Anda di halaman 1dari 36

Modul ke:

Prinsip dan prosedur


dasar modifikasi perilaku
Punishment, stimulus control, respondent conditioning

Fakultas
Psikologi Rizka Putri Utami, M.Psi, Psikolog

Program Studi
Psikologi
www.mercubuana.ac.id
Punishment

• Adanya perilaku
• Konsekuensi langsung terjadi setelah perilaku
• Sebagai hasilnya, perilaku tersebut mungkin
tidak akan dilakukan lagi di masa mendatang.
Punisher (Aversive stimulus)

• Merupakan konsekuensi yang membuat


perilaku tertentu tidak akan terulang lagi atau
kemungkinan untuk diulang menjadi kecil
Contoh kasus

• Anak laki-laki sering mengganggu adiknya dan


membuatnya menangis, kemudian ibunya
memarahi dan memukulnya. Anak laki-laki
tersebut berhenti menganggu adiknya ketika di
marahi, namun keesokan harinya ia
mengulangi perilaku yang sama.
• Dimarahi dan dipukul merupakan bentuk
reinforcement positif.
• Lalu apa itu punishment?
• Punishment itu bukan konsekuensi yang tidak
mengenakkan ataupun menyenangkan saja.
Sebuah konsekuensi dikatakan negatif jika ia
mengurangi munculnya perilaku yang tidak
diinginkan di masa yang akan datang
Contoh kasus

• Perilaku anak yang dimarahi oleh orang tuanya


merupakan reinforcement positif (penguatan
positif)
• Perilaku orangtua yang memarahi dan
memukul anak merupakan reinforcement
negatif (penguatan negatif) karena anak tadi
berhenti mneganggu adiknya
Punishment
• Positif punishment:
1. Perilaku terjadi
2. Diikuti oleh kehadiran aversive stimulus
3. Hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang
akan datang
• Negatif punishment:
1. Perilaku terjadi
2. Diikuti oleh penghilangkan stimulus yang
menguatkan/ menyenangkan
3. Hasilnya perilaku tidak akan terjadi di masa yang
akan datang
Negative punishment

• Time-out dari penguatan positive: Penguatan


di hilangkan dalam waktu beberapa saat
Contoh: Peneletian Clark, Rowbury, Baer, dan Baer
(1973) mengurangi perilaku agresif anak down
syndrome, dengna menyuruhnya untuk duduk
dengan dirinya sendiri selama 3 menit.
• Response cost: kebalikan dari token ekonomi
Unconditioned dan Conditioned
Punisher
• Unconditioned Punisher: secara alamiah
kejadian/ hal tersebut mengadung unsur
aversive (sesuatu yang tidak menyenangkan).
Contoh: dingin atau panas yang berlebihan,
stimulus yang menyakitkan seperti benda
tajam, electric schock,
• Conditioned Punisher: stimulus atau kejadian
yang berfungsi sebagai aversive stimulus
setelah dipasangkan dengan unconditioned
stimulus
Unconditioned dan Conditioned
Punisher
• Conditioned Punisher: stimulus atau kejadian
yang berfungsi sebagai aversive stimulus
setelah dipasangkan dengan unconditioned
stimulus
• Contoh:
Kata jangan, ekspresi wajah, tiket denda
Persamaan dan Perbedaan
Yang mempengaruhi efektifitas punishment

• Kondisi yang baik akan mampu membentuk


perilaku yang sesuai,
• Mengurangi penyebab terjadinya perilaku yang
tidak sesuai.
• Perhatian pada cara pemberian punishment
akan mempengaruhi keefektifan punishment
• pemberitahuan mengenai pemberian
punishment akan menjadikannya lebih efektif
Problem Punishment

• Membuat seseorang agresif


• Membuat seseorang melakukan escape dan
avoidance.
• Penggunaan yang berlebihan dari pemberi
hukuman
• Perilaku tersebut akan menjadi model bagi
yang dihukum, kemungkinan ia akan
menghukum dirinya sendiri di masa yang akan
datang.
• Terkait dengan kode etik
Stimulus Kontrol:
Diskriminasi dan Generalisasi
Pengantar

• Penyebab (Antecedent) adalah stimulus,


situasi, kejadian, atau keadaan yang hadir
ketika atau sebelum perilaku itu muncul.

• Kenapa penting membahas penyebab


(Antecedent)?
Contoh:
Antecedent: Ibu bukan ayah
Behavior: Meminta uang
Konsekuensi: terpenuhi kebutuhannya
EO: Kondisi tono yang membutuhkan uang
Pengertian Stimulus Control

Stimulus control, yaitu sebuah perilaku


cenderung dilakukan ketika penyebab
(Antecedent) hadir.
Mengembangkan Stimulus Control:
Training Stimulus Discrimination
• Kehadiran stimulus penyebab (antecedent) disebut
sebagai Discriminative Stimulus (SD).

• Proses penguatan (reinforcing) perilaku ketika


Discriminative Stimulus (SD) hadir disebut sebagai
Stimulus Discrimination Training.
2 langkah dalam Stimulus Discrimination
Training:
• Ketika (SD) hadir, maka perilaku mendapat
penguatan.
• Ketika penyebab lain selain (SD) hadir maka ia
tidak mendapat penguatan. Penyebab
(antecedent) yang tidak mendapat penguatan
disebut S- Delta (SΔ).
Konsekuensinya

• Perilaku akan cenderung untuk dilakukan


ketika SD hadir dan perilaku tidak akan
dilakukan ketika SΔ hadir. Inilah yang dimaksud
dengan stimulus control.
N.B.

• kehadiran SD tidak menyebabkan perilaku


terjadi akan tetapi kehadiran SD
memungkinkan untuk terjadinya perilaku
karena adanya asosiasi dengan penguatan
(reinforcement) yang didapatkan sebelumnya.
Contoh:
Contoh:
Contoh:
Generalisasi

Generalisasi terjadi ketika perilaku dilakukan


dengan kehadiran stimulus yang hampir sama
dengan SD atau generalization gradient.
Generalisasi
Respondent Conditioning
Prinsip prinsip Respondent Conditioning
• US (Unconditioned Stimulus)
• UR (Unconditioned Respon)
– Respon yang tidak dikondisikan (yaitu respon individu yang
secara otomatis muncul terhadap US tanpa adanya
pengkondisian terlebih dahulu).
• CS (Conditioned Stimulus)
– Merupakan stimulus yang sudah terkondisi (yaitu stimulus
netral yang dapat menumbuhkan respon jika dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisikan).
• CR (Conditioned Respon)
– Adalah respon yang terkondisi (yaitu respon individu yang
muncul setelah melalui suatu pengkondisian / latihan
tertentu).
Respondent Extinction

• Dalam respondent Conditioning dapat terjadi


Respondent Extinction yaitu hilangnya
kemampuan CS dalam mempengaruhi CR
sehingga lama-kelamaan akan melemah dan
menghilang.
– Jika seorang anak takut dengan anjing (selalu
menangis jika mendengar gonggongan atau
melihat anjing) dalam hai ini gonggongan anjing
(tanda-tanda anjing) adalah Stimulus (CS) dan
menangis adalah respon (CR) maka jika anak
didekatkan pada anjing secara berulang-ulang dan
ternyata anjing tidak menyakitinya, maka lama
kelamaan anak tersebut tidak akan takut atau
menangis lagi jika dia mendengar gonggongan atau
melihat anjing) dalam hal ini Respon (CR) yaitu
rasa takut atau menangis hilang.
Counter Conditioning

• Counter conditioning terjadi ketika CS


kehilangan kemampuannya untuk
menghasilkan CR, dan sebagai gantinya
diperoleh CR baru, menggantikan yang
sebelumny
Aplikasi dari Respondent
Conditioning
• Terapi Aversive
– Dikembangkan sebagai counteract terhadap
pengaruh reinforcer yang tak diinginkan.
• Treatment for Chronic Constipation
• Treatment of Nocturnal Enuresis (Bed
Wetting)
Respondent Conditioning VS Operant
Conditioning
• Respondent Conditioning: UR dan CR disebabkan
oleh stimulus dan sifatnya lebih biologis
• Operant Conditioning perilaku dikontrol oleh
konsekuensi
• Ekstingsi pada perilaku respondent terjadi ketika tidak
adan pemasangan antara CS dengan US, sehingga CS
tidak bisa lagi menghasilkan CR
• Ekstingsi pada perilaku operant terjadi kalau
konsekuensi tidak terjadi
Conditioned Emotional Response

• Little albert
• Phobia VS Cemas
Diskriminasi dan Generalisasi pada
Respondent Behavior

• Diskriminasi CR terjadi disebabkan oleh satu


CS yang spesifik
• Generalisasi terjadi ketika CS yang hampir
mirip dapat membangkitkan CR
Terima Kasih
Rizka Putri Utami, M.Psi, Psikolog

Anda mungkin juga menyukai