Disusun oleh :
1. Riski Nur Arisah (PA721009)
2. Tatimaturrohmah (PA721010)
3. Zulfa Solikhatun (PA721042)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya berupa
kesehatan dan kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai sesuai dengan waktu yang
kami inginkan. Salawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan yang lurus menuju ridho-Nya.
Makalah ini dapat selesai dengan tepat waktu karena bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh para
pendukung yaitu:
1. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral maupun material.
2. Dosen pengampu yang telah memberikan arahan.
3. Teman-teman yang memberikan kontribusi dengan berdiskusi.
Tiada gading yang tak retak pun dengan makalah kami yang masih sarat dengan
kesalahan. Maka dari itu, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam makalah kami
serta berharap kritik dan saran yang membangun sehingga kami bisa membenahi dan
menyempurnakan makalah kami selanjutnya.
DAFTAR ISI
2
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Punishment
B. Macam- macam Punishment.
C. Tujuan Punishment.
D. Penerapan Punishment dalam Modifikasi Perilaku.
E. Kasus dan Implemantasi Punishment dalam Lingkup Keluarga.
F. Dampak Positif dan Negatif dari Hukuman.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. DAFTAR PUSTAKA
BAB I
3
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Punishment dibagi menjadi dua macam yaitu punishment negative dan punishment
positif. Selain itu, terdapat dua macam punishment yang didasarkan pada waktu pemberian
hukuman. Punishment langsung dan punishment tertunda. Dalam menerapkan teknik
punishment tedapat factor yang mempengaruhi keefektifan dari punishment dan juga
kekurangan serta kelebihan punishment sebagai salah satu prinsip dalam modifikasi perilaku.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Masalah
BAB II
4
ISI
5
jawab kepada individu atas konsekuensi dari kesalahan atau pun pelanggaran
yang dilakukan. Dalam teori Skinner hukuman dibagi menjadi dua yaitu:
a) Hukuman positif (positif punishment) adalah berkurangnya perilaku
ketika diikuti dengan rangsangan yang tidak menyenangkan.
Contoh : seorang anak sekolah dasar yang ketahuan menyontek oleh
gurunya diberi hukuman dengan menyuruh untuk berdiri di depan kelas
dengan mengangkat kaki satu dan tangannya memegang telinga secara
menyilang.
b) Hukuman negative (negative punishment) adalah berkurangnya perilaku
ketika rangsangan positif dihilangkan atau diambil.
Contoh : seorang anak yang tidak mau belajar maka uang sakunya akan
dikurangi.
Menurut waktu pemberian hukuman, hukuman dibagi menjadi dua
yaitu hukuman langsung dan hukuman yang tertunda. Hukuman langsung
adalah hukuman yang diberikan segera setelah melakukan perbuatan yang
salah.
Hukuman ini lebih efektif untuk menurunkan tingkat kemunculan
perilaku yang kurang baik. Kedua, hukuman yang tertunda yang diberikan
secara langsung dengan jeda waktu yang tidak lama setelah melakukan
suatu kesalahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan hukuman :
1. Immediacy/Kesegeraan
Waktu antara munculnya perilaku dan konsekuensi yang
menguatkan adalah faktor yang penting. Konsekuensi akan lebih
efektif jika diberikan segera setelah munculnya perilaku. Contoh:
saat seorang siswa berkata kasar di kelas, maka guru yang sedang
mengajar segera menunjukkan wajah marah kepada siswa tersebut.
Hal ini akan menjadi lebih efektif jika dilakukan segera pada saat
anak mengeluarkan kata-kata kasar dibandingkan dengan
menundanya hingga 30 menit kemudian atau beberapa menit
kemudian.
2. Contingency
Ketika respon secara terus menerus diikuti oleh konsekuensi
yang segera, akibatnya akan lebih efektif untuk menghentikan
respon yang ingin dihilangkan. Punishment akan lebih efektif jika
dipasangkan secara konsisten.
c) Establishing Operations
Establishing operations adalah kejadian yang mengubah nilai
sebuah stimulus menjadi sebuah penguat. Contoh: orang tua
memberitahukan kepada anak-anaknya yang berbuat nakal saat makan
malam maka ia tidak akan mendapatkan makanan penutup (dessert),
menjadi kurang efektif jika saat itu anak sudah menikmati dua atau
lebih makanan penutup.
6
d) Individual Differences
Perbedaan Individual dan Magnitude/Kwantitas dari
penghukum. Keefktifan pemberian hukuman berbeda untuk setiap
individu karena memang setiap individu memang berbeda dalam
merespon stimulus yang ia terima. Selain itu, penghukum akan lebih
efektif jika kwantitasnya banyak . Contoh: digigit nyamuk adalah
sesuatu yang dinilai sebagai stimulus yang sedikit tidak menyenangkan
untuk kebanyakan orang; perilaku memakai celana pendek di dalam
hutan mungkin menjadi punishment karena nyamuk menggigit kaki,
dan merindukan memakai celana panjang pada situasi ini diperkuat
secara negatif (negatively reinforced) untuk menghindari gigitan
nyamuk. Contoh lainnya, sebagai pembanding, adalah sakit yang
sangat dirasakan akibat sengatan lebah merupakan punisment bagi
kebanyakkan orang. Orang akan menghentikan perilaku yang akan
mengakibatkannya disengat lebah dan meningkatkan perilaku mereka
yang dapat menghindarkan mereka dari sengatan lebah. Karena
disengat lebah lebih menyakitkan bila dibandingkan dengan digigit
nyamuak, maka sengatan lebah menjadi lebih efektif sebagai punisher.
Masalah yang Timbul dari Hukuman
1) Hukuman dapat menghasilkan tindakan yang emosional yang
berupa tindakan verbal maupun non verbal.
2) Penggunaan hukuman dapat secara negatif menguatkan untuk
orang yang menghukum sehingga dapat mengakibatkan
penyalahgunaan atau menghukum secara berlebihan.
3) Punishment bisa menjadi bentuk modeling dan perilaku
seseorang yang dihukum akan cenderung untuk menggunakan
hukuman pada masa mendatang.
4) Punishment sangat dekat dengan issue ras (etnik) dan issue
kemampuan menerima.
7
3. Hukuman harus menimbulkan kesan kesadaran dan penyesalan
dalam hati individu.
4. Tidak memukul pada tempat yang sensitive dan pukulannya tidak
boleh menyakiti siswa atau tidak membekas.
5. Hukuman baru bisa diberikan kepada individu yang berusia 10
tahun yang diawali dengan hukuman yang ringan sesuia dengan
kesalahan yang dilakukan.
Prosedur punishment seringkali tanpa sadar digunakan oleh orang dewasa,
dengan alasan demi kebaikan anak dan kebaikan masyarakat Pemberian
punishment seringkali mengurangi perilaku dengan segera sehingga si pemberi
hukuman mendapatkan pengukuh Penggunaan prosedur punishment seringkali
menyebabkan terjadinya kontroversi sehingga penerapan prosedur tersebut harus
bergantung pada tujuan dan kondisi situasionalnya, termasuk pertimbangan-
pertimbangan dari segi kepraktisan, hukum, moral dan etika.
Banyak kalangan meyakini bahwa penggunaan punishmentyang diiringi
dengan aversive event mungkin akan melanggar hak-hak individu yang sedang
dikenai prosedur tersebut Prosedur punishment yang digunakan dengan cara
aversive seringkali menyakitkan atau kurang nyaman sehingga banyak individu
meyakini bahwa prosedur punishment menyebabkan rasa sakit atau tidak nyaman
yang seharusnya tidak perlu dirasakan oleh individu yang menjalani Prosedur
punishment bukanlah pilihan pertama pada intervensi yang dilakukan untuk
mengurangi atau menurunkan masalah perilaku
Dalam buku ilmu pendidikan teoritis dan praktis oleh M. Ngalim Purwanto
terdapat beberapa jenis punishment, antara lain :
1. Punishment prefentif
Penushment yang dimaksudkan agar suatu pelanggaran atau perilakuu
maladaptive tidak terjadi atau dengan kata lain mencegah pelanggaran.
Punishment prefentif memiliki berbagai bentuk seperti :
a.Tata tertib yang harus dipatuhi misalnya siswa dalam sekolah dan bila
melanggar maka ia akan diberi punishment.
b. Anjuran dan perintah dengan memberikan saran aktivitas yang baik
untuk dilakuakn seperti belajar setiap hari, menepati janji dan
menabung.
c. Larangan yang merupakan kebalikan dari perintah. Larangan
manyuruh individu agar tidak melakukan hal yang buruk, misalnya
pulang malam, menyontek, mencuri, dll.
d. Paksaan yang berupa perintah dengan kekerasan kepada individu
untuk melakukan tugas yang seharusnya dilakukan. Paksaan bertujuan
agar dalam proses belajar misalnya, tidak terhambat dan terganggu.
8
e. Disiplin adalah hukuman prefentif dengan mematuhi periintah dan
menjauhi larangan atas dasar kesadaran dalam diri individu.
2. Punishment represif.
Punishment represif adalah hukuman yang diberika setelah
pelanggaran dilakukan. Punishment represif bertujuan menyadarkan
kesalahan individu agar kembali melakukan hal yang baik lagi. Bentuk dari
punishment represif adalah sebagai berikut :
a. Perberitahuan kepada individu yang telah melakukan kesalahan karena
ia belum tahu aturan yang harus dipatuhi.
b. Teguran.
Teguran adalah pemberitahuan kepada siswa tentang kesalahan yang
telah dilakukan dan ia telah tahu aturan yang seharusnya dipatuhi.
c. Peringatan.
Peringatan diberikan kepada siswa yang telah berulang kali melakukan
kesalahan dan telah ditegur berulang kali.
d. Hukuman. Hukuman diberikan kepada seseorang yang tetap melakukan
pelanggaran walaupun sudah ditegur dan diperingatkan berkali-kali.
C. Tujuan Punishment.
9
pendek. Tujuan jangka panjang dari punishment adalah untuk menyadarkan dan
menghentikan sendiri apabila ia bertingkah laku salah serta menanamkan nilai moral
dalam diri individu. Sedangkan tujuan jangka pendeknya hanyalah menghentikan
perbuatan yang tidak seharusnya dilakukan pada saat itu.
Tujuan pemberian punishment berbeda-beda tergantung teori yang
mendasarinya. Berikut ini penjelasan mengenai beberapa teori punishment :
1. Teori pembalasan.
Hukuman dalam teori ini bertujuan sebagai balas dendam terhadap kesalahan
yang telah dilakukan seseorang.
2. Teori perbaikan.
Hukuman disini digunakan untuk memperbaiki perilaku pelanggar agar tidak
mengulangnya lagi.
3. Teori perlindungan
Dalam teori ini, hukuman dijadikan sebagai perlindungan terhadap masyarakat
dari tindakan yang merugikan. Hukuman ini dapat melindungi orang lain dari
pelanggaran yang dilakukan pelanggar.
4. Teori ganti rugi
Hukuman dalam teori ini digunakan sebagai ganti rugi atas pelanggaran yang
telah dilakukan seseorang. Teori ini banyak terjadi dalam masyarakat.
5. Teori menakut-nakuti.
Hukuman dalam teori ini digunakan untuk menimbulkan rasa takut kepada
pelanggar akan akibat yang akan diperoleh apabila melakukan pelanggaran.
Dalam teori diatas saling melengkapi karena setiap teori hanya mengandung satu
aspek. Teori-teori saling melengkapi satu sama lain dalam penerapan punishment.
10
dijauhkan dari aktifitas yang menimbulkan kepuasan (seperti; bermain, berpartisipasi
dalam diskusi ); siswa dihambat dari sumber-sumber perhatian orang dewasa atau
temannya.
Time-out eksklusi. Time-out ini mencakup menarik siswa secara fisik dari
lingkungan yang secara potensial me-reinforce. Ruang yang digunakan untuk
mengisolasi siswa tidak perlu dirancang secara khusus, namun demikian disarankan
memakai ruang yang tepat menjamin keamanan. Kriteria ruang: harus memiliki luas
dan penerangan yang memadai, memiliki penerangan dan ventilasi yang memadai,
ruang hendaknya tidak terkunci dengan berbagai alat mekanik yang dapat
menghambat kemungkinan orang dewasa melakukan supervise, dan ruang harus
memungkinkan guru/konselor memonitor siswa tanpa perlu hadir di ruang itu, ruang
harus bebas dari obyek-obyek yang membahayakan, jika siswa senang berperilaku
agresif, sebaiknya lantai dan dinding diberi karpet, pintu ruang harus cukup lebar
untuk mengantisipasi keamanan kalau sewaktu-waktu siswa agresif dimasukkan ke
dalam ruang itu; dan siswa tidak ditarik dari kebutuhan fisik dasar seperti makanan
kecil, air, dan ruang untuk membasuh diri.
11
4) Setelah gurunya berulang kali menegur dan memperingatkannya, dia tetap saja
mengulangi perbuatannya. Akhirnya gurunya menghukumnya dengan bentuk
hukuman Exclusion and nonexclusion time-out.
a. Time-out non–eksklusi: gurunya mengambil mainan kesukaannya tersebut
b. Time-out eksklusi: gurunya memindah tempat duduknya ke sudut kelas.
5) Setelah kejadian tersebut, Richad diberi nasihat oleh pengasuhnya dengan
bahasa yang halus, sehingga dia bisa mengerti apa maksud dari gurunya
melakukan hal tersebut kepadanya. Setelah dia mengerti, di keesokan harinya
tidak lagi mengulangi perbuatannya.
Dari kasus di atas bisa diambil kesimpulan bahwa jenis punishment yang
digunakan guru dalam mengubah perilaku Richad yang hiperaktif adalah punishment
negative.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukuman adalah tindakan yang diberikan kepada individu untuk agar tidak
mengulangi perbuatan salaj yang dilakukanya.
Menurut Skinner hukuman dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Hukuman positif (positive punishment): pemberian hukuman yang tdk
menyengkan agar perilaku dapat berkurang
2. Hukuman negatif (negative punishment): mengambil sesuatu yang
menyengkan agar perilaku berkurang
Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan hukuman:
1. Immediacy/Kesegeraan
2. Contingency
3. Establishing operations adalah kejadian yang mengubah nilai sebuah stimulus
menjadi sebuah penguat
4. Perbedaan Individual dan Magnitude/Kwantitas dari penghukum
Penerapan Punishment dalam Modifikasi Perilaku:
Menarik kejadian-kejadian yang menimbulkan kepuasan. Pendekatan ini dibagi
menjadi dua yaitu :
1) Response cost, yakni menarik stimulus yang diinginkan seperti makanan,
mainan, uang diukur berdasarkan respon sasaran.
2) Exclusion and nonexclusion time-out, yakni semua sumber kepuasan ditarik
dari dekat individu. Menghentikan penguataan positif meliputi memindahkan
individu dari semua sumber penguatan yang menyertai tingkah laku yang tidak
tepat. Ada dua jenis time-out yaitu time outnon-eksklusi dan time-out ekslusi.
Time-out non–eksklusi. Time-out ini menghilangkan semua sumber
yang menimbulkan kepuasan bagi siswa tanpa membatasi lingkungannya.
Misalnya mengambili: robot-robotan, tape, krayon, kertas, pensil, buku); siswa
dijauhkan dari aktifitas yang menimbulkan kepuasan (seperti; bermain,
berpartisipasi dalam diskusi ); siswa dihambat dari sumber-sumber perhatian
orang dewasa atau temannya.
Time-out eksklusi. Time-out ini mencakup menarik siswa secara fisik
dari lingkungan yang secara potensial me-reinforce. Ruang yang digunakan
untuk mengisolasi siswa tidak perlu dirancang secara khusus, namun demikian
disarankan memakai ruang yang tepat menjamin keamanan.
13
3. Si pelanggar menjadi kehilangan perasaan salah, karena si pelanggar merasa
telah membayar hukumannya dengan hukuman yang telah diterimanya.
Dampak positif dari Hukuman:
Dampak positif hukuman menurut Armai Arief antara lain:
1. Menjadikan perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan murid.
2. Murid tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.
3. Merasakan akibat perbuatannya sehingga ia akan menghormati dirinya.
B. Daftar Pustaka
http://universitas.widyamandala.ac.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=341:punishment-dan-implementasinya-pada-
perilaku-tidak-disiplin&catid=65:krida-rakyat
M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung, 1994)
http://kulpulan-materi.blogspot.com/2012/09/hukuman-punishment-menurut-
skinner.htmlent tertunda.Dalam menerapkan teknik punishment tedapat factor yang
mempengaruhi keefektifan dari punishment dan juga kekurangan serta kelebihan
punishment sebagai salah satu prinsip dalam modifikasi perilaku.
14