Anda di halaman 1dari 13

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN

TEORI-TEORI FUNGSIONALISTIK DOMINAN

(Burrhus Frederick Skinner)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

1. Syahnil Syahrina (1512300230)


2. Anisa Khomsatun Khasanah (1512300229)
3. Berlianti Meilinda (1512300113)
4. Ahmad Febriana Dwi Efendi (1512300269)
5. Roudlotul Jannah (1512300069)

DOSEN PENGAMPU :

Dr. Mamang Effendy, S.Pd., M.Psi

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SURABAYA

2023
A. LATAR BELAKANG
Burrhus Frederic Skinner merupakan seorang Psikolog Amerika Serikat yang
terkenal dengan aliran behaviorisme. lahir pada tanggal 20 Maret 1904, di kota kecil
Susqoehanna, Pennsylvania, Amerika Serikat. Skinner menempuh karirnya di
Harvard University, ia meraih gelar master Psikologi pada tahun (1930) dan doktoral
(1931). Skinner banyak menyinggung pemikirannya yang menyebutkan bahwa setiap
manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari lingkungannya.

Skinner memanfaatkan seekor tikus yang dimasukkan ke kandang. Setelah itu ia


meletakkan sebuah bel di dekat pintu. Apabila ditekan, maka secara otomatis
pengungkit makanan akan bergerak, setelah itu makanan akan jatuh dari atas kandang,
dengan teori operant conditioning.

karya terbaiknya adala Walden II, sebuah buku fiksi yang didalamnya memuat
perilaku sebuah komunitas berdasarkan pandangan behaviorisme. karya terakhirnya
yakni about behaviorism terbit pada tahun 1974 dengan tema pokoknya ialah seputas
tingkah laku yang terbentuk oleh konsekuensi dan tingkah laku itu sendiri.

B. KONSEP TEORETIS UTAMA


Operant Conditioning
Pengkondisian Operan merupakan suatu pengkondisian dimana perilaku
dipengaruhi oleh penyebab suatu tindakan dan konsekuensinya. Perilaku yang
mendapatkan `reward` kemungkinan besar akan diulang kembali. Sedangkan,
perilaku yang diberi hukuman maka akan lebih jarang dilakukan.
Gambaran Singkat :
Subjek (Manusia/Hewan) 》 Konsekuensi (Positif/Negatif) 》 Perilaku
(Berulang/Melemah)

Dengan adanya Operant Conditioning (Pengkondisian Operan) akan


menghasilkan Operant Behavior (Perilaku Operan). Dimana perilaku operan inilah
yang terbentuk melalui Pengkondisian Operan. Ketika kita bisa melatih diri maupun
orang lain untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik. Selanjutnya, setelah terbiasa
maka perilaku tersebut akan menjadi bagian dari perilaku sehari-hari.
Perilaku operan juga merupakan tindakan yang muncul secara spontan dan tanpa
paksaan, berbeda dengan perilaku responsif dalam kondisi Pavlovian yang timbul
sebagai reaksi terhadap stimulus tertentu. Sebagai contoh, ketika seorang anak kecil
tersenyum karena diberi permen oleh orang dewasa yang senang melihatnya, maka
anak tersebut cenderung mengulangi tindakan tersebut yang awalnya tidak disengaja
atau tanpa niat. Dalam hal ini, tersenyum adalah perilaku operan, dan permen
berperan sebagai penguat positifnya.

C. PRINSIP – PRINSIP OPERANT


Menurut skinner, perilaku adalah perbuatan yang dilakukan seseorang pada
situasi tertentu. Perilaku ini dapat terjadi karena dua pengaruh, yaitu pengaruh yang
mendahuluinya dan pengaruh yang mengikutinya. Sistem pembentukan perilaku yang
ditawarkan oleh Skinner pada cara kerja yang menentukan (operant conditioning). Ia
berpendapat sebagai berikut:
1) Perilaku yang diikuti oleh stimulus – stimulus penggugah (penguat) cenderung akan
dilakukan kembali pada masa masa selanjutnya.
2) Perilaku yang tidak lagi diikuti oleh stimulus-stimulus penguat cenderung
memperkecil kemungkinan untuk dilakukan lagi pada masa – masa mendatang.

Skinner memikirkan teorinya selama lebih dari 60 tahun, termasuk cara seorang
peserta didik berperilaku baru atau mengubah perilaku yang sudah ada. Maka, ia
menemukan pinsip prinsip mendasar dalam teorinya. Diantaranya ialah reinforcement
(penguatan kembali), punishment (hukuman), shaping (pembentukan), extinction
( penghapusan).
1) Reinforcement
Reinforcement merupakan proses yang memperkuat perilaku atau memperbesar
kesempatan supaya perilaku tersebut terjadi lagi. Ada dua kategori umum
reinforcement, yaitu positif dan negatif.
a. Reinforcement positif merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan
perilaku, baik hewan maupun manusia. Untuk manusia, penguat positif meliputi
item-item mendasar, seperti makanan, minuman, seks, dan kenyamanan yang
bersifat fisikal. Penguat positif lain meliputi, kepemilikan materi, uang,
persahabatan, cinta, pujian, penghargaan, dan kesuksesan. Penguatan positif
tersebut dapat memperkuat perilaku, baik yang diinginkan maupun yang tidak,
tergantung pada situasi dan kondisi.
b. Reinforcement negatif merupakan penguat perilaku dengan cara menghilangkan
stimulus yang tidak menyenangkan. Menurut skinner, penguat negatif ini dibagi
menjadi dua tipe: mengatasi dan menghindari.
 Di tipe pertama (mengatasi), seseorang melakukan perilaku khusus yang
mengarah pada menghilangkan stimulus yang tidak mengenakkan. Contoh,
jika seseorang yang menderita sakit kepala mencoba obat jenis baru,
sehingga sakit kepalanya cepat hilang. Maka, orang ini kemungkinan akan
menggunakan obat itu lagi jika terserang sakit kepala. Sementara
 Di tipe kedua (menghindar), adalah seseorang melakukan penghindaran
terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Contoh, ada persahabatan
yang melibatkan 3 orang, diantaranya 2 orang ini selalu berbicara hal hal
yang dimana satu orang lainnya tidak mengerti pecakapannya, sehingga
menimbulkan satu orang tersebut merasa diabaikan hingga akhirnya
berusaha menghindar, dan contoh lainnya, ada peserta didik yang
mengerjakan pekerjaan rumahnya untuk mengindari nilai buruk.

Dalam proses pembelajaran, skinner menganggap bahwa reward atau


penguatan merupakan faktor terpenting. Sebab, penguatan bisa meramal
dan mengontrol tingkah laku seseorang.
2) Punishment
Punishment atau hukuman berperan untuk memperlemah perilaku.
Hukuman terbagi menjadi 2 :
A) Hukuman Positif
mengurangi perilaku dengan memberikan stimulus yang tidak menyenangkan
jika perilaku itu terjadi. Hukuman positif ini misalnya, orang tua memukul,
memarahi, atau meneriaki anak karena perilaku yang buruk. Masyarakat bisa
menggunakan hukuman positif terhadap individu yang melanggar kemanusiaan
atau berbuat jahat dengan menahan atau memenjarakannya.
B) Hukuman Negatif
disebut juga dengan peniadaan. Tindakan ini ialah mengurangi perilaku
dengan menghilangkan stimulus yang menyenangkan terhadap pelaku. Misalnya,
orang tua membatasi gerakan anaknya atau mencabut beberapa hak istimewanya
lantaran perbuatan buruk anaknya.
Maka, apakah hukuman efektif untuk mengurangi atau meniadakan perilaku yang
tidak diinginkan?

Skinner membuat sebuah percobaan sederhana bahwa ketika hukuman


digunakan dengan bijaksana, ternyata menjadi metode yang efektif dalam
mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Namun, hukuman juga memiliki
beberapa kelemahan. Hukuman bisa menyebabkan beberapa perilaku negatif.
Misalnya, hukuman bisa menyebabkan si pelaku menderita, marah, agresif, atau
reaksi emosional negatif lainnya. Dengan demikian, dalam hal ini, hukuman bisa
mengeliminasi perilaku yang dikehendaki (positif) bersamaan dengan hilangnya
perilaku yang tidak dikehendaki (negatif). Contoh sederhananya, ketika seorang
peserta didik dipukul karena melakukan kesalahan di kelas, maka
kemungkinannya ia tidak akan berani lagi untuk tunjuk jari.
Mengapa demikian? Sebab, si anak masih takut atau trauma terhadap
hukuman yang diperolehnya. Alhasil, perbuatan positif (tunjuk jari) turut menjadi
korban dari adanya hukuman tersebut. Oleh sebab itu, banyak pakar psikologi
menyarankan agar hukuman dijadikan sebagai alternatif terakhir untuk
mengontrol perilaku peserta didik apabila jalan lain sudah tidak ada lagi.
Biarpun demikian, Skinner percaya bahwa hukuman tidak me- nurunkan
probabilitas respons, sekalipun hukuman bisa menekan suatu respons selama
hukuman itu diterapkan. Ia tetap percaya bahwa hukuman tidak akan melemahkan
kebiasaan, kecuali jika dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang
panjang. Menurutnya, hukuman hanya akan menekan perilaku. Ketika ancaman
tersebut dihilangkan, tingkat perilaku individu akan ke level semula. Kita perlu
memahami kuncinya bahwa proses penguatan (baik positif maupun negatif) selalu
berupa memperkuat tingkah laku. Sementara itu, hukuman mengandung
pengurangan atau penekanan terhadap tingkah laku.
Oleh sebab itu, hukuman mesti digunakan secara hati-hati dan tidak
digunakan secara terus-menerus. Bahkan, Skinner menolak untuk menjadikan
hukuman sebagai cara membentuk perilaku. Menurutnya, hukuman dalam jangka
waktu yang panjang tidak mempunyai pengaruh, justru banyak segi negatifnya
daripada positifnya.
3) Shaping
Teknik shaping merupakan suatu prosedur yang dapat digunakan untuk
membentuk suatu perilaku yang belum pernah ditampilkan oleh individu di dalam
modifikasi perilaku (Martin et al, 2010:238). Di dalam shaping pembentukan perilaku
baru dilakukan dengan cara memberikan reinforcement pada setiap tahapan perilaku
sehingga semakin lama semakin mendekati target perilaku yang diinginkan. (Agus
supryanto, 2015:12) Di dalam teknik behavior shaping ada reinforcement guna
membuat sikap yang di harapkan tumbuh di dalam bimbingan kelompok . Shaping
dikenalkan oleh B. F Skinner dalam metode behavior, shaping ada reinforcement
yang digunakan untuk menimbulkan serta mengembangkan sikap yang di harapkan
(behavior tujuan) semacam dalam tata cara pengkondisian operan. Shaping
membolehkan kita guna menimbulkan sikap baru dengan mengawali penguatan pada
sikap yang telah dimiliki seorang. Sikap yang telah dimiliki seorang hendak tumbuh
sebagai bentuk- bentuk reaksi yang secara bertahap berganti mengarah sasaran
behavior.
Teknik Shaping adalah teknik pembentukan perilaku di mana seseorang
diperkuat secara bertahap untuk mendekati perilaku yang diinginkan. Teknik ini
digunakan untuk membantu seseorang mempelajari keterampilan baru atau mengubah
perilaku yang tidak diinginkan.

Teknik shaping melibatkan tiga komponen utama:

1. Menentukan tujuan perilaku: Tujuan perilaku yang diinginkan ditentukan dengan


jelas dan spesifik.
2. Membuat rencana shaping: Rencana shaping diatur untuk mencapai tujuan
perilaku dengan mengidentifikasi tindakan atau perilaku yang perlu diambil untuk
mencapai tujuan tersebut.
3. Memberikan penguatan: Penguatan positif diberikan secara bertahap ketika
perilaku mendekati tujuan yang diinginkan. Dalam teknik shaping, penguatan
positif dapat berupa hadiah atau pujian.

Contoh kasus

Mengajari anak kecil untuk belajar membaca. Awalnya, anak diajari untuk
mengenali huruf-huruf dan fonem. Setelah itu, anak diajari membaca suku kata,
kemudian membaca kata, kalimat dan akhirnya cerita. Dalam setiap tahap, perilaku
anak diperkuat secara bertahap dengan pujian dan penghargaan. Dengan
menggunakan teknik shaping, anak belajar membaca secara bertahap dan akhirnya
mencapai tujuan untuk dapat membaca dengan lancar. Teknik shaping sering
digunakan dalam psikoterapi, pelatihan hewan, dan pengajaran. Teknik ini dapat
membantu seseorang untuk mengubah perilaku yang tidak diinginkan atau untuk
mempelajari keterampilan baru dengan cara yang sistematis dan efektif.
4) Extinction
Teknik modifikasi perilaku penghapusan (extinction) merupakan suatu strategi
menghentikan penguatan terhadap perilaku yang tidak tepat atau tidak pantas.
Extinction merupakan penghentian penguatan. Jika dalam suatu kasus dimana pada
perilaku sebelumnya individu mendapat penguatan, maka kemudian tidak lagi
dikuatkan sehingga akan ada kecenderungan penurunan perilaku, hal inilah yang
dinamakan munculnya suatu pelenyapan atau pemusnahan (extinction). Extinction
adalah sebuah prinsip dasar perilaku.

Definisi Behavioral terkait dengan extinction ini adalah extinction terjadi ketika:
a. Sebuah perilaku yang telah dikuatkan sebelumnya.
b. Tidak ada hasil dalam waktu yang lama dalam konsekuensi penguatan.
c. Dan bagaimanapun, perilaku terhenti terjadi di masa yang akan datang.
Teknik penghapusan (extinction) juga merupakan suatu strategi menghentikan
penguatan terhadap perilaku yang tidak tepat atau tidak pantas. Hal ini dikarenakan
banyaknya perilaku yang tidak tepat dipertahankan akibat adanya penguatan positif
terhadap perilaku tersebut. Sebagai contoh, orangtua yang kurang peka terkadang
cenderung lebih memperhatikan perilaku yang tidak baik dari anaknya, seperti
menegur, memarahi, membentak, dan sebagainya tanpa sedikitpun memperhatikan
hal-hal baik yang dilakukan oleh anaknya, seperti memuji prestasi-prestasi dan
kelakuan baik anak anaknya. Dalam hal ini, sangat diperlukan adanya suatu
pelenyapan terhadap penguatan pada hal-hal negatif yang dilakukan anaknya dan
lebih memperhatikan dan memunculkan penguatan pada hal-hal positif yang
dilakukan si anak.
Ada dua kategori dalam extinction, yaitu :
1. Extinction Burst (ledakan ekstensi)
Yaitu peningkatan frekuensi, durasi atau intensitas dari tingkah laku yang
tidak diperkuat secara kuat selama proses extinction. Dampak yang terjadi
apabila tidak adanya penguatan saat extinction dapat menyebabkan
peningkatan frekuensi, durasi / intensitas tingkah laku, terjadinya tingkah laku
baru serta adanya respon yang emosional (tingkah laku agresif). Meningkatnya
frekuensi, durasi, ataupun intensitas perilaku yang tidak mendapat penguatan
selama proses ekstingsi akan membuat “extinction burst”. Ketika ekstingsi
dilakukan maka ada dua hal yang terjadi: ketika perilaku tidak mendapat
penguatan maka perilaku yang muncul menjadi lebih tinggi frekuensi, durasi
dan intensitasnya sebelum akhirnya berhenti (Lerman & Iwata, 1995).
Munculnya perilaku yang biasanya tidak muncul dikejadian lainnya, akan
terjadi pada waktu yang singkat setelah proses ekstingsi dilakukan dan hal
tersebut adalah hal yang alami sebelum akhirnya perilaku tersebut berhenti.

The extinction burst ini bertujuan untuk “siapa tau” mendapat


penguatan. Contoh: anak menangis, mungkin orang tuanya akan memberi
perhatian. Dan biasanya bukan merupakan hal yang dilakukan secara sadar
akan tetapi merupakan hal yang natural/alamiah dalam situasi ekstingsi.
Extinction burst lebih mungkin terjadi ketika dilakukan sendiri dibandingkan
kalau digabungkan dengan teknik lainnya.

2. Spontaneous Recovery
Yaitu munculnya kembali tingkah laku tertentu setelah beberapa waktu
tidak muncul. Spontaneous recovery cenderung mengalami perilaku terjadi lagi di
dalam situasi yang serupa dengan situasi dimana extinction belum terjadi.
Karakteristik ekstingsi adalah perilaku mungkin terjadi lagi setelah tidak terjadi
selama beberapa waktu dan disebut spontaneus recovery. spontaneus recovery
mungkin terjadi lagi dalam situasi yang hampir mirip/sama dan mendapat
penguatan sebelum ekstingsi. Ekstingsi sama artinya dengan mengabaikan
perilaku. Hal ini kurang tepat karena ekstingsi adalah menghilangkan penguatan
atau “reinforcement” pada perilaku tertentu. Tidak semua “teknik ekstingsi” cocok
untuk semua kasus.
Sikap “mengabaikan” sebagai bentuk ekstingsi bisa dilakukan jika
mengabaikan tersebut memiliki “efek penguatan”. Contoh: anak selalu marah
ketika diminta untuk mengembalikan gadgetnya, lalu orang tua mengambil
tindakan mengabaikan, maka perilaku tersebut tidak akan hilang (karena perilaku
anak tersebut diperkuat atau di reinforce) sehingga mengabaikan sebagai ekstingsi
bukan teknik yang tepat.

Contoh Kasus
Dengan situasi anak kecil berumur 4 tahun baring di tempat tidur sementara
orangtuanya duduk di ruangan tamu ngobrol dengan tamu, respon anak kecil yaitu
mulai membuat suara yang menyerupai hewan dan agak keras sambil berbaring di
tempat tidur. Konsekuensi cepat yang dihasilkan adalah orang tua dan tamunya
membiarkan anak tersebut dan ngobrol kembali dengan tenang. Efek jangka
panjang yang didapatkan adalah anak tersebut hanya membuat keributan
menyerupai hewan dengan lebih sedikit pada situasi yang akan datang.

D. PANDANGAN SKINNER TERHADAP PENDIDIKAN


Menurut skinner, pembelajaran akan berlansung efektif apabila
1. informasi yang akan dipelajari disajikan secara bertahap
2. pembelajaran segera diber umpan balik (feedback) mengenai akurasi
pembelajaran mereka yakni, setelah belajar segera diberi tahu apakah mereka
sudah memahami informasi dengan benar atau tidak
3. pembelajar mampu belajar dengan caranya sendiri

Skinner menegaskan bahwa tujuan belajar seharusnya dispesifikkan dahulu,


serta tujuan belajar mesti didefinisikan secara behavioral. Jika satu unit diajarkan
untuk pemahaman sejarah, dia akan bertanya “apa yang akan dilakukan murid jika
memahami sejarah”. Jika tujuan belajar tidak dapat diterjemahkan kedalam term
behavioral maka sulit untuk menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran tercapai.

Penguat sekunder dianggap sangat penting dan dapat dilakukan di dalam kelas,
contohnya pujian verbal, ekspresi wajah yang menyenangkan, pemberian
penghargaan, menghargai kesuksesan, memberi nilai peringkat, dan memberi
kesempatan murid untuk mengerjakan sesuatu yang diinginkan.

Behaviorisme cenderung menghindari teknik pembelajaran ala ceramah karena


tidak diketahui secara jelas apakah proses belajar sudah terjadi dan kapan mesti
melakukan penguatan. Guru skinner menghindari adanya pemberian hukuman dengan
membiarkan siswa yang melakukan kesalahan.

Belajar menurut pandangan skinner adalah menciptakan kondisi peluang


dengan penguatan (reinforcement) sehingga individu akan bersungguh-sungguh dan
lebih giat belajar dengan adanyan ganjangan (funnistment) dan pujian (rewards) dari
guru kelas atas hasil belajarnya.

Terkait pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan guru dapat


berbentuk negatif maupun positif, pemberian negatif misalnya menunda atau tidak
memberi penghargaan, perilaku tidak senang seperti menggeleng, menampilkan
raut muka yang kecewa. pemberian penguatan (reinforcement) sangat penting untuk
mendukung tercapainya tujuan pembelajaran.

Penggunaan penguatan dapat merangsang individu untuk giat belajar, sehingga belajar
adalah hubungan antara stimulus dan respon.

E. APLIKASI TEORI BELAJAR SKINNER


Teori belajar Skinner memiliki aplikasi praktis dalam pembelajaran, baik di
Pendidikan atau di lingkungan keluarga. Pada dasarnya inti dari teori Skinner ini
adalah membentuk perilaku suatu individu dengan menggunakan penguatan yang
diberikan kepada individu tersebut, sehingga terbentuklah perilaku yang diinginkan.

Prosedur pembentukan perilaku Skinner dapat dijelaskan sebagai berikut:


 Membuat analisis atau pembelajaran perilku yang akan dibentuk dalam perilaku-
perilaku lebih kecil
 Menentukan penguatan yang akan digunakan
 Penguatan hanya akan diberikan terhadap perilaku yang semakin dekat dengan
perilaku yang akan dibentuk (diinginkan).

Di antara teori Skinner dalam pembelajaran Pendidikan ialah sebagai berikut :

1. Pendidik terlebih dahulu harus melakukan penjabaran atau analisis terhadap bahan
yang akan diajarkan sampai unit-unit yang terkecil.
2. Peserta didik harus segera diberitahukan hasil belajarnya, sehingga dapat diketahui
kebenaran dan kesalahannya. Jika salah dibetulkan sedangkan jika benar diperkuat.
3. Hukuman boleh digunakan, namun dengan syarat harus berhati-hati dan digunakan
bila tidak ada alternatif lain untuk mengubah perilaku peserta didik. Walaupun
demikian, hukuman diberlakukan agar peserta didik menghindari perilaku-perliku
yang salah.
4. Memberi hadiah kepada peserta didik yang telah berhasil mengubah atau merespon
stimulus sesuai dengan yang diinginkan pendidik. Meski sangat penting. Namun
sebaiknya hadiah diberikan jika perlu.
5. Setiap tingkah laku yang diinginkan pendidik sebaiknya diberikan penjabaran atau
analisis agar semakin meningkatkan pencapaian tujuan.
6. Dalam pembelajaran, sebaiknya digunakan pembentukan respons(shaping) dan
mementingkan kebutuhan yang akan menimbulkan tangkah laku operan.

Contoh kasus

 Pendidikan : jika seorang siswa meraih nilai tinggi dalam ujian, guru dapat
memberikan penguatan positif berupa pujian atau hadiah, sedangkan jika seorang
siswa tidak menyelesaikan tugasnya, guru dapat memberikan penguatan negatif
berupa tugas tambahan sebagai konsekuensi.
 Lingkungan keluarga : orang tua dapat memperkuat perilaku anak-anaknya yang
sesuai, dan memberikan hukuman terhadap perilaku yang tidak sesuai.
 Pekerjaan : Teknik operant condition Skinner juga digunakan para psikolog untuk
merawat orang dengan kecendurungan bunuh diri, kelainan seksual, permasalah
perkawinan, narkoba,dan lain sebagainya.
Penting untuk di catat bahwa aplikasi teori Skinner ini harus dilakukan dengan
etika dan memperhatikan kesejahteraan individu yang terlibat. Teknik-teknik ini juga
sering digunakan bersama dengan teori dan pendekatan lain dalam psikologi dan
Pendidikan untuk mencapai hasil yang lebih efektif.

F. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI SKINNER


Tidak ada teori yang sempurna. tentunya, setiap teori memiliki kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Begitu juga dengan teori operant conditioning Skinner.
Berikut ialah kelebihan dan kekurangan teori operant conditioning secara lengkap.
 Kelebihan Teori Skinner
Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal
ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Dan hal itu juga
didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga
dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan. Dengan adanya
penguatan, menjadikan motivasi bagi individu untuk berperilaku yang benar
sesuai dengan keinginan.

 Kekurangan Teori Skinner


Tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak
didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebut akan
menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan
mastery learning (pembelajaran penguasaan), tugas guru akan menjadi
semakin berat.
Salah satu kesalahan yang umum dalam menerapkan teori Skinner
adalah menggunakan hukuman sebagai salah satu cara untuk mengatur
perilaku siswa. Skinner berpendapat bahwa hukuman yang efektif adalah
ketika anak-anak mengalami konsekuensi langsung dari tindakan mereka
sendiri, sehingga mereka belajar dari kesalahan mereka. Contohnya, anak
perlu merasakan sendiri dampak dari kesalahan yang mereka lakukan.
Sebaliknya, penggunaan hukuman verbal atau fisik seperti penggunaan kata-
kata kasar, ejekan, cubitan, atau jeweran sebenarnya dapat menghasilkan
dampak negatif pada siswa.
Sementara itu, setiap individu memiliki kemampuan untuk mengarahkan
diri sendiri (self-direction) dan mengendalikan diri (self-control) secara
mental. Dengan kapasitas ini, seseorang dapat menolak sesuatu jika tidak
diinginkan, atau sebaliknya, akan menerima dengan senang hati jika
menginginkan sesuatu.
Pada akhirnya, konsep bahwa proses belajar manusia dapat dibandingkan
dengan perilaku hewan menjadi sulit untuk diterima. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan yang signifikan dalam karakteristik fisik dan psikologis antara
manusia dan hewan. Oleh karena itu, proses belajar manusia dan hewan benar-
benar berbeda satu sama lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, C. (2017). Buku Terlengkap Teori Teori Pendidikan Klasik Hingga Kontemporer.
Yogyakarta: IRCiSoD.
Anwar, C. (2017). Teori - Teori Pendidikan Klasih Hingga Kontemporer. Yogyakarta:
IRCiSoD.
Cleod, S. M. (2023, 09 11). Teori Belajar. Diambil kembali dari SimplyPsychology:
https://www.simplypsychology.org/operant-conditioning.html
Cleod, S. M. (t.thn.). Teori Belajar.
Farihah, I. U., & Aflahani, A. E. (2021). Pengaruh Modifikasi Perilaku Penghapusan. Lentera
Anak, II.

Anda mungkin juga menyukai