Anda di halaman 1dari 13

TUGAS TEORI PEMBELAJARAN

BEHAVIORISME

Disusun oleh:

SRIWAHYUNI
NIM. 182050801018

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI PENDIDIKAN FISIKA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2019
A. Pengertian Behaviorisme

Menurut Martini Jamaris pengertian behaviorisme merupakan salah


satu pendekatan di dalam psikologi pendidikan yang didasari keyakinan
bahwa anak dapat dibentuk sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang
yang membentuknya.oleh sebab itu anak menjadi pelukis,dokter,guru,dan
lain-lain,semua itu sangat ditentukan oleh lingkungannya,yaitu orang-orang
yang mendidik dan mengarahkan perkembangan anak sesuai dengan tujuan
yang diinginkannya.
Menurut Santrock, Behaviorisme adalah pandangan yang
menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat
diamati/diobservasi, bukan dengan proses mental (pikiran, perasaan, dan
motif yang tak dapat diobservasi oleh orang lain). Behaviorisme di dalam
penelitiannya didasari pada prinsip bahwa prilaku seseorang itu dapat diamati
dari pengalamannya dengan lingkungan sekitarnya
Behaviorisme menjelaskan belajar sebagai prilaku yang dapat diamati
yang didasari oleh pengaruh stimulus lingkungan (teori yang menguji
pengaruh pengalaman dari prilaku seseorang.
Jadi, Behaviorisme menitikberatkan bahwa semua perilaku diperoleh
individu setelah berinteraksi dengan lingkungan yang telah terkondisikan.

B. Definisi Belajar

Kaum behavioralis mendefinisikan belajar sebagai proses perubahan


perilaku yang relatif permanen yang dapat diamati yang terjadi sebagai hasil
dari pengalaman. Sebagai catatan behavioralis, definisi belajar tidak termasuk
proses pemikiran (seperti; pengharapan, keyakinan, pengetahuan, atau
tujuan). Perubahan-perubahan sementara dari prilaku dihasilkan dari keadaan
sakit, cidera, atau kesukaran; atau perubahan-perubahan yang permanen yang
terjadi karena hasil dari pendewasaan. Jadi, prilaku seseorang pada masa

2
sekarang merupakan hasil/bentukan dari pengalaman masa lalunya,
rangsangan lingkungan sangat besar pengaruhnya, dan perilaku ini dapat
diteliti dengan pendekatan pemahaman behavioral.

C. Teori-Teori Behaviorisme
Behaviorisme berkeyakinan bahwa semua prilaku diproleh individu
setelah berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya yang telah
dikondisikan.Oleh sebab itu,para behaviorist tidak perlu mempertimbangkan
kondisi mental individu yang menjadi objek perubahan prilaku melalui
lingkungan yang dikondisikannya.Teori Behaviorisme dapat diklasifikasikan
ke dalam dua bagian yaitu classical condition dan operant conditioning.
1) Contiguity
Watson dikenal sebagai seorang teoretisi kontiguitas. Ia meyakini bahwa
belajar bisa dihasilkan melalui keberiringan (contiguity) belaka, tanpa
penguatan. Suatu prinsip belajar yang dapat diterapkan yang menurut
Guthrie merupakan kombinasi dari stimulus yang kemudian diikuti dengan
respon. Dapat dikatakan bahwa teori ini memiliki kesamaan dengan teori
asosiasi Aristoteles dimana suatu proses belajar akan timbul bila individu
dapat mengasosiasikan adanya unsur kedekatan antara stimulus dan
respon, sehingga bila seseorang melakukan sesuatu di suatu waktu pada
saat lain dia akan cenderung merespon secara sama. Bagi Guthrie bila
timbul stimulus namun individu tidak merespon apa-apa, berarti belum
terjadi asosiasi atau unsur kedekatan antara stimulus tersebut dengan
respon tertentu, sedangkan bila stimulus tersebut bereaksi berarti telah
terjadi asosiasi.
Prinsip Aristoteles, yakni contiguous merupakan system yang
menentukan tempat penyimpanan suatu item dalam otak berdasarkan sifat-
sifat dimilikinya. Misalnya, bentuk dan bunyi sebuah kata menentukan
tempatnya dalam simpanan ingatan jangka panjang.

3
2) Classical Conditioning
Ivan Petrovich Pavlov, seorang fisiolog dan dokter dari Rusia yang
pertama kali meneliti perilaku makhluk hidup berdasarkan Classical
Conditioning atau Pengkondisian Lingkungan secara Klasik. Untuk
memahami bagaimana classical conditioning bekerja, kita fokus pada
empat konsep bersama dengan gabungan dari proses (Baldwin & Baldwin,
2001):
a. Sebuah stimulus yang tak bersyarat atau unconditioned stimulus (US).
Sebuah objek atau kejadian yang disebabkan oleh naluri dan reflek (tak
tahu) ketidaksengajaan emosi atau respon secara psikologi. Dalam
percobaan Pavlov, US adalah bubuk daging.
b. Sebuah respon yang tak bersyarat, unconditioned respons (UR). naluri
dan reflek (tak tahu) ketidaksengajaan emosi atau respon secara
psikologis disebabkan oleh rangsangan yang tidak bersyarat, misalnya
air liur anjing merupakan hasil dari bubuk daging.
c. Sebuah stimulus bersyarat, conditioned stimulus (CS). Sebuah objek
atau kejadian diasosiasikan (dikaitkan) dengan stimulus yang tidak
bersyarat. Misalnya, kejadiannya adalah riset lab, conditioned
stimulusnya adalah bubuk daging tadi.
d. Sebuah respon yang bersyarat, conditioned respons (CR). Sebuah
respon psikologis atau emosional yang telah dipelajari yang mirip
dengan respon yang tidak bersyarat. Misalnya, air liur anjing dengan
bubuk daging tadi.
Asosiasi adalah kunci untuk mempelajari classical conditioning.
Stimulus yang tidak dikondisikan dan yang dikondisikan harus
berdampingan, harus terjadi pada waktu yang bersamaan. Sebagai contoh

4
jika kita digigit oleh seekor anjing, kita bisa semakin merasa takut
terhadap anjing.
Pendekatan behavioralisme menyatakan bahwa perilaku seseorang
dibentuk dari hasi pengalamannya, seorang pendidik di dalam
menyampaikan materinya pasti sangat menginginkan semua peserta
didiknya dapat memahami materi yang disampaikannya. Sedangkan
peserta didik di dalam satu kelas memiliki ragam perilaku, maka untuk
pengkondisian perilaku yang sama diperlukan strategi agar proses
pembelajaran berjalan dengan efektif dan efisien. Gambaran umum dari
classical conditioning adalah bahwa kondisi ruang belajar bisa disesuaikan
antara pendidik dan terdidik untuk mendapatkan proses ruang yang
nyaman. Apabila kodisi kelas belajar sudah nyaman, maka akan mudah
bagi siswa untuk menerima pelajaran. Bila suatu kondisi ruang belajar
mengajar mencapai kondisi ini maka tujuan dari penyampaian materi akan
sangat efektif dan efisien.
Strategi classical conditioning terfokus pada tindakan stimulus.
Perilaku seseorang bisa dirangsang untuk mencapai penyesuaian untuk
mendapat kenyamanan. Rangsangan terbagi atas 3 berdasarkan perilaku
yaitu :
a. Generalisasi, generalisasi terjadi saat adanya rangsangan yang sama,
tetapi tidak identik, untuk rangsangan yang dikondisikan akan
menghasilkan respon yang dikondisikan oleh objek itu sendiri
b. Diskriminasi, yaitu kemampuan untuk memberikan respon-respon yang
berbeda untuk terhubung tetapi tidak identik. Sebagai contoh yaitu
suatu objek bisa gelisah terhadap pelajaran Fiska dan matematika tetapi
tidak pada mata pelajaran Bahasa Inggris dan Sejarah. Artinya objek
tersebut membedakan antara Bahasa Inggris dengan Fisika, dan antara
Sejarah dan Matemematika.
c. Extinction (pemadaman), sebuah hasil dimana rangsangan yang
dikondisikan cukup sering terjadi dari ketidakhadiran rangsangan yang
tidak dikondisikan jadi ini tidak lagi menghasilkan respon yang

5
disengaja Dari sini dapat kita katakan bahwa kegelisahan bisa
diturunkan dengan melihat dari keadaan-keadaan yang teramati dari 3
perilaku objek dari sebuah rangsangan. Oleh karena itu strategi classical
conditioning digunakan untuk membantu menjelaskan bagaimana
seseorang mempelajari emosi yang tidak dengan sengaja dan reaksi dari
perbuatan dan kejadian-kejadian lainnya.
Prinsip-prinsip yang terdapat dalam classical conditioning yang
dilalukan oleh Ivan Pavlov masih tetap diterapkan dalam berbagai
modifikasi prilaku diberbagi bidang,seperti bidang pendidikan,terapi
medis,terapi pada phobia,panik yang berlebihan.

Behavioral Psychlogy atau psikologi prilaku yang diplopori oleh


Jhon Broadus Watson (1878-1958) . Menurut Watson , para behavioris
memandang psikologi sebagai studi tentang prilaku manusia dan
merupakan cabang dari natural sciece atau ilmu alam . Alasan yang
melatarbelakangi hal ini adalah bahwa prilaku manusia merupakan
proses dari kegiatan fisik dan hubunganya dengan lingkungan. Proses
kegiatan fisik tersebut secara alami merupakan factor penyebab bagi
perilaku yang di tampilkan manusia , dapat dibagi menjadi 2 jenis
perilaku yaitu perilaku yang sesuai atau adjustment behavior dan
perilaku yang tidak sesuai maladjustment behavior.

Perilaku maladjustment merupakan hasil kegiatan fisik yang terjadi


secara alami terhadap keadaan lingkungan yang tidak di harapkan ,
seperti menolak untuk tetap tenang pada waktu belajar dikelas yang
panas.

Edward Lee Thorndike

Edward Lee Thorndike ( 1874 –1949 ) adalah seorang behaviorist


memberikan sumbangan penting terhadap penerapan classical
conditioning terhadap proses belajar , khususnya berkaitan dengan
pengaruh hubungan antara stimulus dan respons dalam pembentukan

6
perilaku dan konsekuensi terhadap pembentukan perilaku yang
diinginkan . 1 thorndike melalukan percobaa dengan kucing dan
ia menemukan beberapa hukum yang berkaitan dengan hubungan
stimulus-respons,yaitu sebagai berikut :

 Law of effect artinya hubungan antara stimulus respons ( R-S ) akan


menjadi lebih kuat apabila mendapatkan penguatan yang positif
atau positif reinforcement. Selanjutnya, apabila hubungan tersebuit
mendapatkan penguatan secara negative atau negative
reinforcement, maka hubungan tersebut akan melemah. Dengan
demikian respon akan menjadi kuat apabila diikuti dengan hal – hal
yang menyenangkan dan akan melemah apabila di ikuti dengan hal-
hal yang tidak menyenangkan. Temuan Thorndike menjadi dasar
teori reinforcmet atau teori penguatan.Thorndike merevisi teorinya
yang menyatakan bahwa penguatan negative tidak selalu
memperlemahkan hubungan stimulus respon,karena ada yang
menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang meyenagkan
 Law of exercise , berkaitan dengan R-S akan bertambah kuat
apabila dilatih . Anak yang baru membaca perlu dilatih degan
latihan yang menekankan hubungan stimulus – respons yang
berkaitan dengan peningkatan kemampuan membaca.
 Law of Readiness , berkaitan dengan kematangan struktur dan
fungsi system susunan syaraf pusat untuk melakukan kegiatan
mental atau kegiatan fisik.Misalnya anak yang belum siap belajar
membaca tidak perlu untuk belajar membaca,karena secara mental
ia belum siap belajar membaca.sebaliknya,apabila anak sudah siap
belajar membaca,maka waktu ini adalah waktu yang terbaik untuk
mengajarkan membacakan pada anak,Karena anak belajar
berdasarkan motivasi yang berada pada dirinya,sedangkan

7
lingkungan membantunya dalam belajar membaca.oleh sebab
itu,lingkungan disekitar anbak perlu ditata dengan berbagai sarana
dan media yang berkaitan dengan peningkatan kemampuan
membaca.
Baik Watson maupun Thorndike mengarapkan bahwa penjelasan
mereka dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan
pembeljara.Dalam konteks pembelajaran didalam kelas,classical
conitioning dapat menjelaskan menagapa siswa menunjukkan
prilaku yang tidak menyukai atau menyukai mata pelajaran yang
dipelajarinya.Selajutnya,
prilaku yang ditampilkan guru merupakan salah satu faktor penyebab
dari hal tersebut.

3) Operant conditioning

Teori ini dikemukakan oleh Burrhus Frederic Skinner. Teori ini


pada dasarnya sama-sama memikirkan tentang hubungan Stimulus dan
Respon atau sama dengan Pavlov dan Watson. Perbedaannya Skinner
membuat rincian lebih jauh dengan membagi Respon menjadi 2 (dua)
yakni, yaitu Respondent Response dan Operant Response. Operant
Response adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh
perangsang tertentu. Perangsangnya disebut Reinforcing Stimuli atau
Reinforce karena perangsang itu memperkuat dan meningkatkan perilaku
respon yang akan datang. Kelemahan Respon ini sangat terbatas pada
manusia.
Reinforcing Stimuli dibagi menjadi 2 (dua) yaitu, Positive
Reinforce (kejadian yang diinginkan setelah perilaku ditampilkan) dan
Negative Reinforce (berkaitan dgn menghilangkan peristiwa yang tidak
diinginkan setelah perilaku ditampilkan.

8
Skinner lebih memfokuskan pada jenis tingkah laku yang kedua,
yang penting bagaimana menimbulkan, mengembangkan, dan
memodifikasi tingkah laku.
Selain reinforcement/reward, Skinner juga melakukan
Punishment/hukuman, yaitu bertujuan untuk menghilangkan perilaku
negative yang ditampilkan. Punisment dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu
Positive Punisment (menghadirkan peristiwa yang tidak diinginkan
sebelum perilaku ditampilkan) dan Negative Punishment (me
menghadirkan peristiwa yang tidak diinginkan sebelum perilaku
ditampilkan (Paul Eggen and Don Kauchak (2007), hal. 168-170).

D. Penerapan Behavior dalam pendidikan dan pembelajaran

1) Modifikasi Perilaku

Modifikasi perilaku atau perubahan prilaku atau behaviour modification


sering disebut dengan istilah b-mod adalah teknik terapi yang dikembangkan
berdasarkan hasil penelitian Skinner‚‘‘Operant conditioning“.Teknik ini
dilakukan dengan cara mengatur penerapan reinforcement untuk
menghilangkan prilaku yang tidak

Diinginkan Metode ini telah digunakan dalam mengatasi berbagai


masalah psikologi,seperti masalah ketergantunggan pada
neuroses,pemalu,autism bahkan schizopernia atau perilaku yang kurang tepat
yang diperlihatkan anak dalam proses pertumbuhan dan
perkembanggannya.Oleh sebab itu,modifikasi prilaku lebih efektif digunakkan
untuk anak-anak.2

Modifiksi perilaku dilakukan berdasarkan perencanaan yang


dikembangkan sistematis dan terdiri atas beberapa langkah berikut:

9
 Menetapkan tujuan perubahan perilaku.
 Menetapkan reinsforcement yang sesuai.
 Menetapkan prosedur perubahan perilaku.
 Melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dan mencatat hasil
penerapan prosedur.
 Melakuka evaluasi dan revisi.
Melalui pencatatan terhadap perubahan perilaku maka dapat dilakukan
evaluasi,apakah perilaku yang diinginkan telah tercapai atau apakah perlu
dilakukan beberapa revisi dalam prosedur sehingga perilaku yang diharapkan
tercapai.Modifikasi perilaku perlu dilakukan oleh para pendidik dalam
mengatur ketertibatn kelas dalam suatu proses pembelajaran.

2) Pembelajaran Berbasis Behaviorisme


Behaviourisme tidak hanya diterapkan pada di dalam psilokologi yang
dikenal Dengan behavioural pyschology,akan tetapi juga diterapkan di dalam
dunia pendidikan dan pembelajaran.Penerapan behaviorisme di dalam
pembelajaran dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan siswa ,kemudian
dilanjutkan dengan menetapkan tujuan pendidikan atau pembelajaran.Dalam
pendekatan Behaviourisme,hal ini disebut dengan behavioural outcame.3
Penerapan Behaviourisme dalam dunia pendidikan dapat tercermin
dari perumusan tujuan pembelajaran,penerapan mesin belajar atau teaching
machine yang dapat disebut juga dengan istilah pembelajaran terprogram atau
programmed instruction;pembelajaran individual atau individualoized
instructional;pembelajaran dengan bantuan komputer atau computer-assisted
learning dan pendekatan sistem.
Tujuan pembelajaran menurut behaviorisme adalah behavioral
learning ourcome, dinyatakan secara spesifik sebagai berikut :
 A – Audience adalah siswa.

10
 B – Behavior perilakuatau kompetensi yang perlu ditampilkan
setelah proses belajar dilakukan , seperti “ menjawab degan benar”.
 proses pecbelajaran.
 D – Degree yaitu pencapaian hasil belajar ,
 misalnya 90%.
3) Pembelajaran Berdasarkan Sistem
Pendekatan sistem ini pada umumnya diterapkan didalam dunia
militer dan dunia bisnis . Pedekatan sistem mencakup penetapan tujuan umum
dan tujuan khusus, yang diikuti degan kegiatan menganalisis sumber daya yang
diperlukan , merencanakan kegiata pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
yang dilakukan secara berkesinambungan dan hasil evaluasi dijadikan dasar
untuk melakukan berbagai perubahan yang diperlukan.4

4) Pembelajara Terprogram
Pada tahun 1950 , pembelajaran terprogram digunakan secara luas
disekolah dasar dan sekolah menengah , dan sekolah kejuruan di USA ,
khususya untuk pembelajaran individual dan pembelajaran dalam kelompok
kecil . Pada tahap selanjutnya , pembelajaran terprogram dikembangkan dalam
bentuk Computer Assisted Instruction ( GAI ).5
Pembelajaran terprogram merupakan serangkaian kegiatan
pembelajaran yang diprogram secara khusus dengan tujuan agar peserta didik
dapat membelajarkan dirinya sendiri . Prinsip – prinsip yang perlu diperhatiakan
dalam pengembangan pembelajaran terprogram adalah sebagai berikut .
 Menetapka tujuan pebelajaran yang harrus dikuasai peserta didik
setelah proses pembelajaran dilaksanakan.
 Merumuskan kompetensi yang perlu dikuasai peserta didik dalam
rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang tela ditetapkan .

11
 Memesahkan kompetesi yang perlu dikuasai menjadi kompetensi –
kompetensi terbatas dan spesifik.
 Mengembangkan materi pecbelaj\aran yang sesuai dengan
pencapaian tujuan yang akan dicapai.

5) Kritik Terhadap Behaviorisme


 Behaviorisme menggunakan pendekatan satu arah dan tidak
memperhatikan faktor – faktor internal seperti kecerdasan dan suasana hati
dan perasaan manusia .
 Manusia dan hewan mampu melakukan penyesuaian perilaku untuk
merespons lingkunganya, walaupun pola perilaku sebelumnya telah
dibetuk.

6) Kekuatan dan Kelemahan Behaviorisme


 Behaviorisme melakukan penelitian perilaku berdasarkan yang tampak atau
observable behaviors . Oleh sebab itu , mempermudah proses penelitian
karna perilaku dapat dikuantifikasi.
 Teknik terapi perilaku yang efektif secara intensif menggunakan intervensi
berbasis behaviorisme . Pendekatan ini sangat bermanfaat dalam mengubah
perilaku yang madalatif menjadi perilaku yang adapatif , dan dapat di
terapkan pada anak dan orang dewasa.
 Behaviorisme sangat dikenal dengan pandangannya bahwa pembelajar
adalah individu yang pasif yang bertugas hanya memberi respons kepada
stimulus yang diberikan . Pembetukan perilaku sangat ditentukan oleh
penerapan reinforcement atau punishment . Oleh sebab itu ,belajar
didefinisikan sebagai perubahan perilaku.

12
 Behaviorist mengeneralisis hasil eksperimen terhadap hewan kepada
manusia . Oleh sebab itu , generalisasi tersebut kurang berhasil apabila
diterapkan kepada orang dewasa.6

13

Anda mungkin juga menyukai