DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DOSEN PENGAMPU :
2023
A. LATAR BELAKANG
Burrhus Frederic Skinner merupakan seorang Psikolog Amerika Serikat yang
terkenal dengan aliran behaviorisme. lahir pada tanggal 20 Maret 1904, di kota kecil
Susqoehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Skinner menempuh karirnya di
Harvard University, ia meraih gelar master Psikologi pada tahun (1930) dan doktoral
(1931). Skinner banyak menyinggung pemikirannya yang menyebutkan bahwa setiap
manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.
karya terbaiknya adala Walden II, sebuah buku fiksi yang didalamnya memuat
perilaku sebuah komunitas berdasarkan pandangan behaviorisme. karya terakhirnya
yakni about behaviorism terbit pada tahun 1974 dengan tema pokoknya ialah seputas
tingkah laku yang terbentuk oleh konsekuensi dan tingkah laku itu sendiri.
Skinner memikirkan teorinya selama lebih dari 60 tahun, termasuk cara seorang
peserta didik berperilaku baru atau mengubah perilaku yang sudah ada. Maka, ia
menemukan pinsip prinsip mendasar dalam teorinya. Diantaranya ialah reinforcement
(penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction
( penghapusan).
1) Reinforcement
Reinforcement merupakan proses yang memperkuat perilaku atau memperbesar
kesempatan supaya perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum
reinforcement, yaitu positif dan negatif.
a. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan
perilaku, baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat positif meliputi
item-item mendasar, seperti makanan, minuman, seks, dan kenyamanan yang
bersifat fisikal. Penguat positif lain meliputi, kepemilikan materi, uang,
persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, dan kesuksesan. Penguatan positif
tersebut dapat memperkuat perilaku, baik yang diinginkan maupun yang tidak,
tergantung pada situasi dan kondisi.
b. Reinforcement negatif merupakan penguat perilaku dengan cara menghilangkan
stimulus yang tidak menyenangkan. Menurut skinner, penguat negatif ini dibagi
menjadi dua tipe: mengatasi dan menghindari.
Di tipe pertama (mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus yang
mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak mengenakkan. Contoh,
jika seseorang yang menderita sakit kepala mencoba obat jenis baru,
sehingga sakit kepalanya cepat hilang. Maka, orang ini kemungkinan akan
menggunakan obat itu lagi jika terserang sakit kepala. Sementara
Di tipe kedua (menghindar), adalah seseorang melakukan penghindaran
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Contoh, ada persahabatan
yang melibatkan 3 orang, diantaranya 2 orang ini selalu berbicara hal hal
yang dimana satu orang lainnya tidak mengerti pecakapannya, sehingga
menimbulkan satu orang tersebut merasa diabaikan hingga akhirnya
berusaha menghindar, dan contoh lainnya, ada peserta didik yang
mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk mengindari nilai buruk.
Contoh kasus
Mengajari anak kecil untuk belajar membaca. Awalnya, anak diajari untuk
mengenali huruf-huruf dan fonem. Setelah itu, anak diajari membaca suku kata,
kemudian membaca kata, kalimat dan akhirnya cerita. Dalam setiap tahap, perilaku
anak diperkuat secara bertahap dengan pujian dan penghargaan. Dengan
menggunakan teknik shaping, anak belajar membaca secara bertahap dan akhirnya
mencapai tujuan untuk dapat membaca dengan lancar. Teknik shaping sering
digunakan dalam psikoterapi, pelatihan hewan, dan pengajaran. Teknik ini dapat
membantu seseorang untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan atau untuk
mempelajari keterampilan baru dengan cara yang sistematis dan efektif.
4) Extinction
Teknik modifikasi perilaku penghapusan (extinction) merupakan suatu strategi
menghentikan penguatan terhadap perilaku yang tidak tepat atau tidak pantas.
Extinction merupakan penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada
perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan, maka kemudian tidak lagi
dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, hal inilah yang
dinamakan munculnya suatu pelenyapan atau pemusnahan (extinction). Extinction
adalah sebuah prinsip dasar perilaku.
Definisi Behavioral terkait dengan extinction ini adalah extinction terjadi ketika:
a. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya.
b. Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguatan.
c. Dan bagaimanapun, perilaku terhenti terjadi di masa yang akan datang.
Teknik penghapusan (extinction) juga merupakan suatu strategi menghentikan
penguatan terhadap perilaku yang tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan
banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif
terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang
cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti
menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan
hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan
kelakuan baik anak anaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu
pelenyapan terhadap penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan
lebih memperhatikan dan memunculkan penguatan pada hal-hal positif yang
dilakukan si anak.
Ada dua kategori dalam extinction, yaitu :
1. Extinction Burst (ledakan ekstensi)
Yaitu peningkatan frekuensi, durasi atau intensitas dari tingkah laku yang
tidak diperkuat secara kuat selama proses extinction. Dampak yang terjadi
apabila tidak adanya penguatan saat extinction dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi, durasi / intensitas tingkah laku, terjadinya tingkah laku
baru serta adanya respon yang emosional (tingkah laku agresif). Meningkatnya
frekuensi, durasi, ataupun intensitas perilaku yang tidak mendapat penguatan
selama proses ekstingsi akan membuat “extinction burst”. Ketika ekstingsi
dilakukan maka ada dua hal yang terjadi: ketika perilaku tidak mendapat
penguatan maka perilaku yang muncul menjadi lebih tinggi frekuensi, durasi
dan intensitasnya sebelum akhirnya berhenti (Lerman & Iwata, 1995).
Munculnya perilaku yang biasanya tidak muncul dikejadian lainnya, akan
terjadi pada waktu yang singkat setelah proses ekstingsi dilakukan dan hal
tersebut adalah hal yang alami sebelum akhirnya perilaku tersebut berhenti.
2. Spontaneous Recovery
Yaitu munculnya kembali tingkah laku tertentu setelah beberapa waktu
tidak muncul. Spontaneous recovery cenderung mengalami perilaku terjadi lagi di
dalam situasi yang serupa dengan situasi dimana extinction belum terjadi.
Karakteristik ekstingsi adalah perilaku mungkin terjadi lagi setelah tidak terjadi
selama beberapa waktu dan disebut spontaneus recovery. spontaneus recovery
mungkin terjadi lagi dalam situasi yang hampir mirip/sama dan mendapat
penguatan sebelum ekstingsi. Ekstingsi sama artinya dengan mengabaikan
perilaku. Hal ini kurang tepat karena ekstingsi adalah menghilangkan penguatan
atau “reinforcement” pada perilaku tertentu. Tidak semua “teknik ekstingsi” cocok
untuk semua kasus.
Sikap “mengabaikan” sebagai bentuk ekstingsi bisa dilakukan jika
mengabaikan tersebut memiliki “efek penguatan”. Contoh: anak selalu marah
ketika diminta untuk mengembalikan gadgetnya, lalu orang tua mengambil
tindakan mengabaikan, maka perilaku tersebut tidak akan hilang (karena perilaku
anak tersebut diperkuat atau di reinforce) sehingga mengabaikan sebagai ekstingsi
bukan teknik yang tepat.
Contoh Kasus
Dengan situasi anak kecil berumur 4 tahun baring di tempat tidur sementara
orangtuanya duduk di ruangan tamu ngobrol dengan tamu, respon anak kecil yaitu
mulai membuat suara yang menyerupai hewan dan agak keras sambil berbaring di
tempat tidur. Konsekuensi cepat yang dihasilkan adalah orang tua dan tamunya
membiarkan anak tersebut dan ngobrol kembali dengan tenang. Efek jangka
panjang yang didapatkan adalah anak tersebut hanya membuat keributan
menyerupai hewan dengan lebih sedikit pada situasi yang akan datang.
Penguat sekunder dianggap sangat penting dan dapat dilakukan di dalam kelas,
contohnya pujian verbal, ekspresi wajah yang menyenangkan, pemberian
penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai peringkat, dan memberi
kesempatan murid untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan.
Penggunaan penguatan dapat merangsang individu untuk giat belajar, sehingga belajar
adalah hubungan antara stimulus dan respon.
1. Pendidik terlebih dahulu harus melakukan penjabaran atau analisis terhadap bahan
yang akan diajarkan sampai unit-unit yang terkecil.
2. Peserta didik harus segera diberitahukan hasil belajarnya, sehingga dapat diketahui
kebenaran dan kesalahannya. Jika salah dibetulkan sedangkan jika benar diperkuat.
3. Hukuman boleh digunakan, namun dengan syarat harus berhati-hati dan digunakan
bila tidak ada alternatif lain untuk mengubah perilaku peserta didik. Walaupun
demikian, hukuman diberlakukan agar peserta didik menghindari perilaku-perliku
yang salah.
4. Memberi hadiah kepada peserta didik yang telah berhasil mengubah atau merespon
stimulus sesuai dengan yang diinginkan pendidik. Meski sangat penting. Namun
sebaiknya hadiah diberikan jika perlu.
5. Setiap tingkah laku yang diinginkan pendidik sebaiknya diberikan penjabaran atau
analisis agar semakin meningkatkan pencapaian tujuan.
6. Dalam pembelajaran, sebaiknya digunakan pembentukan respons(shaping) dan
mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tangkah laku operan.
Contoh kasus
Pendidikan : jika seorang siswa meraih nilai tinggi dalam ujian, guru dapat
memberikan penguatan positif berupa pujian atau hadiah, sedangkan jika seorang
siswa tidak menyelesaikan tugasnya, guru dapat memberikan penguatan negatif
berupa tugas tambahan sebagai konsekuensi.
Lingkungan keluarga : orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang
sesuai, dan memberikan hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai.
Pekerjaan : Teknik operant condition Skinner juga digunakan para psikolog untuk
merawat orang dengan kecendurungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalah
perkawinan, narkoba,dan lain sebagainya.
Penting untuk di catat bahwa aplikasi teori Skinner ini harus dilakukan dengan
etika dan memperhatikan kesejahteraan individu yang terlibat. Teknik-teknik ini juga
sering digunakan bersama dengan teori dan pendekatan lain dalam psikologi dan
Pendidikan untuk mencapai hasil yang lebih efektif.
Anwar, C. (2017). Buku Terlengkap Teori Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.
Yogyakarta: IRCiSoD.
Anwar, C. (2017). Teori - Teori Pendidikan Klasih Hingga Kontemporer. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Cleod, S. M. (2023, 09 11). Teori Belajar. Diambil kembali dari SimplyPsychology:
https://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html
Cleod, S. M. (t.thn.). Teori Belajar.
Farihah, I. U., & Aflahani, A. E. (2021). Pengaruh Modifikasi Perilaku Penghapusan. Lentera
Anak, II.