Anda di halaman 1dari 24

STRATEGI PENGUBAHAN TINGKAH LAKU

MENGURANGI TINGKAH LAKU NEGATIF


Terdapat 3 strategi yang dapat digunakan
untuk mengurangi tingkah laku negatif yaitu

A B C
Extinction Punishment Time Out
(Kepunahan) (Hukuman)
Extinction

Extinction adalah pengurangan tingkah laku


negatif dengan menghilangkan
penguat/reinforcement yang mengikuti tingkah
laku yang diinginkan. Dampak dari extinction ini
adalah penurunan frekuensi tingkah laku hingga
mencapai tingkat yang ditentukan sebelumnya
atau pada akhirnya berhenti terjadi.
Contohnya

 Seseorang siswa dikelas selalu meneriakkan


jawaban sebelum dipanggil untuk mendapatkan
perhatian guru, guru seharusnya mengabaikan
siswa tersebut dan bukan mengakui jawaban siswa
tersebut. Pengakuan terhadap siswa merupakan
reinforcement positif untuk perilakunya. Begitu
reinforcement ditarik, perilaku tersebut seharusnya
hilang.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN EXTINCTION

1. Mengontrol pemberian penguatan untuk perilaku yang akan


dikurangi
 Dalam extinction diperlukan lingkungan yang mendukung, yakni orang-
orang disekitar proses extinction berlangsung. sehingga extinction dapat
benar-benar mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

 Contoh Seorang anak saat dirumah, selalu berteriak-teriak ketika


dimandikan oleh ibunya. Perilaku tersebebut diabaikan saja oleh ibu. Akan
tetapi pada suatu saat ketika nenek sedang berkunjung kemudian melihat
cucunya berteriak, sang nenek menenangkannya dan memberi mainan.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN EXTINCTION

2. Extinction dihubungkan dengan positive reinforcement


 Extinction lebih efektif (lebih cepat) bila dikombinasikan dengan positive
reinforcement untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan.
Reinforcement yang digunakan haruslah benar-benar dapat untuk
menurunkan perilaku.

 Contoh : Seorang murid selalau membuat keributan di kelas. Oleh gurunya


kemudian diabaikan, sampai kemudian capek dan berhenti. Beberapa saat
kemudian murid diberi pujian oleh guru, lambat laun murid akan mengerti
bahwa bila tidak membuat keributan akan mendapat pujian, dan bila tetap
membuat keributan di kelas akan diacuhkan oleh guru dan tidak mendapat
apa-apa.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN EXTINCTION

3. Instruksi; Penggunaan aturan


 Terapkan aturan yang menegaskan extinction yang dilakukan untuk
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Rumus dalam instruksi adalah
“jika kamu melakukan X, maka/lalu Y tidak akan kamu dapat”. Hal ini akan
membantu dalam membantu mempercepat pengurangan perilaku yang
tidak diinginkan.

 Contoh : Ibu berkata: saya senang berbincang mengenai hal lain, tapi setiap
saat kamu pulang dari sekolah dan mengeluhkan tugas yang banyak yang
setiap hari sama saja, ibu hanya akan mengacuhkannya.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN EXTINCTION

4. Extinction akan lebih cepat setelah continous reinforcement


Extinction akan berlangsung cepat setelah diikuti continuous
reinforcement pemberian penguatan setiap kali perilaku diharapkan
muncul.

Contoh: Anak meminta perhatian saat ibu sedang bicara di


telepon, ibu mengabaikannya. Begitu anak diam dan tenang ibu
langsung memperhatikan dan memberikan apa yang dibutuhkan anak.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KEEFEKTIFAN EXTINCTION
5. Perilaku yang dihilangkan mungkin menjadi buruk sebelum membaik.
Peningkatan frekuensi perilaku yang tidak diinginkan bisa saja muncul ketika
extinction diterapkan pertama kalinya, sebelum perilaku tersebut berkurang
hingga betul-betul menghilang.

Contoh:
Seorang anak yang ada dikelas secara terus membuat keributan untuk
mendapatkan perhatian guru. Ketika guru menerapkan extinction
(mengacuhkan perilaku tersebut) maka untuk beberapa saat diawal extinction
tersebut diterapkan maka anak bisa saja meningkatkan frekuensi dengan
semakin rebut sebelum secara berangsur-angsur berkurang. Mengapa?
Karena kebanyakan kita belajar bahwa ketika sesuatu tidak menyita perhatian
kita, maka mungkin dengan menambahkankan atau meningkatkan perilaku
(kuantitas/kualitas) mungkin cukup untuk menarik perhatian..
Punishment
 Punishment atau hukuman adalah konsekuensi yang
tidak menyenangkan yang digunakan untuk
melemahkan perilaku. Hukuman merupakan
konsekuensi yang diberikan guru dalam rangka
memperlemah perilaku negatif murid dengan harapan
bahwa perilaku tersebut tidak terulang kembali.

 Contoh : Muka guru merengut pada saat murid bicara


kasar di kelas dan kemudian perilaku itu menurun,
maka muka guru merengut itu merupakan hukuman
bagi tindakan murid.
Punishment

Punishment positif adalah penambahan stimulus yang tidak


menyenangkan ketika perilaku yang tidak diinginkan muncul
dengan tujuan mengurangi perilaku tersebut.

Contoh : ketika Mahasiswa main hp di kelas dosen memanggil


nama mahasiswa tersebut dengan lantang, ketika dipanggil main
hpnya berkurang/menghilang.
Punishment

Punishment negatif adalah pengurangan stimulus yang


menyenangkan ketika perilaku yang diinginkan muncul.

Contoh : Ketika sedang menonton televisi, Nail selalu memukul


Zaza, untuk selanjutnya ibu mengurangi/menghilangkan perilaku
memukul tersebut dengan tidak mengizinkan Nail menonton tv
(Stimulus menyenangkan dihilangkan)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keefektivan Punishment (Hukuman)
1. Kesegeraan
Waktu antara munculnya perilaku dan konsekuensi yang
menguatkan adalah faktor yang penting. Untuk konsekuensi
yang lebih efektif, konsekuensi tersebut harus diberikan
segera setelah munculnya tingkah laku.

Contoh: Saat murid mengeluarkan kata-kata kasar di kelas,


maka guru yang sedang mengajar segera menunjukkan
wajah marah kepada murid tersebut. Perilaku guru
”menunjukkan wajah marah” pada sang murid, akan menjadi
lebih efektif jika dilakukan segera pada saat anak
mengeluarkan kata-kata kasar dibandingkan dengan
menundanya hingga 30 menit kemudian atau beberapa
menit kemudian.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keefektivan Punishment (Hukuman)

2. Konsistensi.
Ketika respon secara konsisten diikuti oleh konsekuensi yang
segera, konsekuensi tersebut akan lebih efektif untuk
menghentikan respon tersebut. Punishment akan lebih
efektif jika punishment tersebut dipasangkan secara
konsisten.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Keefektivan Punishment (Hukuman)

4. Efektifitas hukuman berbeda bagi setiap individu.

Keefektifan pemberian punisher (penghukum) akan berbeda pada


setiap individu. Keefektivan punisher juga di tentukan oleh
kwantitas punisher-nya.

Contoh: Gigitan nyamuk adalah stimulus tidak disukai bagi


kebanyakan orang dengan demikian, beberapa orang menolak
untuk keluar sama sekali ketika nyamuk menggigit, sedangkan
yang lain pergi ke luar dan tampaknya tidak terganggu oleh gigitan
nyamuk. Ini menunjukkan bahwa gigitan nyamuk dapat menjadi
stimulus hukuman bagi sebagian orang tetapi tidak pada yang lain.
Time Out

Time Out adalah salah satu tipe hukuman negatif


dimana semua bentuk reinforcement positif
disingkirkan dari anak setelah menunjukkan perilaku
maladaptif. Hal ini dilakukan dengan harapan bahwa
anak tersebut tidak akan terus terlibat dalam perilaku
maladaptif dimasa mendatang karena anak ingin
mempertahankan reinforcer positif.
JENIS Time-Out

A B C
Seclusionary exclusionary non-
time-out. time-out seclusionary
time-out
Time Out

1. Seclusionary time out terjadi ketika anak


dibawa ke ruangan yang berbeda, yang disebut
dengan ruang pengasingan.
Time Out
2. Exclusionary time-out.
Exclusionary time out terjadi ketika anak tersebut
disingkirkan dari lingkungan dimana kegiatan
terjadi, anak dibawa ke lokasi lain seperti tangga
atau lorong.

Contoh : Seorang murid karena ribut dan


mengganggu temannya diberikan time-out dengan cara
menyuruh dia duduk di pojok menghadap tembok
sampai batas waktu yang ditentukan.
Time Out

3. Non-seclusionary time-out.
Terjadi ketika seorang anak tetap dalam lingkungan
tetapi tidak diizinkan untuk ikut dalam kegiatan yang
memberikan reinforcement.
Langkah-langkah penerapan time-out

1. Guru atau orang tua harus paham dengan


detail perilaku bermasalah yang harus diubah. Misalnya, anak yang suka naik
meja ketika pelajaran. Atau anak yang berteriak-teriak dan berguling-guling
di lantai ketika meminta sesuatu kepada orangtuannya.

2. Memaksimalkan kondisi untuk memunculkan perilaku alternatif, sehingga


dapat diberi penguatan ketika anak melakukan perilaku positif
menggantikan perilaku yang tidak diharapkan. Artinya, orang tua atau guru
harus mampu menciptikan situasi yang memungkinkan anak berperilaku
positif, bukan sebaliknya menciptakan situasi memancing anak untuk
memunculkan perilaku bermasalah.
Langkah-langkah penerapan time-out
3. Memilih time-out yang efektif. Hukuman dalam bentuk time-
out dipastikan diberikan sesegera mungkin setelah anak melakukan perilaku
yang tidak diharapkan. Hukuman dalam bentuk time-out harus konsisten
diberikan kepada anak setiapkali anak tersebut melakukan perilaku
bermasalah. Agar menjadi efektif, pemberian time-out tidak diberikan
bersamaan dengan pemberian penguatan.

4. Komunikasikan prosedur time-out kepada anak sebelumnya. Anak harus


mendapatkan informasi yang jelas dan lengkap tentang program ini agar
anak mampu terlibat penuh. Anak juga harus diinformasikan frase-frase
yang digunakan dalam time-out.

5. Penerapan hukuman dilakukan dengan aturan yang jelas. Anak harus


mengetahui aturan main dari time-out. Sangat baik jika penerapan time-out
disertai dengan pencatatan.
TUGAS

Buatlah sebuah kasus dan penyelesaian masalah!


Format :
1. Identifikasi masalah
2. Menentukan program yang akan dilakukan
3. Menentukan strategi dan penerapanya (Gunakan
strategi mengurangi tingkah laku negatif)
Terimaksih

Anda mungkin juga menyukai