A. Psikofisik Dasar
1. Pengertian Psikofisik Dasar
Psikofisik gabungan dari kata psycho dan fisik yang artinya jiwa dan
fisik yang dimana hal yang Nampak jelas atau dapat dilihat keberadaanya.
Psychofisik merupakan hubungan antara stimulus fisik dengan subjek yang
berhubungan. Suatu perkembangan psikofisik memiliki keterkaitan langsung
dengan perkembangan aktifitas. Ada tiga faktor yang mempengaruhi
kelanjutan perkembangan seperti :
a. Pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf
b. Pertumbuhan otot
c. Perubahan struktur fisik
Perkembangan motorik (fisik) menurut B. Hurlock (9:2009)
adalah “Serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari
proses kematangan dan pengalaman”. Sedangkan pengertian perkembangan
motorik dalam psikologi diartikan sebagai istilah yang menunjuk pada hal,
keadaan, dan kegiatan yang melibatkan otot-otot juga gerakan-gerakannya,
motor dapat pula dipahami sebagai segala keadaan yang meningkatkan atau
menghasilkan stimulasi atau rangsangan terhadap kegiatan organ-organ fisik.
Perkembangan fisik pada masa ini antara lain.
a. Adanya korelasi yang tinggi antara keadaan jasmani dan prestasi
sekolah.
b. Sikap tunduk kepada peraturan-peraturan permainan yang tradisional.
c. Ada kecenderungan memuji diri sendiri.
Ketika seorang anak memasuki sekolah dasar pada umur enam atau
tujuh tahun sampai dua belas atau tiga belas tahun, perkembangan fisiknya
mulai tampak benar-benar seimbang. Artinya, organ-organ jasmani tumbuh
serasi dan tidak lebih panjang atau lebih besar dari yang semestinya. Misalnya,
ukuran tangan kanan tidak lebih panjang daripada tangan kiri atau ukuran
leher tidak lebih besar dari ukuran kepala yang disangganya. Dan selain itu
pada usia ini gerakan-gerakan tubuhnya menjadi lincah dan terarah seiring
dengan munculnya keberanian mentalnya.
B. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi menurut psikologi lingkungan adalah sejumlah penginderaan
disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat syaraf yang lebih tinggi otak
sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek-objek. Ada dua cara
manusia untuk mengerti dan menilai lingkungan dalam cara pendekatan yakni
pertama pendekatan konvensial yang bermula dari adanya rangsang dari luar
diri individu stimulus, individu menjadi sadar akan adanya stimulus melalui
sel-sel syaraf reseptor penginderaan yang peka terhadap bentuk energy
tertentu seperti cahaya,suhu dan suara. Bila sumber energy itu cukup kuat
untuk merangsang sel reseptor maka terjadilah penginderaan. Jika sejumlah
penginderaan disatukan dan dikoordinasikan didalam pusat syaraf yng lebih
tinggi otak sehingga manusia bisa mengenali dan menilai objek maka keadaan
ini dinamakan persepsi.
Pendekatan kedua adalah ekologik, pendekatan ini dikemukakan oleh
Gibson. Menurut Gibson, individu tidaklah menciptakan makna dari apa yang
diinderakannya karena sesungguhnya makna itu telah terkandung dalam
stimulus itu sendiri dan tersedia untuk organisme yang siap menyerapnya.
Resepsi terjadi secara spontan dan langsung jadi bersifat holistic.
2. Skema Persepsi
Manusia menginderakan objek dilingkungan nya, memproses hasil
penginderaan dan timbulah makna tentang objek itu pada diri manusia
bersangkutan yang dinamakan persepsi, selanjutnya persepsi ini menimbulkan
reaksi sesuai dengan asas busur refleks. Dalam skema persepsi ada tahap awal
yang dimulai dari kontak fisik antara individu dengan objek dilingkunganya.
D. Kognisi Lingkungan
Terdapat dua teori tentang perubahan sikap ditinjau dari sudut kesadaran atau
kehendak dari dalam diri individu, yaitu teori reaksi psikologik (psychologica
lreactance) dari Jack Bhrem dan teori disonansi kognitif dari Frestinger (Bell eat all,
1978:55)
a. Teori Reaksi Psikologik ( Jack Bhrem)
Dalam teori ini dikatakan bahwa manusia cenderung ingin mempunyai
kebebasan untuk memilih atau menentukan sendiri alternatif-alternatifnya
dalam berfikir, membuat keputusan dan bertindak. Oleh karena itu ia
cenderung tidak mau terikat pada satu pola pikir, keputusan atau tindakan
tertentu. Untuk membentuk atau mengubah sikap, menurut teori ini, perlu
diberikan berbagai pilihan dengan alasan, keuntungan, dan kerugian masing-
masing. Dengan begitu orang akan mengubah persepsi atau sikapnya jika ia
melihat alternatif yang lebih baik.
b. Teori Disonansi kognitif ( Frestinger)
Didalam teori ini orang tidak suka kalau didalam dirinya terdapat
elemen-elemen kesadaran yang saling bertentangan (keadaan disonan). Dalam
keadaan disonan orang cenderung untuk mengubah pola pikirnya, atau
menambah elemen-elemen kesadarannya atau mengubah tingkah laku agar
terjadi lagi keseimbangan antar elemen-elemen tersebut (keadaan kosonan).
Contohnya, seorang perokok melihat beberapa kenalanya meninggal
karena kanker paru-paru. Lalu dia mendengarkan nasehat dokter untuk tidak
merokok. Dokter itu sendiri tidak merokok dan ia tampak sehat maka orang itu
akan merasa disonan karena ia sendiri yang merokok ditengah-tengah keadaan
yang semuanya tidak membenarkan rokok. Ia pun akan berusaha bertindak
dengan menghentikan kebiasaan merokok.
Namun, bisa saja orang ini melihat bahwa masih banyak orang
merokok dan mereka dalam keadaan sehat, maka orang tersebut tidak jadi
menghentikan kebiasaan merokoknya, karena ia merasa tidak disonan
ditengah keadaan yang tidak menyalahkan orang merokok. Masing-masing
keadaan dan stimulus, baik yang datang dari luar maupun dari dalam diri
sendiri, dalam teori ini adalah elemen-elemen kesadaran.
E. Sikap Lingkungan
Dalam Pandangan Perpekstif Klasik, Menurut Allport dalam (Milla, Abidin,
dan Pitaloka, 2018) menyatakan sikap setidaknya mengandung empat pengertian
pokok.
1. Pertama, sikap sebagai kesiapan mental dan sistem saraf. Konsep kesiapan ini
berangkat dari penelitian-penelitian awal psikologi dengan menggunakan ukuran
waktu-reaksi (time-reaction), bahwa seseorang yang memiliki kesiapan mental
dan neural untuk menghadapi suatu obyek atau peristiwa tertentu akan mampu
bereaksi secara lebih cepat saat menghadapi obyek atau peristiwa tersebut, dan
mengambil keputusan apakah akan mendekati atau menjauhinya.
2. Kedua, sikap sebagai bentuk organisasi mental. Pengertian ini berangkat dari
konsepsi bahwa sikap tersusun dari tiga komponen A-B-C, yaitu (1). Affective
perasaan), yaitu emosi atau perasaan yang dimiliki seseorang terhadap suatu
obyek, (2). Behavioral (perilaku), tindakan yang muncul dari reaksi suka (atau
tidak suka) terhadap sebuah obyek, dan (3). Cognitive (kognitif), keyakinan
seseorang tentang suatu obyek.
3. Ketiga, sikap sebagai pengarah perilaku. Pengertian ketiga ini cukup populer
di kalangan masyarakat umum, dan dalam beberapa hal cukup masuk akal.
Logikanya, seseorang yang memiliki pandangan positif mengenai salah satu
kandidat presiden tentu akan memilihnya saat berada di bilik suara. Faktanya
adalah bahwa hubungan antara sikap dan perilaku tidak sekuat itu. Ada banyak
faktor individual (misal kepribadian, ekspektasi pribadi, keyakinan agama) dan
faktor situasional (misal pengaruh orang dekat, keanggotaan kelompok,
budaya) yang dapat mempengaruhi apakah sikap tertentu akan memunculkan
perilaku yang selaras dengannya atau tidak.
4. Sikap sebagai pendorong perilaku. Pengertian ini merujuk pada fungsi sikap
sebagai motivator atau pembangkit perilaku, sebagaimana rasa lapar mendorong
seseorang untuk makan. Namun dalam kenyataannya tidak semua sikap
kemudian menghasilkan perilaku yang sesuai dengannya.
Guspa Anindra dan Tuti Rahmi. 2014. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Financial
Reward Dengan Komitmen Kerja Pada Atlet. Jurnal RAP UNP : Vol. 5. No. 1, Hal.
1-11.
Noor Milla M, Z. Abidin, & A. Pitaloka. Psikologi Sosial: pengantar dalam teori dan
penelitian. Suntingan : Hakim, M. A (2018). Jakarta, Indonesia: Salemba Humanika
Palupi Tyas dan Dian R.S. 2017. Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Pro-Lingkungan
Ditinjau dari Perspektif Theory Of Planned Behavior. Jurnal Proceeding Biology
Education Conference : Vol. 14, No. 1, hal : 214-217.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1944. Psikologi Lingkungan Jakarta : rasindo.