Anda di halaman 1dari 8

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“ TEORI BELAJAR DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN


(BEHAVIORISTIK”

Oleh :

Lommya Daviona

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Mudjiran, MS, Kons.

MATA KULIAH UMUM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2022
A. Pengertian Belajar menurut Teori Behavioristik

Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang meyakini bahwa


untuk mengkaji perilaku individu harus dilakukan terhadap setiap aktivitas
individu yang dapat diamati, bukan pada peristiwa hipotetis yang terjadi dalam
diri individu. Oleh karena itu, penganut aliran behaviorisme menolak keras adanya
aspek-aspek kesadaran atau mentalitas dalam individu
Menurut pandangan behavioristik bahwa belajar merupakan suatu perubahan
tingkah laku yang dapat diamati, yang terjadi melalui stimulus respons yang
disertai dengan penguatan menurut prinsip-prinsip mekanik. Perubahan tingkah
laku yang dapat diamati sebagai hasil belajar ini menunjukkan bahwa belajar
berkaitan dengan permasalahan gerak fisik.
Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu:
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil

2. Bersifat mekanistik

3. Menekankan eranan lingkungan

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku


yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui
rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon)
berdasarkan hukum- hukum mekanistik. Stimulans tidak lain adalah lingkungan
belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang menjadi penyebab belajar.
Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon).

B. Tokoh-Tokoh Teori Behavioristik

Menurut teori belajar behavioristik aliran tingkah laku, belajar diartikan


sebagai proses peruahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus
dan respon. Belajar menurut psikologi behavioristik adalah suatu kontrol
istrumental yang berasal dari lingkungan. Belajar tidak nya seseorang tergantung
pada faktor-faktor tradisional yang di berikan lingkungan.
1. Edward Lee Thorndike/Teori Koneksionisme

Thorndike berprofesi sebagai seorang pendidik dan psikolog yang


berkebangsaan Amerika. Lulus S1 dari Universitas Wesleyen tahun 1895, S2
dari Harvard tahun 1896 dan meraih gelar doktor di Columbia tahun 1898.

2. Teori Belajar Menurut Watson

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus


dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur.
3. Teori Belajar Menurut Clark Hull

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan


respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh
oleh teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi,
semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme
tetap bertahan hidup.

4. Edwin Guthrie/Kontiguitas

Kunci teori Guthrie terletak pada prinsip tunggal bahwa kontiguitas


merupakan fondasi pembelajaran. Guthrie memandang perilaku sebagai
gerakan dari pada sebagai respon.
5. Burrhus Frederic Skinner/Operant conditioning

Ia seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya Thorndike,


sedangkan pavlov adalah tokoh kondisioning klasik. Bukunya yang berjudul
”Behaviorism of organism” yang di terbitkan pada tahun 1838 memberikan
dasar dari sistemnya. Dalam perkembangan psikologi belajar, ia
mengemukakan teori operant conditioning.

C. Prinsip-Prinsip Belajar menurut Teori Belajar Behavioristik

a. Peran konsekuensi-konsekuensi (Role of Consequences)

Prinsip yang paling penting dari teori-teori belajar perilaku ialah, bahwa
perilaku berubah menurut konsekuensi-konsekuensi langsung.
Konsekuensi- konsekuensi yang menyenangkan "memperkuat" perilaku.
b. Reinforser-reinforser

Reinfroser-reinforser dapat dibagi menjadi dua golongan yakni:


1)reinforser primer dan sekunder dan 2) reinforser positif dan negatif
1) Reinfonser Primer dan sekunder.

Reinforser primer memuaskan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia


2) Reinforser Positif dan negatif.
Reinforser-reinforser yang berupa pelarian dari situasi-situasi yang
tidak menyenangkan disebut reinforser negatif. Selain kedua jenis
reinforser di atas, ada satu prinsip perilaku penting, yaitu kegiatan
yang kurang diingini dapat ditingkatkan dengan menggabungkannya
pada kegiatan-kegiatan yang lebih disenangi atau diingini. Sebagai
ilustrasi misalnya seorang guru berkata pada muridnya: jika kamu
telah selesai mengerjakan soal ini kamu boleh keluar atau bersihkan
dahulu mejamu nanti ibu bacakan cerita.
c. Hukuman

Konsekuensi-konsekuensi yang tidak memperkuat perilaku disebut


hukuman. Patut diperhatikan perbedaan reiinforsemen negatif
(memperkuat perilaku yang diinginkan dengan menghilangkan
konsekuensi yang tidak

menyenangkan) dan hukuman yang bertujuan mengurangi perilaku


dengan menghadapkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak dinginkan.
Para pakar perilaku (Behavioris) berbeda pendapat mengenai hukuman
ini. Ada yang berpendapat bahwa efek hukuman itu bersifat temporer,
hukuman menimbulkan sifat menentang atau agresi
Dapat dikatakan bahwa beberapa macam penjadwalanreinforcemen yang
dapat dilakukan:
1) Contineous reinforcement

Yaitu memberi penguatan terus menerus bila renspon yang


dikehendaki muncul.
2) Intermitten reinforcement

Yakni jadwal reinforcement berantara, diberikan tidak pasti setiap


respon yang benar tetapi hanya beberapa saja. Pengatur reinforcer
jenis ini dapat dilakukan dua cara : ratio schedule dan interval
schedule.
d. Kesegeraan-konsekuensi (immediacy of consequences)
Salah satu prinsip dalam teori belajar perilaku ialah bahwa konsekuensi
yang segera mengikuti perilaku akan lebih mempengaruhi perilaku dari
pada konsekuensi-konsekuensi yang lambat datangnya. Prinsip
kesegeraan konsekuensi ini penting artinya di dalam kelas. Khususnya
bagi murid-murid

Anda mungkin juga menyukai