebutuhan
khusus. Ia harus menghadapi segala rintangan yang datang dari lingkungan
sekitarnya. Di lain sisi, ia berusaha untuk mengatasi masalah kebutuhan khususnya,
sedangkan masyarakat sekitar kurang ada kontribusi dalam membantu anak tersebut
untuk bisa keluar dari masalah yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus tersebut.

Semakin bertambahnya permasalahan membuat ABK menjadi individu yang


rentan kurang dianggap dari kehidupan social, politik, budaya, ekonomi, dan
pendidikan. Seakan mereka bukan bagian dari masyarakat dan dianggap tidak
membutuhkan hal tersebut. Sejatinya, ABK adalah anggota masyarakat juga, sama-
sama makhluk tuhan yang membutuhkan banyak hal sebagaimana manusia lainnya
agar mampu mengisi kehidupannya secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya.
Berdasarkan apa yang diutarakan diatas, maka anak berkebutuhan khusus
membutuhkan bantuan masyarakat untuk dapat membantu dalam mengatasi hambatan
yang dimilikinya. Sehingga anak tersebut tidak tertinggal oleh anak normal lainnya
dan dianggap seperti halnya anak biasa. Dengan adanya pendidikan tidaklah cukup
untuk membantu mengatasi hambatan tersebut. Maka bantuan seperti konseling
dibutuhkan untuk dapat membantu proses dalam mengatasi hambatan anak tersebut.
Kebutuhan konseling tidak hanya ditujukan oleh anak berkebutuhan khusus saja,
tetapi ditujukan juga kepada orang tua mereka. Karena orang tua memiliki rasa cemas,
stres, takut, dan merasa bersalah. Sehingga konseling sangat dibutuhkan untuk
membantu dalam mengatasi hambatan tersebut.

2) Pengertian

Proses konseling menurut Cormier & Hackey dalam Gibson & Mitchell
(1995:143), mengidentifikasikan bahwa terdapat empat tahapan proses konseling
yakni membangun hubungan, identifikasi masalah dan eksplorasi, perencanaan
pemecahan masalah, aplikasi solusi, dan pengakhiran. Menutut beberapa ahli
mengatakan bahwa praktik konseling adalah suatu hubungan profesional antara
konselor yang terlatih dan konseli atau bisa disebut juga dengan klien. Pada
umumnya, hubungan ini dapat bersifat individual maupun kelompok atau lebih dari
dua orang. Menurut Mortensen (1964) di dalam (Tohirin, 2011: 22) mengemukakan
bahawa “konseling merupakan proses hubungan antar pribadi dimana orang yang satu
membantu orang yang lainnyauntuk meningkatkan pemahaman dan kecakapan
menemukan masalah.Konseling ini juga digunakan untuk membantu konseli
memahami pandangan hidup terhadap ruang lingkupnya sehingga dapat menentukan
jalan keluar terbaik dan membuat pilihan untuk kehidupannya sendiri.

Dalam mempraktikkan bimbingan konseling terhadap konseli yang


membutuhkan bantuan, konselor diwajibkan untuk mengetahui secara pasti dan benar
keadaan yang sedang dialami oleh konseli saat ini. Program bimbingan dan konseling
tidak hanya berlaku pada siswa biasa saja, namun seiring perkembangan yang terus
maju hingga sekarang, bimbingan dan konseling juga diterapkan pada siswa
berkebutuhan khusus atau konseling ABK disekolah. Anak berkebutuhan khusus
adalah anak yang memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak
normal umumnya, dalam fisik, mental maupun karakteristik perilaku sosialnya
atau anak yang berbeda dari rata-rata umumnya, dikarenakan ada permasalahan
dalam kemampuan berpikir, penglihatan, pendengaran, sosialisasi dan bergerak

Konseling ABK dapat diartikan juga sebagai hubungan yang bersifat


membantu antara konselor kepada seseorang atau kelompok yang bersifat
interpersonal, yang mengharuskan perlakuan serta perhatian khusus dengan
menerapkan teknik-teknik dan pendekatan yang berbeda dari pada melakukan layanan
dengan konseli pada umumnya. Konseling ini sendiri dilakukan oleh guru BK dengan
terencana, terorganisir serta terkoordinasi berkesinambungan atau berkelanjutan.
Dalam dunia pendidikan, aktivitas pelaksanaan konseling ABK sendiri dapat kita
temui pada sekolah sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi (sekolah inklusi)
dimana didalam sekolah tersebut juga memberikan fasilitas pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus (ABK). Selain pada sekolah inklusi, konseling ABK juga dapat
ditemui pada sekolah sekolah luar biasa atau (SLB) lainnya yang membutuhkan
konselor.

3) Tujuan dan Fungsi

 Tujuan

a. Tujuan umum

Tujuan umum dalam konseling bagi anak berkebutuhan khusus adalah sesuai dengan
tujuan pendidikan yang tertulis dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) tahun 1998 (UU No. 2/1989) yaitu “Terwujudnya manusia Indonesia yang
cerdas, beriman, dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan” (Depdikbud, 1994:5). Layanan konseling bagi anak berkebutuhan
khusus diberikan dengan tujuan agar anak dapat mencapai penyesuaian dan
perkembangan yang optimal. Selain itu juga anak berkebutuhan khusus diarahkan
untuk membentuk kompensasi positif dari perbedaan yang dimilikinya dengan anak
seusianya.

b. Tujuan khusus
1. Memahami dirinya dengan baik

2. Memahami lingkungan dengan baik

3. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana

4. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari

 Fungsi

1. Fungsi pencegahan (preventif)

Fungsi ini merupakan sebuah pencegahan, dimana anak yang ditangani tidak berada
di fase yang parah.

2. Fungsi pemahaman

Fungsi ini merupakan sebuah kesepakatan antara konselor dan konseli mengenai
keadaan yang dialami oleh konseli.

3. Fungsi perbaikan

Fungsi ini merupakan sebuah tindakan yang diambil oleh konselor untuk
memperbaiki keadaan anak berkebutuhan khusus yang ditangani.

4. Fungsi pengembangan dan penyaluran

Fungsi ini dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak berkebutuhan khusus


secara akademik maupun non akademik, pola pikir, dan pengembangan dirinya.
SUMBER

 Fahmi Lukman. 2013. KONSELING BERKEBUTUHAN KHUSUS,


https://core.ac.uk/download/pdf/146820305.pdf , diakses pada 23 Agustus 2021 pukul
20.30

 Awwad, M. (2015). Urgensi Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Anak


Berkebutuhan Khusus. Al-Tazkiah: Jurnal Bimbingan Dan Konseling Islam, 4(1), 46–
64.

 Sutirna. (2019). Pengertian Bimbingan Dan Konseling. Bimbingan Dan Konseling,


21–44.

Anda mungkin juga menyukai