Anda di halaman 1dari 7

PERSEPSI PROMOSI KESEHATAN

Persepsi adalah proses yang digunakan individu mengelola dan menafsirkan kesan indera

mereka dalam rangka memberikan makna kepada lingkungan mereka. Meski demikan apa yang

dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan objektif (Robbins, 2006). Menurut

Davidof, persepsi adalah suatu proses yang dilalui oleh suatu stimulus yang diterima panca indra

yang kemudian diorganisasikan dan diinterpretasikan sehingga individu menyadari yang

diinderanya itu. Atkinson dan Hilgard mengemukakan bahwa persepsi adalah proses di mana

kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan sebagai cara pandang,

persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang

sangat komplek, stimulus masuk dalam otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna

melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi.

Menurut Walgito proses terjadinya persepsi tergantung dari pengalaman masa lalu dan

pendidikan yang diperoleh individu. Proses pemberntukan persepsi dijelaskan oleh Fegi sebagai

pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli

pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan interpretation, begitu juga

berinteraksi dengan Closure. Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi

maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting

dan tidak penting. Proses Closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu

kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang

bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh

Menurut Notoatmodjo, 2005 ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk

dalam rentang perhatian seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya,

sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus

tersebut.

1. Faktor Eksternal

a. Kontras

Cara termudah dalam menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik

warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

b. Perubahan Intensitas

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan

intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

c. Pengulangan

Dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak termasuk

dalam rentang perhatian kita, maka akan mendapat perhatian kita.

d. Sesuatu Yang Baru

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang

telah kita ketahui.

e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian

seseorang.
2. Faktor Eksternal

a. Pengalaman atau pengetahuan

Pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang

sangat berperang dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.

Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan

terjadinya perbedaan interprestasi.

b. Harapan

Harapan terhadap sesuatu akan mempengaruhi persepsi terhadap stimulus.

c. Kebutuhan

Kebutuhan akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara

berbeda. Misalnya seseorang yang mendapatkan undian sebesar duapuluh lima

juta akan merasa banyak sekali jika ia hanya ingin membeli sepeda motor, tetapi

ia akan merasa sangat sedikit ketika ia ingin membeli rumah.

d. Motivasi

Motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Seseorang yang termotivasii

untuk menjaga kesehatannya akan menginterpretasikan rokok sebagai suatu yang

negatif.

e. Emosi

Emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada.

Misalnya seseorang yang jatuh cinta akan mempersepsikan semuanya serba indah.
f. Budaya

Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan

orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan

orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja.

PENYAKIT DAN SAKIT

Rendahnya utilisasi (penggunaan fasilitas kesehatan seperti puskesmas, RS dan

sebagainya) seringkali penyebabnya dilemparkan kepada faktor jarak antara fasilitas tersebut

dengan masyarakat yang terlalu jauh (baik jarak secara fisik maupun secara sosial), terif yang

tinggi, pelayanan yang tidak memuaskan dan sebagainya. Kita sering melupakan faktor persepsi

atau konsep masyarakat itu sendiri tentang sakit.

Pada kenyataannnya di dalam masyarakat terdapat beraneka ragam konsep sehat sakit

yang tidak sejalan dan bahkan bertentangan dengan konsep sehat sakit yang diberikan oleh pihak

provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan. Timbulnya perbedaan konsep sehat sakit yang

diberikan oleh pihak penyelenggara pelayanan kesehatan disebabkan adanya persepsi sakit yang

berbeda antara masyarakat dan provider. Ada perbedaan persepsi yang berkisar antara penyakit

(disease) dengan illness (rasa sakit)

Sebagai kerangka pembahasan ini akan diberi batasan untuk kedua istilah tersebut.

Penyakit atau (disease) adalah sebuah bentuk reaksi biologis terhadap suatu organisme, benda

asing atau luka (injury). Hal ini adalah suatu fenpomena yang objektif yang ditandai oleh

perubahan fungsi-fungsi tubuh sebaga organisme biologis. Sedangkan sakit (illness) adalah

penilaian seseorang terhadap penyakit sehubungan dengan pengalaman yang langsung dialami.

Hal ini merupakan fenomena subjektif yang ditandai dengan perasaan tidak enak (feeling unwell).
Dari batasan kedua pengertian atau istilah yang berbeda tersebut tampak adanya

perbedaan konsep sehat sakit di dalam masyarakat. Secara objektif seseorang terkena penyakit,

salah satu organ tubuhnya terganggu fungsinya namun, dia tidak merasa sakit. Atau sebaliknya,

seseorang merasa sakit bila merasakan sesuatu didalam tubuhnya, tetapi dari pemeriksaan klinis

tidak diperoleh bukti bahwa ia sakit. Dari sini keluar sesuatu konsep sehat masyarakat, yaitu

bahwa sehat adalah orang yang dapat bekerja atau menjalankan pekerjaannya sehari hari, dan

konsep sakit, dimana dirasakan oleh seseorang yang sudah tidak dapat bangkit dari tempat

tidurnya, tidak dapat menjalankan pekerjaannya sehari-hari.

Teori yang memengaruhi persepsi

1). Health Believe Model

Menurut Edberg(2007), HMB merupakan teori yang paling luas digunakan.HBM

dicetuskan pada tahun 1950-an berkat penelitian psikolog sosial dari U.S Public Health Service

(USPHS) yakni Godfrey Houchbaum Irwin Rosenstock, dan Stephen Kegeles.

HBM dalam promosi kesehatan harus memperhatikan komponen-komponen atau

konstruksi yang merupakan pengungkit bagi faktor yang mempengaruhi perilaku. Komponen-

komponen model hubungan kesehatan dan kepercayaan (HBM) adalah :

1. Persepsi kerentanan. Derajat resiko yang dirasakan seseorang terhadap masalah

kesehatan.

2. Persepsi keparahan. Tingkat kepercayaan seseorang bahwa konsekuensi masalah

kesehatan yang akan menjadi semakin parah.


3. Persepsi manfaat hasil positif yang dipercaya seseoran sebagai hasil dari tindakan.

4. Persepsi hambatan. Hasil negatif yang dipercaya sebagai hasil dari tindakan

5. Petunjuk untuk bertindak. Peristiwa eksternal yang memotivasi seseorang untuk

bertindak.

6. Efikasi diri. Kepercayaan seseorang akan kemampuannya dalam melakukan

tindakan.

Teori Stimulus Organisme respon

Teori ini mendasarkan asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku

tergantung pada kualitas rangsang (Stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme.

Artinya kualitas dari sumber komunikasi misalnya: Kredibilitas dan kepemimpinan

akan berpengaruh pada perubahan perilaku seseorang atau kelompok orang. Menurut

Hosland, et al (1953) dalam Notoatmodjo(2003) mengatakan bahwa perubahan perilaku

pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Perubahan perilaku tersebut

menggambarkan proses belajar yang terdiri dari:

1. Stimulus yang diberikan pada organisme dapat diterima atau ditolak. Jika

stimulus ditolak maka stimulus tersebut tidak efektif.Tetapi bila stimulus

diterima maka ada perhatian dan stimulus efektif.

2. Apabila stimulus mendapat perhatian maka stimulus akan di lanjutkan pada

proses selanjutnya.

3. Setelah organisme mengeolah stimulus tersebut hingga kesediaan untuk

bertindak akan diterima(bersikap)


4. Adanya dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan adanya efek

tindakan ( perubahan perilaku)

Anda mungkin juga menyukai